Disusun oleh:
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(F120155001)
(F120155002)
(F120155003)
(F120155004)
(F120155005)
(F120155006)
(F120155007)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Komunikasi Antar Sel dan Sistem Transportasi
Sel dengan baik dan lancar. Makalah ini diakses untuk memenuhi tugas Biologi Sel tahun 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut serta membantu dalam
penulisan makalah ini, yaitu :
1. Bapak Aji Tetuko, selaku guru pembimbing Biologi Sel.
2. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan dan membutuhkan
kritik serta saran yang membangun. Semoga apa yang telah penulis sajikan dapat bermanfaat
bagi diri penulis secara khusus dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
07 Januari 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Komunikasi atau Interaksi Antar Sel
Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam memnentukan respon
seluler yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum dalam dogma biologi
2
molekuler diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk dapat menjalankan aktivitas
komunikasi tersebut sebuah sel (eukariotik) dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di
membrane plasmanya.Reseptor ini biasanya meupakan bagian structural dari protein integral
yang terdapat di sela-sela lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan sel lain dengan cara
komunikasi langsung atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel target. Berikut macam-macam
interaksi sel :
1.
Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel tumbuhan
memiliki sambungan sel yang bila memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara
sel-sel yang berdekatan.Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat
dengan bebas melewati sel yang berdekatan.Disamping itu sel hewan mungkin
berkomunikasi melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya.
2.
Pensinyalan Parakrin
Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target didekatnya dengan
melepas molekul pengatur local ke dalam fluida ekstraseluler.
3.
Pensinyalan Sinaptik
Pada pensinyalan sinaptik, sel saraf melepaskan molekul neurotransmitter ke dalam sinapsis
antara sel lain.
4.
Hormon mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel endokrin
terspesialisasi mensekresi hormon ke dalam cairan tubuh yaitu darah. Hormon dapat
mencapai hamper seluruh sel tubuh. Tetapi, jika dengan pengatur lokal. Hanya sel target
spesifik yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi yang diberikan.
2.2 Metode Komunikasi Antar Sel
Di dalam tubuh, terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:
1) Komunikasi Langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini
terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang
sangat erat antara sel satu dengan lainnya.Gap junction merupakan protein saluran khusus
yang dibentuk oleh protein connexin.Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion
(sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP
dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.
2) Komunikasi Lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke
cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal
parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3) Komunikasi jarak jauh: adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh.
Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan
sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.
Penerimaan (reseption), merupakan pendeteksian sinyal yang dating dari luar sel oleh sel
target. Sel kimiawi terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada
permukaan sel yang bersangkutan.
2.
Transduksi, diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor. Tahap
transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon seluler
spesifik. Pada system Sutherland, pengikastan epinefrin kebagian luar protein reseptor dalam
membrane plasma sel hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk mengaktifkan
glikogen fosforilase. Transduksi ini kadang-kadang terjadi dalam satu langkah, tetapi lebih
sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam sederetan molekul yang berbeda (jalur
transduksi) sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering disebut molekul relay.
Transduksi sinyal meliputi aktifitas sebagai berikut:
1) Pengenalan berbagai sinyal dari luar terhadap reseptor spesifik yang terdapat pada
permukaan membran sel.
2) Penghantaran sinyal melalui membran sel ke dalam sitoplasma.
3) Penghantaran sinyal kepada molekul efektor spesifik pada bagian membran sel atau
efektor spesifik dalam sitoplasma. Hantaran sinyal ini kemudian akan menimbulkan
respon spesifik terhadap sinyal tersebut. Respon spesifik yang timbul tergantung pada
jenis sinyal yang diterima.Respon dapat berupa peningkatan atau penurunan aktifitas
enzim-enzim metabolik, rekonfigurasi sitoskeleton, perubahan permeabilitas membran
sel, aktifasi sintesa DNA, perubahan ekspresi genetik atupun program apoptosis.
4) Terputusnya rangkaian sinyal. Terjadi apabila rangsangan dari luar mulai berkurang atau
terputus.Terputusnya sinyal juga terjadi apabila terdapat kerusakan atau tidak aktifnya
sebagian atau seluruh molekul penghantar sinyal. Informasi yang terjadi akan melewati
jalur rangsang (signal transduction pathway) yang terdiri dari berbagai protein berbeda
atau molekul tertentu seperti berbagai ion dan kanalnya, berbagai faktor transkripsi,
ataupun berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein yang terlibat pada jalur ini mampu
menghambat atau mengaktifasi protein yang berada dibawah pengaruhnya (down
stream). Protein utama yang terlibat dalam jalur rangsang pada umumnya adalah kinase
dan posphatase, yang beberapa diantaranya merupakan protein yang terdapat/larut dalam
sitoplasma. Kedua protein ini mampu melepaskan atau menerima grup posphat dari
protein lain sehingga proses penghantaran atau penghentian sinyal dapat berlangsung.
