Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BIOlOGI SEL

SIKLUS SEL

Disusun Oleh:

1. LILI MANTIKA SHOALICHIN (E1A018047)


2. IZZAH HIDAYATI (E1A018038)
3. JIHAN JULIASTARI `(E1A018039)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Siklus Sel” dengan sebaik mungkin.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1) Bapak Drs. Lalu Zulkifli, M.Sc, Ph.D, selaku dosen pembimbng mata kuliah Biologi Sel
Universitas Mataram,
2) kedua orang tua penulis yang memberikan dukungan materi dan moril,
3) seluruh anggota kelompok 9 (Sembilan) yang telah berpartisipasi dalam menuntaskan
makalah ini,
4) seluruh teman S1 Pendidikan Biologi kelas B Tahun 2019 yang telah membantu penulis,
5) dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terwujudnya makalah
yang lebih baik. Penulis juga berarap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya di kalangan pendidikan

Mataram, 29 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 3
A. Sejarah Siklus Sel ……………………………………………………………. 3
B. Fase-fase dalam Siklus Sel ……………………………………………………. 4
C. Pembelahan Pada Organisme Multiseluler ……………………………………. 6
D. Pembelahan Pada Organisme Uniseluler ……………………………………. 14
E. Regulasi Sel …………………………………………………………………… 15
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 23
A. Kesimpulan …………………………………………………………………… 23
B. Saran …………………………………………………………………………… 23
Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 24

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kemampuan bereproduksi adalah satu karakteristik yang membedakan makhluk


hidup dengan benda mati.Kemampuan makhluk hidup untuk bereproduksi sangat penting
karena melalui proses ini makhluk hidup dapat melestarikan jenisnya.Organisme di bumi
ini di bagi menjadi 2 yaitu organisme bersel tunggal dan bersel banyak.Masing-masing
organisme bersel tunggal maupun bersel banyak bereproduksi melalui beberapa tahapan
pembelahan sel yang terjadi terus-menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk
siklus.Siklus ini disebut dengan siklus sel. Selain untuk bereproduksi siklus sel
diperlukan untuk pertumbuhan,perkembangan,dan regenerasi sel-sel yang rusak sehingga
siklus sel berperan sangat penting dalam pengaturan kehidupan biologis organisme di
bumi.
Tahapan dalam siklus sel dibagi menjadi 2 yaitu tahapan siklus untuk organisme
bersel tunggal dan bersel banyak. Organisme bersel tunggal melewati satu tahapan
sedangkan organisme bersel banyak melewatu 2 tahapan yaitu tahap interfase dan mitosis
maupun meiosis.Setiap tahapan dalam siklus sel diregulasi oleh sistem kontrol molekuler.
Sistem kontrol molekuler ini disebut dengan istilah chekpoint. Chekpoint berperan utama
dalam pengaturan tahapan-tahapan dari setiap siklus sel agar pembelahan sel dapat
tercapai. Apabila terjadi gangguan dalam chekpoint maka dapat menyebabkan penyakit
genetik salah satunya adalah kanker. Penyakit kanker disebabkan oleh sel kanker
mengabaikan sinyal-sinyal normal dalam siklus sel. Penyembuhan kanker dapat
dilakukan melalui metode transkriptomik. Berdasarkan hal ini maka siklus sel sangat
penting untuk dipelajari oleh karena itu penyusun beserta teman-teman menyusun
makalah tentang siklus sel.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah siklus sel?
2. Apa saja fase-fase dalam siklus sel?

1
3. Bagaimana mekanisme terjadinya pembelahan mitosis dan meiosis dalam organisme
bersel banyak?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya pembelahan biner pada organisme bersel tunggal?
5. Bagaimana mekanisme chekpoint berperan dalam pengaturan siklus sel?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah siklus sel.
2. Untuk mengetahui fase-fase dalam siklus sel.
3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pembelahan mitosis dan
meiosis dalam organisme bersel banyak.
6. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pembelahan biner pada
organisme bersel tunggal.
4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme chekpoint berperan dalam pengaturan
siklus sel.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Siklus Sel

