Anda di halaman 1dari 30

PROTEIN DAN ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia yang diampu oleh
Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M. Sc, Drs. Suhara, M. Pd, dan Dr. Mimin
Nurjhani Kusumastuti, M. Pd.

oleh:
Kelompok 4
Kelas A 2015

Lahmi Ladzdzatul Hikmah (1500106)


Najat Almardhiyyah (1503879)
Naufal Ahmad Muzakki (1505601)
Nurul Aulia Rahmi K. (1503737)
Qoriatul Zannah (1504984)
Wilda Robiatul Adawiyah (1302315)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
A. Judul
Protein dan Asam Amino.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1. Praktikum dan pengamatan Uji Ninhidrin, Uji Xanthoprotein, dan Uji
Millon dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 15 September 2016
Waktu : Pukul 07.00-09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi, FPMIPA UPI.
2. Praktikum dan pengamatan Uji Komposisi Protein dan Uji Biuret
dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 22 September 2016
Waktu : Pukul 07.00-09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi, FPMIPA UPI.
3. Praktikum dan pengamatan Denaturasi Protein dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 29 September 2016
Waktu : Pukul 07.00-09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi, FPMIPA UPI.

C. Tujuan
1. Uji Ninhidrin bertujuan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam
zat yang diuji.
2. Uji Xantoprotein bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan asam
amino yang mengandung cincin aromatik.
3. Uji Millon bertujuan untuk menunjukkan adanya asam amino tirosin
pada zat yang diuji.
4. Uji Komposisi Protein bertujuan untuk membuktikan komposisi yang
ada dalam suatu protein.
5. Uji Biuret bertujuan untuk menguji adanya ikatan peptida pada protein.
6. Denaturasi protein oleh pH ekstrim, reagen asam dan logam berat
bertujuan untuk membuktikan proses denaturasi yang dapat terjadi
pada protein.
D. Landasan Teori
1. Uji Ninhidrin
Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua
jenis asam amino. Ninhidrin (triketohidrinden hidrat) merupakan
pengoksidasi kuat, bereaksi dengan semua α-asam amino diantara pH
4-8 menghasilkan senyawa berwarna ungu. Asam amino prolin dan
hidroksi prolin juga bereaksi dengan ninhidrin, tetapi senyawa yang
dihasilkan berwarna kuning (Adisendjaja, dkk, 2016).
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida
dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan
CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin
(Panji, 2013).
2. Uji Xanthoprotein
Uji xanthoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang
digunakan untuk menunjukkan keberadaan gugus benzene. Asam
amino yang mengandung cincin aromatic membentuk turunan nitro
yang berwarna kuning pada pemanasan dengan asam nitrat pekat.
Garam-garam dari turunan berwarna jingga (orange). Asam amino
yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tirosin, fenil
lalanin, dan triptofan.
3. Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Uji millon umumnya digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino tirosin pada suatu zat. Uji millon bekerja terhadap
derivat-derivat monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang digunakan
merupakan larutan merkuri (Hg) dalam asam nitrat (HNO3) (Panji,
2013).
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna.Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara langsung
akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang
terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin akan ternitrasi oleh asam nitrat sehingga memperoleh
penambahan gugus N=O, gugus tersebut secara reversibel (bolak-
balik) dapat berubah menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri dalam
pereaksi millon akan bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin
membentuk warna merah.
4. Uji Komposisi Protein
Protein berasal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang
paling utama”. Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot
molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Suatu protein merupakan untaian dari asam amino yang saling
berikatan melalui suatu ikatan peptida. Ikatan peptida merupakan suatu
kovalen antara gugus α-amino dari suatu asam amino dengan gugus α-
karboksilat dari asam amino lainnya. Penambahan sejumlah asam
amino menghasilkan rantai yang panjang dari gabungan asam-asam
amino yang dinamakan oligopeptida (mengandung sampai 25 residu
asam amino) dan polipeptida (mengandung > 25 residu asam amino).
5. Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida
dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan
adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang
lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida
merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus
amina molekul lain.
Kupri sulfat dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua ikatan peptide atau lebih memberikan senyawa
komplek berwarna ungu. Keadaan warna ungu menunjukkan jumla
ikatan peptide dalam protein. Reaksi menunjukkan hasil positif
terhadap senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang
dihubungkan melalui satu atom N atau C (Adisendjaja, 2016).
6. Denaturasi Protein
Panas dapat mempengaruhi sifat pada semua protein globular,
tanpa memandang ukuran atau fungsi biologisnya, walaupun suhu
yang tepat bagi fenomena ini mungkin bervariasi. Protein dalam
keadaan alamiahnya disebut protein asli (natif), dan setelah perubahan
menjadi protein terdenaturasi. Terdapat akibat kedua yang penting dari
denaturasi protein, protein yang bersangkutan hampir selalu
kehilangan aktivitas biologi khususnya.
Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh panas,
tetapi juga oleh pH ekstrim, oleh beberapa pelarut organik seperti
alcohol atau aseton, oleh zat terlarut teretntu seperti urea, oleh
deterjen, atau hanya dengan cara pengguncangan intensif larutan
protein dan bersinggungan dengan udara sehingga terbentuk busa
(Suhara, 2008).

