Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI SEL

Di
S
U
S
U
N

Oleh:
KELOMPOK : 2
ANGGOTA : APRILLA SAFRI YANTI
(20030004)
NAZIRAH (20030019)
SARI MAULIDA (20030028)
MUHAMMAD HAFIDH (20030015)
MUAMMAR (20030039)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbila’lamin, puji syukur diucapkan kehadiran Allah SWT


atas segala limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan Karya ilmiah ini yang berjudul “Ilmu Pengetahuan alam
dan Teknologi Dengan Kehidupan Manusia” .Tak lupa shalawat serta salam kami
ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat sahabat, dan
para pengikut beliau hingga akhir zaman. Kami sebagai penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang besifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah kata pengantar dari penulis, akhirnya besar harapan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan diterima bagi sebagai
perwujudan penulis dalam dunia pendidikan dan dapat dugunakan sebagaimana
mestinya, semoga kita semua mendapat faedah dan diterangi hatinya dalam setiap
menuntut ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.

Sigli, Desember 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................. 2


A. Komunikasi Sel............................................................................................ 2
B. Hubungan Antarsel (Cell Junctions)............................................................ 4
C. Tahapan komunikasi dalam sel.................................................................... 8
D. Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma........... 9
E. Reseptor dalam intraseluler.......................................................................... 12
F. Second Messenger........................................................................................ 15

BAB III. PENUTUP.......................................................................................... 16


A. Kesimpulan.................................................................................................. 16

Daftar Pustaka..................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain.
Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan
organisme itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk
jaringan kemudian organ dan sistem yang menjalankan organisme untuk hidup.
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sinyal-
sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang biasanya
dirubah oleh manusia.
Sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari beberapa perubahan
pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya. Misalnya, sel dapat
mengindera dan merespon sinyal elektromagnetik, seperti cahaya dan sinyal
mekanis, seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi satu sama
lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.
Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk menjawab sejumlah pertanyaan
penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari perkembangan embriologis
sehingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis penyakit lain.

B. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang mengenai interaksi sel diatas, maka dapat ditarik
beberapa rumusan masalah seperti:
1. Apa Pengertian Komunikasi Sel?
2. Sebutkan Hubungan Antarsel (Cell Junctions)?
3. Apa saja Tahapan komunikasi dalam sel?
4. Sebutkan Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma?
5. Jelaskan Reseptor dalam intraseluler?
6. Jelaskan bagaimana yang dimaksud Second Messenger?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Sel
1. Pengertian
Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain
ataupun antara sel dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan
sebagai proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target
untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan,
mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
Menurut Prof. Subowo (1995) mengungkapkan bahwa komunikasi sel adalah
proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target untuk
mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan, mengawasi
pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya.
Komunikasi dari satu sel ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler,
misalnya manusia dan pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus
berkomunikasi satu sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu cara
yang memungkinkan organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias
bertahan hidup dan bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting
bagi banyak organisme uniseluler.

2. Tipe penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel


a. Endokrin adalah sel target jauh dengan media hormon yang dibawa oleh
pembuluh darah.
b. Parakrin adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan )
kedalam cairan luar sel.
c. Autokrin, adalah sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri atau dengan kata lain sel penghasil mediator berperan juga sebagai
sel sasaran.

2
d. Sinaptik adalah tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel
saraf melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga
merangsang sel target.

3. Metoda penyampaian sinyal


a. Komunikasi langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan
karena mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
b. Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun kepada sel-sel yang
berada jauh letaknya.
c. Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi yang berlangsung melalui sinyal
listrik yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon dan
neurohormon)
d. Dengan membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma dari
kedua sel yang berkomunikasi tersebut.

