2. Sperma domba
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, yang akan diamati adalah bagaimana bentuk sperma pada masing-
masing hewan yang berbeda dan struktur tubulus seminiferus serta gamet. Sperma merupakan sel
kelamin yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan. Proses pembentukan sperma dikenal dengan
istilah spermatogenesis. Disebut juga tahap proliferasi atau perbanyakan. Tempat produksi
sperma dinamakan tubulus seminiferus, dan pematangannya dilakukan di epididimis. Sedangkan,
dalam hal penyimpanan sperma, organ yang berperan adalah vas deferens.
Untuk mengamati preparat segar spermatozoa , dilakukan penggerusan pada epididimis sapi dan
domba. Kemudian, diamati di bawah mikroskop secara teliti dengan bantuan penjelasan dari
dosen. Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala sebagai penerobos jalan menuju
dan masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan genetis yang akan diwariskan kepada anak
cucu. Ekor untuk pergerakan menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala
menerobos selaput ovum (corona radiata).
Dalam kepala terdapat inti dan akrosom. Inti mengandung bahan genetis, dan akrosom
mengandung berbagai enzym (Hyaluronidase, kemotrypsin, dan lysin) yang bersifat proteolitik
yang berfungsi menghancurkan pelindung ovum / corona radiata dan lendir penghalang saluran
kelamin betina.
Ekor berporoskan flagellum. Flagellum ini memiliki rangka dasar, disebut axonem yang
dibentuk oleh 9 duplet dan 2 singlet mikrotubul. Ekor mengandung sentriol (sepasang),
mitokondria dan serat fibrosa.
Spermatozoa pada sapi dan domba memiliki bentuk yang berbeda. Hal ini jelas terlihat pada
bentuk kepalanya.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai referensi yang ada, kami dapat menarik kesimpulan,
yaitu :
1. Sperma merupakan sel kelamin dari organ kelamin jantan.
2. Sperma terdiri atas kepala, leher dan ekor.
3. Sperma pada berbagai jenis hewan berbeda bentuknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.[ONLINE] : http://syl4r.blogspot.com/2009/01/analisis-sperma.html
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FPMIPA UPI
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan
Kedokteran. Bandung : Tarsito
BAGIAN 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spermatozoa
Gamet jantan spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis.
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam
testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia bersifat diploid, ini dapat
membelah dan secara mitosis dapat membentuk spermatogonia atau berubah menjadi
spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid yaitu spermatid.
Spermatid dalam proses tersebut kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang
menjadi sel sperma (Yatim, 1990).
Bila sperma masuk ke dalam vagina, sperma meneruskan perjalanan ke dalam dan melalui
uterus, ke atas ke dalam oviduk. Disinilah fertilisasi dapat terjadi bila telur ada yang matang
(Eddy, 1998).
Meskipun sperma dapat berenang beberapa milimeter dalam setiap detik, perjalanannya ke tuba
falopii mungkin dibantu oleh pengerutan otot dinding uterus dan tuba tersebut. Sperma dapat
mencapai telur dalam 15 menit dari saat ejakulasi. Perjalanan ini penuh dengan mortalitas yang
tinggi. Ejakulasi rata-rata berisi beberapa ratus juta sperma tetapi hanya beberapa saja yang dapat
menyelesaikan perjalanannya dan dari ini hanya ada satu yang dapat memasuki telur dan
membuahinya (Basoeki, 1988).
Produksi sperma dapat terjadi di dalam testis dan setiap testis penuh dengan ribuan saluran
tubulus seminifer, dinding tubulus ini terdiri dari spermatogonia diploid. Proses perubahan
sebuah spermatogonium ke dalam sperma meliputi dua pembelahan sel yang beruntun, secara
meiosis setiap spermatogonium menghasilkan empat sel sperma (Noviar, 1994).
BAGIAN 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap
milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada dalam saluran
reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada pembukaan uterus dan
merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan semen masuk ke dalam uterus.
Ketika semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya.
Antikoagulan mencairkan semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita (Campbell,
2004: 156).
Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi
makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami
kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi secara sexual.
Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran kelamin. Interaksi antara organ
reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan proses yang terjadi di dalam sistem
reproduksi (Slamet, 2007: 300).
Reproduksi pada manusia di awali dengan persetubuhan atau perkawinan (kopulasi).
Persetubuhan merupakan masuknya organ kelamin luar pria berupa penis ke dalam organ wanita
berupa vagina. Persetubuhan di ikuti proses fertilisasi (pembuahan) internal atau pembuahan
yang terjadi di dalam tubuh wanita. Fertilisasi merupakan penyatuan sperma dengan ovum (Diah,
2004: 265).
Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid
yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat
hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel
tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas,
tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan
yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-
satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat
khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan
material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan
telur (). Analisa sperma merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas (susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yang perlu
diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH,
jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa sperma bisa menetukan apakah
: ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi berhasil dan apakah reversal (menyambung
kembali) vasektomi berhasil (Mitchell, 2005).
B. Tujuan
Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai
mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu
dengan yang lainnya, serta mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.
C. Manfaat
Setelah dilakukannya praktikum ini mahasiswa mampu serta dapat menjelaskan bagian-bagian
sperma dan perbedaan morfologinya antara antar organisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semen terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari
epididimis, duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Volume
ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan minimal sekitar 100 juta
/ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil selama 3 jam pertama setelah
ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 µm/detik. Spermatozoa yang normal harus memiliki
kepala bulat lonjong (oval), leher, dan ekor tunggal (Geneser 1994).
Selain konsentrasi, terdapat variabel lain yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
spermatozoa, yaitu karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi, viskositas, rupa
dan bau, volum, pH, kadar fruktosa, motilitas, dan morfologi spermatozoa (Wiknjosastroet al.
1999).
Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai
spermatozoa yang meliputi tiga fase yaitu 1) spermatositogenesis, selama fase ini
spermatogonium membelah secara mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan
menghasilkan spermatosit primer. 2) meiosis I, selama fase ini spermatosit primer mengalami
dua kali pembelahan secara berurutan, dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan
jumlah DNA per sel, menghasilkan spermatosit sekunder, spermatosit sekunder mengalami
meiosis II menghasilkan spermatid 3) spermiogenesis, spermatid mengalami proses
sitodiferensiasi, menghasilkan spermatozoa (Junqueira dan Carneiro 1998).
Kelainan spermatozoa juga dapat disebabkan kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit
primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis) dalam tubulus seminiferus
dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari kelenjar hipofisis anterior. Tidak
adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi. Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja
sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar spermatogenesis berlangsung sempurna,
memerlukan testosteron yang dihasilkan oleh sel interstisial Leydig (Guyton 1997).
Bila ada gangguan maka kualitas sperma akan berubah. Sperma hitung kurang dari 20 juta/ml
disebut dengan kelainan oligospermia, sedangkan untuk sperma dengan nilai motilitas kurang
dari 40% disebut dengan asthenospermia. Kombinasi kadar FSH dan LH yang tinggi dan kadar
testosterone yang rendah menyebabkan adanya kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi dengan
kadar LH dan testosterone yang normal menyebabkan kegagalan sel germinal terisolasi, fungsi
sel Leydig yang normal dan terandrogenisasi normal tapi mengalami azoospermia atau
oligospermia (DeCherney et al. 1997).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi
tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan spermauntuk membuahi telur yang berasal dari
hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur
dan besar unggas. Permukaan testis diselaputioleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan
setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam
pembuahan. Analisi sperma dapat dilakukan dengan syarat :
Proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
Terdapat pada ikan atau katak.
Hewan yang mudah disadap telur maupun sperma masaknya.
Mudah dibedakan antara jantan dan betina.
Telurnya bersifat transparan.
Mudah dioviposisikan.
Siklus hidup ikan nilem pendek
Telur maupun sperma yang dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak.
(Pearce, 2003).
Menurut (suparno, 2003) Sebelum dilakukan pengambilan sampel sperma (semen) harus
melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi 2 - 5 hari sebelumnya. Hal ini
bertujuan agar sperma dalam kondisi yang baik. Jangan kelamaan, karena jika sampai 1-2
minggu maka justru sperma jadi kurang aktif. Di samping itu juga harus menghindari konsumsi
alkohol.
Sample diambil dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan
membawanya dalam waktu tertentu ke lab. Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan
ditampung ke dalam wadah sampel. Cara lain yang dilakukan adalah dengan senggama terputus
(coitus interruptus), saat akan ejakulasi, P dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan
cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom
khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma)
Jika sampel diambil dirumah, maka sudah harus sampai di lab dalam waktu satu jam. Hindari
sampel dari terkena sinar matahari langsung dan jangan terlalu panas/terlalu dingin. Jika udara
dingin (di barat sono), simpan wadah penampungnya menempel di tubuh(dalam kantung jaket dll
agar hangat). Jangan masukkanb kedalam lemari es. Agar hasil pemeriksaan lebih oke, dialkukan
analisa 2-3 kali dengan hari yang berbeda dalam waktu 3 bulan.