E. Alat dan Bahan


1. Alat dan Bahan Uji Ninhidrin
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Kertas label 8 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Pipet 1 buah
5. Water Bath 1 buah

Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Asam Amino A 2 ml
2. Asam Amino B 2 ml
3. Asam Amino C 2 ml
4. Asam Amino D 2 ml
5. Asam Amino E 2 ml
6. Asam Amino F 2 ml
7. Asam Amino G 2 ml
8. Asam Amino H 2 ml
9. Larutan Ninhidrin 5 tetes untuk setiap asam amino
2. Alat dan Bahan Uji Xanthoprotein
Tabel 3. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Kertas label 8 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
2. Gelas Ukur 1 buah
3. Pipet 1 buah
4. pH Universal Secukupnya

Tabel 4. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Asam Amino A 0,5 ml
2. Asam Amino B 0,5 ml
3. Asam Amino C 0,5 ml
4. Asam Amino D 0,5 ml
5. Asam Amino E 0,5 ml
6. Asam Amino F 0,5 ml
7. Asam Amino G 0,5 ml
8. Asam Amino H 0,5 ml
9. HNO3 pekat 0,5 ml untuk setiap asam amino
10. NaOH 10 M Secukupnya

3. Alat dan Bahan Uji Millon


Tabel 5. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Kertas label 8 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Pipet 1 buah
5. Water bath 1 buah
Tabel 6. Bahan-bahan yang digunakan
No. Bahan Jumlah
1. Asam Amino A 1 ml
2. Asam Amino B 1 ml
3. Asam Amino C 1 ml
4. Asam Amino D 1 ml
5. Asam Amino E 1 ml
6. Asam Amino F 1 ml
7. Asam Amino G 1 ml
8. Asam Amino H 1 ml
9. Pereaksi Millon 5 tetes untuk setiap asam amino
10. Larutan Na-nitrit 5 tetes untuk setiap asam amino

4. Alat dan Bahan Uji Komposisi Protein


Tabel 7. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 1 buah
2. Kertas label 1 buah
No. Alat Jumlah
3. Kertas saring 1 buah
4. Penjepit tabung reaksi 1 buah
5. Korek api 1 buah
6. Pembakar Bunsen 1 buah
7. Pipet 1 buah

Tabel 8. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Serbuk Albumin Secukupnya
2. Lakmus merah 1 buah
3. Pb-asetat 2 tetes

5. Alat dan Bahan Uji Biuret


Tabel 9. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Kertas label 4 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Pipet 1 buah

Tabel 10. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Albumin 2 ml
2. Casein 2 ml
3. Gelatin 2 ml
4. Pepton 2 ml
5. CuSO4 5 tetes untuk setiap protein
6. NaOH 10 M 5 tetes untuk setiap protein

6. Alat dan Bahan Denaturasi Protein oleh pH ekstrim


Tabel 11. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Kertas label 8 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Pipet 1 buah