3
B. Hubungan Antarsel (Cell Junctions)
Tubuh manusia yang terdiri dari berbagai bentuk dan struktur sel yang beragam
dengan kuantitas yang tinggi, memungkinkan adanya sebuah hubungan yang
dilakukan oleh berbagai sel tersebut. Cell junctions merupakan situs hubungan yang
menghubungkan banyak sel dalam jaringan dengan sel lainnya dan dengan matriks
ekstraseluler. Cell junctions merupakan suatu struktur dalam jaringan organisme
multiseluler. Cell junctions dapat diklasifikasikan ke dalam 3 grup fungsional
yaitu occluding junctions (menempelkan sel bersama-sama dalam epitel dengan cara
mencegah molekul-molekul kecil dari kebocoran satu sisi sel ke sel
lainnya), anchoring junctions (melekatkan sel-sel (dan sitoskeleton) ke sel tetangga
atau ke matriks ekstraseluler), dan communicating junctions (memerantarai jalan
lintasan sinyal-sinyal kimiawi atau elektrik dari satu sel yang sedang berinteraksi ke
sel lainnya).
Klasifikasi fungsional cell junctions:
1. Occluding junctions
Fungsi occluding junctions adalah menghubungkan sel epitel yang satu dengan
sel epitel yang lain, membagi sel atas 2 domain yaitu domain apikal dan basolateral,
mencegah protein membran di domain apikal bergerak ke domain basolateral, dan
menyegel ruang antar 2 sel serta mencegah lalu lintas molekul di ruang antar sel.
a. Tight junctions
Tight junctions merupakan occluding junctions yang penting dalam
mempertahankan perbedaan konsentrasi molekul-molekul hidrofilik kecil
diseberang lembaran-lembaran sel epitel. Protein transmembran utama pada
tight junctions adalah claudin yang penting untuk pembentukan tight
junctions dan fungsinya berbeda dalam tight junctions yang berbeda. Protein
transmembran utama yang kedua pada tight junctions adalah occludin,
fungsinya tidak jelas. Claudin dan occludin berikatan dengan protein
membran periferal intraseluler yang disebut protein ZO. Claudin, occludin,
dan protein ZO ditemukan dapat berikatan dengan tight junctions.
b. Septate junctions
Septate junctions merupakan occluding junctions yang utama pada
invertebrata. Morfologinya berbeda dengan tight junctions. Protein yang

4
disebut Discs-large, yang dibutuhkan untuk pembentukan septate junctions
pada Drosophila, secara struktur berhubungan dengan protein ZO yang
ditemukan dalam tight junctions vertebrata.

2. Anchoring junctions
Anchoring junctions menghubungkan sitoskeleton suatu sel ke sitoskeleton sel
tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Anchoring junctions tersebar luas dalam
jaringan-jaringan hewan dan paling melimpah dalam sel-sel jantung, otot, dan
epidermis. Fungsi anchoring junctions adalah menghubungkan sel dengan sel,
menghubungkan sitoskeleton 2 sel yang berdampingan, menyatukan sel dalam satu
kesatuan kokoh, dan menghubungkan sel dengan matriks ekstraseluler.
Protein penyusun anchoring junctions adalah intracellular anchor proteins dan
transmembrane adhesion proteins.
Anchoring junctions terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda secara fungsional
yaitu adherens junctions dan desmosom (memegang sel bersama-sama dan dibentuk
oleh transmembrane adhesion proteins yang termasuk dalam famili cadherin), focal
adhesions dan hemidesmosom (mengikat sel-sel pada matriks ekstraseluler dan
dibentuk oleh transmembrane adhesion proteins pada famili integrin).

3. Communicating junctions
a. Gap junctions
Gap junctions merupakan celah sempit di antara membran 2 sel atau
dinding sel (sekitar 2-4 nm) yang dihubungkan oleh channel protein. Gap
junction memungkinkan transfer sitoplasmik langsung dari sinyal listrik dan
kimia antara sel-sel yang berdekatan. Bentuk sederhana dari sel untuk
komunikasi sel adalah transfer langsung dari sinyal listrik dan kimia melalui
gap junction, protein saluran yang menciptakan jembatan sitoplasma antara
sel-sel yang berdekatan. persimpangan kesenjangan terbentuk dari serikat.
Sebuah bentuk persimpangan kesenjangan dari penyatuan protein membran
mencakup, disebut connexins, pada dua sel yang berdekatan. yang
connexins bersatu membuat saluran protein (connexon) yang bisa membuka

