Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS DATA

Setelah dilakukan praktikum uji karbohidrat pada 6 sampel yaitu tempe, susu kedelai, air susu
sapi, ikan, pisang dan apel yang dilakukan menggunakan uji molisch, iod, benedict, barfoed,
seliwanoff, dan hidrolisis selulosa.

AIR SUSU SAPI

Berdasarkan praktikum uji kualitatif karbohidrat pada air susu sapi maka didapatkan hasil
sebagai berikut dalam bentuk tabel:

No. Reagen Uji Hasil Keterangan


Sebelum Sesudah
1. 3 tetes larutan Molisch Cair, Cair, Negatif
naftol + 3 berwarna berwarna
tetes larutan putih putih,
H2SO4 terdapat
endapan,
larutan
sedikit
hangat
2. 1 tetes larutan Iod Cair, Cair, Negatif
IKI Berwarna berwarna
putih putih,
terdapat
gumpalan
3. 2 mL larutan Benedict Berwarna Berwarna Positif
benedict putih kuning
kecoklatan,
terdapat
gumpalan
4. 2 mL larutan Barfoed Berwarna Berwarna Negatif
barfoed putih putih,
terdapat
endapan
5. 2 mL larutan Seliwanoff Berwarna Berwarna Negatif
seliwanoff putih putih,
terdapat
gumpalan
6. 2 mL larutan Hidrolisis Berwarna Berwarna Negatif
H2SO4 + 2 mL selulosa putih soklat tua,
larutan terdapat
benedict gumpalan
5 mL pas hidrolisis
 UJI MOLISCH

Tiga tetes air susu yang ditambahkan pada tabung reaksi bersifat cair dan berwarna putih
kemudian ditambahkan 3 tetes larutan naftol dan dilarutkan hingga homogen, setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes H2SO4 dilarutkan hingga homogen sehingga larutan akhir bersifat cair,
berwarna putih, terdapat endapan, dan sedikit hangat. Hasil pengamatan negative karena reaksi
akhir tidak menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna ungu kemerahan.

 UJI IOD

Ditetes air susu sapi pada plat tetes porselen 1,5 cm kemudian ditambahkan larutan IKI 1
tetes dan larutan berwarna putih keruh namun tidak berubah warna. Selanjutnya larutan diambil
menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke tabung reaksi dan dipanaskan pada pembakar
spiritus hingga mendidih, jika sudah mendidih didinginkan kembali, kamudian ditambahkan
larutan NaOH 1 tetes dan larutan berwarna putih keruh serta terdapat gumpalan. Hasil
pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menunjukkan adanya perubahan warna larutan
baik sebelum maupun sesudah dipanaskan.

 UJI BENEDICT

Ditetes air susu sapi pada tabung reaksi sebanyak 8 tetes kemudian ditambahkan benedict
sebanyak 2 mL, dilarutkan hingga homogeny kemudian dipanaskan pada pembakar spiritus
selama 3 menit. Diamati perubahan yang terjadi dan diketahui bahwa warna kuning kecoklatan,
terdapat gumpalan. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk
senyawa berwarna kuning.

 UJI SELIWANOFF

Ditetes air susu sapi pada tabung reaksi sebanyak 5 tetes dan ditambahkan larutan seliwanoff
sebanyak 2 mL kamudian dilarutkan hingga homogeny. Kemudian dipanaskan pada
pembakar spirirtus selama 20 detik. Jika sudah didinginkan dahulu dan kemudian diamati
yang terjadi warna putih, terdapat gumpalan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir
tidak menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna merah.

 UJI BARFOED

Ditetes air susu sapi sebanyak 1 tetes pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan
Balfoed sebanyak 2 mL pada tabung reaksi tersebut. Kemudian dipanaskan pada pembakar
spiritus selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes larutan
fosfomolikdat. Sehingga menghasilkan larutan bersifat cair berwarna putih dan terdapat
endapan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau
membentuk senyawa berwarna biru.

 UJI HIDROLISIS SELULOSA

Ditetes air susu sapi 5 mL pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 dan 2
mL larutan benedict, setelah itu dilarutkan hingga homogen. Jika sudah, dipanaskan pada
penangas air selama 1 jam. Setelah 1 jam, larutan berwarna soklat tua, dan terdapat gumpalan.
Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau membentuk senyawa
berwarna biru.