Secara singkat langkah-langkah transduksi sinyal adalah:
1) Sintesis molekul sinyal oleh sel yang memberi sinyal.
2) Pelepasan molekul sinyal oleh sel yang memberi sinyal.
3) Transpor sinyal oleh sel target.
4) Pengikatan sinyal oleh reseptor spesifik yang menyebabkan aktivasi reseptor tersebut.
5) Inisiasi satu atau lebih jalur transduksi sinyal intrasel.
6) Peubahan spesifik fungsi, metabolisme, atau perkembangan sel.
7) Pembuangan sinyal yang mengakhiri respon sel.
5
Ikatan ligan dengan reseptor spesifik akan memicu pelepasan second messenger yang akan
menimbulkan reaksi berantai dan membawa perubahan didalam sel. Reseptor spesifik, yang
terdapat pada membran sel dapat berupa: GTP binding protein (G-protein)coupled
receptors,receptor tyrosine kinase, cytokine receptor-linkkinase atupun serine kinase. Sinyal
yang terjadi bukan hanya oleh adanya ikatan ligan dengan reseptor spesifik saja, melainkan
juga akibat adanya paparan langsung dengan tekanan mekanik maupun perubahan kimiawi
disekitar sel dengan melibatkan integrin.
3. Respon, pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon
seluler spesifik. Respon ini dapat berupa hamper seluruh aktivitas seluler seperti katalisis leh
suatu enzim, penyusunan ulang sitoskeleton, atau pengaktivan gen spesifik di dalam
nucleus.proses pensinyalan sel mebantu memastikan bahwa aktivitas penting sperti ini terjadi
pada sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan pada koordinasi yang sesuai dengan sel lain
dalam organisme bersangkutan.
2.4 Lalu Lintas Persinyalan atau Penghantaran Sinyal Melalui Membran Plasma
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu
lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif
untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. Lalu lintas membran akan membuat
perbedaan konsentrasi ion sebagai akibat dari dua proses yang berbeda yaitu difusi dan transport
aktif yang dikenal sebagai gradien ion. Lebih lanjut, gradien ion tersebut membuat sel memiliki
tegangan seluler.Dalam keadaan istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan antara 30 hingga 100
mV lebih rendah daripada interstitium. Lalu lintas membran digolongkan menjadi:
a) Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya.Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi
merupakan contoh dari transpor pasif.Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan
entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan
berlanjut selama respirasi seluler yang mengonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi
pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda
konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih
dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien
konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif
air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter.Ion polar
berdifusi dengan bantuan protein transpor.
b) Transpor aktif
6
Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang
menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensialelektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih tinggi.
Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme kopling agar
asupan energi dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.Arah
perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi.Transpor aktif membutuhkan
bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah
channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik yang
menginduksi transpor ion melalui membran sel maupun membran buatan.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven
pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter
dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah,
sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan.ATP driven pump
merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase.Light driven pump umumnya ditemukan
pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
2.5 Permeabilitas membran, second messenger dan ikatan molekul sinyal dengan dengan
reseptor di membran plasma
Permeabilitas suatu membran adalah kemampuan membran untuk dilewati suatu zat. Keadaan
tersebut bergantung pada:
1. Pori Membran
2. Jenis Larutan
3. Ukuran Partikel-Partikel
Membran semipermeabel merupakan membran yang mudah dilalui oleh molekul air.
Membran selektif permeabel adalah membran yang hanya dapat dilewati oleh zat-zat tertentu.
Membran plasma bersifat semipermeabel dan selektif permeabel
Dinding sel bersifat permeabel, jadi mudah ditembus oleh sebagian besar zat.
Second Messenger (Mesenger kedua) merupakan jalur persinyalan yang melibatkan molekul
atau ion kecil nonprotein yang terlarut-air. Sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang
mengikat reseptor membrane merupakan mesenjer pertama jalur. Karena mesenjer kedua itu
kecil dan terlarut dalam air, mesenjer ini data segera menyebar ke seluruh sel dengan
berdifusi.Mesenjer kedua berperan serta dalam jalur yang diinisiasi reseptor terkait protein-G
maupun reseptor tirosin-kinase. Dua mesenjer kedua yang paling banyak digunakan ialah:
1.
AMP siklik
7
Mesenjer kedua ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari membrane plasma sel
hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu menyebabkan pemecahan glikogen.
Pengikatan epinefrin pada membrane plasma sel hati akan meningkatkan senyawa adenosine
monofosfat siklik, yang disingkat AMP siklik atau cAMP. cAMP ini diaktifkan oleh adenilat
siklase yang mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat
perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau mediator
intraseluler yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein kinase.
2.
Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, factor pertumbuhan, dan
sejumlah hormone, menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal
yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium sitosolik.Peningktan konsentrasi ion kalsium
sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan.Sel menggunakan ion kalsium sebagai
mesenjer kedua dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam merespon
sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat,
biasanya oleh suatu mekanisme yan melepas ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi
daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosolit rendah, perubahan kecil
pada jumlah absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi
pada konsentrasi kalsium.
2.6 Kondisi Patologis Atau Lingkungan Membran Pada Lalu Lintas Persinalan Antar Sel
Patologis yang terdapat pada membran sel meliputi:
1) G-protein (GTP-binding protein)-coupled receptors.
G-protein (GTP-binding protein)-coupled receptors Merupakan suatu reseptor pada sel
membran yangmempunyai tujuh helix transmembran. Penyaluransinyal yang timbul setelah
G-protein coupled receptors berikatan dengan ligan, baru mungkinterjadi bila G-protein ikut
berperan aktif untukmempengaruhi efektor yang berada dibawahpengaruhnya.
2) Reseptor tirosin-kinase (RTK).
Reseptor yang terdapat pada membran sel, terkadang bukan hanya suatu protein yang bekerja
sebagai reseptor saja, namun juga merupakan suatu enzim yang mampu menambah grup
posphat kepada residu tirosin spesifik dari protein itu sendiri. Terdapat dua macam tirosin
kinase (TK) yakni: pertama, RTK yang merupakan protein transmembran yang memiliki
domain diluar membrane sel yang mampu berikatan dengan ligan serta domain didalam
membrane sel yang merupakan suatu katalitik kinase. Jenis kedua, merupakan non-RTK yang
tidak memiliki protein transmembran serta terdapat dalam sitoplasma, inti dan bagian dalam
dari membran sel. Pada G-proteincoupled receptors terdapat tujuh helix transmembran,
sedangkan reseptor tirosin kinase hanya mempunyai satu segmen transmembran meskipun
reseptor tipe ini dapat berupa monomer, dimmer ataupun tetramer.
3) Reseptor kinase serin
8
Reseptor kinase serin berperan pada aktivitas kerja dari aktivin, TGF-beta,
mulerianinhibitingsubstance (MIS), dan bone morphegenicprotein (BMP). Sebagai efektor
dari reseptor kinase serin adalah kinase serin sendiri. Keluarga dari reseptor ini meneruskan
signal melalui suatu protein yang disebut sebagai smads. Protein ini dapat berperan ganda,
baik berperan sebagai penerus sinyal (transducer) maupun sebagai faktor transkripsi.
4) Integrin.
Hubungan antara sel dengan substrat dimediasi dengan adanya integrin yang merupakan
suatu protein transmembran yang mempunyai tempat ikatan dengan berbagai material ekstra
sel seperti fibronektin, kolagen ataupun proteoglikan. Pada proses inflamsi, makrofag
maupun fibroblast akan mensintesa fibronektin yang merupakan matriks protein yang besar.
Fibronektin mempunyai fungsi sebagai chemotractant dan fungsi mitogenik untuk
fibroblast.Untuk menjalankan fungsi tersebut perlu adanya ikatan fibronektin dengan reseptor
integrin pada sel mononuklear maupun fibroblast.
Setiap reseptor pada membrane sel memiliki protein efektor dan jalur sinyal tertentu. Efektor
berperan dalam amplifikasi (peningkatan) suatu signal yang timbul akibat adanya ikatan suatu
ligan dengan reseptor spesifik pada membran sel.
2.7 Model Transportasi pada Membran Plasma
Transpor zat yang terjadi pada sel, baik antarsel maupun organel sel dapat melalui dua cara,
yakni transpor pasif dan transpor aktif.
1. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, senyawa dari luar atau dalam sel tanpa
memerlukan energi.Zat-zat yang ditranspor bergerak dari daerah berkonsentrasi tinggi hingga
daerah berkonsentrasi rendah. Proses transpor pasif ini dapat terjadi secara difusi dan
osmosis.
a. Difusi
Difusi adalah gerakan acak partikel-partikel, atom, maupun molekul gas atau cairan, dari
daerah berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah hingga mencapai
kesetimbangan. Zat-zat tersebut akan berdifusi menurun sesuai gradien konsentrasi.
Gambar 1.28 Difusi zat (a) dipermudah dengan protein (b) terfasilitasi dengan protein pembawa
10
Difusi berlangsung dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat, ukuran
zat, wujud zat, dan suhu.
Gradien konsentrasi yang berbeda di antara dua tempat yakni luar sel dan dalam sel meng
akibatkan proses difusi berlangsung dengan cepat. Proses difusi akan berjalan dengan
lambat, apabila ukuran zat lebih besar. Termasuk juga wujud zat padat yang akan
melambatkan terjadinya proses difusi dibandingkan wujud cair dan gas. Sementara itu,
suhu yang tinggi akan membuat proses difusi berjalan lebih cepat.
b. Osmosis
Selain berlangsung secara difusi, molekul zat dapat pula bergerak secara osmosis.
Osmosis adalah perpindahan zat pelarut melalui membran selektif permeabel dari
konsentrasi zat pelarut tinggi menuju konsentrasi zat pelarut rendah.Zat pelarut ini dapat
keluar masuk melewati membran secara bebas.Hanya saja zat terkecil merupakan zat
yang sudah terseleksi.
Suatu larutan yang memiliki zat pelarut berkonsentrasi tinggi akan memiliki zat terlarut
berkonsentrasi rendah. Keadaan ini disebut hipotonik (hipo artinya kurang). Sebaliknya,
larutan yang memiliki zat pelarut dengan konsentrasi rendah akan mempunyai zat terlarut
berkonsentrasi tinggi. Kondisi yang demikian disebut hipertonik (hiper berarti lebih).
Zat pelarut dan zat terlarut dapat pula berkonsentrasi sama. Keadaan demikian dinamakan
isotonik (iso berarti sama). Salah satu penyebab zat dapat bergerak secara osmosis adalah
adanya perbedaan konsentrasi zat total.Akibat keadaan ini, molekul air yang berada pada
larutan hipotonik dapat berpindah menuju larutan hipertonik.Namun, keadaan ini juga
bisa berlangsung sebaliknya. Meskipun zat terlarut banyak terkandung pada larutan
hipotonik, proses transpor zat akan tetap terjadi secara osmosis. Sementara itu, andaikan
dua larutan bersifat isotonik, molekul air akan berpindah melalui membran dengan
kelajuan sama. Akibatnya, selisih osmosis tidak terjadi pada dua larutan.
Proses osmosis pada sel hewan terjadi saat kondisi sel dengan lingkungannya ingin
dipertahankan. Cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan konsentrasi zat
dalam sel dengan konsentrasi zat luar sel agar selalu sama. Apabila konsentrasi larutan sel
lebih rendah dibandingkan konsentrasi lingkungan luarnya, air dalam sel akan keluar
secara osmosis. Peristiwa ini dinamakan penyusutan sel atau krenasi, yang dapat
menyebabkan sel tidak hidup alias mati. Sebaliknya, bila konsentrasi larutan pada sel
lebih tinggi dibandingkan lingkungan luarnya, air di luar sel akan masuk secara osmosis
ke dalam sel. Kejadian ini akan mengkibatkan sel pecah atau terjadi hemolisis.
Transpor aktif terkait dengan sejumlah proses yang terjadi di dalam makhluk hidup. Zat-zat
yang diserap melalui transpor aktif, misalnya garam mineral yang diserap akar, kemudian
juga glukosa dan asam amino yang diserap usus kecil pada manusia.
Salah satu contoh proses transpor aktif adalah pompa natriumkalium. Proses ini terjadi bila
konsentrasi ion kalium (K+) di dalam sel lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya, sedangkan
ion natrium (Na+)- nya jauh lebih rendah. Karena itu, membran plasma akan memompakan
ion natrium keluar sel dan kalium ke dalam sel, sehingga diperoleh kesetimbangan.
13
Gambar 1.33 Endositosis pada sel: (a) pinositosis dan (b) fagositosis
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi sel dibagi menjadi 4 macam, yaitu komunikasi tingkat langsung, persinyalan
parakrin, persinyalan sinaptik, dan persinyalan endokrin atau hormonal. Adapun
metode komunikasi dibagi menjadi 3 macam, yaitu komunikasilangsung, komunikasi lokal, dan
komunikasi jarak jauh. Proses komunikasi sel dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penerimaan,
reception, transduksi dan respon. Mesenger kedua merupakan jalur persinyalan yang melibatkan
molekul atau ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air. Messenger kedua yang paling
digunakan adalah AMP siklik dan ion kalsium.
3.2 Saran
Kami ketahui bahwa makalah kami ini masih jauh dikatakan sempurna, untuk itu kami
membutuhkan saran dan kritikan yang membangun kepada para pembaca agar pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anoname. (2014). Transpor Zat pada Membran Sel.Tersedia:
http://www.pintarbiologi.com/2014/11/transpor-zat-pada-membran-sel.html (diundul 5 Januari
2016)
Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung: Widya Padjadjaran
Raven, dkk. 2004. BIOLOGY Seventh Edition. Boston: Mc Graw Hill
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito
Zara. (2011). Komunikasi Sel Tersedia:
https://kikuzara.wordpress.com/2011/03/10/komunikasi-sel.html (diunduh 5 Januari 2016)
17
LAMPIRAN
Pensinyalan Sinaptik
Pensinyalan Parakrin
18
19
19
20