Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI SEL

KOMUNIKASI SEL

OLEH: KELOMPOK I

Ivha Kardillah (201430667)


Yulviani (201420665)
Sinta Werolangit (201420664)
Muhrina (201430668)

DOSEN PENGAMPUH :
SAPARUDDIN S. SI., M. SI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA
2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah biologi sel.
Adapun makalah ilmiah biologi tentang komunikasi sel ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah biologi ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah biologi tentang
komunikasi sel ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.

Kolaka, 1 Juni 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………....................
DAFTAR ISI...…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKAN……………………………………………………….
1.2 RUMUSAN MASALAH.………..………………………………………..
1.3 TUJUAN……………………………………………….............................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP UMUM KOMUNIKASI SEL……………..…………………………….
2.2 MEKANISME KOMUNIKASI ANTAR
SEL……………………………………………….
BABA III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..……………………………………………………………
3.2 SARAN.....…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...…………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain.
Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktifitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme
itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan
kemudian organ dan sistem yang menjalankan organisme untuk hidup
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan
lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sinyal-sinyal antar sel jauh
lebih sederhana dari pada bentuk”bentuk pesan yang biasanya dirubah oleh manusia.
Sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari beberapa perubahan
pada lingkungan isik organisme, bermacam”macam bentuknya. Misalnya, sel dapat
mengindera dan merespon sinyal elektromagnetik, seperti cahaya dan sinyal mekanis,
seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi satu sama lain
dengan menggunakan sinyal kimiawi
Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk menjawab sejumlah pertanyaan
penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari perkembangan embriologis
sehingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis penyakit lain.
Sel saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk menjalankan proses kehidupan.
Dalam komunikasi tersebut, komitmen antar sel menjadi hal yang sangat penting
karena keberadaan suatu sel dalam jaringan diperlukan oleh sel yang lainnya. Jika
suatu sel sudah tidak dibutuhkan lagi dalam jaringan, misalkan dalam jaringan suatu
kebutuhan sel sudah mencukupi, maka sel tersebut akan mengalami apoptosis . Hal
tersebut merupakan kondisi yang perlu dilakukan pada bagian tubuh dalam
menjalankan fungsi dari bagian jaringan atau organ untuk mendukung proses
kehidupan organisme. Jaringan komunikasi antara satu sel dengan sel yang lainnya
akan menghasilkan suatu koordinasi agar dapat mengatur pertumbuhan, osmoregulasi,
reproduksi dan hal lainnya pada berbagai jaringan maupun organ.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan prinsip umum komunikasi sel?
2. Apa saja tahapan mekanisme komunikasi antar sel?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip umum komunikasi sel
2. Untuk mengetahui tahapan mekanisme komunikasi antar sel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Umum Komunikasi Sel
Komunikasi sel merupakan suatu mekanisme dimana satu sel dapat mempengaruhi
sifat sel lainnya yang juga terjadi pada organisme uniseluler sebelum munculnya
organisme multiseluler. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
terhadap ragi sebagai organisme eukatiotik. Sel-sel pada yeast dalam menjalankan
aktivitas hidupnya dapat berjalan secara mandiri, mereka dapat berkomunikasi dan
berkomunikasi dalam persiapan untuk perkawinan seksual. Saccharomyces
cerevisiaemisalnya, ketika sel haploid telah siap untuk kawin, maka ia akan
mengeluarkan peptida (sebagai faktor kawin) yang akan memberikan sinyal pada sel-
sel lawan jenis untuk berhenti berkembang biak dan mempersiapkan diri untuk kawin
(Gambar 1). Fusi selanjutnya dari dua sel haploid jenis kawin yang berlawanan akan
menghasilkan sel diploid, yang kemudian dapat menjalani proses meiosis dan
bersporulasi, menghasilkan sel-sel haploid dengan bermacam-macam gen baru.

Gambar 1 . Sel ragi yang merespons faktor kawin


Studi tentang yeast mutan yang tidak dapat melakukan perkawinan telah
mengidentifikasi banyak protein yang diperlukan dalam sinyal proses. Protein ini
membentuk jaringan pensinyalan yang mencakup reseptor pada permukaan sel seperti
pengikat protein GTP dan protein kinase, yang masing-masing memiliki kerabat dekat
pada protein yang melakukan pensinyalan terhadap sel hewan. Namun, melalui
duplikasi dan divergensi gen, sistem pensinyalan pada hewan jauh lebih rumit
dibandingkan pada ragi.
1.2 Mekanisme komunikasi antar sel
Molekul Sinyal Ekstraseluler Pengikat Reseptor Spesifik
Dalam melakukan komunikasi antara satu sel dengan yang lainnya untuk proses
kawin, sel ragi mengeluarkan beberapa jenis peptida kecil. Sedangkan pada sel-sel
tingkat tinggi dalam melakukan komunikasi melalui ratusan jenis sinyal molekul,
seperti peptida kecil, protein, asam amino, nukleotida, steroid, retinoid, turunan asam
lemak dan bahkan gas terlarut seperti oksida nitrat dan karbon monoksida. Sebagian
besar sinyal ini disekresikan melalui eksositosis dari sel pemberi sinyal ke
ekstraseluler, sedangkan yang lainnya dapat dilakukan melalui proses difusi pada
membran plasma. Reseptor merupakan protein spesifik yang secara khusus dapat
mengikat sinyal molekul kemudian dapat merespons target sel. Molekul sinyal
ekstraseluler bekerja pada konsentrasi yang sangat rendah (biasanya 10 -8M) dan
reseptor yang mengenalinya biasanya mengikat mereka dengan afinitas tinggi
(konstanta afinitas Ka 10 8 liter/mol). Dalam kebanyakan kasus, reseptor tersebut
merupakan protein transmembran pada permukaan sel target. Ketika reseptor tersebut
mengikat molekul ekstraseluler (ligan), reseptor menjadi aktif dan menghasilkan
kaskade sinyal intraseluler yang mengubah sifat sel. Dalam kasus lain, reseptor yang
berada pada sel target dan sinyal molekuler harus memasuki sel untuk
mengaktifkannya. Hal tersebut mengharuskan molekul yang berukuran kecil dan
bersifat hidrofobik agar berdifusi melintasi membran plasma (Gambar 2).
Gambar 2. Pengikatan molekul sinyal ke reseptor permukaan sel atau reseptor
intraseluler
Sebagian besar molekul molekul bersifat hidrofilik sehingga tidak dapat melintasi
membran plasma secara langsung. Sebaliknya, mereka dapat mengikat reseptor
permukaan sel, yang pada menghasilkan satu atau lebih sinyal di target sel. Molekul
sinyal kecil dapat berdifusi melintasi membran plasma dan berikatan dengan reseptor
di dalam sel target, baik di sitosol maupun di nukleus. Banyak dari molekul kecil ini
bersifat hidrofobik dan hampir tidak larut dalam udara, oleh karena itu mereka
diangkut dalam aliran darah dan cairan ekstraseluler lainnya setelah berikatan dengan
protein pembawa (Gambar 2).

Molekul Sinyal Ekstraseluler (Bertindak pada Jarak Pendek atau Jauh)


Banyak molekul tetap menentukan pada permukaan sel pensinyalan dan hanya
dapat mempengaruhi sel yang menghubunginya saja (Gambar 15-4A). Pensinyalan
seperti itu sangat penting selama perkembangan dan dalam respon imun. Molekul
yang disekresikan dapat dibawa pada jarak yang jauh untuk bekerja pada target yang
jauh atau mereka dapat bertindak sebagai mediator lokal yang dapat mempengaruhi
sel di lingkungan secara langsung dari sel pensinyalan. Proses terakhir ini disebut
pensinyalan parakrin (Gambar 15-4B). Agar sinyal parakrin dikirim hanya kepada sel
target yang tepat, molekul yang disekresikan tidak boleh dibiarkan berdifusi terlalu
jauh, sehingga molekul cepat diambil alih oleh sel target tetangga, memanfaatkan
enzim ekstraseluler atau diimobilisasi oleh matriks ekstraseluler.