Pada tahun 2001, ketiga pionir biologi sel, yaitu: Leland Hartwell, Paul Nurse
dan Tim Hunt mendapatkan hadiah nobel dalam bidang Physiology of Medicine. Hadiah
tersebut diberikan karena keberhasilan mereka dalam menemukan mekanisme regulasi
siklus sel dengan menggunakan kombinasi genetik dan pendekatan biologi molekuler.
Dibantu oleh peneliti-peneliti yang lain, mereka menemukan bahwa protein cyclin dan
cyclin dependent kinase (CDKs) membawa sel dari suatu fase dalam siklus sel masuk ke
fase berikutnya (Goodman, 2008).
Sebelum tahun 1950, para ahli biologi dan patologi sel hanya mengenal 2 fase
dalam siklus sel yang dapat dilihat dengan mikroskop, yaitu: interphase dan mitosis.
Dengan menggunakan kacang panjang, Vicia faba, Howard dan pelc pada tahun 1953
mengatakan bahwa interphase dapat dibagi menjadi 3 fase (Goodman, 2008).
Akhir tahun 1960, Hartwell mengenali adanya kekuatan genetik untuk
memisahkan siklus sel. Melalui penelitiannya menggunakan sel-sel ragi, ia berhasil
mengidentifikasi 100 gen-gen yang terlibat langsung dalam pengaturan siklus sel, yang
disebut gen CDC (cell division cycle). Salah satunya adalah Cdc 28, yaitu suatu CDK
yang mengontrol tahap pertama fase G1 siklus sel dan karena itu juga disebut start
(Goodman, 2008).
Selain itu, Hartwell juga menemukan 3 lokasi checkpoint dari siklus sel.
Sementara Paul Nurse juga melakukan percobaan yang serupa dengan Hartwell, hanya
saja menggunakan jenis ragi yang berbeda. Pada pertengahan tahun 1970, Nurse
mengidentifikasi gen Cdc2 yang berperanan dalam transisi fase G2 menuju M.
Kemudian Nurse mengisolasi gen pada manusia dan menemukan CDK yang lalu disebut
CDK1. Beliau menunjukkan bahwa aktivasi CDK1 tergantung pada fosforilasi yang
reversibel. Setelah itu, beberapa CDK manusia yang berbeda ditemukan (Goodman,
2008).
Aktivitas CDks dibentuk melalui ikatan dengan cyclin. Cyclin pertama
ditemukan oleh Tim Hunt ketika mengikuti kursus physiology pada Marine Biological
Laboratories di awal 1980. Beliau mengamati adanya suatu protein spesifik yang
3
dihancurkan pada setiap pembelahan sel namun disintesis kembali di siklus yang
berikutnya. Protein tersebut kemudian dikenal sebagai cyclin. Penemuannya
dikonfirmasi oleh Joan Ruderman yang menemukan bahwa dalam embrio yang sedang
membelah, terdapat banyak cyclin yang berinteraksi dengan molekul CDK di waktu
yang berbeda dari siklus sel (Goodman, 2008).

B. Fase-fase dalam Siklus Sel

Tahapan-tahapan dalam siklus sel dibagi menjadi 2 yaitu tahap interfase dan
mitosis.
1. Tahapan interfase meliputi 3 tahap yaitu G1 ,S , G2.
a. Tahap G1 yaitu sel mengalami pertumbuhan(peningkatan ukuran sel)
dan perkembangan seperti pembentukan organel sel seperti retikulum
endoplasma, badan golgi,sintesis protein, dll.
b. Tahap S yaitu terjadi proses duplikasi kromosom.
c. Tahap G2 yaitu selaput nukleus membatasi nukleus, nukleus
mengandung satu atau lebih nukleolus, dua sentrosom terbentuk melalui
sentrosom tunggal, setiap sentrosom mengandung dua sentriol,
kromosom belum terkondensasi.
2. Tahapan mitotik meliputi 5 tahap dan pembelahan sitokinesis, yaitu
a. Profase, kromosom terkondensasi, kromosom terduplikasi sehingga
terbentuk kohesin kromatid bersaudara, nukleolus menghilang,
sentrosom bergerak saling menjauh didorong oleh mikrotubul,
gelendong mitotik mulai terbentuk.
b. Prometafase, selaput nukleus terfragmentasi, mikrotubulus menjulur dari
sentrosom memasuki wilayah nukleus, kromosom semakin
terkondensasi, masing-masing kromatid pada kromosom memiliki
kinetokor, mikrotubulus melekat pada kinetokor disebut mikrotubulus
kinetokor, mikrotubulus nonkinetokor saling berinteraksi dengan
jenisnya yang berasal dari kutub yang berlawanan.

4
c. Metafase, sentrosom berada di kedua kutub yang berlawanan, kromosom
berjajar di lempeng metafase, kinetokor kromatid bersaudara melekat ke
mikrotubulus kinetokor yang berasal dari kutub yang berlawanan.
d. Anafase, protein kohesin membelah sehingga kromatid bersaudara
memisah, setiap kromatid bersaudara menjadi kromosom tunggal, kedua
kromosom anakan bergerak menuju kutub yang berlawanan saat
mikrotubulus kinetokor memendek, mikrotubulus nonkinetokor
memanjang menyebabkan sel memanjang.
e. Telofase, dua sel anakan terbentuk dalam sel, selaput nukleus muncul
dari fragmen-fragmen nukleus dan bagian-bagian lagi sistem
endomembran, nukleolus muncul kembali, kromosom kurang
terkondensasi.
f. Sitokinesis merupakan tahap pembelahan sitoplasma kedua sel anakan ,
sel hewan ditandai dengan terbentuknya lekukan penyibakan yang
melibatkan pembagian organel kedua sel anakan sedangkan pada
tumbuhan ditandai dengan vesikel-vesikel yang terdapat pada badan
golgi bergerak menuju tengah sel dan berkumpul membentuk lempeng
sel, materi dinding sel tersimpan dalam vesikel yang berkumpul,
lempeng sel membelah sehingga membran sel sehingga membran di
sekelilingnya berfusi dengan membran plasma di sepanjang tepi sel.

Gambar 2.1 Siklus Sel (Gartner and Hiatt, 2007).

5
Tabel 2.1 Tugas Setiap Fase dalam Siklus Sel (Grisson and Song,
2007).

Gambar 2.2 Tahap-tahap Mitosis (William, 1999).

