Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BIOLOGI SEL

(Komunikasi Sel)

OLEH KELOMPOK 1:
USNAL AINI (1920332048)
ANITA DAMAYANTI LUBIS (1920332043)
RAHMATUN FAUZIAH (1920332045)
DESWIZAR SYAPUTRI (1920332047)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hasmiwati, M.Kes

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Diferensiasi Sel”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah Biologi Sel.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini kami mengucapkan terima kasih.
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Padang, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Sel .................................................. 3
2.2 Bagaimana cara interaksi sel ............................................ 3
2.3 Metode Komunikasi sel .................................................... 5
2.4 Tahapan Komunikasi Sel ................................................. 6
2.5 Proses Transduksi sinyal dalam sel................................... 7
2.6 respon persinyalan dan amplifikasi isyarat sel ................ 13
diwaspadai oleh pasangan calon pengantin
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 18
3.2 Saran .............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu
bekerja dan membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi anatara satu
dengan yang lain. Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus
berkomunikasi untuk mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa
sehingga memungkinkan organisme itu untuk berkembang. Mulai dari sel
yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system yang
menjalankan organisme untuk hidup.
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan
berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya.
Sinyal-sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan
yang biasanya dirubah oleh manusia.
Sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari beberapa
perubahan pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera dan merespons sinyal elektromagnetik, seperti
cahaya, dan sinyal mekanis, seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering
berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.
Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk menjawab sejumlah
pertanyaan penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari perkembangan
embriologis hingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis
penyakit lain.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan komunikasi sel ?
b. Bagaimana cara interaksi sel ?
c. Bagaimana metode komunikasi sel ?
d. Bagaimana tahapan komunikasi sel ?
e. Bagaimana proses tranduksi sinyal dalam sel ?
f. Bagaimana respon pensinyalan dan amplifikasi isyarat dalam sel ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi komunikasi sel
b. Bagaimana cara interaksi sel
c. Untuk mengetahui apa saja metode komunikasi sel
d. Untuk mengetahui tahapan komunikasi sel
e. Untuk mengetahui proses transduksi sinyal dalam sel
f. Untuk mengetahui respon persinyalan dan amplifikasi isyarat dalam sel

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Sel


Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang
lain ataupun antara sel dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan
sebagai proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target
untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan,
mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan
aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya.
Komunikasi dari satu sel ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler,
misalnya manusia dan pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus
berkomunikasi satu sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu
cara yang memungkinkan organisme berkembang dari telur yang dibuahi,
kemudian bias bertahan hidup dan bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-
sel juga penting bagi banyak organisme uniseluler.
2.2 Interaksi Sel
Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam menentukan
respon seluler yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum
dalam dogma biologi molekuler diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk
dapat menjalankan aktivitas komunikasi tersebut sebuah sel (eukariotik)
dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di membrane plasmanya.
Reseptor ini biasanya meupakan bagian structural dari protein integral yang
terdapat di sela-sela lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan sel lain dengan
cara komunikasi langsung atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel. target.
Berikut macam-macam interaksi antar sel :

3
a. Komunikasi kontak langsung

Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan
maupun sel tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada
memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal
ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel
yang berdekatan. Disamping itu sel hewan mungkin berkomunikasi melalui
kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya.
b. Pensinyalan parakrin

Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target


didekatnya dengan melepas molekul pengatur local ke dalam fluida ekstraseluler.

4
c. Pensinyalan sinaptik

Pada pensinyalan sinaptik, sel saraf melepaskan molekul neurotransmitter


ke dalam sinapsis antara sel lain.
d. Pensinyalan endokrin/ hormonal

Hormone mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel
endokrin terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu darah.
Hormone dapat mencapai hamper seluruh sel tubuh, tetapi, jika dengan pengatur
local. Hanya sel target spesifik yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi
yang diberikan.

2.3 Metode Komunikasi


a. Komunikasi langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan
karena mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
b. Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun kepada sel-sel
yang berada jauh letaknya.
c. Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi yang berlangsung melalui
sinyal listrik yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon
dan neurohormon)
d. Dengan membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma
dari kedua sel yang berkomunikasi tersebut.