PEMBAHASAN

Umumnya uji molish digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat pada sampel uji.
Pada saat uji molish yang dilakukan aitu dengan pereaksi Molish yaitu α-naftol dengan asam
sulfat pekat. Jika positif mengandung karbohidrat akan menunjukkan warna violet atau ungu
kemerahan (Sumardjo, D. 2009). Sementara uji kandungan susu sapi menghasilkan warna putih,
terbentuk endapan dan sedikit hangat. Percobaan ini membuktikan bahwa air susu sapi tidak
mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil negative pada uji molish. Kandungan
karbohidrat atau amilum yang paling banyak pada air susu sapi adalah laktosa sebesar 4,5% dari
total kandungan air susu sapi (Saputro, 2010) Hasil negatif pada praktikum yaitu dikarenakan
kandungan karbohidrat yang sedikit yaitu kurang dari 10% dan ikan masih ditambhakan air
untuk uji sampelnya sehingga membuat kandungan karbohidrat terlarut dalam air, sedangkan
kandungan terbanyak pada air susu sapi adalah kalsium. Kondisi sedikit hangat yang terjadi
setelah reaksi timbul dapat menunjukkan telah terjadi perubahan kimia atau reaksi kimia.

Uji iod digunakan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat hewani atau nabati pada suatu
produk pangan atau makanan atau tepung karbohidrat polisakarida. Reaksi iodin dengan
amilum akan membentuk kompleks biru, sedangkan reaksi glikogen dengan iodin akan
menghasilkan warna merah (Atma, Y. 2018). Sedangkan pada kandungan air susu sapi
diperoleh warna putih sebelum pemanasan. Saat sudah dilakukan pemanasan menghasilkan
warna putih dan terdapat endapan. Dalam praktikum ini dihasilkan bahwa air susu sapi tidak
ditemukan mengandung polisakarida.

Uji benedict digunakan untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi pada suatu sampel.
Jika hasil positif maka akan diperoleh endapan merah bata, atau warna larutan berwarna kuning,
hijau, merah ataupun jingga (Atma, Y. 2018). Pada praktikum ini uji benedict dengan sampel air
susu sapi dilarutkan dengan larutan benedict dan dipanaskan selama 3 menit menghasilkan
perubahan warna dari putih menjadi kuning kecoklatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada uji
benedict ini sampel air susu sapi positif mengandung gula pereduksi yaitu laktosa.

Uji barfoed menggunakan pereaksi barfoed yang bersifat asam, suasana asam ini
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan antara monosakarida dan disakarida berbeda.
Pada kondisi yang sama disakarida akan mengendap lebih lambat daripada monosakarida. Jadi
uji barfoed digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, D. 2009).
Pada praktikum uji barfoed pada kandungan ikan setelah pemanasan berwarna putih, sedangkan
akan memperoleh hasil positif apabila berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Air susu sapi
mengandung laktosa (gula pereduksi disakarida) kemungkinan tidak terdeteksi ketika praktikum
karena kandungan laktosa pada air susu sapi sendiri sebesar 4,5% dari total keseluruhan
kandungan sehingga tidak terlihat perubahan warna biru yang mencolok.

Uji seliwanoff digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa atau karbohidrat yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa, sukrosa, dan ribulosa. Pereaksi seliwanoff akan
bereaksi dengan gugus keton pada sampel sehingga mereaksikan adana warna merah pada
larutan. Semakin pekat warna merah ang terbentuk maka semakin mengindikasikan bahwa
kandungan gula ketosa semakin tinggi (Atma, Y. 2018). Pada uji seliwanoff kandungan ikan
diperoleh hasil akhir reaksi berwarna putih dan terdapat endapan, tidak ditemukan perubahan
warna menjadi merah pada larutan campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
kandungan ikan tidak terdapat gugus keton.

Uji hidrolisis selulosa yang diteliti yaitu karbohidrat selulosanya. Pada hasil hidrolisis
selulosa pada uji ikan mengasilkan warna cokelat tua dan terdapat gumpalan atau endapan.
Sedangkan menurut Sumardjo 2009 menyatakn bahwa reksi selulosa jika ditambhakan dengan
asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang mana dengan ioidum
akan memberikan warna biru jika positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
sampel ikan tidak mengandung selulosa. Menurut Parning, dkk (2006) selulosa adalah struktur
polisakarida utama pada tanaman yang merupakan zat padat warna putih yang tidak larut dalam
air maupun hampir seluruh pelarut lainnya.