Tabel 12. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Albumin 1 ml
2. Casein 1 ml
3. Gelatin 1 ml
4. Pepton 1 ml
5. NaOH (Basa) 1 ml/secukupnya
6. HCl (asam) 1 ml/secukupnya
7. Alat dan Bahan Denaturasi Protein oleh Reagen Asam
Tabel 13. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 20 buah
2. Kertas label 20 buah
3. Rak tabung reaksi 2 buah
4. Pipet 3 buah
5. Gelas ukur 2 buah
6. pH Universal Secukupnya

Tabel 14. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Albumin 2 ml
2. Casein 2 ml
3. Gelatin 2 ml
4. Pepton 2 ml
5. Asam sulfosalisilat 10 tetes untuk setiap protein
6. Asam pikrat 10 tetes untuk setiap protein
7. Asam tanat 10 tetes untuk setiap protein
8. Asam trichlorasetat 10 tetes untuk setiap protein
9. Asam fosfotungstat 10 tetes untuk setiap protein
10. NaOH encer Secukupnya

8. Alat dan Bahan Denaturasi Protein oleh Logam Berat


Tabel 15. Alat-alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Kertas label 12 buah
3. Rak tabung reaksi 2 buah
4. Pipet 3 buah
5. Gelas ukur 2 buah
6. pH Universal 12 helai

Tabel 16. Bahan-bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Albumin 2 ml
2. Casein 2 ml
3. Gelatin 2 ml
4. Pepton 2 ml
5. CuSO4 0,1 M 10 tetes
6. Pb-asetat 0,1 M 10 tetes
7. HgCl 0,1 M 10 Tetes
F. Langkah Kerja
1. Uji Ninhidrin

Gambar 1. Cara Kerja Uji Ninhidrin


(Kelompok 4, 2016)

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.


b. Larutan asam amino yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung
reaksi masing-masing sebanyak 2 ml.
c. Kemudian kedalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes
larutan Ninhidrin dan dipanaskan selama 2 menit.
d. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi kemudian hasilnya
dicatat dan didokumentasikan.
2. Uji Xanthoprotein

Gambar 2. Langkah Kerja Uji Xanthoprotein


(Kelompok 4, 2016)
a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.
b. Larutan asam amino yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung
reaksi masing-masing sebanyak 0,5 ml.
c. Kemudian kedalam masing-masing tabung ditambahkan 0,5 ml
HNO3 pekat dan dipanaskan selama 2 menit.
d. Setelah itu tabung didinginkan dan ditambahkan tetesan NaOH 10
M sampai larutan didalam tabung menjadi basa, hasilnya dicatat
dan didokumentasikan.
3. Uji Millon

Gambar 3. Langkah Kerja Uji Millon


(Kelompok 4, 2016)

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.


b. Larutan asam amino yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung
reaksi masing-masing sebanyak 1 ml.
c. Kemudian kedalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes
larutan Millon dan dipanaskan selama 10 menit.
d. Setelah itu tabung didinginkan dan ditambahkan tetesan Na-nitrit,
hasilnya dicatat dan didokumentasikan.
4. Uji Komposisi Protein

Gambar 4. Langkah Kerja Uji Komposisi Protein

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.


b. Albumin serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kering.
c. Kemudian kertas lakmus dimasukkan tepat diatas serbuk albumin,
setelah itu pada bagian atas mulut tabung ditempatkan kertas saring
yang telah dibasahi Pb-asetat.
d. Tabung reaksi tersebut kemudian dipanaskan menggunakan
pembakar Bunsen secara perlahan.
e. Kemudian perubahan pada tabung reaksi diamati dan diidentifikasi.
5. Uji Biuret

Gambar 5. Langkah Kerja Uji


Biuret.
(Kelompok 4, 2016)
a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.
b. Larutan protein yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung reaksi
masing-masing sebanyak 2 ml.
c. Kemudian kedalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes
CuSO4 dan 5 tetes larutan NaOH.
d. Setelah itu larutan dikocok sampai tercampur sempurna dan
diamati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi.
6. Denaturasi Protein oleh pH Ekstrim

Gambar 6. Langkah Kerja Denaturasi Protein oleh pH Ekstrim


(Kelompok 4, 2016)

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.


b. Sebanyak 1 ml protein masing-masing dimasukkan ke dalam 8
tabung reaksi berlabel.
c. Kedalam 4 tabung reaksi pertama diteteskan NaOH sampai
terdenaturasi dan 4 tabung reaksi berikutnya diteteskan HCl sampai
terdenaturasi.
d. Dilihat perubahannya. Jika sudah terdenaturasi dengan tampak
perubahan (mengendap, keruh, atau berbuih) hasilnya dicatat dan
didokumentasikan.
7. Denaturasi Protein oleh Reagen Asam

Gambar 7. Langkah Kerja Denaturasi Protein oleh Reagen Asam


(Kelompok 4, 2016)

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan


b. Sebanyak 2 ml protein masing-masing dimasukkan ke dalam 8
tabung reaksi berlabel.
c. Larutan protein kemudian ditetesi reagen asam sampai terjadi
pengendapan.
d. Secara perlahan-lahan diteteskan NaOH encer dan amati yang
terjadi sejalan dengan kenaikan pH (dari asam menjadi basa).
e. Kemudian setelah itu ditentukan pH akhirnya (setelah menjadi
basa).
f. Dilihat perubahannya kemudian hasilnya dicatat dan
didokumentasikan.
8. Denaturasi Protein oleh Logam Berat
Gambar 8. Langkah Kerja Denaturasi Protein oleh Logam Berat
(Kelompok 4, 2016)

a. Alat dan bahan untuk melakukan uji disiapkan.


b. Sebanyak 2 ml protein Albumin, Casein, Gelatin dan Pepton
dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing protein
dimasukkan kedalam 3 tabung berbeda.
c. Kemudian tabung reaksi yang berisi protein ditambahkan larutan
logam berat diantaranya CuSO4, Pb-asetat, dan HgCl masing-
masing sebanyak 10 tetes.

G. Hasil Pengamatan
1. Uji Ninhidrin
Tabel 17. Hasil Pengamatan Uji Ninhidrin
No. Larutan Reaksi Keterangan Gambar Hasil Pengamatan

1 Asam Amino A - Tidak berwarna

Gambar 9. Larutan A
(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

2 Asam Amino B + Berwarna ungu

Gambar 10. Larutan B


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

3 Asam Amino C + Berwarna ungu

Gambar 11. Larutan C


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)
No. Larutan Reaksi Keterangan Gambar Hasil Pengamatan

4 Asam Amino D - Tidak berwarna

Gambar 12. Larutan D


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

5 Asam Amino E - Tidak berwarna

Gambar 13. Larutan E


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

6 Asam Amino F + Berwarna ungu

Gambar 14. Larutan F


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

7 Asam Amino G + Berwarna ungu

Gambar 15. Larutan G


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

8 Asam Amino H - Tidak berwarna

Gambar 16. Larutan H


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)
2. Uji Xanthoprotein
Tabel 18. Gambar Hasil Pengamatan Uji Xanthoprotein
No. Perlakuan Gambar Hasil
1. Larutan asam amino dengan
tambahan tetesan HNO3 pekat

Gambar 17. Asam amino ditetesi HNO3


pekat
(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
2. Larutan asam amino dengan
tambahan tetesan HNO3 pekat dan
NaOH

Gambar 18. Asam amino ditetesi HNO3


pekat dan NaOH
(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
3. Larutan diukur menggunakan pH
universal

Gambar 19. Pengujian basa


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)

Tabel 19. Hasil Pengamatan Uji Xanthoprotein


No Larutan HNO₃ NaOH pH Universal
1 Asam Amino A - 5 Tetes Basa
2 Asam Amino B + 5 Tetes Basa
3 Asam Amino C - 8 Tetes Basa
4 Asam Amino D - 15 Tetes Basa
5 Asam Amino E 10 Tetes Basa
6 Asam Amino F - 10 Tetes Basa
7 Asam Amino G - 10 Tetes Basa
8 Asam Amino H - 15 Tetes Basa
3. Uji Millon
Tabel 20. Hasil Pengamatan Uji Millon
No. Larutan Reaksi Keterangan Gambar Hasil Pengamatan

1. Asam Amino A - Tidak berwarna

Gambar 20. Asam Amino A


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

2. Asam Amino B + Berwarna merah bata

Gambar 21. Asam Amino B


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

3. Asam Amino C - Tidak berwarna

Gambar 22. Asam Amino C


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

4. Asam Amino D - Tidak berwarna

Gambar 23. Asam Amino D


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

5. Asam Amino E - Tidak berwarna

Gambar 24. Asam Amino E


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)
No. Larutan Reaksi Keterangan Gambar Hasil Pengamatan

6. Asam Amino F - Tidak berwarna

Gambar 25. Asam Amino F


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

7. Asam Amino G - Tidak berwarna

Gambar 26. Asam Amino G


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

8. Asam Amino H + Berwarna merah bata

Gambar 27. Asam Amino H


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

4. Uji Komposisi Protein


Tabel 21. Hasil Pengamatan Uji Komposisi Protein
No. Variabel Sebelum Pembakaran Setelah Pembakaran
1. Serbuk Albumin Berwarna putih Berwarna hitam
2. Dinding tabung Kering Beruap
3. Kertas lakmus Merah Biru
4. Kertas saring Putih Abu-abu

5. Gambar

Gambar 28. Sebelum Gambar 29. Sesudah


pembakaran pembakaran
(Dokumentasi kelompok 4, (Dokumentasi kelompok 4,
2016) 2016)
5. Uji Biuret
Tabel 22. Hasil Pengamatan Uji Biuret
No. Larutan Reaksi Keterangan Gambar Hasil Pengamatan

1. Albumin + Berwarna ungu

Gambar 30. Albumin


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

2. Casein + Berwarna keunguan

Gambar 31. Casein


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

3. Gelatin + Berwarna ungu

Gambar 32. Gelatin


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

4. Pepton + Berwarna ungu

Gambar 33. Pepton


(Dokumentasi kelompok 4,
2016)

6. Denaturasi Protein oleh pH Ekstrim


Tabel 23. Hasil Pengamatan Denaturasi Protein olelh pH Ekstrim
No Larutan HCl 1M NaOH 1M
1 Albumin + +
2 Casein + +
3 Gelatin + +
4 Pepton - -
7. Denaturasi Protein oleh Reagen Asam
Tabel 24. Hasil Pengamatan Denaturasi Protein oleh Reagen Asam

No. Protein (2ml) Asam Asam Asam Asam Asam


Sulfosalisilat Pikrat (2) tanat (3) Trichlorasetat Fosfotungstat
(1) (4) (5)
1. Albumin (a)

Gambar 34. Albumin yang telah ditetesi asam


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
2. Casein (b)

Gambar 35. Casein yang telah ditetesi asam


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
3. Gelatin (c)

Gambar 36. Gelatin yang telah ditetesi asam


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
No. Protein (2ml) Asam Asam Asam Asam Asam
Sulfosalisilat Pikrat (2) tanat (3) Trichlorasetat Fosfotungstat
(1) (4) (5)
4. Pepton (d)

Gambar 37. Pepton yang telah ditetesi asam


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)

Tabel 25. Hasil Pengukuran pH


No. Protein Asam Asam Asam tanat Asam Asam
(2ml) Sulfosalisilat Pikrat (2) (3) Trichlorasetat Fosfotungstat
(1) (4) (5)
1. Albumin 13 (10 tetes) 11 (10 tetes) 9 (10 tetes) 13 (10 tetes) 8 (10 tetes)
(a)
2. Casein (b) 14 (10 tetes) 11 (10 tetes) 9 (10 tetes) 13 (10 tetes) 14 (10 tetes)
3. Gelatin (c) 14 (10 tetes) 11 (10 tetes) 9 (10 tetes) 10 (10 tetes) 13 (10 tetes)
4. Pepton (d) 13 (10 tetes) 9 (10 tetes) 9 (10 tetes) 12 (10 tetes) 12 (10 tetes)

Gambar 38. Hasil Pengukuran pH


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
8. Denaturasi Protein oleh Logam Berat
Tabel 26. Hasil Pengamatan Denaturasi Protein oleh Logam Berat
CuSO4 0,1 M Pb-asetat 0,1 M HgCl 0,1 M
No. Larutan Keadaan Denatur pH Keadaan Denatu pH Keadaan Denatu pH
Awal asi Awal rasi Awal rasi
1. Albumin Putih Keruh 5 Putih Keruh 7 Putih Keruh 7
2. Casein Bening Keruh 3 Bening Keruh 6 Bening keruh 6
3. Gelatin Tidak
Putih Keruh 5 Putih Keruh 6 Putih 6
keruh
4. Pepton Bening Bening Bening
Tidak
kekuning Keruh 4 kekuninga Keruh 6 kekuninga 6
keruh
an n n

Tabel 27. Gambar Hasil Pengamatan Denaturasi Protein oleh Logam Berat
No Protein Setelah ditetesi Logam Berat
1. Albumin

Gambar 39. Albumin setelah ditetesi logam berat


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
2. Casein

Gambar 39. Casein setelah ditetesi logam berat


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
3. Gelatin

Gambar 39. Gelatin setelah ditetesi logam berat


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
4. Pepton

Gambar 39. Pepton setelah ditetesi logam berat


(Dokumentasi kelompok 4, 2016)
H. Pembahasan
1. Uji Ninhidrin
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji yang telah dilakukan
terlihat bahwa larutan asam amino B, C, F, dan G memberikan reaksi
positif sehingga warna larutan berubah menjadi ungu, sedangkan
larutan A, D, E, dan H memberikan reaksi negatif karena tidak
berwarna ungu.
2. Uji Xanthoprotein
Berdasarkan hasil pengamatan uji xanthoprotein yang telah
dilakukan terhadap asam amino B setelah ditambahkan HNO₃
menghasilkan warna oranye yang menandakan asam amino tersebut
mengandung cincin aromatik sedangkan asam amino lainnya tidak
berwarna (bening). Asam amino A, B membutuhkan 5 tetes hingga
menjadi basa, asam amino C membutuhkan 8 tetes hingga menjadi
basa, sedangkan asam amino E, F, G membutuhkan 10 tetes hingga
menjadi basa dan asam amino D, H membutuhkan 15 tetes hingga
menjadi basa.
3. Uji Millon
Berdasarkan hasil pengamatan uji millon yang telah dilakukan
terhadap larutan asam amino, larutan berlabel B dan H memiliki reaksi
yang positif karena larutannya berwarna merah bata, sedangkan larutan
selain B dan H memiliki reaksi yang negatif karena warna larutannya
tidak berwarna merah bata.
4. Uji Komposisi Protein
Setelah melakukan uji komposisi protein dengan pembakaran
serbuk albumin dalam tabung reaksi, perubahan yang timbul
diantaranya, serbuk menjadi hitam atau menjadi arang, kemudian
lakmus merah menjadi biru dan kertas saring berubah warna menjadi
abu-abu, serta tabung reaksi beruap. Hal tersebut membuktikan bahwa
protein memiliki unsur karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur.
Adapun penjelasan mengenai indikator tersebut yaitu:
a. Indikator karbon: setelah dilakukan pembakaran, albumin yang
tadinya berwarna putih berubah menjadi arang, berwarna hitam.
b. Indikator hidrogen: selama proses pembakaran, terdapat uap air
pada dinding tabung reaksi.
c. Indikator oksigen: sama halnya dengan indikator hidrogen, karena
H dan O berikatan membentuk senyawa H2O (air).
d. Indikator Nitrogen: kertas lakmus merah yang berubah menjadi
biru. Sebenarnya kertas lakmus merupakan indikator basa, namun
dalam uji coba ini, apabila protein yang diuji bersifat basa maka
secara tidak langsung menandakan bahwa protein tersebut memiliki
unsur N, karena unsur N tersebut berikatan dengan unsur lain yaitu
NH4OH. Adanya OH- membuat lakmus merah menjadi biru (tanda
bersifat basa).
e. Indikator sulfur: berubahnya warna kertas saring yang sudah
ditetesi PbCOOH (Pb-Asetat) menjadi abu-abu kehitaman. Dalam
proses pembakaran, albumin akan mengeluarkan gas H2S kemudian
Pb pada PbCOOH (Pb-Asetat) akan berikatan dengan H2S tersebut
membentuk PbS + CH3COOH. Persamaan Reaksinya dapat
dituliskan sebagai berikut: PbCOOH + H2S  PbS + CH3COOH
5. Uji Biuret
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada
suatu bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan
peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau makin
panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin
kuat intensitasnya. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum
untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks
antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino
yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu
dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah.
Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut
dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus
CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Beberapa protein
yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga
memberikan tes warna positif dengan biuret (Bintang, 2010).
Hasil uji biuret yang telah dilakukan yaitu gelatin, albumin, pepton,
dan casein memberikan reaksi yang positif berdasarkan urutan protein
yang paling banyak mengandung ikatan peptida, saat melakukan
pengujian warna ungu protein gelatin dan albumin hampir tidak dapat
dapat dibedakan intensitasnya, kemudian karena massa molekul gelatin
itu lebih tinggi maka dibandingkan dengan albumin, ikatan peptida
gelatin lebih banyak.
6. Denaturasi Protein oleh pH Ekstrim
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada larutan
albumin, casein, dan gelatin mengalami denaturasi dengan NaOH/HCl
meskipun ada beberapa sampel yang tidak begitu signifikan
perubahannya. Sedangkan pada larutan pepton tidak terdenaturasi
dengan HCl maupun NaOH, karena tidak nampak adanya perubahan.
Protein yang terdenaturasi terjadi bila susunan ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein berubah. Sebagian besar protein
globuler mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang
membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul akan
mengembang.
Pada dasarnya protein dapat membentuk struktur zwitter ion (tidak
bermuatan atau memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang
sama). Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan
positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat itulah,
protein dapat terdenaturasi yang ditandai dengan membentuk
gumpalan dan larutannya menjadi keruh. Pada saat ini entalpi
pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah.
Mekanismenya adalah penambahan asam dan basa dapat mengacaukan
jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif
pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari
asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang
merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan
protein dapat dikatakan terdenaturasi.
7. Denaturasi Protein oleh Reagen Asam
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi protein jika
diberikan reagen asam. Protein yang digunakan dalam uji ini adalah
albumin, kasein, gelatin dan pepton. Rekasi yang terjadi pada setiap
protein yang ditetesi reagen asam hampir sama. Pada larutan albumin
yang telah ditetesi asam sulfosalisilat dan NaOH, larutan tersebut
berwarna hitam. Sedangkan larutan albumin yang ditetesi asam pikrat
dan NaOH, menjadi berwarna jingga. Hampir sama dengan larutan
albumin dengan asam sulfosalisilat, pada larutan albumin yang ditetesi
asam tanat berwarna hitam pekat. Namun, pada larutan albumin
dengan asam trichlorasetat yang berwarna bening, terlihat endapan
berwarna putih. Sedangkan larutan albumin dengan asam
fosfotungstat, tidak menunjukan reaksi apapun dan tetap berwarna
bening.
Begitupun dengan larutan kasein, gelatin dan pepton. Reaksi yang
terjadi pada masing-masing larutan protein yang ditetesi asam
sulfosalisilat, asam pikrat, asam tanat, asam trichlorasetat serta asam
fosfotungstat, hampir sama dengan reaksi yang terjadi pada larutan
albumin. Tetapi, pada larutan gelatin dan pepton terlihat endapan
setelah ditetesi asam fosfotungstast dan berwarna bening setelah
ditetesi asam trichlorasetat.
Larutan protein yang ditetesi oleh asam sulfosalisilat memiliki pH
tertinggi dibandingkan dengan protein yang ditetesi oleh reagen asam
lainnya (pH larutan berkisar antara 13-14). Sedangkan larutan protein
yang dengan asam trichlorasetat dan asam fosfotungstat memiliki pH
yang bervariasi. Pada larutan protein yang ditetesi asam pikrat berkisar
pada pH 9 dan 11 dan asam tanat memiliki pH yang seragam dengan
pH 9.
8. Denaturasi Protein oleh Logam Berat
Pada tabel hasil pengamatan denaturasi protein oleh reaksi
pengendapan dengan logam berat diketahui larutan yang ditetesi oleh
CuSO4 0,1 M, Pb-Asetat 0,1 M, dan HgCl 0,1 M dapat mengganggu
sifat protein sehingga kelarutannya tidak berfungsi lagi dan
mengendap. Hal ini ditunjukan dengan adanya pengendapan dan
merubah larutan menjadi keruh pada larutan protein setelah ditetesi
larutan logam berat tersebut. Hanya saja larutan protein pada Gelatin
dan pepton menunjukan tidak ada endapan dan tidak berubah menjadi
keruh setelah larutan tersebut ditetesi HgCl 0,1 M.

I. Kesimpulan
1. Uji Ninhidrin
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa pada uji ninhidrin larutan B, C, F dan G mengandung asam
amino karena warna larutannya berubah menjadi ungu yang
menandakan bahwa larutan tersebut bereaksi positif dengan larutan
ninhidrin.
2. Uji Xanthoprotein
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, Asam
amino ditambah HNO₃ yang menujukkan reaksi positif untuk uji
xanthoprotein adalah asam amino B karena mengandung cincin
aromatik dan berwarna jingga (oranye).
3. Uji Millon
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa pada uji millon larutan B dan H merupakan asam amino tirosin
karena warna larutannya berubah menjadi warna merah bata yang
menandakan bahwa larutan tersebut mengandung gugus radikal
hidroksi benzen yang bereaksi positif dengan reagen millon.
4. Uji Komposisi Protein
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat
diketahui bahwa protein tersusun atas unsur karbon, karena dapat
terlihat dari berubahnya warna putih pada albumin menjadi hitam,
mengandung oksigen terlihat dari dinding tabung yang mengandung
uap air, mengandung basa karena dapat membirukan lakmus merah,
sehingga basa tersebut menjadi indicator adanya unsur nitrogen,
mengandung unsur sulfur (belerang) nampak dari kertas saring
berubah menjadi hitam dan berbau.
5. Uji Biuret
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa semakin pekat warna ungunya, maka semakin
banyak jumlah ikatan peptidanya. Semakin banyak jumlah ikatan
peptida, maka akan semakin banyak jumlah asam aminonya. Ikatan
peptida hanya akan terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino
esensial yang bereaksi. Adapun protein yang paling banyak
mengandung ikatan peptida secara berurutan yaitu gelatin, albumin,
pepton da casein.
6. Denaturasi Protein oleh pH Ekstrim
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar protein globuer mudah mengalami
denaturasi. Protein yang terdenaturasi terjadi bila susunan ruang atau
rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Apabila ikatan-
ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul
akan mengembang dan terjadi denaturasi. Oleh karena itu dapat
dikatakan pepton juga mengalami denaturasi namun tidak terlihat
perubahan yang signifikan dikarenakan susunan ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein tidak banyak mengalami perubahan.
7. Denaturasi Protein oleh Logam Berat
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa senyawa protein Albumin, Casein, Gelatin, dan
Pepton terdenaturasi oleh larutan logam berat CuSO4 0,1 M, dan Pb-
Asetat 0,1 M. Sedangkan larutan-larutan protein yang ditetesi HgCl 0,1
M tidak terjadi denaturasi karena tidak ada endapan ataupun tidak
berubah menjadi keruh, kecuali Albumin dan Casein yang ditetesi
HgCl 0,1 M berubah menjadi keruh dan ada sedikit endapan.
8. Denaturasi Protein oleh Reagen Asam
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan terhadap uji yang
telah dilakukan, protein dapat terdenaturasi oleh reagen asam.
Denaturasi merupakan proses yang mengubah struktur molekul tanpa
memutuskan ikatan kovalen. Salah satu yang dapat menyebabkan
denaturasi pada protein adalah reagen asam. Hal ini dapat dilihat dari
endapan pada larutan protein serta perubahan warna yang terjadi.
Daftar Pustaka

Adisendjaja, dkk. (2016). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Bogor: Erlangga.
Suhara. (2008). Dasar-dasar Biokimia. Bandung: PRISMA PRESS.
Panji. (2013). Uji Ninhidirin. [Online]. Diakses dari:
http://www.edubio.info/2013/11/uji-ninhidrin.html. [4 Oktober 2016].
Panji. (2013). Uji Millon. [Online]. Diakses dari:
http://www.edubio.info/2013/12/uji-millon.html. [4 Oktober 2016].

Anda mungkin juga menyukai