5
2.4 Tahapan
Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa proses yang berlangsung di
ujung penerima pada percakapan selular dapat dibagi menjadi tahap:
penerimaan, transduksi, dan respons. Berikut penjelasan mengenai tahap
komunikasi sel:
1. Penerimaan (reception). Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi
molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi ‘terdeteksi’
ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang terletak di
permukaan sel atau di dalam sel.
2. Transduksi (transduction). Pengikatan molekul sinyal mengubah protein
reseptor dengan suatu cara, sehingga menginisiasi proses transduksi.
Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat
menyebabkan respons selular spesifik. Dalam sistem Sutherland,
pengikatan epinefrin ke protein reseptor pada membran plasma sel hati
menyebabkan aktivasi glikogen fosforilase. Transduksi terkadang terjadi
dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan suatu urutan
perubahan dalam serangkaian molekul yang berbeda-jalur transduksi
sinyal. Molekul-molekul dalam jalur ini seringkali disebut molekul relai
(relay molecule)
3. Respons (response) Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang
ditransduksikan akhirnya memicu respons selular spesifik. Respons ini
mungkin merupakan aktivitas selular apa pun yang bisa dibayangkan-
misalnya katalisis oleh suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase),
penyusunan ulang sitoskeleton atau aktivasi gen-gen dalam nukleus.
Proses pensin an sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas
krusial seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang

6
tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada
organisme tersebut

Gambar 2.2.1Tahapan Pensinyalan Sel (Champbell, 2008)


2.5 Transduksi

Tranduksi: kaskade interaksi molecular merelai sinyal dari reseptor


ke molekul target dalam sel

Ketika reseptor untuk molekul sinyal merupakan protein membran


plasma, tahap transduksi dalam pensinyalan sel biasanya merupakan jalur
multilangkah. Langkah-langkah itu sering mencangkup aktivasi perotein
oleh penambahan atau penghilangan gugus fosfat, atau pelepasan molekul
kecil atau ion lain yang bekerja sebagai pembawa pesan. Salah satu
keuntungan jalur multilangkah adalah kemungkinanya bisa mengamplifikasi
sinyal dengan kuat.

a. Jalur Tranduksi Sinyal

Pengikatan molekul sinyal spesifik ke reseptor pada membran


plasma memicu langkah pertama dalam rantai interaksi molekular-jalur
transduksi sinyal-yang mengarah ke respons tertentu di dalam sel. Seperti
kartu kartu domino yang berjatuhan, reseptor yang diaktivasi oleh sinyal
akan mengaktivasi molekul lain, yang kemudian mengaktivasi molekul
lain lagi, dan seterusnya, sampai protein yang menghasilkan respons

7
selular akhir diaktivasi. Molekul yang merelai sinyal dari reseptor ke
respons, yang kita sebut sebagai molekul relai dalam buku ini, seringkali
berupa protein. Interaksi antarprotein merupakan tema utama pensinyalan
sel. Bahkan, interaksi protein merupakan tema pemersatu dari semua
regulasi pada tingkat selular.

Molekul sinyal asal tidak diteruskan secara fisik sepanjang jalur


pensinyalan; pada sebagian besar kasus, molekul tersebut bahkan tidak
pernah memasuki sel. Ketika kita mengatakan bahwa sinyal direlai di
sepanjang jalur, yang kita maksud adalah informasi tertentu akan
diteruskan. Pada setiap langkah, sinyal ditransduksi menjadi bentuk yang
berbeda, umumnya berupa perubahan bentuk protein. Perubahan bentuk
tersebut seringkali disebabkan oleh fosforilasi.

b. Fosforilasi dan defosforilasi protein


Banyak molekul relai dalam jalur transduksi sinyal dalam jalur
transduksi sinyal merupakan protein kinase, dan seringkali bekerja pada
protein kinase lainnya didalam jalur tersebut. Menggambarkan suatu
ja;lur hipotesis yang mengandung tiga protein kinase berbeda yang
menyusun suatu “kaskade fosforilase”. Sinyal itu ditransmisi oleh
kaskade fosforilasi protein, yang masing-masing menyebbabkan berubah
bentuk. Setiap perubahan bentuk ini dihasilkan dari interaksi antara
gugus fosfat yang baru ditambahkan dengan asam amino yang bermuatan
atau polar. Penambahan gugus fosfat seringkali merubah protein dari
bentuk inaktif (tidak aktif) menjadi bentuk aktif (walaupun pada kasus
yang lain fosforilasi menurunkan aktifitas protein).
Nilai penting protein kinase tidaklah dilebih-lebihkan sekitar 2%
dari gen kita diduga menggodekan protein kinase. Satu sel tunggal biasa
memiliki ratusan jenis protein kinase yang berbeda, masing-masing
bersifat spesifik untuk protein substar yang berbeda. Protein yang sama
pentingnya dalam kaskade fosforilasi adalah protein fosfatase (protein
phosphatase), enzim yang dapat secara cepat menyingkirkan gugus fosfat
dari protein, suatu proses yang disebut defosforilasi. Dengan demikian,

8
desfosforilasi menginaktifasi protein kinase, fosfatase menyediakan
mekanisme untuk memadamkan jalur transduksi sinyal ketika sinyal awal
tidak lagi ada.

Gambar 2.3.2 Kaskade Fosforilasi (Champbell, 2008)

c. Molekul Kecil dan Ion Sebagai Pembawa-Pesan Kedua


Tidak semua komponen jalur tranduksi sinyal merupakan
protein. Banyak jalur pensinyalan juga melibatkan molekul kecil larut-
air nonprotein atau ion yang disebut pembawa- pesan kedua (second
messenger). (molekul sinyal ekstraseluler yang diberikan dengan
reseptor membrane merupakan ‘pembawa pesan pertama’pada jalur
tersebut.) karena berukuran kecil dan larut dalam air, pembawa-pesan
kedua dapat membayar dengan cepat keseluruh bagian sel memalui
difusi. Misalnya, seperti yang akan segera kita lihat, pembawa-pesan
kedua yang bernama AMP siklik-lah yang menyangkut sinyal yang
diinisiasi oleh epinefrin dari membrane plasma sel hati atau sel otot ke

9
interior sel, tempat sinyal tersebut menyebabkan penguraian glikogen.
Pembawa pesan-kedua berpartisipasi dalam jalur-jalur yang diinisiasi
oleh respetor terkopel-protein G maupun reseptor tirosin kinase. Dua
pembawa-pesan kedua yang paling sering digunakan adalah AMP siklik
dan ion kalsium, 𝐶𝑎2+ . Berbagai macam protein relai sensitive terhadap
konsentrasi salah satu pembawa-pesan kedua ini dalam sitosol.
1 AMP Siklik

Setelah Earl Sutherland memastikan bahwa epinefrin menyebabkan


pengaruh glikogen tanpa menembus membrane plasma, dimulailah
pencarian terhadap sesuatu yang kemudian ia namai pembawa-pesan
kedua yang mentransmisi sinyal dari membrane plasma kemesin
metabolic dalam sitoplasma.

Sutherland menemukan bahwa pengikatan epinefrin kemembran


plasma sel hati meningkatkan konsentrasi dalam sitosol suatu senyawa
yang disebut adenosine monofosfat siklik (cyclic adenosine
monophosphate), disingkat AMP siklik atau cAMP (peraga11.10).
sejenis enzim yang tertanam dalam membrane plasma, adenilil siklase
(adenylyl cyclase), mengubah ATP menjadi cAMP sebagai respons
terhadap suatu sinyal ekstraseluler-dalam contoh ini, epinefrin namun
epinefrin tidak merangsangadenilil siklase seara langsung. Ketika
epinefrin diluar sel berikatan dengan protein reseptor spesifik, protein
tersebut mengaktivasi adenilil siklase, yang kemudian bisa mengkatalisis
sintesis banyak molekul cAMP. Dengan cara ini, konsentrasi normal
cAMP dalm sel dapat didorong menjadi 20 kali lipat dalam hitungan
detik. cAMP memancarkan sinyal terseut kesitoplasma. cAMP tidak
bertahan lama jika hormone epinefrin lenyap, sebab eni lain, yang disebt
fosfodiesterase, mengubah cAMP menjadi AMP. Diperlukan lonjakan
epinefrin lain utnuk mendorong kembalikonsentrasi cAMP dalam
sitosol.

10
Gambar 2.3.3.1 cAMP sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur
pensinyalan protein G (Champbell, 2008)
1. Ion Kalsium dan Inositol Trifosfat ( 𝑰𝑷𝟑 )

Banyak molekul senyawa pada hewan, termasuk neurotransmiter,


factor pertumbuhan, dan beberapa hormon, menginduksi respons dalam sel
targetnya melalui jalur tranduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion
kalsium (𝐶𝑎2+ ) dalam sitosol.kalsium bahkan lebih banyak digunakan
sebagi pembawa pesan kedua dari pada cAMP. Peningkatan konsentrasi
𝐶𝑎2+ dalam sitosol menyebabkan banyak respon pada sel hewan, termasuk
kontraksi sel otot, sekresi zat-zat tertentu, dan pembelahan sel. Pada sel
tumbuhan, berbagai macam rangsangan hormonal dan lingkungan dapat
menyebabkan penigkatan singkat konsentrasi 𝐶𝑎2+ dalam sitosol sehingga
memicu berbagai jalur pensinyalan, misalnya jalur untuk pemunculan
warna hijau sebagai respons terhadap cahaya (lihat peraga 39.4). sel
menggunakan 𝐶𝑎2+ sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur protein G
maupun jalur reseptor tirosin kinase.

Walaupun sel selalu mengandung sejumlah 𝐶𝑎2+ , ion ini dapat


berfungsi sebagai pembawa pesan kedua karena konsentrasinya dalam
sitosol secara normal jauh lebih rendah dari pada konsentrasinya diluar sel
(peraga 11.12).faktanya, kadar 𝐶𝑎2+ dalam darah dan cairan ekstraseluler
hewan seringkali melebihi kadarnya didalam sitosol sebanyak 10.000 kali
lipat. Ion kalsium ditranspor secara aktif keluar sel dan di impor secarra
aktif dari sitosol kedalam reticulum endoplasma (dan, dibawah beberapa

11
kondisi, kedalam mitokondria dan kloroplas) oleh berbagai pompa protein
(lihat peraga 11.12). akibatnya konsentrasi kalsium dalam RE biasnaya
jauh lebih tinggi daripada konsentrasinya dalam sitosol. Karena
konsentrasi kalsium dalam sitosol rendah, perubahan kecil dalam jumlah
absolut ion mempresentasikan perubahn presentase konsentrasi kalsium
yang relatif besar.

Gambar 2.3.3.2 Menjaga Konsentrasi ion kalsium dalam sel hewan


(Champbell, 2008)

Sebagai respon terhadap sinyal yang direali oleh jalur tranduksi sinyal,
kadar kalsium dalam sitosol mungkin naik, biasanya melalui mekanisme
yang melepaskan 𝐶𝑎2+ dari RE sel. Jalur jalur yang mengarah
kepelepasan kalsium masih melibatkan pembawa pesan kedua yang lain,
inositol trifosfat ( inositol triphosphate, 𝑰𝑷𝟑 ) dan diasigliserol
(diacylglycerol, DAG). Kedua pembawa pesan ini dihasilkan melalui
pembelahan fosfolipid jenis tertentu pada membrane plasma. Peraga 11.13
menunjukkan bagaimana ini terjadi dan bagaimana IP3 merangsang
pelepasan kalsium dari RE. karenaIP3 bekerja sebelum kalsium dalam
jalur-jalur ini, kalsium bisa dianggap sebagai ‘pembawa pesan ketiga’.
Akan tetapi ilmuwan mnggunakan istilah pembawa pesan kedua untuk
semua komponen nonprotein dalam jalur tranduksi sinyal.

12
Gambar 2.3.3.3 kalsium dan IP3 dalam jalur pensinyalan (Champbell,
2008)
2.6 Respons: Pensinyalan Sel Menyebabkan Regulasi Transkripsi atau
Aktivitas Sitoplasma
a. Respons di Nukleus dan Sitoplasma
Pada akhirnya, jalur transduksi sinyal mengarah ke regulasi satu
atau lebih aktivitas seluler. Respons diujung jalur mungkin terjadi di
nucleus sel atau sitoplasma. Banyak jalur pensinyalan berujung pada
regulasi sintesis protein, biasanya dengan menyalakan atau
memadamkan gwen sepesifik dalam nucleus..molekul teriaktifasi
paling akhir dalam jalur pensinyalan mungkin berfungsi sebaga factor
transkripsi,

Gambar 2.4.1Respon Nukleus terhadap sinyal(Champbell, 2008)

13
Suatu factor transkripsi seringkali meregulasi beberapa gen yang
berbeda. Terkadang suatu jalur pensinyalan mungkin meregulasi
aktivitas protein , bukan sintesis protein, sehingga memengaruhi
secara langsung perotein yang berfungsi di luar nucleus. Misalnya,
suatu sinyal mungkin menyebabkan pembukaan atau penutupan
saluran ion dalam membran plasma atau perubahan metabolisme sel,
respon sel hati terhadap pensinyalan oleh hormone epinefrin
membantu meregulasi metabolism energy selular dengan cara
memengaruhi aktivitas sesuatu enzim. Selain regulasi enzim, peristiwa
pensinyalan juga mungkin memengaruhi selular lain, misalnya bentuk
sel secara keseluruhan.

Gambar 2.3.3Respon Sitoplasma terhadap sinyal:perangsangan penguraian glikogen


oleh epinefrin.(Champbell, 2008)

14
b. Penajaman (Fine-Tuning) Respon
Tanpa melihat apakah respon terjadi di dalam nucleus atau di
dalam sitoplasma, respon ini dipertajam (fine – tuned) di berbagai titik.
Seperti yang disinggung sebelumnya, jalur pensinyalan dengan banyak
langkah antara peristiwa pensinyalan di permukaan sel dan respon sel
memiliki dua manfaat penting: jalur itu mengamplifikasi sinyal (dan
responnya juga) serta menyediakan titik – titik yang berbeda, tempat
respon sel dapat diregulasi. Ini memungkinkan koordinasi jalur
pensinyalan dan juga berkontribusi dalam kespesifikan respon. Efisiensi
keseluruhan respon juga dapat ditingkatkan oleh protein perancah.
Terakhir, titik krusial penajaman respon adalah pemutusan sinyal.
c. Amplifikasi Sinyal
Kaskade enzim yang rumit mengamplifikasi respon sel terhadap
suatu sinyal. Pada setiap langkah katalik dalam kaskade ini, jumlah produk
yang teraktivasi jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Misalnya
dalam jalur yang terpicu epinefrin pada peraga 11.15, setiap molekul
adenilin siklase mengkatalis pembentukan banyak molekul cAMP, setiap
molekul protein kinase A memfosforilasi banyak molekul kinase
berikutnya dalam jalur, dan seterusnya. Efek amplifikasi berasal dari fakta
bahwa protein – protein ini berada dalam bentuk aktif yang cukup lama
untuk mengolah banyak molekul substrat sebelum menjadi inaktif
kembali. Sebagai akibat dari amplifikasi sinyal, sejumlah kecil moleku
epinefrin yang berikatan dengan reseptor pada permukaan sel hati atau sel
otot dapat menyebabkan pelepasan ratusan juta molekul glukosa dan
glikogen.
d. Kespesifikan Pensinyalan Sel dan Koordinasi Respon
Ambilah dua contoh sel yang ada dalam tubuh anda. Sel hati dan sel
otot jantung misalnya. Keduanya bersentuhan dengan aliran darah
sehingga terpapar terus menurus ke banyak molekul hormone yang
berbeda, dank e regulator lokal yang disekresikan oleh sel – sel di
dekatnya. Akan tetapi sel hati hanya merespon beberapa jenis sinyal dan
mengabaikan sinyal yang lain, demikian pula dengan sel jantung.

15
Beberapa jenis sinyal memicu respon kepada kedua sel, namun respon ini
berbeda. Misalnya, epinefrin merangsang sel hati untuk memecah
glikogen, namun respon utama sel jantung terhadap epinefrin adalah
kontraksi, sehingga menyebabkan detak jantung lebih cepat.
Penjelasan untuk kespesifikan yang ditujukan dalan respon selular
terhadap sinyal sama saja dengan penjelasan dasar untuk hampir semua
perbedaan di antara sel – sel: jenis sel yang berbeda memiliki koleksi
protein yang berbeda (Peraga 11.17). (Ini desebabkan karena jenis sel
yang berbeda menyalakan kumpulan gen yang berbeda.) Respon sel
tertentu terhadap sinyal bergantung pada koleksi tertentu protein reseptor
sinyal, protein relai, dan protein yang dibutuhkan untuk melaksanakan
respon. Sel hati misalnya, akan merespon epinefrin secara tepat karena
memiliki protein – protein yang tercantum pada Peraga 11.15, seperti
halnya yang dibutuhkan untuk memproduksi glikogen.
Dengan demikian, dua sel yang merespon secara berbeda terhadap
sinyal yang sama memiliki perbedaan satu atau lebih protein yang
menangani dan merespon sinyal tersebut. Perhatikan peraga 11.17, jalur –
jalur yang berbeda mungkin memiliki beberapa molekul yang sama.
Misalnya, sel A, B, dan C, semuanya menggunakan protein reseptor yang
sama untuk molekul sinyal yang berwarna jingga: perbedaan dalam hal
protein – lah yang menyebabkan respon yang diberikan berbeda. Pada sel
D, protein reseptor yang berbeda digunakan untuk molekul sinyal yang
sama, menghasilkan respon yang berbeda pula. Pada sel B, jalur yang
dipicu oleh satu jenis sinyal berpisah menghasilkan dua respon. Jalur
bercabang semacam itu sering melibatkan reseptor tirosin kinase (yang
dapat mengaktivasi banyak protein relai atau pembawa pesan kedua (yang
dapat meregulasi banyak protein). Pada sel C, dua jalur yang dipicu oleh
sinyal berbeda menyatu untuk memodulasi satu respon tunggal.
Percabangan jalur dan ‘Cross – Talk’ (persilangan, interaksi) di antara
jalur – jalur yang berbeda penting bagi regulasi dan koordinasi respon sel
terhadap informasi yang berasal dari berbagai sumber dalam tubuh. (anda
akan mempelajari lebih lanjut tentang koordinasi ini nanti, dalam subbab

16
berikutnya.). Terlebih lagi, penggunaan beberapa protein yang sama pada
lebih dari satu jalur memungkinkan sel menghemat jumlah protein berbeda
yang harus dibuatnya.

Gambar 2.3.3Kespesifikan pensinyalan (Champbell, 2008)

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:

a. Pengertian komunikasi sel:


Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel
yang lain ataupun antara sel dengan lingkungannya.
b. Tahapan komunikasi sel:
Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa proses yang
berlangsung di ujung penerima pada percakapan selular dapat dibagi
menjadi tahap: penerimaan(reception), transduksi(transduction), dan
respons(response).
c. Proses tranduksi sinyal dalam sel:
Pengikatan molekul sinyal spesifik ke reseptor pada membran plasma
memicu langkah pertama dalam rantai interaksi molekular-jalur
transduksi sinyal-yang mengarah ke respons tertentu di dalam sel.
Seperti kartu kartu domino yang berjatuhan, reseptor yang diaktivasi
oleh sinyal akan mengaktivasi molekul lain, yang kemudian
mengaktivasi molekul lain lagi, dan seterusnya, sampai protein yang
menghasilkan respons selular akhir diaktivasi.
e. Respon pensinyalan dan amplifikasi isyarat dalam sel:
Kaskade enzim yang rumit mengamplifikasi respon sel terhadap suatu
sinyal. Pada setiap langkah katalik dalam kaskade ini, jumlah produk
yang teraktivasi jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.
3.2 Saran
Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta informasi yang lebih
banyak dan akurat mengenai komunikasi sel sehingga pembaca memahami
materi tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Subowo (2012). BiologiSel. Bandung. CVAngkasa


Campbell Dan Reece. (2008). Biologyedisi 8, Jakarta, Erlangga.
Ganong (1983). FisiologiKedokteran, Jakarta, EGC.
puyton (1991). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC
Campbell (2008). Biology Edisi 8. Erlangga, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai