(Komunikasi Sel)
OLEH KELOMPOK 1:
USNAL AINI (1920332048)
ANITA DAMAYANTI LUBIS (1920332043)
RAHMATUN FAUZIAH (1920332045)
DESWIZAR SYAPUTRI (1920332047)
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hasmiwati, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Diferensiasi Sel”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah Biologi Sel.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini kami mengucapkan terima kasih.
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Sel .................................................. 3
2.2 Bagaimana cara interaksi sel ............................................ 3
2.3 Metode Komunikasi sel .................................................... 5
2.4 Tahapan Komunikasi Sel ................................................. 6
2.5 Proses Transduksi sinyal dalam sel................................... 7
2.6 respon persinyalan dan amplifikasi isyarat sel ................ 13
diwaspadai oleh pasangan calon pengantin
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 18
3.2 Saran .............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi komunikasi sel
b. Bagaimana cara interaksi sel
c. Untuk mengetahui apa saja metode komunikasi sel
d. Untuk mengetahui tahapan komunikasi sel
e. Untuk mengetahui proses transduksi sinyal dalam sel
f. Untuk mengetahui respon persinyalan dan amplifikasi isyarat dalam sel
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Komunikasi kontak langsung
Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan
maupun sel tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada
memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal
ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel
yang berdekatan. Disamping itu sel hewan mungkin berkomunikasi melalui
kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya.
b. Pensinyalan parakrin
4
c. Pensinyalan sinaptik
Hormone mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel
endokrin terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu darah.
Hormone dapat mencapai hamper seluruh sel tubuh, tetapi, jika dengan pengatur
local. Hanya sel target spesifik yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi
yang diberikan.
5
2.4 Tahapan
Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa proses yang berlangsung di
ujung penerima pada percakapan selular dapat dibagi menjadi tahap:
penerimaan, transduksi, dan respons. Berikut penjelasan mengenai tahap
komunikasi sel:
1. Penerimaan (reception). Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi
molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi ‘terdeteksi’
ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang terletak di
permukaan sel atau di dalam sel.
2. Transduksi (transduction). Pengikatan molekul sinyal mengubah protein
reseptor dengan suatu cara, sehingga menginisiasi proses transduksi.
Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat
menyebabkan respons selular spesifik. Dalam sistem Sutherland,
pengikatan epinefrin ke protein reseptor pada membran plasma sel hati
menyebabkan aktivasi glikogen fosforilase. Transduksi terkadang terjadi
dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan suatu urutan
perubahan dalam serangkaian molekul yang berbeda-jalur transduksi
sinyal. Molekul-molekul dalam jalur ini seringkali disebut molekul relai
(relay molecule)
3. Respons (response) Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang
ditransduksikan akhirnya memicu respons selular spesifik. Respons ini
mungkin merupakan aktivitas selular apa pun yang bisa dibayangkan-
misalnya katalisis oleh suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase),
penyusunan ulang sitoskeleton atau aktivasi gen-gen dalam nukleus.
Proses pensin an sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas
krusial seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang
6
tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada
organisme tersebut
7
selular akhir diaktivasi. Molekul yang merelai sinyal dari reseptor ke
respons, yang kita sebut sebagai molekul relai dalam buku ini, seringkali
berupa protein. Interaksi antarprotein merupakan tema utama pensinyalan
sel. Bahkan, interaksi protein merupakan tema pemersatu dari semua
regulasi pada tingkat selular.
8
desfosforilasi menginaktifasi protein kinase, fosfatase menyediakan
mekanisme untuk memadamkan jalur transduksi sinyal ketika sinyal awal
tidak lagi ada.
9
interior sel, tempat sinyal tersebut menyebabkan penguraian glikogen.
Pembawa pesan-kedua berpartisipasi dalam jalur-jalur yang diinisiasi
oleh respetor terkopel-protein G maupun reseptor tirosin kinase. Dua
pembawa-pesan kedua yang paling sering digunakan adalah AMP siklik
dan ion kalsium, 𝐶𝑎2+ . Berbagai macam protein relai sensitive terhadap
konsentrasi salah satu pembawa-pesan kedua ini dalam sitosol.
1 AMP Siklik
10
Gambar 2.3.3.1 cAMP sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur
pensinyalan protein G (Champbell, 2008)
1. Ion Kalsium dan Inositol Trifosfat ( 𝑰𝑷𝟑 )
11
kondisi, kedalam mitokondria dan kloroplas) oleh berbagai pompa protein
(lihat peraga 11.12). akibatnya konsentrasi kalsium dalam RE biasnaya
jauh lebih tinggi daripada konsentrasinya dalam sitosol. Karena
konsentrasi kalsium dalam sitosol rendah, perubahan kecil dalam jumlah
absolut ion mempresentasikan perubahn presentase konsentrasi kalsium
yang relatif besar.
Sebagai respon terhadap sinyal yang direali oleh jalur tranduksi sinyal,
kadar kalsium dalam sitosol mungkin naik, biasanya melalui mekanisme
yang melepaskan 𝐶𝑎2+ dari RE sel. Jalur jalur yang mengarah
kepelepasan kalsium masih melibatkan pembawa pesan kedua yang lain,
inositol trifosfat ( inositol triphosphate, 𝑰𝑷𝟑 ) dan diasigliserol
(diacylglycerol, DAG). Kedua pembawa pesan ini dihasilkan melalui
pembelahan fosfolipid jenis tertentu pada membrane plasma. Peraga 11.13
menunjukkan bagaimana ini terjadi dan bagaimana IP3 merangsang
pelepasan kalsium dari RE. karenaIP3 bekerja sebelum kalsium dalam
jalur-jalur ini, kalsium bisa dianggap sebagai ‘pembawa pesan ketiga’.
Akan tetapi ilmuwan mnggunakan istilah pembawa pesan kedua untuk
semua komponen nonprotein dalam jalur tranduksi sinyal.
12
Gambar 2.3.3.3 kalsium dan IP3 dalam jalur pensinyalan (Champbell,
2008)
2.6 Respons: Pensinyalan Sel Menyebabkan Regulasi Transkripsi atau
Aktivitas Sitoplasma
a. Respons di Nukleus dan Sitoplasma
Pada akhirnya, jalur transduksi sinyal mengarah ke regulasi satu
atau lebih aktivitas seluler. Respons diujung jalur mungkin terjadi di
nucleus sel atau sitoplasma. Banyak jalur pensinyalan berujung pada
regulasi sintesis protein, biasanya dengan menyalakan atau
memadamkan gwen sepesifik dalam nucleus..molekul teriaktifasi
paling akhir dalam jalur pensinyalan mungkin berfungsi sebaga factor
transkripsi,
13
Suatu factor transkripsi seringkali meregulasi beberapa gen yang
berbeda. Terkadang suatu jalur pensinyalan mungkin meregulasi
aktivitas protein , bukan sintesis protein, sehingga memengaruhi
secara langsung perotein yang berfungsi di luar nucleus. Misalnya,
suatu sinyal mungkin menyebabkan pembukaan atau penutupan
saluran ion dalam membran plasma atau perubahan metabolisme sel,
respon sel hati terhadap pensinyalan oleh hormone epinefrin
membantu meregulasi metabolism energy selular dengan cara
memengaruhi aktivitas sesuatu enzim. Selain regulasi enzim, peristiwa
pensinyalan juga mungkin memengaruhi selular lain, misalnya bentuk
sel secara keseluruhan.
14
b. Penajaman (Fine-Tuning) Respon
Tanpa melihat apakah respon terjadi di dalam nucleus atau di
dalam sitoplasma, respon ini dipertajam (fine – tuned) di berbagai titik.
Seperti yang disinggung sebelumnya, jalur pensinyalan dengan banyak
langkah antara peristiwa pensinyalan di permukaan sel dan respon sel
memiliki dua manfaat penting: jalur itu mengamplifikasi sinyal (dan
responnya juga) serta menyediakan titik – titik yang berbeda, tempat
respon sel dapat diregulasi. Ini memungkinkan koordinasi jalur
pensinyalan dan juga berkontribusi dalam kespesifikan respon. Efisiensi
keseluruhan respon juga dapat ditingkatkan oleh protein perancah.
Terakhir, titik krusial penajaman respon adalah pemutusan sinyal.
c. Amplifikasi Sinyal
Kaskade enzim yang rumit mengamplifikasi respon sel terhadap
suatu sinyal. Pada setiap langkah katalik dalam kaskade ini, jumlah produk
yang teraktivasi jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Misalnya
dalam jalur yang terpicu epinefrin pada peraga 11.15, setiap molekul
adenilin siklase mengkatalis pembentukan banyak molekul cAMP, setiap
molekul protein kinase A memfosforilasi banyak molekul kinase
berikutnya dalam jalur, dan seterusnya. Efek amplifikasi berasal dari fakta
bahwa protein – protein ini berada dalam bentuk aktif yang cukup lama
untuk mengolah banyak molekul substrat sebelum menjadi inaktif
kembali. Sebagai akibat dari amplifikasi sinyal, sejumlah kecil moleku
epinefrin yang berikatan dengan reseptor pada permukaan sel hati atau sel
otot dapat menyebabkan pelepasan ratusan juta molekul glukosa dan
glikogen.
d. Kespesifikan Pensinyalan Sel dan Koordinasi Respon
Ambilah dua contoh sel yang ada dalam tubuh anda. Sel hati dan sel
otot jantung misalnya. Keduanya bersentuhan dengan aliran darah
sehingga terpapar terus menurus ke banyak molekul hormone yang
berbeda, dank e regulator lokal yang disekresikan oleh sel – sel di
dekatnya. Akan tetapi sel hati hanya merespon beberapa jenis sinyal dan
mengabaikan sinyal yang lain, demikian pula dengan sel jantung.
15
Beberapa jenis sinyal memicu respon kepada kedua sel, namun respon ini
berbeda. Misalnya, epinefrin merangsang sel hati untuk memecah
glikogen, namun respon utama sel jantung terhadap epinefrin adalah
kontraksi, sehingga menyebabkan detak jantung lebih cepat.
Penjelasan untuk kespesifikan yang ditujukan dalan respon selular
terhadap sinyal sama saja dengan penjelasan dasar untuk hampir semua
perbedaan di antara sel – sel: jenis sel yang berbeda memiliki koleksi
protein yang berbeda (Peraga 11.17). (Ini desebabkan karena jenis sel
yang berbeda menyalakan kumpulan gen yang berbeda.) Respon sel
tertentu terhadap sinyal bergantung pada koleksi tertentu protein reseptor
sinyal, protein relai, dan protein yang dibutuhkan untuk melaksanakan
respon. Sel hati misalnya, akan merespon epinefrin secara tepat karena
memiliki protein – protein yang tercantum pada Peraga 11.15, seperti
halnya yang dibutuhkan untuk memproduksi glikogen.
Dengan demikian, dua sel yang merespon secara berbeda terhadap
sinyal yang sama memiliki perbedaan satu atau lebih protein yang
menangani dan merespon sinyal tersebut. Perhatikan peraga 11.17, jalur –
jalur yang berbeda mungkin memiliki beberapa molekul yang sama.
Misalnya, sel A, B, dan C, semuanya menggunakan protein reseptor yang
sama untuk molekul sinyal yang berwarna jingga: perbedaan dalam hal
protein – lah yang menyebabkan respon yang diberikan berbeda. Pada sel
D, protein reseptor yang berbeda digunakan untuk molekul sinyal yang
sama, menghasilkan respon yang berbeda pula. Pada sel B, jalur yang
dipicu oleh satu jenis sinyal berpisah menghasilkan dua respon. Jalur
bercabang semacam itu sering melibatkan reseptor tirosin kinase (yang
dapat mengaktivasi banyak protein relai atau pembawa pesan kedua (yang
dapat meregulasi banyak protein). Pada sel C, dua jalur yang dipicu oleh
sinyal berbeda menyatu untuk memodulasi satu respon tunggal.
Percabangan jalur dan ‘Cross – Talk’ (persilangan, interaksi) di antara
jalur – jalur yang berbeda penting bagi regulasi dan koordinasi respon sel
terhadap informasi yang berasal dari berbagai sumber dalam tubuh. (anda
akan mempelajari lebih lanjut tentang koordinasi ini nanti, dalam subbab
16
berikutnya.). Terlebih lagi, penggunaan beberapa protein yang sama pada
lebih dari satu jalur memungkinkan sel menghemat jumlah protein berbeda
yang harus dibuatnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19