Anda di halaman 1dari 27

SPERMATOGENESIS

APUSAN SPERMA SAPI DAN DOMBA


A. WAKTU PELAKSANAAN
Hari, Tanggal : Senin, 16 Februari 2009
Waktu : 13.00 – selesai
Tempat : Laboratorium Struktur hewan, FPMIPA UPI
B. LANDASAN TEORI
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti
benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk
zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi
embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan
munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar
kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang
dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah
spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran
dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi
genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan
sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan
mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi
utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program
perkembangan dalam sel telur .
Secara struktur spermatozoa dicirikan sebagai sel yang “terperas”, sangat sedikit sekali
kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa memiliki organel-organel yang sangat sedikit
dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak memiliki ribosom, retikulum endoplasmik dan
golgi. Sebaliknya spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria yang letaknya sangat
strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan. Secara struktur ada dua bagian yaitu
kepala dan ekor
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material
genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang
kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi
akrosom.
Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor ini
berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti
flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi oleh
Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya. Daya yang dihasilkan
mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan memungkinkan sperma meluncur dengan
cepat. Keberadan mesin pendorong ini tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling
produktif yaitu gula fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma.
C. TUJUAN
1. Untuk mengamati berbagai macam bentuk sperma dari berbagai jenis hewan.
2. Membuat preparat segar apusan sperma.
3. Mengamati bentuk sel-sel pada tiap tahap perkembangannya sehingga sel tersebut dapat
berfungsi sebagai sel kelamin jantan (sperma).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
· Mikroskop
· Kaca arloji
· Objek glas
· Cover glas
· Pipet
· Silet bedah
· Lumpang alu
2. Bahan
· Testis sapi dan domba
· Larutan salin
· Formalin 2%
· Larutan eosin
· Aquades
· Alkohol 70%
· Entelan
E. CARA KERJA
1. Ambil testis dari hewan yang sudah ditentukan
2. Bersihkan selaput dari testis kemudian ambil bagian epididimisnya
3. Epididimis dipotong kecil-kecil kemudian digerus/ditumbuk.
4. Pada saat penggerusan, ditambahkan larutan salin secukupnya
5. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk suspensi sperma.
6. Ambil larutan bagian atas, kemudian tambahkan formalin 2% sebanyak 10 tetes
7. Diamkan selama 10 menit, kemudian apus pada objek glas.
8. Keringkan dengan larutan alkohol 70% secara menyeluruh pada permukaan.
9. Setelah kering, warnai dengan larutan eosin.
10. Keringkan dan entel
11. Amati di bawah mikroskop.
F. HASIL PENGAMATAN
Berikut hasil pengamatan kami di bawah mikroskop cahaya, sperma nampak tidak terlalu jelas.
Sehingga perbedaannya pun tidak terlihat jelas pula.
1. Sperma sapi

2. Sperma domba

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, yang akan diamati adalah bagaimana bentuk sperma pada masing-
masing hewan yang berbeda dan struktur tubulus seminiferus serta gamet. Sperma merupakan sel
kelamin yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan. Proses pembentukan sperma dikenal dengan
istilah spermatogenesis. Disebut juga tahap proliferasi atau perbanyakan. Tempat produksi
sperma dinamakan tubulus seminiferus, dan pematangannya dilakukan di epididimis. Sedangkan,
dalam hal penyimpanan sperma, organ yang berperan adalah vas deferens.
Untuk mengamati preparat segar spermatozoa , dilakukan penggerusan pada epididimis sapi dan
domba. Kemudian, diamati di bawah mikroskop secara teliti dengan bantuan penjelasan dari
dosen. Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala sebagai penerobos jalan menuju
dan masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan genetis yang akan diwariskan kepada anak
cucu. Ekor untuk pergerakan menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala
menerobos selaput ovum (corona radiata).
Dalam kepala terdapat inti dan akrosom. Inti mengandung bahan genetis, dan akrosom
mengandung berbagai enzym (Hyaluronidase, kemotrypsin, dan lysin) yang bersifat proteolitik
yang berfungsi menghancurkan pelindung ovum / corona radiata dan lendir penghalang saluran
kelamin betina.
Ekor berporoskan flagellum. Flagellum ini memiliki rangka dasar, disebut axonem yang
dibentuk oleh 9 duplet dan 2 singlet mikrotubul. Ekor mengandung sentriol (sepasang),
mitokondria dan serat fibrosa.
Spermatozoa pada sapi dan domba memiliki bentuk yang berbeda. Hal ini jelas terlihat pada
bentuk kepalanya.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai referensi yang ada, kami dapat menarik kesimpulan,
yaitu :
1. Sperma merupakan sel kelamin dari organ kelamin jantan.
2. Sperma terdiri atas kepala, leher dan ekor.
3. Sperma pada berbagai jenis hewan berbeda bentuknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.[ONLINE] : http://syl4r.blogspot.com/2009/01/analisis-sperma.html
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FPMIPA UPI
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan
Kedokteran. Bandung : Tarsito