Gambar 3. Bentuk pensinyalan antarsel


(A) Pensinyalan yang bergantung pada kontak (membutuhkan sel berada dalam kontak
langsung membran-membran).
(B) Pensinyalan parakrin bergantung pada sinyal yang dieksresikan ke bagian
ekstraseluler dan bekerja secara lokal pada sel tetangga.
(C) Pensinyalan sinaptik dilakukan oleh neuron yang mentransmisikan sinyal secara
elektrik di sepanjang aksonnya dan melepaskan neurotransmiter pada sinapsis
(D) Pensinyalan endokrin endokrin pada sel endokrin yang mensekresi hormon ke
dalam aliran darah, kemudian didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh.
Gap Junctions Informasi Pensinyalan yang ditransfer oleh Sel Tetangga
Melalui gap junction aktivitas dari sel tetangga dapat terkoordinasikan. Gap juntion
merupakan sambungan sel-sel khusus yang dapat terbentuk di antara membran plasma
yang berdekatan dan secara langsung dapat terhubung dengan sel-sel yang bergabung
melalui saluran sempit. Saluran tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran
molekuler sinyal intraseluler yang kecil (mediator intraseluler), seperti Ca2+ dan
AMP siklik, tetapi tidak untuk makromolekul, seperti protein atau asam nukleat.
Dengan demikian, sel yang ditampilkan oleh gap junction dapat berkomunikasi satu
sama lain secara langsung, tanpa harus melewati pembatas yang diberikan oleh
membran plasma.

Gambar 4. Sinyal-sinyal yang melalui gap junction


Tiga Kelas Terbesar Protein Reseptor pada Permukaan Sel
Kelas reseptor protein terbesar pada permukaan sel yaitu Ion-Channel-linked, G-
Protein-linked dan Enzyme-linked Reseptor. Semua sinyal molekul yang larut dalam
udara (termasuk neurotransmiter dan semua sinyal protein) mengikat protein reseptor
spesifik pada permukaan sel target yang mereka Pengaruhi. Protein permukaan sel
bertindak sebagai sinyal transduser. Potein reseptor mengubah proses pengikatan
ligan ekstraseluler menjadi sinyal intraseluler yang mengubah sifat sel target.
Sebagian besar protein reseptor permukaan sel termasuk dalam salah satu dari tiga
kelas besar yang ditentukan oleh mekanisme transduksi yang digunakan protein
tersebut.
Reseptor terkait saluran ion dikenal sebagai reseptor ionotropik yang terlibat
pensinyalan sinaptik secara cepat antara sel yang tereksitasi secara elektrik.
Pensinyalan tersebut dimediasi oleh neurotransmiter dengan jumlah yang sedikit
berperan sementara untuk membuka atau menutup saluran yang dibentuk oleh
pengikatan protein. Kemudian dengan cara singkat dapat mengubah permeabilitas
membran ion plasma sehingga sel pascasinaps tereksibilitas.
Reseptor terkait protein-G bertindak secara tidak langsung untuk mengatur
aktivitas protein target Yang menggunakan membran plasma yang terpisah. Reseptor
dan protein target saling berinteraksi satu sama lain yang diperantarai oleh pengikat
protein GTP trimerik (protein G) (Gambar 15-15B). Jika protein target adalah enzim,
maka aktivitas protein tersebut dapat mengubah konsentrasi mediatror intraseluler.
Akan tetapi, jika target protein merupakan saluran ion, maka aktivitas protein tersebut
dapat mengubah permeabilitas ion membran plasma.
Reseptor terkait-enzim, diaktifkan berperan secara langsung sebagai enzim.
Reseptor tersebut dibentuk oleh protein transmembran single-pass yang memiliki situs
pengikatan ligan di luar sel dan pengikatan enzim di dalam. Reseptor terkait-enzim
memiliki struktur yang heterogen dibandingkan dengan dua kelas protein reseptor
lainnya.

Gambar 5. Tiga kelas reseptor permukaan sel:


(A) Reseptor terkait saluran ion, (B) reseptor terkait protein G dan (C) reseptor
terkait. Meskipun banyak reseptor terkait-enzim memiliki aktivitas enzim intrinsik,
seperti yang ditunjukkan di sebelah kiri, banyak lainnya yang terhubung pada enzim
terkait, seperti yang ditunjukkan di sebelah kanan.
Reseptor Permukaan Sel yang sering Diaktifkan
Reseptor permukaan sel yang sering diaktifkan akan mengirimkan sinyalnya
melalui molekul kecil dan protein jaringan intraseluler. Sinyal yang diterima
permukaan sel baik oleh reseptor terkait protein-G ataupun reseptor terkait-enzim
kemudian menjelaskan bagian dalam sel melalui kombinasi molekul sinyal
intraseluler besar dan kecil. Rantai yang dihasilkan dari proses pensinyalan
intraseluler kemudian mengubah target protein, yang bertanggung jawab dalam
modifikasi sifat sel. Sedangkan molekul pensinyalan intraseluler kecil disebut sebagai
perantara intraseluler kecil atau pembawa pesan kedua, pembawa pesan pertama
merupakan sinyal ekstraseluler. Sinyal intraseluler dan ekstraseluler yang dihasilkan
dalam jumlah yang besar sebagai respons terhadap reseptor aktivasi. Kedua dapat
menyebarkan sumbernya dengan sangat dan sinyal-sinyal ke bagian lain dari sel.
AMP siklik dan Ca2+ dapat larut dalam udara dan berdifusi ke dalam sitosol,
sedangkan yang lainnya, seperti diasilgliserol dapat larut dalam lemak dan berdifusi
ke dalam membran plasma. Sebagian besar molekul pensinyalan intraseluler adalah
protein pensinyalan intraseluler yang membantu dalam menyampaikan sinyal ke
dalam sel dengan perantara perantara kecil intraseluler atau mengaktifkan protein
pensinyalan. Protein tersebut dapat diklasifikasikan menurut fungsi khususnya
(Gambar 6).
1. Relay protein –> hanya akan menjaga pesan ke komponen sinyal berikutnya yang
berada dalam rantai.
2. Protein pembawa pesan –> membawa sinyal dari satu bagian ke bagian lain dari sel,
seperti dari sitosol ke nukleus.
3. Adaptor protein –> menghubungkan satu pensinyalan protein ke pensinyalan protein
lainnya.
4. Penguat protein –> yaitu dapat berupa enzim atau saluran ion. Protein tersebut dapat
meningkatkan sinyal yang mereka terima, baik dengan perantara intraseluler kecil
dalam jumlah besar atau dengan cara mengaktifkan sinyal protein intraseluler hilir
dalam jumlah yang besar juga.
5. Transduser protein –> dapat mengubah mengubah menjadi bentuk yang berbeda.
Contohnya adalah enzim yang membuat AMP siklik: ia dapat mengubah sinyal dan
memperkuatnya, sehingga dapat berperan sebagai transduser dan booster.
6. Protein bifurkasi –> menyebarkan sinyal dari satu jalur pensinyalan ke jalur lainnya.
7. Protein integrator –> dapat menerima sinyal dari dua atau lebih jalur pensinyalan dan
mengintegrasikannya sebelum merekam sinyal.
8. Pengatur protein gen laten -> diaktifkan pada reseptor permukaan sel kemudian akan
bermigrasi ke nukleus untuk mengaktifkan transkripsi gen.

Gambar 6. Berbagai jenis protein pensinyalan intraseluler di sepanjang jalur


pensinyalan dari reseptor permukaan sel ke nukleus
Gambar di atas merupakan pernyataan protein pensinyalan dan intraseluler kecil
sebagai perantara yang menyampaikan sinyal ekstraseluler ke dalam sel. Hal tersebut
dapat menyebabkan perubahan ekspresi gen. Sinyal yang telah diterima dapat
ditransduksikan (diubah) kemudian dikirim dalam perjalanan. Sebagian besar langkah
(tahap) dapat dimodulasi oleh sinyal ekstraseluler dan intraseluler Lainnya, sehingga
hasil akhir dari satu sinyal sangat bergantung pada faktor lain yang mempengaruhi sel.
Sehingga pada akhirnya, jalur pensinyalan dapat mengaktifkan atau menonaktifkan
protein target yang dapat mengubah sifat sel. Pada contoh dalam Gambar 6 yang
menjadi target adalah pengatur protein pengatur gen.
Pensinyalan Autokrin
Pensinyalan autokrin dapatkan suatu pesan keputusan berdasarkan kelompok sel
identik. Sebagian bentuk pensinyalan yang dibahas sebelumnya, memungkinkan satu
sel dapat mempengaruhi sel yang lainnya, dimana sel pensinyalan dan target
merupakan tipe sel yang berbeda. Padahal, suatu sel dapat mengirimkan sinyal ke sel
lain dari jenis sel yang sama serta untuk sel itu sendiri. Pensinyalan autokrin yang
seperti itu, sel mengeluarkan molekul sinyal yang dapat mengikat kembali reseptornya
sendiri. Selama proses perkembangan, sel yang telah diinstruksikan ke jalur
differensiasi tertentu, kemungkinan telah mengeluarkan sinyal autokrin untuk diri sel
tersebut. Pensinyalan autokrin paling efektif bila dilakukan secara simultan oleh sel
tetangga dari jenis yang sama dan nantinya akan digunakan untuk mendukung
kelompok sel yang identik (sejenis) agar membuat keputusan perkembangan yang
sama. Dengan demikian, pensinyalan autokrin dianggap sebagai salah satu mekanisme
yang mungkin “efek yang mulai diamati pada perkembangan awalnya, di mana
sekelompok sel identik dapat merespons sinyal pemicu diferensiasi tetapi satu sel
yang menggabungkan dari jenis yang sama tidak dapat merenspons sinyal tersebut.

Gambar 7. Pensinyalan autokrin.


Sekelompok sel yang identik akan menghasilkan sinyal yang disekresikannya lebih
tinggi daripada konsentrasi sel tunggal. Ketika sinyal ini mengikat kembali ke
reseptor pada jenis sel yang sama, akan mendorong sel tersebut untuk merespons
sebagai sebuah kelompok yang terkoordinir.
Pemrograman sel untuk menanggapi Suara Spesifik dari Molekul Sinyal
Ekstraseluler
Sel yang khusus pada organisme multiseluler akan terpaut pada ratusan sinyal yang
berbeda di lingkungannya. Sinyal-sinyal tersebut dapat larut, bergantung pada matriks
ekstraseluler atau bergantung pada permukaan sel tetangga dan nantinya akan
berkombinasi satu dengan yang lainnya. Sel harus merespons secara selektif, sesuai
dengan karakter spesifiknya sendiri, yang diperoleh melalui spesialisasi sel progresif
dalam proses perkembangannya. Sebuah sel dapat diprogram untuk merespons satu
kombinasi sinyal dengan membedakan kombinasi lain, dengan mengalikan dan
dengan melakukan beberapa fungsi khusus seperti kontraksi atau sekresi. Sebagian
besar sel yang terdapat pada hewan tingkat tinggi juga diprogram untuk kombinasi
sinyal tertentu untuk bertahan hidup. Ketika kehilangan kehilangan tersebut (dalam
cawan kultur, misalnya), sel akan mengaktifkan program bunuh diri dan membunuh
dirinya sendiri yang disebut sebagai kematian sel yang terprogram, atau apoptosis
(Gambar 8). Karena jenis sel yang berbeda akan memerlukan kombinasi sinyal untuk
hidup, dimana setiap jenis sel terbatas pada lingkungan yang berbeda di dalam tubuh.
Kemampuan untuk menjalani apoptosis merupakan sifat dasar sel hewan.

Gambar 8. Setiap Sel Diprogram untuk Diprogramkan Kombinasikan Spesifik dari


Molekul Sinyal Ekstraseluler. Setiap jenis sel akan menampilkan satu set reseptor
yang nantinya untuk merespons hasil sinyal molekul yang dihasilkan oleh sel lain.
Molekul sinyal tersebut saling kombinasi untuk mengatur sifat dari sel. Sel individu
membutuhkan banyak sinyal untuk bertahan (panah biru) dan sinyal tambahan untuk
mengirim (panah merah) atau membedakan (panah hijau). Jika sel kehilangan untuk
hidup, maka akan mengalami kematian sel terprogram atau apoptosis.