C. Pembelahan Pada Organisme Multiseluler

1. Mitosis
Mitosis diawali dengan aktivitas MOF (Mitosis Promoting Factor) yang
memicu proses fosforilasi protein dan diakhiri dengan defosforilasi (Sumasi dan
Marianti, 2007). Fosforilasi ini akan menyebabkan perubahan-perubahan morfologi

6
sel, misalnya kondensasi (pemampatan) kromatim menjadi kromatid untuk
kemudian dua kromatid bersatu menjadi kromosom, menghilangnya selubung
nucleus , dan perubahan organisasi sitoskelet ini diawali dengan terduplikasinya
sentroma akan memancarkan mikrotubula aster. Terdapat empat fase mitosis yang
berbeda :
 Prophase

Fase yang pertama yaitu profase, dimana kromosom yang berplikasi saat
interfase akan berkondensasi (menjadi lebih pendek dan lebih tebal dengan
penggulungan erat DNA) menjadi dua kromatid yang bergabung pada
sentromer. Mikrotubulus dibuat untuk perakitan spindle dan memasuki regio
nucleus (inti) saat membrane inti dan sitoskeleton hancur dan nucleolus hilang.
Pada tahap ini diawali dengan perubahan sentrosoma. Sentrosoma yang telah
terduplikasi menjadi dua kutub pembelahan mitotic saat fase G1 dan G2 akan
memancarkan mikrotubula aster semakin lama semakin memanjang dan kedua
sentrosoma tersebut akan bergerak menjauh.
Aktivitas lain yang juga terjadi pada profase adalah bahwa benangbenang
kromatin menduplikasi diri dan berkondensasi menjadi kromatid. Dua kromatid
diikat menjadi satu pada daerah sentromer menjadi kromosom. Sentromer
sendiri diikat oleh kinetokor. Dan kinetokor diikat oleh mikrotubula kinetokor.
Pada akhir profase menuju ke prometafase selubung inti akan pecah terurai
menjadi komponenkomponen penyusunannya. Komponen-komponen inti
tersebut terlarut di sekitar sel yang membelah.

Gambar 2.3 Gambaran skematis kromosom saat akhir profase

7
Gambar 2.4 Fase Profase
a) Sentrosoma membelah menjadi mitokondria aster yang terpisah. Ujungnya
memanjang sentrosoma menjauh.
b) Kromatin menduplikasikan diri dan berkondensasi menjadi kromosom yang
terikat pada sentromer. Sentromer diikat konektor.

 Prometafase
Pecahnya selubung inti menyebabkan mikrotubula yang tadinya berada di
luar inti dapat memasuki daerah inti. Akhir prometafase ditandai dengan
bergeraknya kromosom ke bidang ekuator pembelahan.

Gambar 2.5 Fase Prometafase


a) Pecahnya selubung nukleus. Mikrotubula masuk daerah nukleus.
b) Mikrotubula yang diikat kinetokor pada sentromer disebut mikrotubula
kinetokor.
c) Lainnya disebut mikrotubula kutub dan mikrotubula astral.

8
 Metaphase

Metafase adalah di mana kromosom menempel pada spindle di


sentromernya(titik pertemuan dua kromosom identik) dan berjejer pada bagian
tengah sel (James dkk,2006). Pada tahap metaphase ini diawali dengan
pengaturan letak dan arah kromosom oleh mikrotubula kinetokor sehingga
setiap kromosom menghadap kutub masing-masing. Selanjutnya mikrotubula
kinetokor menggerakkan kromosom ke bidang ekuator. Kromosom tertata di
tengah bidang ekuator. Kromosom dapat tertatat pada bidang ekuator karena
adanya gaya tarik yang sama kuat dari masing-masing kutub pembelahan.

Gambar 2.6 Fase Metaphase

a) Mikrotubula kinetokor mengatur letak dan arah kromosom sehingga tiap


kinetokor menghadap kutub masing-masing.
b) M. Kinetokor menggerakan kromosom ke bidang ekuator.
c) Kedudukan kromosom selanjutnya diatur oleh gaya tarik sama kuat dari
kutub pembelahan.
 Anafase
Anafase yaitu di mana kromosom-kromosom tertarik pada sentromernya
sehingga berpisah dan satu set kromosom akan bergerak ke masing-masing sel
baru. Pergerakan terjadi karena pemendekan dan pemanjangan mikrotubulus yang
membentuk spindle (James dkk,2006).

9
Anaphase diawali dengan terbelahnya kromosom menjadi dua
kromatida, masing-masing dengan sebuah kinetokor. Kromatida tersebut akan
bergerak ke arah kutub pembelahan masing-masing karena memendeknya
mikrotubula kinetokor secara tiba-tiba disebut sebgai anaphase A dengan saling
menjauhnya kutub mitosis disebut anaphase B. setelah kromatida-kromatida
tersebut berkumpul di kutub pembalahan masing-masing, kariokinesis akan
memasuki tahap telofase.

Gambar 2.7 Fase Anafase


a) Diawali terbelahnya kromosom menjadi dua kromatida masingmasing dengan
sebuah kinetokor.
b) Setiap kromatida bergerak ke kutub selanjutnya berkumpul di kutup
pembelahan tersebut.
c) Pemindahan kromatida karena pendekatan m. Kinetokor (Anafase A) dan
saling menjauhnya kutub mitosis (Anafase B)

 Telofase
Telofase, di mana pada ujung sel terdapat masing-masing satu set
kromosom lengkap, spindle berpisah, dan membrane inti terbentuk kembali,
terlihat dua nucleolus (James dkk,2006). Diawali dengan terakitnya kembali
selubung nucleus di sekeliling tiap kelompok kromosom baru. Mikrotubula
kinetokor menghilang, tetapi mikrotubula kutub masih tetap ada. Telofase akan

10
mengakhiri serangkaian proses panjang kariokinesis, untuk selanjutnya masuk
ke fase sitokinesis.

Gambar 2.8 Fase Telophase


a) Selubung nukleus terakhir kembali di sekeliling tiap kelompok kromosom
baru.
b) M. Kinetokor menghalang.
c) M. Kutub masih panjang.

 Sitokinesis
Sitokinesis adalah proses pembelahan sitoplasma yang ditandai dengan
pelekukan pada sel. Pelekukan terjadi di tengah bidang pembelahan karena
aktivitas cincin kontraktil. Pelekukan itu menyebabkan mikrotubula kutub
menjadi tumpang tindih. Mikrotubula yang saling tumpang tindih tersebut
membentuk mid body. Mid body berfungsi sebagai tambatan dua sel anakan.
Setelah pelekukan pada tengah bidang pembelahan sempurna maka cincin
kontraktil akhirnya menghilang (terurai menjadi komponen-komponen
penyusunnya). Dan akhirnya selubung inti dan nucleolus terbentuk lengkap.
Kejadian ini menandakan selesainya proses pembelahan sel.

2. Meiosis
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang khusus dan akan menghasilkan sel
germinal, yaitu: ovum dan spermatozoa. Hasil yang penting dari proses ini ialah:
pengurangan jumlah chromosome dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Tiap gamet
membawa jumlah DNA dan chromosome yang haploid. Selain itu terjadi pula
11
rekombinasi gen sehingga terjadi variasi dan perbedaan kelompok gen (Gartner and
Hiatt, 2007). Proses ini memiliki 2 tahap: meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I
(reductional division), terjadi: pasangan chromosome yang homolog berderet,
anggota tiap pasangan berpisah dan menuju ke kutub yang berlawanan, sel membelah
namun tiap anak sel hanya menerima setengah dari jumlah chromosome (haploid).
Sedangkan pada meiosis II (equatorial division), 2 chromatid dari masing-masing
chromosome berpisah seperti pada mitosis kemudian diikuti migrasi chromatid ke
kutub yang berlawanan dan pembentukan 2 sel anak. Peristiwa ini menghasilkan 4 sel
anak (gamet) dengan jumlah chromosome dan DNA yang haploid (Gartner and Hiatt,
2007).
Awal meiosis terjadi setelah interphase. Dalam gametogenesis, sewaktu selsel
germinal berada pada fase S, jumlah DNA dan chromosome adalah 4n. Prophase I
memerlukan waktu yang panjang dan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu: leptotene,
zygotene, pachytene, diplotene dan diakinesis. Pada leptotene, chromosome yang
terdiri atas 2 chromatid yang bergabung di centromere, mulai berkondensasi,
membentuk rantai yang panjang dalam nucleus. Pada zygotene, pasangan-pasangan
chromosome yang homolog saling mendekati dan berada dalam 1 deret dan bersinaps
melalui synaptonemal complex, membentuk tetrad. Ketika chromosome melanjutkan
diri berkondensasi dan menebal serta memendek, ini merupakan tahap pachytene.
Terbentuk pula chiasmata (tempat terjadinya crossing over) sebagai pertukaran
materi genetik antara chromosomechromosome yang homolog. Dalam tahap
diplotene, chromosome terus berkondensasi dan mulai memisah, menampakkan
chiasmata. Pada tahap diakinesis, chromosome berkondensasi maksimal dan
nucleolus menghilang, demikian pula dengan membran nucleus sehingga
chromosome berada bebas dalam cytoplasma (Gartner and Hiatt, 2007).
Tanda dimulainya metaphase I ialah bahwa masing-masing pasangan
chromosome yang homolog, terdiri dari 2 chromatid yang berderet pada bidang
equatorial. Selama fase ini, chromosome yang homolog berderet berpasangan pada
bidang equatorial secara acak, dan spindle fibers kemudian melekat pada kinetochore
(Gartner and Hiatt, 2007).

12
Gambar 2.9 Fase-fase dalam Meiosis (William, 1999).

Sementara dalam anaphase I terjadi migrasi chromosome menuju ke kutub


yang berlawanan. Di sini, chromosome masih mengandung 2 chromatid. Sedangkan
telophase I seperti telophase pada mitosis. Pada fase ini, chromosome telah mencapai
kutub yang berlawanan, nucleus terbentuk kembali dan terjadi cytokinesis sehingga
terbentuk 2 sel anak. Tiap sel berjumlah 23 chromosome namun karena masing-
masing chromosome memiliki 2 chromatid, maka isi DNA masih diploid. Setelah itu
setiap anak sel yang baru terbentuk akan memasuki meiosis II (Gartner and Hiatt,
2007).