BAGIAN 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spermatozoa
Gamet jantan spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis.
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam
testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia bersifat diploid, ini dapat
membelah dan secara mitosis dapat membentuk spermatogonia atau berubah menjadi
spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid yaitu spermatid.
Spermatid dalam proses tersebut kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang
menjadi sel sperma (Yatim, 1990).
Bila sperma masuk ke dalam vagina, sperma meneruskan perjalanan ke dalam dan melalui
uterus, ke atas ke dalam oviduk. Disinilah fertilisasi dapat terjadi bila telur ada yang matang
(Eddy, 1998).
Meskipun sperma dapat berenang beberapa milimeter dalam setiap detik, perjalanannya ke tuba
falopii mungkin dibantu oleh pengerutan otot dinding uterus dan tuba tersebut. Sperma dapat
mencapai telur dalam 15 menit dari saat ejakulasi. Perjalanan ini penuh dengan mortalitas yang
tinggi. Ejakulasi rata-rata berisi beberapa ratus juta sperma tetapi hanya beberapa saja yang dapat
menyelesaikan perjalanannya dan dari ini hanya ada satu yang dapat memasuki telur dan
membuahinya (Basoeki, 1988).
Produksi sperma dapat terjadi di dalam testis dan setiap testis penuh dengan ribuan saluran
tubulus seminifer, dinding tubulus ini terdiri dari spermatogonia diploid. Proses perubahan
sebuah spermatogonium ke dalam sperma meliputi dua pembelahan sel yang beruntun, secara
meiosis setiap spermatogonium menghasilkan empat sel sperma (Noviar, 1994).