5
dan menutup. Ketika saluran terbuka, sel-sel yang terhubung berfungsi
seperti sel tunggal dengan beberapa inti (syncytiuma).
Gap junctions disusun oleh connexon (12 satuan protein), connexon
tersusun atas 6 sub unit connexin transmembran. Komunikasi gap junctions
juga dapat diregulasi oleh sinyal-sinyal ekstraseluler. Ketika gap junction
terbuka, ion dan molekul kecil seperti asam amino, ATP dan AMP berdifusi
langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sitoplasma berikutnya. Seperti
saluran membran lainnya, molekul yang lebih besar dikecualikan. di
samping itu, gap persimpangan adalah satu-satunya cara yang bisa lewat
sinyal kimia langsung dari sel ke sel. pergerakan molekul melalui gap
junction dapat dimodulasi atau dimatikan sepenuhnya.
Contohnya adalah neurotransmitter dopamine yang mengurangi
komunikasi gap junctions diantara kelas neuron dalam retina sebagai
jawaban atas peningkatan dalam intensitas cahaya. Fungsi gap junctions
adalah membolehkan jalan lintasan ion-ion dan molekul-molekul kecil yang
dapat larut dalam air.
b. Desmosom
Desmosom menghubungkan intermediate filaments dari sel ke sel.
Desmosom biasanya ada di epitel (misalnya kulit). Desmosom juga
ditemukan dalam jaringan otot dimana mereka mengikat sel-sel otot ke sel
yang lainnya. Protein pelekatan sel pada desmosom, desmoglein dan
desmokolin, merupakan anggota famili cadherin pada molekul-molekul
pelekatan sel yang merupakan protein transmembran yang menjembatani
ruang antara sel-sel epitel yang berdekatan dengan cara pengikatan
homofilik pada domain ekstraseluler ke cadherin desmosom lainnya pada
sel yang berdekatan. Kedua protein tersebut memiliki 5 domain
ekstraseluler dan memiliki domain pengikatan kalsium.
Penyakit-penyakit blistering (melepuh) seperti Pemphigus vulgaris
dapat berkenaan dengan cacat genetik dalam protein desmosom atau
berkenaan dengan respon autoimun.

6
c. Plasmodesmata
Plasmodesmata merupakan hanya junction interseluler dalam
tumbuhan. Suatu sel tumbuhan mungkin memiliki antara 103 dan 105
plasmodesmata yang menghubungkannya dengan sel-sel yang berdekatan.
Di tumbuhan, plasmodesmata melakukan banyak fungsi yang sama seperti
gap junctions. Plasmodesmata berfungsi menghubungkan sel yang satu
dengan sel lainnya melalui retikulum endoplasma dengan celah yang disebut
desmotubul; memberikan suatu rute yang mudah untuk pergerakan ion-ion,
molekul-molekul kecil seperti gula dan asam amino, dan makromolekul
seperti RNA antar sel.
Salah satu keuntungan besar dalam organisme multiseluler yaitu
terdapatnya kebebasan bagi sel-sel untuk mengadakan pengkhususan
fungsinya demi kebaikan organisme sebagai satu kesatuan. Pengkhususan
itu bisa berakibat pada dua kondisi yaitu:
1. Kematian sel: penimbunan sel-sel keratin dalam permukaan epidermis
dan membentuk lapisan yang keras untuk melindungi tubuh terhadap
lingkungan.
2. Pembentukan jaringan yang pada gilirannya berubah menjadi suatu
organ.
Semua sel dalam jaringan berhubungan dengan makromolekul diluar
sel dinamakan matriks ekstraseluler. Sedangkan hubungan antar sel dapat
melalui penghubung sel / cell junction.
Selain untuk berkomunikasi, penghubung sel pun berfungsi mengisi
celah ekstraseluler untuk meneruskan impuls. Ada 3 jenis penghubung sel
(cell junction) yaitu:
1. Penghubung lekat (Adhering junction)
 Struktur ini biasanya dinamakan demosom.
 Ditemukan pada jaringan yang banyak mendapat tekanan mekanik
seperti otot jantung, epidermis kulit, dan epitel rahim. Dalam
sitoplasma sel ini biasanya terdapat kumpulan filamen (sitoskleton)
2. Penghubung tak tembus (Impermeable junction)
 Biasa disebut tight junction

7
 Berperan membentuk sawar dalam lapisan sel seperti pada epitel
selaput lendir usus yang menyebabkan bahan makanan di ruang
usus tidak dapat melalui celah diantara sel-sel epitel usus namun
harus melalui membran sel yang langsung berhadapan dengan
ruang usus.
3. Penghubung komunikasi (Communicating junction)
 Ada 2 jenis penghubung yaitu gap junction dan sinapsis.
 Fungsinya sebagai alat komunikasi molekul dari satu sel ke sel
disekitarnya.
 Gap junction merupakan penghubung paling umum dari semua
jenis hewan dan manusia.
 Disusun oleh saluran-saluran kecil yang menghubungkan langsung
ruang dalam dari kedua sel yang berdekatan. Permukaan kedua
membran sel dipisahkan oleh celah selebar 2-4nm yang dinamakan
konekson. Melalui konekson inilah terjadi perindahan molekul
kecil yang larut dalam air seperti ion anorganik, asam amino,
nukleotid dan vitamin
 Sementara sinapsis merupakan penghubung komunikasi dengan
cara salah satu pihak menghasilkan bahan kimia dan pihak lain
menerima sinyal tersebut dan dipisahkan dengan celah sebesar 20
nm.

C. Tahapan komunikasi dalam sel


Dilihat dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi
3 tahapan yaitu:
a. Tahap penerimaan (reception)
Pada tahapan ini sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel.
Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor
yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
b. Tahap pengikatan molekul (transduction)
Pada tahap ini molekul sinyal memiliki bentuk yang komplamenter dengan situs
reseptor yang melekat disitu seperti anak kunci dalam gembok atau substrat dalam

8
situs katalitik suatu enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti ligan, istilah molekul
yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain, seringkali yang berukurakan
besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein reseptor mengalami perubahan bentuk.
Umumnya efek pengikatan ligan menjadi agregasi kedua atau lebih mengaktivasi
reseptor lain berinteraksi dengan molekul lainnya.
c. Tahap responsif (response)
Pada tahapan ini sinyal yang ditrandusikan menyebabkan aktivitas selular
seperti glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton ataupun aktivasi gen-gen
spesifik dalam nukleus.

D. Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma


1. Reseptor dalam membran sel
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan pada protein reseptor dalam
membran sel. Reseptor ini mentransmisikan informasi dari lingkungan ekstraseluler
ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat berikatan dengan ligan.
Tiga tipe utama reseptor membran adalah:
1. Reseptor saluran/gerbang ion; misalnya pada molekul neurotransmitter
yang dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf berikatan dengan saluran ion
sehingga menyebabkan saluran membuka dan memicu timbulnya sinyal
listrik yang merambat ke sel penerima.

9
2. reseptor terikat enzim seperti tirosin kinase
Kinase adalah enzim yang mengkatalis transfer gugus fospat dari ATP ke asam
amino tirosin

10
3. reseptor terkopel protein G
Reseptor terkopel protein G adalah reseptor membran plasma yang bekerja
dengan bantuan protein G, protein yang mengikat molekul GDP/ GTP yang kaya
energi. Banyak molekul sinyal yang berbeda menggunakan reseptor terkopel protein
G. Struktur molekulnya terdiri dari 7 heliks α, β danγ transmembran. Dalam keadaan
tidak aktif protein G mengikat GDP (guanosin diposfat) melalui subunit α
dipermukaan dalam dinding sel. Saat molekul sinyal berikatan dengan sisi
ekstraseluler maka protein G akan bergeser melepaskan GDP dan diganti oleh
molekul GTP. GTP kemudian mengaktivasi sub unit α untuk melepaskan diri. dan
berikatan dengan efektor lain yaitu adenilil siklase. Saat itulah memicu langkahnya
pada respon seluler. Perubahan pada enzim dan protein G juga bersufat sementara
karena protein G juga berfungsi sebagai enzim GTP-ase maka sub unit α akan
menghidrolisis GTP menjadi GDP. Karena kini tidak aktif lagi protein G
meninggalkan enzim dan kembali ke kondisi awal.
Gb 1

11
Gb 2

E. Reseptor dalam intraseluler


Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk mencapai
reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel target. Molekul
sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan tiroid karena
termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran
sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma
terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul
kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam
membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid
(testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon
seluler) seperti berikut:
 Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay
(sebagian besar merupakan protein).
 Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan (molekul
sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).
Sinyal direlai sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada
tiap tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu berupa perubahan
konformasi suatu protein yang disebabkan oleh fosforilasi.