Gambar 9. Jalur pensinyalan intraseluler sederhana yang diaktifkan oleh molekuler


sinyal ekstraseluler. Biasanya, sinyal molekul akan mengikat reseptor protein yang
tertanam dalam membran plasma sel target serta mengaktifkan satu atau lebih jalur
pensinyalan intraseluler yang diperantarai oleh protein pensinyalan. Akhirnya, satu
atau lebih protein pensinyalan intraseluler mengubah aktivitas protein efektor dan sifat
sel tersebut.

Jenis sel yang berbeda dapat merespon secara serbeda pula terhadap molekuler
sinyal ekstraseluler yang sama.
Secara spesifik, sel akan bereaksi secara beragam terhadap lingkungannya.
Keragaman reaksi tersebut sesuai dengan reseptor set protein yang dimiliki oleh sel.
Set protein tersebutlah yang menentukan subset tertentu dari sinyal yang dapat
ditanggapinya dan bervariasi sesuai dengan mesin intraseluler. Dimana sel tersebut
akan diintegrasikan dan menterjemahkan sinyal yang diterimanya (lihat Gambar 9 ).
Dengan demikian, molekul tunggal akan memiliki dampak yang berbeda pada sel
target yang berbeda pula. Neurotransmitter asetilkolin, misalnya, akan mengaktifkan
kontraksi sel otot rangka, tetapi juga menurunkan kecepatan dan kekuatan kontraksi
sel otot jantung. Hal tersebut dikarenakan protein reseptor asetilkolin pada sel otot
rangka berbeda dengan yang ada pada sel otot jantung. Tetapi perbedaan reseptor
tersebut tidak selalu menjelaskan efek (dampak) yang berbeda. Dalam banyak kasus,
sinyal yang sama akan berikatan dengan protein reseptor yang sama (identik), namun
juga menghasilkan respons yang berbeda dalam berbagai jenis sel target. Hal tersebut
Mencerminkan perbedaan dalam mesin internal tempat reseptor digabungkan
(Gambar 10).

Gambar 10. Berbagai macam respon yang diinduksi oleh neurotransmitter


asetilkolin. Jenis sel yang berbeda terspesialisasi untuk merespon asetilkolin dengan
cara yang berbeda pula. (A dan B) asetilkolin berikatan dengan reseptor protein yang
serupa, tetapi sinyal intraseluler yang dihasilkan diinterpretasikan berbeda secara
berbeda dalam sel yang terspesialisasi untuk fungsi yang berbeda juga. (C) sel
menghasilkan jenis reseptor protein yang berbeda untuk asetilkolin kemudian
menghasilkan sinyal intraseluler yang berbeda dari reseptor yang ditunjukkan pada
(A) dan (B) serta menghasilkan efek yang berbeda. (D) Struktur kimia asetilkolin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk menjalankan proses kehidupan.
Dalam komunikasi tersebut, komitmen antar sel menjadi hal yang sangat penting
karena keberadaan suatu sel dalam jaringan diperlukan oleh sel yang lainnya. Jika
suatu sel sudah tidak dibutuhkan lagi dalam jaringan, misalkan dalam jaringan suatu
kebutuhan sel sudah mencukupi, maka sel tersebut akan mengalami apoptosis . Hal
tersebut merupakan kondisi yang perlu dilakukan pada bagian tubuh dalam
menjalankan fungsi dari bagian jaringan atau organ untuk mendukung proses
kehidupan organisme. Jaringan komunikasi antara satu sel dengan sel yang lainnya
akan menghasilkan suatu koordinasi agar dapat mengatur pertumbuhan, osmoregulasi,
reproduksi dan hal lainnya pada berbagai jaringan maupun organ.
3.2 Saran
Struktur dan fungsi organel-organel dalam sel akan mudah dipelajari jika ditunjang
oleh banyak literatur , baik dari buku-buku penunjang atau internet .Sehingga kita
dapat mengetahui hubungan antara struktur dan fungsi dari masing-masing organel
dengan jelas . Selain itu kita juga dapat memahami hubungan antara organ-organ
tersebut di dalam sel . sebuah. Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya
untuk mengetahui struktur dan fungsi organel sel pada makhluk hidup, dan perbedaan
antara sel hewan dan tumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Subowo(2012), BiologiSel ,Bandung,CV Angkasa

Anda mungkin juga menyukai