2.2 Bagian-Bagian Spermatozoa


Menurut Eddy (1998) secara morfologis spermatozoa pda berbagai jenis hewan pada umumnya
sama, namun hanya terdapat perbedaan kecil antara lain variasi bentuk kepala.
Bagian tengah digambarkan sebagai pusat tenaga sperma karena mitokondria terpusat di daerah
ini. Mitokondria mengandung system enzim yang menggerakkan siklus asam trikarboksilat dan
transport electron serta fosforilasi oksidatif yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP untuk
gerakan spermatozoa (Lindsay, 1982).
Spermatozoa tersusun dari kepala, badan dan ekor. Dalam kepala ada bahan inti dan suatu
granula yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan
sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang
memberi energi untuk lokomosi dan ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan (Basoeki,
1988).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian besar spesies, kepala mengandung
nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom, di belakang kepala sel sperma
mengandung sejumlah besar mitokondria yang menyediakan energi atau ATP untuk pergerakan
ekor yang berupa sebuah flagel (Salisbury, 1985).
2.3 Proses Spermatogenesis
Pembentukan spermatozoa dari spermatogonia disebut spermatogenesis. Berlangsung pada epitel
germinal. Pembikinan spermatozoa ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu : 1)
spermatositogenesis, 2) meiosis dan 3) spermiogenesis (Yatim, 1996).
Spermasitogenesis disebut juga tahap proliferasi. Dalam tahap ini spermatogonia A membelah
membentuk spermatogonia In, dan ini membelah pula membentuk spermatogonia B.
Spermatogonia B bermitosis menjadi spermatosit I (Yatim, 1996).
Meiosis terdiri dari dua fase utama yaitu : meiosis I dan meiosis II. Meiosis I menempuh fase-
fase : a) profase, b) metafase, c) anafase dan d) telofase. Profase meiosis I dibagi lagi atas lima
subfase yaitu : 1) leptoten, 2) zigoten, 3) pakhiten, 4) diploten dan 5) diakinesis. Meiosis II
menempuh fase yang sama seperti meiosis I tetapi profase tidak lagi terbagi atas subfase. Selesai
meiosis I terbentuk spermatosit II dan selesai meiosis II terbentuk spermatid (Yatim, 1996).
Menurut Rustidja (2005) proses perkembangan sperma tidak sekompleks perkembangan telur.
Spermatogonia primitive memperbanyak diri secara mitosis pada dinding tubuli dari testis.
Menurut Toelihere (1981), spermatozoa dibentuk di dalam testis melalui proses yang disebut
spermatogenesis tetapi mengalami pematangan lebih lanjut di dalam epididimis di mana sperma
disimpan sampai ejakulasi.
Spermiogenesis disebut juga tahap transformasi yaitu tahap perubahan bentuk dan komposisi
spermatid yang bundar menjadi bentuk cebong yang memiliki kepala, leher dan ekor serta
berkemampuan untuk bergerak (motil) (Yatim, 1996).
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus dalam testis. Proses tersebut berlangsung
mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Tingkatan perkembangan sel
germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut (Kholil, 2009) :
1. Spermatogonium : ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang,
terletak berderet didekat atau melekat membrana basalis.
2. Spermatosit I : ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh
dengan membrana basalis.
3. Spermatosit II : ukuran agak kecil (1/2 x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat,
letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
4. Spermatid : ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di
dekat lumen.
5. Spermatozoid : spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda
terdapat di dalam lumen.
2.4 Spermatozoa Normal Dan Abnormal
Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, dan ekor. Bagian depan kepala tampak sekitar 2/3
bagian tertutupi oleh akrosom. Tutup sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin
nucleus. Antara badan dan kepala terdapat sambungan pendek yaitu leher yang berisi sentriol
proksimal, kadang dinyatakan sebagai pusat kinetic aktivitas spermatozoa. Bagian badan dimulai
dari leher dan berlanjut ke cincin sentriol. Bagian badan dan ekor mampu bergerak bebas
meskipun tanpa kepala, ekor membantu mendorong spermatozoa untuk bergerak maju
(Salisbury, 1985).
Spermatozoa yang normal tersusun dari kepala, bagian tengah dan ekor. Bagian kepala ditutup
oleh tudung protoplasmic. Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies, pada sapi, kambing dan
kelinci berbentuk bulat telur pipih (Sudarwati, 1993).
Menurut Jasin (1994) dalam spermatozoa ada berbagai macam zat yang terkandung di dalamnya
dan masing-masing memiliki fungsi khusus antara lain :
a. Fruktosa, dihasilkan oleh vesikula seminalis
b. Asam sitrat
c. Spermin
d. Enzim fosfatase asam, glukorunidase, lisozim dan amylase
e. Prostaglandin
f. Elektrolit
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas
sekunder. Abnormalitas primer terjadi di tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis.
Abnormalitas sekunder terjadi sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere,
1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dengan
gangguan testikuler. Abnormalitas primer di tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu
besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda,
pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial
(Toelihere, 1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel kelamin jantan meninggalkan epitel
kecambah pada tubuli seminiferi, selama perjalanan melalui saluran epididimis dan vas deferens,
selama ejakulasi dan perjalanannya melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk
agitasi (Iksan, 1992).
2.5 Sifat-Sifat Makroskopis Dan Mikroskopis Pada Spermatozoa
Pemberian aliran udara dan larutan isotonis NaCl fisiologik atau plasma air mani tidak
menaikkan derajat motilitas. Perlakuan dengan unsur-unsur ion yang dapat mempertinggi
kemampuan pengikatan air oleh spermatozoa. Dengan teknik pewarnaan spermatozoa ditemukan
bahwa bagian terbesar spermatozoa diseluruh pembuluh epididimis dalam keadaan hidup, tetapi
hanya yang terdapat di bagian ekor menunjukkan gerakan yang kuat (Hafez, 1993).
Motilitas atau gerakan spermatozoa dapat dilihat berdasarkan gerakan massa atau gerakan
individunya serta lamanya gerak (Iksan, 1992) :
1. Pergerakan massa spermatozoa
2. Pergerakan individu spermatozoa
3. Konsentrasi spermatozoa
4. Viabilitas spermatozoa
Gerakan massa hanya dapat dilakukan pada semen segar dengan perbesaran mikroskop yang
kecil (10 x 10). Penilaian gerak massa adalah sebagai berikut (Iksan, 1992) :
1. + + + adalah sangat baik, gerakan bergelombang cepat dan padat, membentuk pusaran 2
gelombang.
2. + + adalah baik, bila terlihat gelombang 2 melainkan hanya gerakan individual.
3. + adalah lumayan, jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individual aktif
progesif.
4. N adalah buruk, bila ada sedikit atau tidak ada gerakan individual
Pergerakan gerak individu ini sangat dipengaruhi oleh peneliti terutama keterampilan dan
pengalaman dari pemeriksaan secara mikroskopis. Oleh karena itu penelitian dari seseorang
dengan orang lain berbeda (Susilowati, 1989).
Bukti-bukti nyata menunjukkan bahwa spermatozoa tidak hanya menyempurnakan
spermiogenesis dengan membebaskan diri dari sisa-sisa Golgi, membangun kemampuan untuk
bergerak dengan kekuatan sendiri dalam perjalanannya melewati epididimis tetapi juga
membangun kemampuan kesuburannya yang tertinggi untuk membuahi ovum. Bukti-bukti lain
mengatakan bahwa spermatozoa di dalam testis dari beberapa jenis hewan, ayam jantan dan
manusia memiliki daya kesuburan, meskipun belum diketahui derajat kesuburannya (Susilowati,
1992).
Hubungan antara waktu spermatozoa selama di dalam epididimis terdapat motilitas dan fertilitas
relatif di beberapa bagian dalam saluran epididimis. Ternyata bahwa sel spermatozoa yang lebih
tua yang berasal dari bagian ekor epididimis hewan jantan normal lebih fertil menunjukkan
bahwa daya kemampuan membuahi ovum tertinggi terdapat pada spermatozoa yang telah
melewati epididimis. Umur spermatozoa merupakan faktor yang mempengaruhi kesuburan
setelah spermatozoa melewati pembuluh keluar ke bagian ekor epididimis dan spermatozoa ini
akan kehilangan kemampuan membuahi ovum sesudah beberapa waktu berada di epididimis.
Meski demikian hasil ini tidak membuktikan bahwa umur sperma sendiri tidak tergantung
kepada faktor epididimis, merupakan satu-satunya faktor yang diperlukan oleh spermatozoa
normal untuk mempertahankan kapasitas pembuahan (Partodihardjo, 1992).
Komponen yang terpenting dalam air mani tentu saja spermatozoa. Air mani tanpa spermatozoa
adalah plasma air mani yang tidak memiliki sifat-sifat sangat penting dalam proses reproduksi
hewan jantan dengan fungsi utama membuahi ovum. Air mani segar yang di ejakulasikan oleh
kambing jantan dikatakan normal bila air mani tersebut mengandung spermatozoa yang
memperlihatkan daya gerak dan aktif, memiliki gerakan massa yang bergelombang. Banyaknya
sel mani yang terdapat di dalam sejumlah air mani tertentu akan mempengaruhi sifat
penampakannya. Air mani yang encer dan jernih mengandung spermatozoa yang sedikit
jumlahnya, sedangkan air mani yang keruh dan kental, dalam keadaan yang wajar, memiliki
konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Junquiera, 1980).
Kekentalan air mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air
mani berkorelasi tinggi dengan konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis
sesudah sel mani dipisahkan atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air
mani tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat dipertanggungjawabkan,
setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air mani harus dicuci dahulu dengan bahan
pengencer atau bahan reagent analitik sebelum pipet itu dipakai lagi untuk mengambil air mani
yang lain dengan konsentrasi yang berbeda untuk diteliti (Sadler, 1988).
Tekanan osmosis adalah tekanan yang perlu dimiliki oleh larutan supaya terjadi keseimbangan
dengan air murni bila larutan tadi dan air dipisahkan oleh suatu membran yang dapat ditembus
oleh air, tetapi tidak dapat ditembus oleh larutan (suatu membran yang semipermeabel). Tekanan
osmosis dinyatakan dengan atmosfir, tekanan osmosis di dalam air mani yang bekerja terhadap
spermatozoa dan terhadap sel-sel dinding saluran reproduksi itu yaitu tempat spermatozoa di
dapatkan (Mukayat, 1984).
Tekanan osmosis yang di akibatkan oleh cairan tergantung pada konsentrasi bagian-bagian yang
terkandung di dalamnya, termasuk ion-ion molekul kecil dan elektrolit, dan molekul koloid.
Selama pengukuran tekanan osmosis yang teliti sulit untuk dilaksanakan, orang menggunakan
cara yang lebih mudah dan banyak di ulang menentukan terhadap depresi larutan atau campuran
yaitu suatu larutan yang tergantung pada konsentrasi materi yang di kandungnya (Salisbury,
1985).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan perhitungan jumlah spermatozoa dengan
haemocytometer dan spectrophotometer (Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup dan yang mati, selama spermatozoa
hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa
mati zat warna tersebut akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay,
1989).

BAGIAN 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap
milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada dalam saluran
reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada pembukaan uterus dan
merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan semen masuk ke dalam uterus.
Ketika semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya.
Antikoagulan mencairkan semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita (Campbell,
2004: 156).
Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi
makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami
kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi secara sexual.
Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran kelamin. Interaksi antara organ
reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan proses yang terjadi di dalam sistem
reproduksi (Slamet, 2007: 300).
Reproduksi pada manusia di awali dengan persetubuhan atau perkawinan (kopulasi).
Persetubuhan merupakan masuknya organ kelamin luar pria berupa penis ke dalam organ wanita
berupa vagina. Persetubuhan di ikuti proses fertilisasi (pembuahan) internal atau pembuahan
yang terjadi di dalam tubuh wanita. Fertilisasi merupakan penyatuan sperma dengan ovum (Diah,
2004: 265).
Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid
yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat
hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel
tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas,
tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan
yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-
satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat
khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan
material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan
telur (). Analisa sperma merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas (susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yang perlu
diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH,
jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa sperma bisa menetukan apakah
: ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi berhasil dan apakah reversal (menyambung
kembali) vasektomi berhasil (Mitchell, 2005).
B. Tujuan

Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai
mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu
dengan yang lainnya, serta mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.

C. Manfaat

Setelah dilakukannya praktikum ini mahasiswa mampu serta dapat menjelaskan bagian-bagian
sperma dan perbedaan morfologinya antara antar organisme.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Semen terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari
epididimis, duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Volume
ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan minimal sekitar 100 juta
/ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil selama 3 jam pertama setelah
ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 µm/detik. Spermatozoa yang normal harus memiliki
kepala bulat lonjong (oval), leher, dan ekor tunggal (Geneser 1994).
Selain konsentrasi, terdapat variabel lain yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
spermatozoa, yaitu karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi, viskositas, rupa
dan bau, volum, pH, kadar fruktosa, motilitas, dan morfologi spermatozoa (Wiknjosastroet al.
1999).
Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai
spermatozoa yang meliputi tiga fase yaitu 1) spermatositogenesis, selama fase ini
spermatogonium membelah secara mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan
menghasilkan spermatosit primer. 2) meiosis I, selama fase ini spermatosit primer mengalami
dua kali pembelahan secara berurutan, dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan
jumlah DNA per sel, menghasilkan spermatosit sekunder, spermatosit sekunder mengalami
meiosis II menghasilkan spermatid 3) spermiogenesis, spermatid mengalami proses
sitodiferensiasi, menghasilkan spermatozoa (Junqueira dan Carneiro 1998).
Kelainan spermatozoa juga dapat disebabkan kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit
primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis) dalam tubulus seminiferus
dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari kelenjar hipofisis anterior. Tidak
adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi. Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja
sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar spermatogenesis berlangsung sempurna,
memerlukan testosteron yang dihasilkan oleh sel interstisial Leydig (Guyton 1997).
Bila ada gangguan maka kualitas sperma akan berubah. Sperma hitung kurang dari 20 juta/ml
disebut dengan kelainan oligospermia, sedangkan untuk sperma dengan nilai motilitas kurang
dari 40% disebut dengan asthenospermia. Kombinasi kadar FSH dan LH yang tinggi dan kadar
testosterone yang rendah menyebabkan adanya kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi dengan
kadar LH dan testosterone yang normal menyebabkan kegagalan sel germinal terisolasi, fungsi
sel Leydig yang normal dan terandrogenisasi normal tapi mengalami azoospermia atau
oligospermia (DeCherney et al. 1997).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi
tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan spermauntuk membuahi telur yang berasal dari
hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur
dan besar unggas. Permukaan testis diselaputioleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan
setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam
pembuahan. Analisi sperma dapat dilakukan dengan syarat :
Proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
Terdapat pada ikan atau katak.
Hewan yang mudah disadap telur maupun sperma masaknya.
Mudah dibedakan antara jantan dan betina.
Telurnya bersifat transparan.
Mudah dioviposisikan.
Siklus hidup ikan nilem pendek
Telur maupun sperma yang dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak.
(Pearce, 2003).
Menurut (suparno, 2003) Sebelum dilakukan pengambilan sampel sperma (semen) harus
melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi 2 - 5 hari sebelumnya. Hal ini
bertujuan agar sperma dalam kondisi yang baik. Jangan kelamaan, karena jika sampai 1-2
minggu maka justru sperma jadi kurang aktif. Di samping itu juga harus menghindari konsumsi
alkohol.
Sample diambil dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan
membawanya dalam waktu tertentu ke lab. Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan
ditampung ke dalam wadah sampel. Cara lain yang dilakukan adalah dengan senggama terputus
(coitus interruptus), saat akan ejakulasi, P dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan
cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom
khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma)
Jika sampel diambil dirumah, maka sudah harus sampai di lab dalam waktu satu jam. Hindari
sampel dari terkena sinar matahari langsung dan jangan terlalu panas/terlalu dingin. Jika udara
dingin (di barat sono), simpan wadah penampungnya menempel di tubuh(dalam kantung jaket dll
agar hangat). Jangan masukkanb kedalam lemari es. Agar hasil pemeriksaan lebih oke, dialkukan
analisa 2-3 kali dengan hari yang berbeda dalam waktu 3 bulan.
Nilai normalnya bervariasi :