12
Fosforilasi protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan
merupakan mekanisme utama transduksi sinyal.
Jalur pensinyalan bermula ketika molekul sinyal terikat pada reseptoreseptor ini
kemudian mengaktifkan satu molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1.
Protein kinase 1 aktif ini mentransfer satu fosfat dari ATP kemolekul protein kinase
2 yang inaktif, sehingga akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein
kinase 2 yang aktif ini mengkatalisis fosforilasi (danaktivasi) protein kinase 3.
Akhirnya protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan
respons akhir selatas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus
fosfat.
Molekul kecil dan ion kecil tertentu merupakan komponen utama jalur
pensinyalan (second messenger), seperti AMP siklik (cAMP) dan Ca2+, berdifusi
melalui sitosol sehingga membantu memancarkan sinyal keseluruh sel secara cepat.

13
Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut respon keluaran. Respon
sel terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas dalam sitoplasma atau
transkripsi dalam nukleus.
Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan
diresponnya dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul
sinyal dengan cara yang berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan protein
yang berbeda. Diagram sel A merupakan diagram jalur pensinyalan dengan satu
respon tunggal. Diagram sel B merupakan diagram jalur pensinyalan dengan jalur
bercabang sehingga

memunculkan dua respon yang berbeda. Diagram sel C merupakan diagram jalur
pensinyalan dengan reaksi saling-sapa di antara kedua jalur yang membuat sel dapat

14
memadukan informasi dari kedua sinyal yang berbeda. Diagram sel D merupakan
diagram jalur pensinyalan dengan reseptor yang berbeda dengan reseptor pada sel A,
B dan C.

F. Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau
ion kecil non protein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler
yang mengikat reseptor membrane merupakan jalur first messenger. Second
messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar
keseluruh sel dengan berdifusi. Second messenger berperan serta dalam jalur yang
diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptortirosin-kinase. Dua contoh
second messenger yang paling banyak digunakan ialah:
1. AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasiepinefrin dari
membrane plasma sel hati atau otot kebagian dalam sel, dimana sinyal itu
menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane plasma sel
hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang disingkat AMP
siklik atau cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilatsi klase yang mengkatalisa
perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat perubahan pada
perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau mediator intra seluler yang
mana akan merangsang metabolisme sellewat aktivitas protein kinase.

2. Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor
pertumbuhan dan sejumlah hormone menginduksi respon pada sel targetnya melalui
jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsiumsitosolik.
Peningkatan konsentrasi ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel
hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai second messenger dalam jalur protein-
G dan jalur reseptortirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur
transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu
mekanisme yang melepas ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi dari pada
konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosol terendah, perubahan kecil

15
pada jumlah absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan yang relative
tinggi pada konsentrasi kalsium.

16
DAFTAR PUSTAKA

Subowo (2012),BiologiSel, Bandung,CVAngkasa


Campbell Dan Reece.(2008), Biologyedisi 8, Jakarta, Erlangga.
Ganong (1983), FisiologiKedokteran, Jakarta, EGC.
Guyton (1991), FisiologiManusiadanMekanismePenyakit, Jakarta, EGC
Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung: Widya
Padjadjaran
Campbell, dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
DeGroot, Jack. 1997. Neuroanatomi Korelatif. Jakarta: EGC
Ganong, WF. 1983. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Jakarta : EGC
Raven, dkk. 2004. BIOLOGY Seventh Edition. Boston: Mc Graw Hill
Sloanne, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Subowo. 2012. BiologiSel. Bandung:CVAngkasa
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito

17

Anda mungkin juga menyukai