Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI SEL

Dosen Pengampu Assc. Dr. Ainur Rofieq, M.Kes.

DI SUSUN OLEH :

NAMA :1. KHOLIFAH


2. Handri Oktapiani
3. Oky Erviana Safitri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MAI, 2021
KOMUNIKASI SEL
Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain
ataupun antara sel dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan
sebagai proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target untuk
mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan, mengawasi
pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya.
Komunikasi dari satu sel ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler, misalnya
manusia dan pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus berkomunikasi satu
sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu cara yang memungkinkan
organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias bertahan hidup dan
bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting bagi banyak organisme
uniseluler.
A. Konsep Komunikasi Sel
1. Perkembangan Awal Pensinyalan Sel
Perkembangan pensinyalan sel ini pertama kali dilakukan pada beberapa
jenis bakteri diantaranya ialah pada bakteri yang terdapat di ragi yaitu bakteri
Saccaromyces cereviceae. Para peneliti mempelajari sel pada ragi dalam
mengidentifikasi pasangannya melalui pensinyalan kimiawi. Dalam pasangan
tersebut, terdapat dua jenis seks, atau tipe pasangan yang disebut a dan α. Sel
tersebut mensekresikan sinyal kimiawi yang disebut faktor – a, yang dapat melekat
pada protein reseptor spesifik pada sel α yang ada didekatnya. Pada saat yang
sama, sel α mensekresi faktor – α, yang melekat pada reseptor di sel a. Tanpa
memasuki sel tersebut, molekul terikat reseptor dari kedua faktor pasangan itu dan
menyebabkan sel tumbuh ke arah pasangannya dan mengakibatkan perubahan
seluler lain. Hasilnya ialah penggabungan, atau perkawinan dari kedua sel yang
jenisnya berbeda. Sel a/α baru ini mengandung semua gen daru kedua sel aslinya,
yang merupakan suatu kombinasi dalam sumber – sumber genetik yang
memberikan keunggulan bagi turunan sel ini.
Terjadinya pensinyalan secara transduksi yang ada pada ragi dan
mammalia memiliki kemiripan sejak miliaran tahun yang lalu. Kemiripan ini
terungkap sejak terjadinya sistem pensinyalan antara bakteri dan tumbuhan yang
menimbulkan kesan bahwa mekanisme pensinyalan sel versi awal yang digunakan
telah berkembang dengan baik sebelum makhluk multiseluler muncul dipermukaan
Bumi ini. Pensinyalan ini kemungkinan muncul sejak jaman sel prokariota purba dan
sel eukariota tunggal yang diadopsi dalam penggunaan baru oleh turunuan
multiseluler mereka.
2. Komunikasi Sel Terpisah atau Berdekatan
Komunikasi yang terjadi pada salah satu sel yang terdapat pada mikroba
biasanya berkomunikasi dengan melepaskan messenger (pembawa pesan) kimiawi
yang ditujukan pada sel yang masih jauh. Pada sebagian messenger tersebut hanya
menempuh pada jarak yang dekat. Sel pengirim mensekresikan molekul pengatur
lokal, hal ini dapat memengaruhi sel yang berada didekatnya. Suatu kelas dalam
pengaturan lokal pada hewan, dalam hal faktor pertumbuhan, merupakan senyawa
yang akan merangsang sel target dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
semakin banyak dan berada didekatnya. Sejumlah besar sel dapat menerima dan
merespon molekul faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh satu sel didekatnya
secara bersamaan. Tipe pensinyalan jarak dekat pada hewan ini disebut
pensinyalan parakrin.

Gambar Pensinyalan Sel Pada Jarak Dekat

Tipe lain dalam pensinyalan jarak dekat ini lebih terspesialisasi pada sel
saraf hewan. Pada sel saraf menghasilkan sinyal kimiawi dalam neurotransmiter
yang berdifusi melalui sel target tunggal yang hampir senyentuh sel pertama. Sinyal
listrik yang dihantarkan di sepanjang saraf tersebut dapat memicu sekresi molekul
neurotransmiter ke dalam sinapsis, yang merupakan ruangan sempit di antara sel
saraf dan sel targetnya. Sel saraf spesifik sangat berdekatan dengan sinapsis, sinyal
saraf tersebut dapat merambat dari otak ke ibu jari misalnya tanpa menyebutkan
respon yang tidak diperlukan dalam bagian tubuh yang lainnya. Pensinyalan jarak
dekat yang terdapat pada tumbuhan kurang begitu dipahami. Sebab, adanya
dinding sel yang menghalangi proses pensinyalan tersebut sehingga tumbuhan
harus menggunakan mekanisme yang berbeda dalam prosesnya. Baik hewan
maupun tumbuhan menggunakan hormon dalam pensinyalan ke tempat yang lebih
jauh. Pada pensinyalan hewan, yang dikenal sebagai pensinyalan endokrin, sel
terspesiaslisasi melepas molekul hormon ke dalam pembuluh pada sistem
peredaran, kemudian melalui sistem ini hormone mengalir ke sel target pada bagian
tubuh lainnya. Seda ngkan pada tumbuhan, hormon tersebut kadang mengalir
dalam pembuluh tetapi lebih sering mencapai targetnya dengan cara bergerak
melalui sel atau berdifusi melalui udara sebagai gas.
Tumbuhan dan hewan yang menggunakan zat kimia disebut hormon
(Hormone) pensinyalan jarak jauh. Hormon yang terdapat pada tumbuhan disebut
regulator pertumbuhan tumbuhan yang mengalir melalui pembuluh, akan tetapi
alirannya lebih sering terjadi melalui pergerakan dari sel ke sel atau berdifusi
melalui udara dalam bentuk gas. Hormon ini memiliki ukuran molekuler dan tipe
yang sangat berbeda, seperti pada pengatur lokal. Contohnya pada hormon
pertumbuhan etilen, gas yang merangsang pematangan buah dan membantu
mengatur pertumbuhan yang merupakan hidrokarbon yang hanya memiliki 6 atom
(C2H4), sebaliknya pada hormon insulin mammalia, yang mengatur kadar gula
dalam darah, merupakan protein dengan ribuan atom. Pensinyalan pada hormon
yang terdapat pada hewan disebut Pensinyalan endokrin. Pada hormon ini, sel
mengalami terspesialisasi dalam melepaskan molekul hormon yang bergerak dalam
suatu sistem sirkulasi pada darah menuju sel yang ditargetkan pada bagian tubuh
yang lainnya.
Gambar Pensinyalan Sel Pada Jarak Jauh

Sel dapat berkomunikasi melalui kontak langsung baik pada hewan maupun
tumbuhan yang memiliki junction (sambungan) sel dengan memberikan kontinuitas
sitoplasmik di antara sel – sel yang berdekatan. Dalam hal ini, bahan pensinyalan
yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel yang berdekatan.

Gambar Pensinyalan yang terjadi dalam proses komunikasi pada sel


http://3.bp.blogspot.com

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sutherland dan temannya pada tahun
1971 mengenai bagaimana hormon hewan epinefrin merangsang terjadinya
pemecahan (depolimerisasi) polisakarida glikogen yang tersimpan dalam hati dan
sel otot rangka. Dalam proses tersebut ditemukan ada tiga tahapan dalam
pensinyalan sel diantaranya ialah:
1. Penerimaan (reception) sinyal yang merupakan pendeteksian sinyal yang
datang dari luar sel oleh sel target. Sinyal kimiawi “terdeteksi” apabila sinyal itu
terikat pada protein seluler, yang biasanya pada permukaan sel yang
bersangkutan.
2. Pengikatan molekul sinyal yang dapat mengubah protein reseptor, dengan
melalui tahap awal (inisiasi) dalam proses transduksi (transduction). Tahap
transduksi ini dapat mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat
menimbulkan respon selular spesifik. Dalam sistem yang terjadi pada
Sutherland, pengikatan epinefrin ke bagian luar protein reseptor dalam
membran plasma sel hati yang telah berlangsung melalui serangkaian langkah
untuk mengaktifkan glikogen fosforilase. Transduksi ini terkadang terjadi dalam
satu langkah tetapi lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam
sederetan molekul yang berbeda yang disebut jalur transduksi sinyal.
Sedangkan molekul yang berada disepanjang jalur itu sering disebut molekul
relai.
3. Pada tahap ketiga ini yaitu pensinyalan sel dalam tahapan respons (response),
sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon seluler spesifik. Respon
tersebut dapat berupa seluruh aktivitas seluler seperti katalisis oleh suatu
enzim (seperti glikogen fosforilase), penyusunan ulang sitoskeleton, atau
pengaktifan gen spesifik di dalam nukleus. Proses pensinyalan sel ini dapat
membantu kepastian pada aktivitas yang penting seperti terjadinya pada sel
yang benar, pada waktu yang tepat, dan pada koordinasi yang sesuai dengan
sel lain dalam organisme yang bersangkutan.
B. Penerimaan Sinyal Dan Inisiasi Transduksi
Sel yang menjadi target sinyal kimiawi memiliki protein reseptor yang akan
mengenali molekul sinyal. Reseptor memiliki tempat yang spesifik untuk perlekatan
molekul sinyal. Molekul sinyal berfungsi sebagai ligan yaitu molekul kecil yang terikat
secara spesifik pada molekul yang lebih besar. Pengikatan ligan menyebabkan
protein reseptor mengalami prubahan bentuk yang akan mengaktifkan reseptor
sehingga bereaksi dengan molekul seluler lainnya

Gambar: Kaskade fosforilasi

Reseptor sinyal sebagian larut dalam membran plasma yang akan


menyalurkan informasi dari lingkungan ekstraseluler ke bagian dalam sel dengan
mengubah bentuk atau mengumpul ketika ligan spesifik melekat. Reseptor sinyal
memiliki tiga tipe utama yaitu
1. Reseptor Terkait-Protein-G
Reseptor terkait-protein-G merupakan reseptor membrane yang bekerja
sama dengan protein G. Reseptor ini memiliki tempat pengikatan yang
bervariasi untuk mengenali molekul sinyal dan protein G yang berada di
dalam sel. Namun reseptor terkait-protein-G memiliki struktur yang sama yaitu
memiliki tujuh heliks-ɑ.
Protein G terikat pada sitoplasmik membrane dan berfungsi sebagai
saklar yang dapat di on kana tau di off kan tergantung pada nukleotida guanine
berupa GDP atau GTP yang melekat pada protein G. Protein G yang
berikatan dengan GDP akan menjadi inaktif sedangkan jika berikatan dengan
GTP akan menjadi aktif. Cara kerja protein G dapat dilihat pada
gambar…………

Gambar : reseptor ini merupakan protein membran yang yang bekerja sama dengan
protein G dan protein lainnya biasanya berupa enzim. Ketiga protein ini
bersifat inaktif. Protein G inaktif memiliki satu molekul GDP. Molekul
sinyal terikat dengan reseptor akan mengikat dan mengaktifkan protein G.
Molekul GDP digantikan dengan GTP pada protein G. Protein G aktif
bergerak sepanjang membran kemudian menghidrolisis GTP dan
melepaskannya dari enzim sehingga siap untuk digunakan kembali.

Selain berfungsi sebagai saklar protein G juga berperan penting dalam


perkembangan embrio, penerimaan indra. Namun system protein G juga terlibat
dalam penyakit yang di infeksi oleh bakteri. Salah satu contohnya bakteri yang
dapat menyebabkan batuk rejan (batuk beruntun), botulisme, dan kolera
yang dapat menghasilkan racun dan mengganggu fungsi protein G.
2. Reseptor Tirosin-Kinase
Reseptor-tirosin-kinase berperan sebgai faktor pertumbuhan. Reseptor
ini memiliki ciri khas dengan adanya sistem enzimatik. Protein reseptor yang
berada di bagian sisi sitoplasmik membran berfungsi sebagai enzim yang disebut
tirosin kinase berfungsi sebagai katalis dalam mentransfer gugus fosfat dari ATP
ke asam amino tirosin pada substrat. Sehingga dapat dikatakan reseptor tirosin
kinase berfungsi sebagai reseptor membran yang melekatkan fosfat ke tirosin
protein.
Reseptor tirosin kinase berupa polpeptida tunggal sebelum berikatan
dengan molekul sinyal yang masing-masing memiliki satu tempat pengikatan
sinyal ekstraseluler, satu ekor intraseluler yang mengandung sejumlah tiroksin,
dan heliks ɑ yang terdapat pada membran. Aktivasi pada reseptor ini terjadi
dalam tiga tahapan yaitu:
a. Pengikatan ligan menyebabkan dua polipeptida reseptor mengumpul dan
membentuk diner (protein yang terdiri dari dua polipeptida),
b. Pengaktifan dari kedua polipeptida,
c. Fosforilasi tirosin pada ekor polipeptida.
Struktur dan fungsi dari reseptor tirosin kinase dapat di lihat pada gambar….

Gambar : Reseptor tirosin kinase tanpa molekul sinyal spesifik berupa polipeptida
tunggal dalam membran plasma. Bagian ekstraseluler tempat pengikatan
molekul sinyal dihubungkan oleh heliks ɑ transmembran ke bagian
sitoplasmik protein. Bagian ini bertanggungjawab untuk aktivitas tirosin
kinase reseptor dan memiliki sederetan asam amino tirosin. Molekul sinyal
melekat pada tempat pengikatnya dua polipeptida akan berkumpul dan
membentuk dimer. Setiap polipeptida pada daerah tirosin kinase akan
memfosforilasi tirosin pada polipeptida lain dengan menggunakan gugus
fosfat dari ATP. Setelah teraktivasi protein reseptor dapat mengikat
mengikat protein intraseluler dan kemudian masing-masing dapat
menginisiasi jalur transduksi sinyal yang menimbulkan respon seluler.
3. Reseptor Saluran Ion
Resep saluran ion merupakan pori protein dalam membran plasma yang
berfungsi sebagai “gerbang” saat reseptor berubah bentuk. Reseptor ini akan
merespon sinyal kimiawi dengan cara membuka atau menutup aliran ion tertentu
seperti NA2+ atau Ca2+ . Reseptor ini akan mengikat molekul sinyal sebagai ligan
pada tempat yang spesifik di bagian ekstraseluler. Berikut ini adalah gambar dari
reseptor saluran ion dalam menerima sinyal kimiawi

Gambar : Saluran ion bergerbang logan sangat penting dalam menerima sinyal kimia.
Ketika ada sinyal kimiawi yang datang dan menempel pada saluran ion akan,
menyebabkan saluran membuka, ion mengalir masuk (atau, pada beberapa
kasus, ke luar) dan terjadi respon sel. Gerbang kembali menutup ketika sinyal
kimiawi terlepas dari saluran ion reseptor

C. Jalur Transduksi Sinyal


Komponen yang memasuki jalur transduksi sinyal ini tidak hanya protein tetapi
juga melibatkan ion kecil nonprotein atau molekul yang larut dalam air sehingga
disebut dengan mesenjer kedua. Mesenjer kedua dapat berupa AMP siklik, ion kalsium
dan inositol trifosfat. AMP siklik atau cAMP berupa suatu enzim yang ada di dalam
membran plasma, adenilil siklase yang mengubah ATP menjadi cAMP untuk merespon
sinyal ekstraseluler.
Ion kalsium lebih banyak digunakan sebagai mesenjer ke dua dari pada cAMP.
Sel menggunakan Ca2+ sebagai mesenjer ke dua dalam jalur protein G dan reseptor
tirosin kinase. Ca2+ berfungsi sebagai mesenjer kedua karena konsentrasi di dalam
sitosol secara normal lebih rendah dari pada di luar sel. Kalsium secara aktif
dikeluarkan dari sel dan di kirim dari sitosol ke Retikulum Endoplasma (RE). Hal ini
yang menebabkan konsentrasi kalsium di RE lebih tinggi dari pada di sitosol.
Konsentrasi kalsium di sitosol akan meningkat jika terjadi pelepasan ion kalsium di RE
yang melibatkan mesenjer kedua yang lain berupa diasilgliserol (DAG) dan inositol
trifosfat. Kedua jenis mesenjer ini dihasilkan dari pembelahan fosfolipid di membran
plasma

Gambar : cAMP sebagai mesenjer kedua

Pengikatan molekul sinyal ekstraseluler pada reseptor membran plasma


menyebabkan langkah pertama dalam rantai interaksi molekular yaitu berupa jalur
transduksi sinyal sehingga akan mendapatkan respon tertentu di dalam sel. Reseptor
yang diaktifkan oleh sinyal akan mengaktifkan protein kemudian molekul yang akan
menghasilkan suatu respon seluler akhir. Molekul sinyal ini mengalami fosforilasi selama
proses transduksi. Fosforilasi menggunakan enzim protein kinase untuk mengubah
gugus fosfat dari ATP menjadi protein. Protein kinase ini bekerja terhadap satu sama
lain seperti pada gambar..
Gambar : kalsium dan inositol trifosfat dalam jalur persinyalan

D. Respon Seluler Terhadap Sinyal


Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut respon keluaran. Respon
sel terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas dalam sitoplasma atau
transkripsi dalam nukleus.

Gambar : Respon sitoplasmik terhadap sinyal, rancangan pemecahan glikogen oleh epinefrin
Gambar : Respon nukleus tehadap sinyal:pengaktifan gen spesifik oleh
factor pertumbuhan

Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan diresponnya
dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul sinyal dengan cara yang
berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan protein yang berbeda. Diagram sel A
merupakan diagram jalur pensinyalan dengan satu respon tunggal. Diagram sel B merupakan
diagram jalur pensinyalan dengan jalur bercabang sehingga memunculkan dua respon yang
berbeda. Diagram sel C merupakan diagram jalur pensinyalan dengan reaksi saling-sapa di
antara kedua jalur yang membuat sel dapat memadukan informasi dari kedua sinyal yang
berbeda. Diagram sel D merupakan diagram jalur pensinyalan dengan reseptor yang berbeda
dengan reseptor pada sel A, B dan C.
Gambar : Kekhususan persinyalan sel.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B., A. Johnsom, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts dan P. Walter. 2014. Molecular
Biology of the Cell. 6th ed. Garland Science. Uk

Ashasima,. 2010. Division of Life Sciences, Komaba Organization for Educational


Excellence,College of Arts and Sciences. The University of Tokyo.

Campbell, N. A.,  B. Jane And Reece. Campbell Biology. 8 th Ed. Pearson education.
Amerika

Krauss, G. 2008. Biochemistry of Signal Transduction and Regulation. 4th Edition.


WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim

Anda mungkin juga menyukai