SIKLUS SEL
Disusun Oleh :
Atika Salma Choirunnisa (19312241001)
Elrefi Luthfia Azzahra (19312241004)
Malinda Puspita Sari (19312241006)
Sekar Dewi Larasati (19312241011)
Umaiy Zulfa Rosyada (19312241027)
SAMPUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
BAB II 3
ISI 3
BAB III 15
SIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia termasuk dalam mahluk hidup. Sebagai mahluk hidup, manusia
tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan ini ternyata telah dimulai
sejak pertama kali ovum dan sperma bertemu (fertilisasi). Hasil fertilisasi (zygot)
dapat tumbuh dan berkembang antara lain karena adanya pembelahan sel sehingga sel
bertambah banyak. Sel beregenerasi dengan cara menduplikasi isinya dan membelah
sehingga menjadi 2 sel. Ini terjadi terus-menerus dan berulang- ulang sehingga
merupakan suatu siklus.
Siklus sel diperlukan agar organisme dapat berfungsi dengan baik, bahkan
pada orang dewasa tetap diperlukan untuk menggantikan sel-sel yang mati. Selain
ukuran sel harus bertambah, tugas utama siklus sel adalah menurunkan informasi
genetik (DNA dan chromosom) dalam sel ke sel generasi yang berikutnya. Untuk itu,
siklus sel harus dikoordinasi dengan baik. Bila terjadi kesalahan dalam siklus sel
(DNA dan chromosom salah), maka dapat mengakibatkan penyakit, antara lain
penyakit genetik.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelainan genetik adalah kanker.
Pada kanker, sel berproliferasi terus karena adanya mutasi pada gen yang mengatur
pertumbuhan dan apoptosis yang berpengaruh terhadap siklus sel, yaitu mitosis dan
miosis. Kanker ini dapat menyebabkan kematian. Karena itu kanker perlu dicegah dan
diobati. Untuk dapat mencegah dan mengobati kanker, maka perlu dipelajari dan
dipahami lebih lanjut siklus sel dan pengaturannya.
BAB II
ISI
A. Sejarah Siklus Sel
Pada tahun 2001, ketiga pionir biologi sel, yaitu : Leland Hartwell, Paul Nurse
dan tim Hunt mendapatkan hadiah nobel dalam bidang Physiology of Medicine.
Hadiah tersebut diberikan karena keberhasilan mereka dalam menemukan mekanisme
regulasi siklus sel dengan menggunakan kombinasi genetik dan pendekatan biologi
molekular. Dibantu oleh peneliti-peneliti yang lain, mereka menemukan bahwa
protein cyclin dan cyclin dependent kinase (CDKs) membawa sel dari suatu fase
dalam siklus sel masuk ke fase berikutnya (Goodman, 2008).
Sebelum tahun 1950, para ahli biologi dan patologi sel hanya mengenal 2 fase
dalam siklus sel yang dapat dilihat dengan mikroskop, yaitu : interphase dan mitosis.
Dengan menggunakan kacang panjang, Vicia vaba, Howard dan Pele pada tahun 1953
mengatakan bahwa interphase dapat dibagi menjadi 3 fase (Goodman, 2008).
Akhir tahun 1960, Hartwell mengenali adanya kekuatan genetik untuk
memisahkan siklus sel. Melalui penelitiannya menggunakan sel-sel ragi, ia berhasil
3
mengidentifikasi 100 gen-gen yang terlibat langsung dalam pengaturan siklus sel,
yang disebut gen CDC (cell division cycle). Salah satunya adalah Cdc 28, yaitu suatu
CDK yang mengontrol tahap pertamafase G1 siklus sel dan karena itu juga disebut
start (Goodman, 2008).
Selain itu, Hartwell juga menemukan 3 lokasi checkpoint dari siklus sel.
Sementara Paul Nurse juga melakukan percobaan yang serupa dengan Hartwell, hanya
saja menggunakan jenis ragi yang berbeda. Pada pertengahan tahun 1970, Nurse
mengidentifikasi gen CDK1. Beliau menunjukkan bahwa aktivasi CDK1 tergantung
pada fosforilasi yang reversible. Setelah itu, beberapa CDK manusia yang berbeda
ditemukan (Goodman, 2008).