AIR SUSU KEDELAI

Berdasarkan praktikum uji kualitatif karbohidrat pada air susu sapi maka didapatkan hasil
sebagai berikut dalam bentuk tabel:

No. Reagen Uji Hasil Keterangan


Sebelum Sesudah
1. 3 tetes larutan Molisch Coklat muda Berwarna Positif
naftol + 3 coklat
tetes larutan muda,
H2SO4 terdapat
cincin ungu
2. 1 tetes larutan Iod Cair, Cair, Negatif, Positif
IKI Berwarna berwarna
putih putih setelah
dipanaskan,
kuning
setelah
ditambah
NaOh,
terdapat
gumpalan
3. 2 mL larutan Benedict Berwarna Berwarna Positif
benedict biru biru
kehijauan
4. 2 mL larutan Barfoed Berwarna Berwarna Negatif
barfoed putih putih,
5. 2 mL larutan Seliwanoff Berwarna Berwarna Positif
seliwanoff putih merah
6. 2 mL larutan Hidrolisis Berwarna Berwarna Positif
H2SO4 + 2 mL selulosa biru jingga
larutan
benedict
5 mL pas hidrolisis

 UJI MOLISCH

Tiga tetes air susu kedelai yang ditambahkan pada tabung reaksi bersifat cair dan berwarna
coklat muda kemudian ditambahkan 3 tetes larutan naftol dan dilarutkan hingga homogen,
setelah itu ditambahkan lagi 3 tetes H2SO4 dilarutkan hingga homogen sehingga larutan akhir
bersifat cair, berwarna putih, terdapat endapan, dan sedikit hangat. Hasil pengamatan
positifkarena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa atau cincin ungu.

 UJI IOD

Ditetes air susu kedelai pada plat tetes porselen 1,5 cm kemudian ditambahkan larutan IKI 1
tetes dan larutan berwarna putih keruh namun tidak berubah warna. Selanjutnya larutan diambil
menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke tabung reaksi dan dipanaskan pada pembakar
spiritus hingga mendidih, jika sudah mendidih didinginkan kembali, kamudian ditambahkan
larutan NaOH 1 tetes dan larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan warna larutan tetap
berwarna putih, namun setelah direaksikan dengan NaOH terjadi perubahan warna menjadi
kekuningan. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menunjukkan adanya perubahan warna
maupun sesudah dipanaskan menjadi kekuningan.

 UJI BENEDICT

Ditetes air susu kedelai pada tabung reaksi sebanyak 8 tetes kemudian ditambahkan benedict
sebanyak 2 mL, dilarutkan hingga homogeny kemudian dipanaskan pada pembakar spiritus
selama 3 menit. Diamati perubahan yang terjadi dan diketahui bahwa warna biru kehijauan.
Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna
biru kehijauan.

 UJI SELIWANOFF

Ditetes air susu kedelai pada tabung reaksi sebanyak 5 tetes dan ditambahkan larutan
seliwanoff sebanyak 2 mL kamudian dilarutkan hingga homogeny. Kemudian dipanaskan
pada pembakar spirirtus selama 20 detik. Jika sudah didinginkan dahulu dan kemudian
diamati yang terjadi perubahan warna menjadi merah pada larutan. Hasil pengamatan positif
karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk senyawa berwarna merah.

 UJI BARFOED

Ditetes air susu kedelai sebanyak 1 tetes pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan
Balfoed sebanyak 2 mL pada tabung reaksi tersebut. Kemudian dipanaskan pada pembakar
spiritus selama 5 menit. Setelah itu didinginkan, setelah dingin ditambahkan 3 tetes larutan
fosfomolikdat. Sehingga menghasilkan larutan bersifat cair berwarna putih dan terdapat
endapan. Hasil pengamatan negative karena reaksi akhir tidak menghasilkan atau
membentuk senyawa berwarna biru.

 UJI HIDROLISIS SELULOSA

Ditetes air susu kedelai 5 mL pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2SO4
dan 2 mL larutan benedict, setelah itu dilarutkan hingga homogen. Jika sudah, dipanaskan pada
penangas air selama 1 jam. Setelah 1 jam, larutan berwarna biru dan setelah dipanaskan
berwarna jingga. Hasil pengamatan positif karena reaksi akhir menghasilkan atau membentuk
senyawa berwarna biru kemudian ketika dipanaskan berwarna jingga.

PEMBAHASAN
Umumnya uji molish digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat pada sampel uji.
Pada saat uji molish yang dilakukan aitu dengan pereaksi Molish yaitu α-naftol dengan asam
sulfat pekat. Jika positif mengandung karbohidrat akan menunjukkan warna violet atau ungu
kemerahan (Sumardjo, D. 2009). Sementara uji kandungan susu kedelai menghasilkan warna
coklat dan terbentuk cincin ungu. Percobaan ini membuktikan bahwa air susu kedelai
mengandung karbohidrat atau menunjukkan hasil positif pada uji molish. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada uji molish, air susu kedelai mengandung karbohidrat.