13
Dalam meiosis II, equatorial division tidak terjadi sebelum fase S dan sangat
serupa dengan mitosis serta terbagi menjadi prophase II, metaphase II, anaphase II,
telophase II dan cytokinesis. Chromosome berderet pada bidang equator, kinetochore
melekat pada spindle fibers yang kemudian diikuti dengan migrasi chromatid ke
kutub yang berlawanan dan cytokinesis akan membagi setiap sel sehingga
terbentuklah 4 anak sel yang memiliki jumlah chromosome dan DNA yang haploid.
Kadang-kadang terjadi kelainan jumlah chromosome akibat non disjunction pada
meiosis I, seperti misalnya pada klinefelter syndrome, down syndrome, turner sme
dan sebagainya (Gartner and Hiatt, 2007).

D. Pembelahan Pada Organisme Uniseluler


Proses reproduksi pada sel prokaryotic berlangsung secara sederhana tanpa
melibatkan kromosom (Amitosis). Sel inang membelah diri menjadi dua bagian yang
kemudian menghasilkan sel-sel baru. Amitosis adalah pembelahan sel secara langsung
tanpa melibatkan kromosom, contohnya pada sel bakteri.
Prokariota (bakteri) bereproduksi melalui tipe pembelahan biner yakni
pembelahan menjadi separuh. Pembelahan biner yaitu pembelahan sel dari 2 sel
menjadi 4 sel dan seterusnya. Sebagian besar gen bekteri terdapat pada kromosom
tunggal yang terdiri atas DNA sirkuler dan protein. Walaupun bekteri lebih sederhana
dari sel eukaryotic, namum replikasi genomnya secara teratur dan pendistribusian
salinannya secara sama ke kedua sel anak masih sulit dimengerti (Nusantari,2015).

Gambar 2.10 Pembelahan Biner

14
Alokasi genom identik ke sel anak tergantung pada pelekatan kromosom
terduplikasi ke membrane plasma sel induknya. Pertumbuhan lanjut sel tersebut secara
berangsur-angsur memisahkan kromosom. Akhirnya membran plasma melekuk ke
dalam dan membagi sel menjadi dua pada saat dinding sel baru terbentuk di antara sel-
sel anak tersebut.

E. Regulasi Siklus Sel

Setiap tahap dalam siklus sel dikontrol secara ketat oleh regulator siklus sel,
yaitu:
1. Cyclin. Jenis cyclin utama dalam siklus sel adalah cyclin D, E, A, dan B. Cyclin
diekspresikan secara periodik sehingga konsentrasi cyclin berubah-ubah pada setiap
fase siklus sel. Berbeda dengan cyclin yang lain, cyclin D tidak diekspresikan secara
periodik akan tetapi selalu disintesis selama ada stimulasi growth factor.
2. Cyclin-dependent kinases (Cdk). Cdk utama dalam siklus sel adalah Cdk 4,6,2,dan 1
Cdks merupakan treonin atau serin protein kinase yang harus berikatan dengan cyclin
untuk aktivasinya. Konsentrasi Cdks relatif konstan selama siklus sel berlangsung.
Cdks dalam keadaan bebas (tak berikatan) adalah inaktif karena catalytic site, tempat
ATP dan substrat berikatan diblok oleh ujung C-terminal dari CKIs. Cyclin akan
menghilangkan pengebloka tersebut. Ketika diaktifkan, Cdk akan memacu proses
downstream dengan cara memfosforilasi protein spesifik.
3. Cyclin–dependent kinase inhibitor (CKI), merupakan protein yang dapat menghambat
aktivitas Cdk dengan cara mengikat Cdk atau kompleks cyclin-Cdk. Cyclin–
dependent kinase inhibitor terdiri dari dua kelompok protein yaitu INK4 (p15, p16,
p18, dan p19) dan CIP/KIP (p21, p27, p57). Keluarga INK4 membentuk kompleks
yang stabil dengan Cdk sehingga mencegah Cdk mengikat cyclin D. INK4 bertugas
mencegah progresi fase G1. Keluarga CIP/KIP meregulasi fase G1 dan S dengan
menghambat kompleks G1 cyclin- Cdk dan cyclin B-Cdk1. Protein p21 juga
menghambat sintesis DNA dengan
menonaktifkan proliferating cell nuclear antigen (PCNA). Ekspresi p21 diregulasi
oleh p53 karena p53 merupakan faktor transkripsi untuk ekspresi p21
Rb Pathway
15
Siklus sel dimulai dari masuknya sel dari fase G0 (quiescent) ke fase G1
karena adanya stimulus oleh growth factor. Pada awal fase G1, Cdk 4 dan atau 6
diaktifkan oleh cyclin D (cycD). Kompleks Cdk4/6 dengan cycD akan menginisiasi
fosforilasi dari keluarga protein retinoblastoma (pRb) selama awal G1. Efek dari
fosforilasi ini, fungsix histon deasetilasi (HDAC) yang seharusnya menjaga
kekompakan struktur kromatin menjadi terganggu. Akibatnya struktur DNA menjadi
longgar dan faktor transkripsi yang semula diikat pRb menjadi lepas dan transkripsi
dari E2F responsive genes yang dibutuhkan dalam progresi siklus sel ke fase S
menjadi aktif. Gen tersebut antara lain cycE, cycA, Cdc25, DNA polimerase,
timidilat kinase, timidilat sintetase, DHFR, dll

Gambar 2.11 Siklus sel (Sherr, 1996)

Pada transisi fase G1 ke fase S, Cdk2 aktif dengan mengikat cycE. Kompleks
tersebut melanjutkan proses fosforilasi pRb (status hiperfosforilasi) supaya proses
transkripsi yang dipacu E2F tetap aktif dan Restriction point (R) yang ada di batas
fase G1/S dapat terlampaui. Pada saat inilah cycA ditranskripsi. Selama G1/S,
kompleks Cdk2-cycE juga memfosforilasi inhibitor p27 sehinggap27 terdegradasi
(Vermeulen et al., 2003). Ketika siklus sel akan memasuki fase S,cycE akan
didegradasi dan Cdk2 yang dibebaskan akan mengikat cycA Kompleks Cdk2-cycA
dibutuhkan sel untuk mereplikasi DNA selama fase S. Komplek Cdk2-cycA akan
memfosforilasi protein yang dibutuhkan dalam replikasi DNA supaya aktif,
contohnya adalah protein CDC6 (Cell Division Cycle 6). Kompleks tersebut juga
menjaga supaya tidak terjadi multiplicity replikasi DNA. Pada akhir fase S, cycA

16
akan melepas Cdk2 dan mengikat Cdk1 (Cdc2) yang meregulasi transisi sel dari S ke
G2 Kompleks cycA-Cdk1 akan memfasilitasi kondensasi kromatin yang dibutuhkan
untuk penggandaan sel. Pada fase G2, sel juga memiliki kesempatan melakukan
mekanisme repair apabila terjadi kesalahan sintesis DNA.

Gambar 2.12 Perkembangan Sel

Memasuki fase mitosis, cycA akan didegradasi dan terjadi peningkatan


ekspresi cycB yang akan mengikat Cdk1. Kompleks Cdk1-cycB secara aktif
memacu mitosis. Kompleks cycB-Cdk1 berperan penting dalam control
rearrangement mikrotubul selama mitosis Cdk1 dapat dinonaktifkan oleh Wee1
dan Myt1 dengan cara Wee1 dan Myt1 akan memfosforilasi Cdk1 pada tirosin-15
dan atau threonin-14. Defosforilasi pada situs tersebut dapat dilakukan oleh Cdc25
sehingga Cdk 1 menjadi aktif kembali dan siklus sel tetap berlangsung. Pada akhir
fase mitosis, cycB akan didegradasi oleh anaphase promoting complex (APC)
melalui proses proteolitik. APC juga berfungsi untuk memacu kromatid untuk
berpisah bergerak ke masing-masing kutub untuk menyelesaikan mitosis (anafase).
Sel memiliki mekanisme kontrol, yaitu pada checkpoint. Tempat ini memeriksa
kejadian-kejadian penting, seperti pertumbuhan sel, sintesis DNA, dan ketepatan
segregasi chromosome sebelum sel meninggalkan suatu fase dalam siklus sel (Gartner
and Hiatt, 2007). Untuk menjamin bahwa DNA berduplikasi dengan akurat dan

17
separasi dari kromosom terjadi dengan benar, maka siklus sel melakukan mekanisme
checkpoint.
Checkpoint bertugas mendeteksi kerusakan DNA. Apabila terdapat kerusakan
DNA, checkpoint akan memacu cell cycle arrest sementara untuk perbaikan DNA
atau cell cycle arrest permanen sehingga sel memasuki fase senescent. Bila
mekanisme cell cycle arrest tidak cukup menjamin DNA yang rusak diduplikasi,
maka sel akan dieliminasi dengan cara apoptosis Faktor checkpoint pertama pada sel
mamalia dikenal dengan restriction point (R) dan muncul menjelang akhir G1). Pada
checkpoint ini, DNA sel induk diperiksa apakah terdapat kerusakan atau tidak. Bila
terdapat DNA yang rusak, siklus sel dihentikan hingga mekanisme repair DNA rusak
telah selesai. Setelah melampaui R, sel menjadi commited (komitment) untuk
menyelesaikan keseluruhan satu siklus (no return point) dan selanjutnya sel harus
mampu melakukan replikasi DNA. Bila tidak melampaui R, sel dapat kembali ke fase
G0. Hilangnya kontrol dari R akan menghasilkan survival DNA yang rusak.
Terdapat 3 tempat untuk mengatur siklus sel (checkpoint), yaitu:
1. Restriction point, yaitu pada akhir fase G1, ketika sel menyelesaikan suatu siklus
pembelahan. Sel tidak dapat menyelesaikan fase ini bila tidak memiliki nutrisi yang
cukup ataupun growth factor (Manson, et al, 2006). Bila ada kesalahan DNA, siklus
sel akan tertahan pada fase G1 dan tidak dapat memasuki fase S. Hal ini akan
memberikan waktu bagi sel untuk memperbaiki kerusakan DNA sebelum memasuki
fase S. Tertahannya siklus pada fase ini dimediasi oleh aktivitas p53 (Junqueira and
Carneiro, 2003).
2. Mitosis dimulai pada permulaan fase M. Sel tidak dapat melakukan titik ini bila ada
kerusakan atau kesalahan DNA (Manson, et al, 2006).
3. Selesainya mitosis terdapat di akhir fase M. Sel akan tertahan di titik ini jika mitotic
spindle gagal untuk berkumpul secara adekuat (Manson, et al, 2006).
Sementara, menurut Goodman (2008), terdapat 4 tempat terjadinya checkpoint,
yaitu pada perbatasan fase G1/S, intra fase S, perbatasan fase G2/M dan dalam mitosis.
Albert et al (2002) mengatakan checkpoint terjadi pada perbatasan G1/S, G2/M dan M.

18
Gambar 2.13 Lokasi Checkpoint pada Siklus Sel (Albert et al, 2002).

Kerusakan DNA dapat diketahui oleh checkpoint karena adanya 3 komponen


utama, yaitu: sensor kerusakan, signal transduksi dan efektor. Tertahannya suatu fase
memerlukan sensor dan pengenalan akan tempat rusaknya DNA untuk memulai
checkpoint. Salah satu sensor adalah ataxia telangiectasia mutated (ATM). Mutasi ATM
berkaitan dengan terjadinya ataxia-telangiectasia. Berat ATM sebesar 350-kDa, suatu
protein oligomeric yang memiliki rantai yang homolog dengan phosphatidylinositol 3-
kinases (P13Ks) namun dengan aktivitas lipid kinase yang kurang. Namun, ATM
memiliki aktivitas protein kinase yang distimulasi oleh agen-agen yang menginduksi
pemecahan rantai ganda DNA. Setelah sel terpapar oleh radiasi ion, terjadi
autofosforilasi ATM dan mengaktivasi sejumlah besar target protein, seperti: Chk2, p53,
NBS1 dan BRCA1 pada serines dan threonines yang mendahului glutamine dalam
rangkaian SQ dan TQ. Rangkaian di sebelahnya juga memberikan spesifisitas karena
S15Q dari p53 difosforilasi oleh ATM sementara S37Q tidak (Goodman, 2008).
Homolog ATM adalah ATR dengan berat 303 kDa dan termasuk dalam P13K
family. Absennya ATR dapat mengakibatkan kematian pada embrio mencit. Sementara
pada manusia, mutasi ATR mengakibatkan hilangnya sebagian aktivitas ATR. Seperti
ATM, ATR juga merupakan suatu protein kinase yang spesifik terhadap residu serine
dan threonine dalam motif SQ/TQ dan dapat memfosforilasi seluruh protein yang
difosforilasi ATM. Namun ATR diaktivasi oleh sinar ultraviolet. Fungsi ATR serupa
dengan ATM, yaitu sebagai sensor dan molekul transducer yang berespons terhadap
19
kerusakan dasar akibat iradiasi sinar ultraviolet dan tidak berespons terhadap putusnya
rantai ganda DNA (Goodman, 2008).
1. Cyclin

Kemampuan sel untuk memulai siklus sel tergantung dari adanya protein cyclin
dan cyclin-dependent kinase (CDKs) (Gartner and Hiatt, 2007). Cyclin mengontrol
siklus sel dengan mengatur cyclin dependent kinases (CDKs). CDKs menjadi aktif
ketika berikatan dan membentuk kompleks dengan protein cyclin (Manson et al, 2006).
CDKs yang aktif akan menstimulasi siklus sel terus menerus dengan
memfosforilasi (dan karena itu mengaktivasi) protein spesifik dalam sel yang diperlukan
untuk transisi ke tahap yang yang selanjutnya. Misalnya: pada awal prophase mitosis,
pemecahan membran nucleus diinisiasi oleh fosforilasi lamins, yang membentuk bagian
dari kerangka nucleus. Demikian pula ketika chromosome berkondensasi di awal
mitosis akan dinisiasi oleh fosforilasi histon H1, yaitu suatu nuclear-associated protein.
Contoh yang lain adalah: perpindahan fase G1 menjadi S diinisiasi oleh fosforilasi Rb
protein (pRb) oleh CDKs (pRb yang tidak terfosforilasi berikatan dengan faktor
transkripsi E2F). Akibatnya, pRb yang terfosforilasi ini akan melepaskan ikatannya
dengan E2F sehingga E2F dapat mengaktifkan gen-gen transkripsi yang diperlukan
untuk transisi fase G1 menjadi S (Manson et al, 2006).
Cyclin pada manusia dapat dibagi menjadi Cyclin A, B, D dan E. Masingmasing
cylin ini akan berperan dalam siklus sel di tempat-tempat yang berbeda (Manson et al,
2006). Cyclin D disintesis pada awal fase G1, berikatan dengan CDK4 dan CDK 6. Di
akhir fase G1, cyclin E disintesis dan berikatan dengan CDK2. Setelah terbentuk 3
kompleks dari ikatan tersebut, sel dapat memasuki fase S (Gartner and Hiatt, 2007).
Sel akan meninggalkan fase S dan memasuki fase G2, bila telah terbentuk komplek dari
ikatan cyclin A dengan CDK2 dan CDK1. Terbentuknya ikatan antara cyclin B dengan
CDK1 akan mengakibatkan sel memasuki fase mitosis (M) dan meninggalkan fase G2
(Gartner and Hiatt, 2007). Peningkatan kadar cyclin sampai melewati ambang akan
menyebabkan CDKs inhibitor tidak dapat lagi menghambat CDKs sehingga CDKs
menjadi aktif dan berikatan dengan cyclin untuk membentuk kompleks cyclin-CDKs.
Kompleks MPF yang dibentuk oleh cyclin B-CDKs akan memicu transisi fase G2
memasuki fase M. Peningkatan kecil kadar cyclin akan memproduksi peningkatan
20
aktivitas MPF kinase yang besar sehingga terjadi kondensasi chromosome. Aktivitas ini
bahkan dapat memicu mitosis pada sel-sel yang tidak membelah. Sementara untuk
memasuki fase S, dikontrol oleh faktor transkripsi E2F.

Gambar 2.14 Jenis-jenis Cyclin dan CDK pada Siklus Sel (Goodman, 2008).

Tabel 2.2 Kompleks cyclin-CDK pada Vertebrata (Albert et al, 2002)


2. Cyclin Inhibitor

Aktivitas cyclin dapat dihambat oleh CDK inhibitor. Paling sedikit terdapat 2
kelas CDK inhibitor (CKIs), yaitu CIP/KIP family yang merupakan suatu kinase
inhibitor dan INK4. Bentuk dasar kelompok CIP/KIP family adalah p21 atau p21waf1/cip1.
Kinase inhibitor ini berhubungan erat dengan p27 dan p57, yang semuanya mampu
berikatan dan membentuk kompleks dengan CDK1/cyclin B, CDK2/cyclin A,

21
CDK2/cyclin E, CDK4/cyclin D dan CDK6/cyclin D serta menghambat aktivitas kinase
kompleks tersebut (Goodman, 2008). Sementara itu, bentuk dasar dari INK4 adalah
p16 yang tergantung pada pRb atau protein lain, yaitu p107 atau p130. Anggota INK4
yang lain, berdasarkan struktur dan fungsinya, antara lain: p15, p18 dan p19. Kelas ini
berikatan secara ekslusif dengan CDK 4 dan 6, mencegah CDK ini berikatan dengan
cyclinnya sehingga menghambat aktivitas kinasenya (Goodman, 2008).

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelahan sel adalah peristiwa dimana sebuah sel membelah menjadi dua atau
lebih sel baru. Pembelahan Sel merupakan cara sel untuk memperbanyak diri atau yang
disebut dengan bahasa ilmiahnya proses reproduksi sel. Proses reproduksi sel pada sel
prokaryotik berupa Pembelahan amitosis, sedangkan pada sel eukaryotik berupa
pembelahan mitosis dan meiosis. Kemudian proses siklus sel dimulai dari fase interfase
yang merupakan fase istirahat dimana tahap-tahap antara lain tahap G1, tahap S, dan
tahap G2, selanjutnya masuk ke dalam tahap mitosis (pembelahan sel) dibagi menjadi 2
yaitu kariokinesis (siklus kromosom) dan sitokinesis (siklus sitoplasma). Selanjutnya
fungsi dari reproduksi sel antara lain : Untuk memperbanyak jumlah sel untuk
pertumbuhan, sebagai proses regenerasi sel-sel yang telah mati / rusak, pada makhluk
bersel satu (uniseluler) seperti bakteri dan protozoa, proses pembelahan sel merupakan
salah satu cara untuk berkembang biak dan untuk membuat atau memunculkan variasi
atau varietas baru individu.

B. Saran
Berikut ini adalah saran dari tim penyusun makalah yang ditujukkan bagi
pembaca maupun pemakalah yang akan menjadikan makalah ini sebagai :
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mengerjakan tugas atau sebagai
pegangan bahan ajar dengan memerhatikan penyusunnya dan tidak bersifat
plagiatisme.
2. Diharapkan dalam penyusunan makalah agar menggunakan referensi yang memiliki
keakuratan sumber data seperti buku, website terpercaya, jurnal nasional maupun
jurnal internasional.
3. Hendaknya isi materi dan isi pembahasan harus sesuai dengan silabus mata kuliah
agar pokok materi yang akan dibahas tidak melenceng dan tepat dengan apa yang
menjadi permasalahan yang di bahas.

23
DAFTAR PUSTAKA
Cooper GM and Hausman RE, 2004, The Cell: A Molecular Approach, Fifth Edition, ASM
Press and Sinauer Associates, Inc.
De Stanchina E, McCurrach ME, Zindy F, Shieh SY, Ferbeyre G, Samuelson AV, Prives C,
Roussel MF, Sherr CJ, Lowe SW., E1A signaling to p53 involves the p19(ARF)
tumor suppressor., Genes Dev. 1998 Aug 1;12(15):2434-42.
Dhulipala, V.C., Welshons, W.V., and Reddy, C.S., 2006, Cell Cycle Proteins in Normal and
Chemically Induced Abnormal Secondary Palate Development: a Review, Human
Exp. Toxicol. 25: 675-682.
James, J, Baker, C and Swain, H. 2006. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta:
Erlangga.
Reece,Mitchell.2002.Biologi Campbell.Edisi Kelima-Jilid1. Jakarta: Erlangga
Sumadi dan Marianti, Aditya. 2007. Biologi sel. Yogyakarta: Graha ilmu.

24

Anda mungkin juga menyukai