Aktivitas CDKs dibentuk melalui ikatan dengan cyclin. Cyclin pertama
ditemukan oleh Tim Hunt ketika mengikuti kursus physiology pada Marine Biological
Laboratories di awal 1980. Beliau mengamati adanya suatu protein spesifik yang
duhancurkan pada setiap pembelahan sel namun disintesis kembali di siklus yang
berikutnya. Protein tersebut kemudian dikenal sebagai cyclin. Penemuannya
dikonfirmasi oleh Juan Ruderman yang menemukan bahwa dalam embrio yang
sedang membelah, terdapat banyak cyclin yang berinteraksi dengan molekul CDK di
waktu yang berbeda dari siklus sel (Goodman, 2008).
4
C. Macam Pembelahan Sel
5
Gambar 2.2 Amitosis pada bakteri
6
b. Fase kariokinesis
Fase kariokinesis adalah tahap pembelahan sel. Pada tahap ini terjadi
replikasi DNA yang dilanjutkan dengan pembelahan sel. terdiri dari empat
tahapan :
1) Tahap Profase = nukleus tidak terlihat, benang benang kromatin
mengalami penebalan dan pemendekan sehingga kromosom dalam
nukleus tampak jelas. Selanjutnya kromosom berduplikasi membentuk
sepasang kromatid yang makin lama makin pendek, menebal, dan
menyebar memenuhi inti. Kemudian membran inti mengalami
degenerasi dan hilang pada akhir profase, tetapi belum sempurna. pada
tahap profase akhir, membran inti menghilang secara sempurna karena
terfragmentasi.
2) Tahap metafase = pasangan kromatid berada pada bidang ekuator sel
dan terdapat spindel yang menghubungkan sentromer dengan kutub
pembelahan. Kromosom berada sejajar pada bidang ekuator.
3) Tahap Anafase = setiap kromatid yang berpasangan terpisah bersama
sentromernya. selama anafase, spindel akan memendek. setiap
kromatid akan bergerak menuju kutub pembelahan masing masing.
Pergerakan kromatid menuju kutub dapat terjadi melalui mekanisme
kontraksi mikrotubul dari kutub pembelahan.
4) Tahap Telofase = berhentinya gerakan kromatid menuju kutub
pembelahan. Kromosom anak mulai menipis dan menjadi lurus.
Membran inti dan nukleus kembali terbentuk. Aster mulai menghilang.
(Karmana, 2007).
Di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai tahap-tahap
pembelahan mitosis, diantaranya :
1. Profase
7
tidak dapat menyerap warna. Tiap-tiap sentromer tersebut mengandung
kinetokor, yaitu tempat mikrotubul terikat.
● Kromosom tersebut menduplikasi membujur menjadi dua (2) bagian, yang
pada masing-masingnya disebut dengan kromatid. Secara bersamaan dengan
itu nukleolus tersebut mengecil ukurannya dan kemudian menghilang.
● Kromatid itu terjerat pada benang spindel.
● Benang spindel tersebut tampak meluas ke luar dan ke segala arah disebut
ialah sebagai aster.
● dan pada akhir profase, selubung inti sel itu pecah dan tiap-tiap kromatid itu
melekat pada beberapa benang spindel di kinetokor. Kromosom duplikat
setelahnya meninggalkan daerah kutub kemudian berjajar di ekuator.
Pada sel tumbuhan yang tidak mempunyai sentriol, benang gelendong
pembelahan mitosis itu terbentuk di antara dua titik yang disebut dengan titik
kutub.
2. Metafase
3. Anafase
4. Telofase
8
● Pada bagian ekuator ini terjadi lekukan yang semakin lama akan semakin ke
dalam hingga sel induk tersebut akan terbagi menjadi dua yang pada
masing-masingnya mempunyai sifat dan juga jumlah kromosom yang sama
dengan induknya.
c. Fase Sitokinesis
Pada fase ini pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan
sekat sel yang baru. sekat tersebut memisahkan dua inti menjadi dua sel
anakan (Aryulina, 2006).
9
● Melewati tahapan pembelahan yaitu interfase, profase, metafase, anafase, serta
juga telofase, namun secara umum tahap-tahap tersebut akan kembali ke tahap
semula sehingga akan membentuk sebuah siklus sel.
10
2) Tahap Metafase I
Pada tahap ini inti tidak tampak lagi, mikrotubul membentuk
spindel diantara dua sentriol yang berada diantara dua kutub sel yang
berlawanan. Kromosom homolog berderet di bidang ekuator.
3) Tahap Anafase I
Kromosom homolog yang terpisah akan tertarik menuju kutub
yang berlawanan tanpa ada pemisah dari sentromer. Pada tahap ini
terjadi pengurangan jumlah kromosom.
4) Tahap Telofase I
Pada tahap ini nukleus tampak kembali dan dalam satu sel
terbentuk dua inti yang lengkap. Setelah itu terbentuk plasma membran
yang memisahkan sitoplasma sehingga terbentuk dua sel anakan yang
haploid
b. Pembelahan Meiosis II
1) Profase II Tahap ini diawali dengan pembelahan dua buah sentriol
menjadi dua pasang sentriol baru. Setiap pasang sentriol bermigrasi
menuju sisi sel yang berlawanan. Mikrotubul membentuk spindel dan
membran inti. Nukleolus lenyap dan kromosom berubah menjadi
kromatid.
2) Metafase II Pada tahap ini spindel menghubungkan sentromer dengan
kutub pembelahan. Kromatid berada di bidang ekuator.
3) Anafase II Sentromer berpisah dan kromatid menuju kutub yang
berlawanan
4) Telofase II Kromatid mencapai kutub pembelahan. Mikrotubul
membenuk membran inti baru. Selanjutnya nukleolus muncul dan
membentuk rRNA dari DNA sehingga terjadi akumulasi protein
ribosom. Setelah itu terjadi sitokinesis dan terbentuk empat sel anakan
yang haploid (Karmana, 2007).
11
Sifat sel anakan tidak identik dengan sel identik dengan sel induk
induk
D. Konsep Totipotensi
Teori totipotensi dikembangkan oleh seorang ahli bernama G.Heberland pada
tahun 1898. Beliau adalah seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman. Namun pada
tahun 1969, seorang ahli bernama F.C. Steward yang adapun percobaan pada tanaman
wortel dengan totipotensi sel akan terbentuk individu baru yang menempuh beberapa
tahapan yaitu pada bagian-bagian tumbuhan jaringan floem akar pada tanaman wortel
kemudian dipotong kecil-kecil masing-masing 2mg lalu ditumbuhkan dengan
menggunakan media bernutrien.
12
adalah suatu kumpulan sel yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah secara
terus menerus namun belum terdiferensiasi.
Menurut para ahli, teori totipotensi sel (Total Genetic Potential) , artinya setiap sel
memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian, pengertian totipotensi
adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna.
Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh
keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat. Karena sel-sel
pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat
mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian
organisme secara matang. Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning
menjadi tanaman identik dengan metode genetik.
13
● Menghasilkan tanaman bebas virus
● Menghasilkan bahan bioaktif/ metabolit sekunder tanpa menanam diluar.
.
2. Sel Punca
Arti dari kata stem cell adalah stem berarti batang; cell berarti sel, sel punca
adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun
keseluruhan tubuh organisme, termasuk manusia. Seperti batang pada pohon yang
menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ranting dan daunnya, sel punca juga merupakan
awal dari pembentukan berbagai jenis sel penyusun tubuh. Sel punca merupakan sel
dari embrio, fetus, atau sel dewasa yang mempunyai kemampuan untuk
memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang lama, belum memiliki fungsi
yang spesifik, dan mampu berdiferensiasi menjadi tipe sel tertentu yang membangun
sistem jaringan dan organ dalam tubuh.
a. Karakteristik sel punca:
1) Mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi. Sebagian besar sel
dalam tubuh mempunyai bentuk dan fungsi yang tidak dapat diubah.
Sebagai contoh, sel saraf sudah berkembang sedemikian rupa sehingga
mempunyai bentuk dan fungsi yang khusus dan tidak dapat diubah
bentuk dan fungsinya menjadi sel lain Sel punca mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan sel tubuh yang sudah matang, sel
punca merupakan sel yang berada pada stadium awal perkembangan
sel, belum mempunyai bentuk dan fungsi yang khusus.
2) Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri
(self-regenerate/self-renew). Dalam hal ini sel punca mempunyai
kemampuan untuk dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan
dirinya melalui pembelahan sel.
b. Sel punca dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Embrionik stem cell. Sel punca ini berasal dari inner cell mass pada
blastocyst (stadium embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira hari
ke-5 pasca pembuahan). Embryonic sel punca biasanya didapatkan dari
sisa embrio yang tidak terpakai pada IVF (in vitro fertilization).
Penelitian dengan menggunakan embryonic sel punca masih terbatas
karena isu etik Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan
embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut,
sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini
mungkin dapat mengurangi kontroversi etik terhadap embryonic stem
cell.
2) Adult stem cell. Mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi
menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Diambil dari jaringan
dewasa, antara lain dari:
● Sumsum tulang
14
● Jaringan lain pada dewasa seperti pada: susunan saraf pusat,
adiposit (jaringan lemak), otot rangka, pankreas.
c. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdiferensiasi sel punca dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1) Totipotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Sel punca ini merupakan sel
embrionik awal yang masih mempunyai kemampuan untuk
membentuk berbagai jenis sel. Sel punca jenis ini mempunyai
kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh. Adapun yang
termasuk dalam sel punca dengan kemampuan totipotent adalah zigot
dan morula.
2) Pluripotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan embrional: ektoderm, mesoderm, dan
endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstra embrionik seperti
plasenta dan tali pusat. Adapun yang termasuk sel punca pluripotent
adalah sel pada innercell mass pada stadium Blastocyst. embryonic sel
punca yang didapat dari inner cell mass, mempunyai kapasitas untuk
berdiferensiasi secara in vitro menjadi semua sel somatik.
3) Multipotent. Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai
jenis sel. Sebagai contoh, hemopoetic stem cell yang terdapat pada
sumsum tulang mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel darah seperti eritrosit, leukosit dan trombosit. Contoh
lainnya neural stem cell mempunyai kemampuan berdiferensiasi
menjadi sel saraf dan sel glia. Pada jaringan dewasa, sel punca
multipoten terdapat pada jaringan dan organ untuk menggantikan sel
yang hilang atau terluka.
4) Unipotent. Sel punca yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel.
Tetapi berbeda dengan non-sel punca, sel punca unipoten
BAB III
SIMPULAN
Siklus sel pada dasarnya terbagi atas 2 fase, yaitu interphase dan mitosis. Fase
interphase berlangsung sangat lama, sedangkan mitosis sangat singkat. Interphase sendiri
terbagi lagi menjadi fase G1 (pre sintesis), S (sintesis) dan G2 (post duplikasi DNA).
Pada siklus sel terjadi replikasi DNA serta pertambahan ukuran dan isi sel.
Dalam siklus sel, fase mitosis dimulai setelah fase G2. Dari mitosis, akan
dihasilkan 2 sel anak yang identik dengan induknya serta memiliki jumlah kromosom
dan DNA yang diploid. Adapun untuk pembelahan sel-sel germinal, berlangsung melalui
meiosis. Pada meiosis terdapat 2 siklus, yaitu: meiosis I dan meiosis II yang
menghasilkan 4 sel anak dengan jumlah kromosom setengah dari induknya (haploid).
15
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Esis.
Gartner, LP., Hiatt, JL. 2007. Nucleus. In: Gartner, LP., Hiatt, JL. Color Textbook of
Histology. 3 rd. Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p. 61-8.
Goodman, SR. 2008. Medical Cell Biology. 3rd. Ed. London: Elsevier. p. 273-89.
Henrikson, RC., Kaye, GL., Mazurkiewics, JE. 1997. NMS Histology. Baltimore:
Williams and Wilkins. p. 40-5.
Junqueira, LC., Carneiro, J. 2003. Basic Histology. 10th. Ed. USA: Mc Graw-Hill. p.
59-67.
Karmana. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo.
Manson, A., et al. 2006. The Molecular Basis of Genetis. In: Manson, A., Jones, E.,
Morris, A. Cell Biology and Genetics. 2nd. Ed. London: Mosby. p. 72-7.
Nurhayati, dkk. 2016. Reproduksi Sel, Bioteknologi, Kultur Jaringan Tumbuhan. J akarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
16