Volume Normal: minmal 2 mL - 6,5 mL per


ejakulasi

Abnormal: Volume yang rendah atau bahkan


yang berlebih dapat menyebabkan
masalah kesuburan

Waktu Normal: Kurang dari 60 menit


mencair
Abnormal: Masa mencair yang lama bisa
merupakan tanda infeksi.

Jumlah Normal: 20–150 juta per mL


sperma Abnormal: Jumlah yang rendah kadang
masih bisa menghasilkan
keturunan secara normal.

Bnetuk Normal: Minimal 70% memiliki bentuk


sperma dan struktur normal.

Abnormal: Sperma yang gak normal


bentuknya kurang daru 15 %
disebut Teratozoopsermia. Ini
juga mempersulit kehamilan.

Gerakan Normal: Minimal 60% sperma bergerak


sperma maju ke depan atau minimal 8
juta sperma per-mL bergerak
normal maju ke depan.

Abnormal: Jika sebagian besar geraknya


tidak normal akan menyebabkan
masalah fertilitas.

pH Normal: Semen pH of 7.1–8.0

Abnormal: An abnormally high or low semen


pH can kill sperm or affect their
ability to move or to penetrate an
egg.

Sel Normal: Tidak ada sel darah putih atau


darah bakteri.
putih
Abnormal: Bakteri dan sel darah putih yg
banyak menunjukkan adanya
infeksi.
Kadar Normal: 300 mg per 100 mL ejakulat
fruktosa
Abnormal: Tidak adanya fruktosa
memperlihatkan tidak adanya
veikuls seminalis atau blokade
pada organ ini.

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani
kuno<$2Fspan> σπέρμα yang berarti benih dan ζῷον yang berarti makhluk hidup)
adalah seldari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk
membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio(crombie,1993:246).
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam
testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini
dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah menjadi
spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid.
Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang
menjadi sperma (Kimball, 1996: 360).
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling luar
tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis berulang-
ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid.
Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel
Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan
prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel
sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk
membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160).

Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi
inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup
akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan
protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir
mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di
belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang.
Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam
sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi
sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan
berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada
orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet
mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki
flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada
umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat
(Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat
dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri,
tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di
bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan
penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).

Pembentukan Sel Gamet


Pembentukan sel gamet dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembentukan sel gamet (sel
kelamin) jantan atau sperma disebut spermatogenesis, dan pembentukan gamet betina atau ovum
disebut oogenesis (Suwarno,2004:300) (yatim. 1996: 300).
Spermatogenesis
Pembentukan sel sperma terjadi di dalam testis atau buah zakar. Sperma atau
spermatogonium yang bersifat diploid. Selanjutnya, spermatogonium membelah secara mitosis
menghasilkan spermatozoidprimer yang juga bersifat diploid. Selanjutnya, spermatozoid*primer
membelah reduksi (meiosis) menghasilkan spermatozoid skunder yang haploid. Setelah itu
spermatzoid sekunder membelah menhhaslkan spermatid, yaitu calon sperma yang belum
mempunyai ekor. Sperma berkembang menjadi spermatozoa yang telah dilengkapi ekor. Setiap
spermatozoa terdiri tas bagian ujung yang disebut dengan kepala. Pucuk kepala ini mengandung
akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan untuk menembus lapisan
pelindung sel telur. Bagian temgahnya banyak mengandung mitikondria yang oenting untuk
memeobolisasi energi (Slamet, 2007: 303).
Ketika spermatid di bentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun
setelah spermatid memanjang menjadi sperma akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pad bagian
membrane permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom
yang berfungsi menembus lapisan ovum (Diah, 2004: 267).

Ooganesis
Sel telur atau ovarium berasal dari oogania (tunggal = oogonium) atau sel induk telur. Seperti
halnya spermatogonia, oogonium juga bersifat diploid, yaitu mempunai 23 pasang kromosom.
Oogenium akan tumbuh menjadi oosit primer. Oosist primer akan membelah meiosis menjadi
dua sel yang tidak sama ukurannya yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder ,
sedangkan yang berukuran lebih kecil karena kekurangan plasma sel disebut badan kutub
primer/polosit primer (Slamet, 2007: 302).

Macam - macam Sperma


Sperma ada dua macam yaitu Sperma tak berflagellum dan Sperma berflagellum (Yatim, 1994:
11).
Sperma tak berflagellum jarang terdapat. Hanya pada beberapa evertebrata (Nematoda,
Crustacea). Sperma yang berflagellumlah umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang
satu (umum), ada yang dua (Yatim, 1994 : 11).

Sperma Bentuk Abnormal


Sperma dapat berbentuk lain dari biasanya, yang pada orang dapat menyebabkan kemandulan
(steril). Ada orang yang proses spermatoenesisnya tidak lancer, sehingga di hasilkan sperma
yang memiliki bentuk dan susunan yang tak sempurna (Yatim, 1994: 15)
Keabnormalan pada kepala ialah kepala besar, kepala kecil, kepala kembar, tumpul.
Keabnormalan pada ekor adalah pada bagian tenagah besar, pada bagian tengah melekat
“sitoplasma sisa “ berupa kecil atau gembungan di kedua sisi, ekor melilit, ekor kecil (Yatim,
1994: 242).

Kualitas Sperma
1. Macam Sperma menurut kromosom lain
Sesuai dengan danya 2 kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada
vertebrata), maka dalam hal sperma jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid
yang di sepihak hnay mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X dan Y
terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X disingkat sperma-X lalu ad
sperma yang hanya mengandung kromsom yang hanya mengandung kelamin Y disingkat
sperma-Y. Pada orang dan mamalia lain sudah diselidiki adakah perbedaan morfologis dan
fisiologis Ke kedua sperma X dan Y. Denagn cara sentrifugasi (pemusingan) dan dengan
perbedaan muatan listrik, telah dapat di pisahkan kedua jenis sperma itu.Sehingga dengan
demikian dapat di atur apakah sperma X akan membuahi ovum atau sperma Y. Kalau sperma X
yang membuahi ovum hanya menganadung kromosom kelamin X, terbentuklah zigot atau
embrio XX(betina) kalau sperma Y yang membuahi maka akan terbentuk embrio XY (jantan)
(Yatim, 1994: 15-16).

2. Ketahanan sperma di Luar Tubuh


Sperma mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan viamin E
menyebabkan ia tek bertenaga melakukan penbuahan. Terlalu rendah atau tinggi suhu medium
pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mamalia skrotum memiliki
suhu lebih rendah dari suhu tubuh. Jika testis tetap berada dalam rongga tubuh (abdomen) pada
umumnya menyebabkan sperma rusak atau tidak dapat melakukan pembuahan. Suhu skrotum 1-
8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8 C lebih rendah dari suhu tubuh.
Namun ada juga mamalia yang testisnya bukan dalam skrotum khusus tapi dalam rongga
terpisah dari rongga abdomen. Ini pun telah menurunkan sedikit suhu testis di bandingkan suhu
tubuh (Yatim, 1994: 18).

3. Gerakan Sperma
Ketika masih dalam tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur dalam duktus
epididimis mengalami pengaktifan.Ketika keluar dari tubuh kecepatan sperma dalam medium
cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit. Karena itu disebut bersama vas deferens,
duktus epididimis berfungsi sebagai daerah pematangan fisiologis sperma. Dalam duktus ini
sperma di simpan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sifat sperma menentukan juga
kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tidak
menentukan arah, maka pembuaha sulit berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum
untuk dapat di buahi. Kalau terlambat sperma datang tak subur lagi (Yatim, 1994: 16-17).

4. Keasaman Sperma
Perubahan sperma pun merusak sperma.terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina
dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk (Yatim, 1994: 18).

5. Sifat Kekebalan Sperma


Plasma mani bersama-sama mengandung antigen. Beberapa kemandulan pada pria dan wanita
ada hubungan yang di kandung mani. Antibody yang ada pada serum wanita dan yang di angkut
ke leher rahim akan mengaglutinasi atau membuat sperma lumpuh tak bisa lagi bergerak. Secara
in vitro serum yang mulanya tidak mengaglutinasi sperma akan mengaglutinasi kalau di
tambahkan progresteon atau testosterone. Sebaliknya akan tidak mengaglutinasi atau berkurang
keaglutinasian itu kalau di beri estradiol dan estriol (Yatim, 1994: 19-20).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Mikroskop
2. Cawan Petri
3. Alat Bedah
4. Objek glass
5. Sperma Ayam dan Mancit
6. Giemsa atau eosin
7. NACl fisiologis

B. Cara Kerja
1 Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis atau
vas deferen.
2 Jika cairan tersebut pekat larutan NACL fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang
bersih. Kemudian dengan objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara
melewatkannya di atas api.
3 Warnai dengan Giemsa atau eosinn selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir.
Selanjutnya keringkan kembali, periksa dibawah mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Sperma Mancit


Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece,
tail, end piece. Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang
dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil),
morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi
pada kepala,midpiece, ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas
(daya hidup) spermatozoa.
Morfologi Spermatozoa yang normal terbagia atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek
(midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat sebagai contoh yaitu morfologi
spermatozoa pada mencit.
Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
(a) spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat, (d) kepala
terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g) tidak ada penggait, (h)
sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i) kepala tidak berbentuk.
1. Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati.
Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik,
misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam hyaluronic, dan acrosin berupa
acrosome yang befungsi menembus dinding zona pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk
menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses
pembuahan. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.

2. Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan,
berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang,
berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3. Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan
pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh
Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan dengan serabut
penhubung. Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin
yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.

2. Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial
mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya
bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular struktur protein
pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang
khas untuk bagian ekor utama.

3. End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks
filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan Sembilan-
tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta
berakhir pada beberapa permukaan.

Kandungan Sperma Beserta Manfaatnya:


Komposisi kimia sperma adalah sebagai berikut:
Komposisi kimia ………………………. ( Dalam mg/100 ml )
Ammonia …………………………………………………… 2
Ascoric Acid ………………………………...................... 12,8
Ash …………………………………………………….. 9,9 %
Calcium …………………………………………………… 25
Carbon Dioxide ……………………………… 54 ml/100 ml
Chloride ………………………………………………… 155
Cholesterol ………………………………………………. 80
Citric Acid ……………………………………………… 376
Creatine ………………………………………………….. 20
Ergothioneine …………………………………………. Trace
Fructose …………………………………………………. 224
Glutathione ……………………………………………….. 30
Glycerylphorylcholine ………………………………… 54-90
Inositol ………………………………………………… 50,57
Lactic Acid ……………………………………………….. 35
Magnesium …………………………………………… 14
Nitrogen, nonprotein(total) …………………………… 913
Phosphorus,acid-soluble ……………………………….. 57
Inorganic ……………………………………………….. 11
Lipid ……………………………………………………. 6
Total (lipid) …………………………………………… 112
Phosphorylcholine …………………………………. 250-380
Potassium …………………………………………………. 89
Pyruvic Acid ……………………………………………… 29
Sodium ………………………………………………….. 281
Sorbitol …………………………………………………… 10
Vitamin B 12 …………………………………... 300-600 ppg
Sulfur ………………………………………….. 3 % (of ash)
Urea ……………………………………………………… 72
Uric Acid …………………………………………………. 6
Zinc ……………………………………………………… 14
Copper……………….………………………… 0,006-0,024
(Yatim, 1990)
BAB V
PENUTUP

1. Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama yakni kepala dan ekor.
2. Dengan menggunakan mikroskop electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian
leher (neck piece), badan (midlle piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and
piece).
3. Spermiogenesis adalah suatu proses dimana spermatic berdiferensiasi menjadi
spermatozoa meliputi sejumlah transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Cummings. San Fransisco Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Carlson, Bruce M. 2001 .Human Embryology and Developmental Biology 2nd Edition.Mosby
Inc.,New York

DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan
Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara.
Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran. (Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC.
Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998. Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mitchell D Kaplan dan Bruce J Baum, 2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb 3.
Springer Journal. New York.

Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.


Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Referensi Jurnal
Pratiwi, W. C., L. Affandhy, dan D. Pamungkas. 2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan
Simmental dan PO dalam Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari pada Suhu 5°C. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. hal 200-205
Siciliano, L., V. Marciano, A. Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate Acrosome
Reaction of Pig Spermatozoa. Reproductive Biology and Endocrinology, 6:5

Anda mungkin juga menyukai