Nilai normalnya bervariasi :
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani
kuno<$2Fspan> σπέρμα yang berarti benih dan ζῷον yang berarti makhluk hidup)
adalah seldari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk
membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio(crombie,1993:246).
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam
testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini
dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah menjadi
spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid.
Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang
menjadi sperma (Kimball, 1996: 360).
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling luar
tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis berulang-
ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid.
Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel
Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan
prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel
sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk
membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160).
Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi
inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup
akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan
protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir
mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di
belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang.
Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam
sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi
sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan
berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada
orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet
mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki
flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada
umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat
(Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat
dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri,
tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di
bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan
penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).
Ooganesis
Sel telur atau ovarium berasal dari oogania (tunggal = oogonium) atau sel induk telur. Seperti
halnya spermatogonia, oogonium juga bersifat diploid, yaitu mempunai 23 pasang kromosom.
Oogenium akan tumbuh menjadi oosit primer. Oosist primer akan membelah meiosis menjadi
dua sel yang tidak sama ukurannya yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder ,
sedangkan yang berukuran lebih kecil karena kekurangan plasma sel disebut badan kutub
primer/polosit primer (Slamet, 2007: 302).
Kualitas Sperma
1. Macam Sperma menurut kromosom lain
Sesuai dengan danya 2 kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada
vertebrata), maka dalam hal sperma jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid
yang di sepihak hnay mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X dan Y
terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X disingkat sperma-X lalu ad
sperma yang hanya mengandung kromsom yang hanya mengandung kelamin Y disingkat
sperma-Y. Pada orang dan mamalia lain sudah diselidiki adakah perbedaan morfologis dan
fisiologis Ke kedua sperma X dan Y. Denagn cara sentrifugasi (pemusingan) dan dengan
perbedaan muatan listrik, telah dapat di pisahkan kedua jenis sperma itu.Sehingga dengan
demikian dapat di atur apakah sperma X akan membuahi ovum atau sperma Y. Kalau sperma X
yang membuahi ovum hanya menganadung kromosom kelamin X, terbentuklah zigot atau
embrio XX(betina) kalau sperma Y yang membuahi maka akan terbentuk embrio XY (jantan)
(Yatim, 1994: 15-16).
3. Gerakan Sperma
Ketika masih dalam tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur dalam duktus
epididimis mengalami pengaktifan.Ketika keluar dari tubuh kecepatan sperma dalam medium
cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit. Karena itu disebut bersama vas deferens,
duktus epididimis berfungsi sebagai daerah pematangan fisiologis sperma. Dalam duktus ini
sperma di simpan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sifat sperma menentukan juga
kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tidak
menentukan arah, maka pembuaha sulit berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum
untuk dapat di buahi. Kalau terlambat sperma datang tak subur lagi (Yatim, 1994: 16-17).
4. Keasaman Sperma
Perubahan sperma pun merusak sperma.terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina
dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk (Yatim, 1994: 18).
B. Cara Kerja
1 Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis atau
vas deferen.
2 Jika cairan tersebut pekat larutan NACL fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang
bersih. Kemudian dengan objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara
melewatkannya di atas api.
3 Warnai dengan Giemsa atau eosinn selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir.
Selanjutnya keringkan kembali, periksa dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan,
berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang,
berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3. Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan
pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh
Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan dengan serabut
penhubung. Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin
yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.
2. Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial
mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya
bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular struktur protein
pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang
khas untuk bagian ekor utama.
3. End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks
filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan Sembilan-
tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta
berakhir pada beberapa permukaan.
1. Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama yakni kepala dan ekor.
2. Dengan menggunakan mikroskop electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian
leher (neck piece), badan (midlle piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and
piece).
3. Spermiogenesis adalah suatu proses dimana spermatic berdiferensiasi menjadi
spermatozoa meliputi sejumlah transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Cummings. San Fransisco Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Carlson, Bruce M. 2001 .Human Embryology and Developmental Biology 2nd Edition.Mosby
Inc.,New York
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan
Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara.
Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran. (Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC.
Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998. Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mitchell D Kaplan dan Bruce J Baum, 2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb 3.
Springer Journal. New York.
Referensi Jurnal
Pratiwi, W. C., L. Affandhy, dan D. Pamungkas. 2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan
Simmental dan PO dalam Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari pada Suhu 5°C. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. hal 200-205
Siciliano, L., V. Marciano, A. Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate Acrosome
Reaction of Pig Spermatozoa. Reproductive Biology and Endocrinology, 6:5