Uji iod digunakan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat hewani atau nabati pada suatu
produk pangan atau makanan atau tepung karbohidrat polisakarida. Reaksi iodin dengan
amilum akan membentuk kompleks biru, sedangkan reaksi glikogen dengan iodin akan
menghasilkan warna merah (Atma, Y. 2018). Pada kandungan air susu sapi diperoleh warna
putih sebelum pemanasan. Saat sudah dilakukan pemanasan menghasilkan warna putih. Dan
setelah ditambahkan NaOH terjadi perubahan warna menjadi kekuningan. Dalam praktikum
ini dihasilkan bahwa air susu kedelai ditemukan mengandung polisakarida.

Uji benedict digunakan untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi pada suatu sampel.
Jika hasil positif maka akan diperoleh endapan merah bata, atau warna larutan berwarna kuning,
hijau, merah ataupun jingga (Atma, Y. 2018). Pada praktikum ini uji benedict dengan sampel air
susu sapi dilarutkan dengan larutan benedict dan dipanaskan selama 3 menit menghasilkan
perubahan warna dari putih menjadi biru kehijauan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada uji
benedict ini sampel air susu sapi positif mengandung gula pereduksi namun sedikit karena
samakin kuning perubahan warna sampel kandungan gula pereduksi semakin banyak.

Uji barfoed menggunakan pereaksi barfoed yang bersifat asam, suasana asam ini
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan antara monosakarida dan disakarida berbeda.
Pada kondisi yang sama disakarida akan mengendap lebih lambat daripada monosakarida. Jadi
uji barfoed digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo, D. 2009).
Pada praktikum uji barfoed pada kandungan ikan setelah pemanasan berwarna putih, sedangkan
akan memperoleh hasil positif apabila berwarna biru (Prijo, R.M.U, dkk. 1999). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada kandungan ikan tidak mengandung karbohidrat pereduksi atau mengandung
sedikit sehingga tidak terlihat mencolok ketika dilakukan uji barfoed.

Uji seliwanoff digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa atau karbohidrat yang
mengandung gugus keton, seperti fruktosa, sukrosa, dan ribulosa. Pereaksi seliwanoff akan
bereaksi dengan gugus keton pada sampel sehingga mereaksikan adana warna merah pada
larutan. Semakin pekat warna merah ang terbentuk maka semakin mengindikasikan bahwa
kandungan gula ketosa semakin tinggi (Atma, Y. 2018). Pada uji seliwanoff kandunganair susu
kedelai diperoleh hasil akhir reaksi berwarna merah, ditemukan perubahan warna menjadi merah
pada larutan campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kandungan air susu kedelai
terdapat gugus keton.
Uji hidrolisis selulosa yang diteliti yaitu karbohidrat selulosanya. Pada hasil hidrolisis selulosa
pada uji ikan mengasilkan warna biru sebelum dipanaskan dan menghasilkan warna jingga
setelah dipanaskan. Menurut Sumardjo 2009 menyatakn bahwa reksi selulosa jika ditambhakan
dengan asam sulfat pekat akan terbentuk dispersi koloid yang disebut amiloid yang mana dengan
ioidum akan memberikan warna biru jika positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pada sampel mengandung selulosa. Pengujian menggunakan regaen benedict bertujuan untuk
mengetahui bahwa hidrolisis atau pemecahan selulosa berhasil menghasilkan senyawa
monosakarida dengan berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alakalis, uji positif menunjukkan terbentuk larutan berwarna jingga. Sehingga
dapat disimpulkan air susu kedelai mengandung selulosa.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Atma, Y. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro Nutrien. Sleman : Penerbit
Deepublish

Waluyo, E. & Kusuma, B. 2017. Keamanan Pangan Produk Perikanan. Malang : Universitas Brawijaya

Eko, H. I. & Giyatmi, S. 2014. Prinsip Dasar Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan: Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan. Dari http://repository.ut.ac.id/4554/1/LUHT4443-M1.pdf

Prijo, R.M.U. 1999. Praktikum Biokimia. Malang: Universitas Negeri Malang

Parning, dkk. 2006. Kimia. Jakarta: Yudhistira

Saputro, Eko. 2010. Susu dan Kandungan Gizinya. (O n l I n e) , Dari


(http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/susu-dan-kandungan-gizinya/) diakses pada 16 April 2019.

Sumantri, Abdul Rohman. 2017. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai