Anda di halaman 1dari 29

Tugas Individu 4

Matakuliah Biologi Sel Molekuler


Dosen Pengampu Assc. Dr. Ainur Rofieq, M.Kes.

MATERI :
STRUKTUR-FUNGSI ORGANELA SEL DAN KETERKAITANNYA
Menguasai konsep esensial sistem junction interseluler, siklus sel, dan komunikasi sel melalui
kajian teoritik dan penerapannya pada peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran dan pengembangan sumber belajar.
NAMA : KHOLIFAH
SEMESTER : GENAP 2020/2021
NIM : 202010620211002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MEI, 2021
SOAL :
1. Jelaskan pencernaan dan pengedaran nutrient secara intraseluler berikut dengan
menggunakan gambar/skema, mulai dari awal nutrient sampai vesikel residu
dieksositosis.
a. Heterophagy
b. Autophagy
2. Pada tanggal 3 Oktober 2016, Yashinori Ohsumi meraih Nobel Prize in Physiology or
Medicine tahun 2016, kaitkan soal nomor satu dengan penemuannya! Jelaskan.
3. Bagaimana mekanisme pencernaan dan pengedaran nutrisi secara seluler pada sel
tumbuhan? Jelaskan dengan menggunakan gambar/skema.
4. Bagaimana cara lisosom mempertahankan plasma-nya memiliki pH 4.5 – 5.0.?
5. Jelaskan asal-usul organela menurut Teori Membran Invaginasi dan Teori
Endosymbiosis? Jelaskan apa perbedaannya?
6. Jelaskan proses transport protein setelah disintesis di dalam ribosome sampai
dengan protein dimanfaatkan oleh sel sendiri dan dieksositosis.
7. Beberapa sel hewan memiliki organela dalam bentuk silia dan flagella. Jelaskan
bagaimana organela tersebut terbentuk?
8. Jelaskan peranan dua sitoskleleton dalam menggerakkan mikrovilus sel-sel usus?
Apa fungsi pergerakan mikrovilus tersebut?
9. Pilihlah meteri enam di atas, susunlah RPP maksimal 2 lembar meteri tersebut untuk
kelas di SMA
JAWABAN :
1. a. Heterophagy. sel mengambil bahan eksogen melalui proses universal seperti
endositosis yang dimediasi reseptor dan pinositosis atau proses khusus seperti
fagositosis. Endosom, vesikula membran tunggal yang membawa bahan eksogen,
membuat badan multivesikuler yang merupakan subset berbeda dari endosom yang
mengandung vesikula intraluminal yang terikat membran. Isi badan multivesikuler
terdegradasi melalui fusi dengan lisosom.
b. Autophagy, vesikel membran ganda terbentuk secara intraseluler dengan menelan
bahan sitoplasma termasuk agregat protein, tetesan lipid, dan organel. Setelah
pembentukan, autofagosom bergabung dengan lisosom untuk menghasilkan
autolisosom. Membran dalam autofagosom dan kandungan sitoplasma mereka
terdegradasi menjadi metabolit dasar dengan hidrolisis lisosom.
2. Pada tanggal 3 Oktober 2016, Yashinori Ohsumi meraih Nobel Prize in Physiology or
Medicine tahun 2016 yaitu menemukan dan menjelaskan mekanisme yang mendasari
autophagy, sebuah proses mendasar untuk mendegradasi dan mendaur ulang komponen
seluler. Kata autophagy berasal dari kata Yunani auto-, yang berarti "diri", dan phagein,
yang berarti "makan". Dengan demikian, autophagy menunjukkan "makan sendiri".
Konsep ini muncul selama tahun 1960-an, ketika para peneliti pertama kali mengamati
bahwa sel dapat menghancurkan isinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran,
membentuk kantong seperti vesikel yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang
disebut lisosom, untuk degradasi. Kesulitan dalam mempelajari fenomena ini berarti
hanya sedikit yang diketahui sampai, dalam serangkaian eksperimen brilian di awal 1990-
an, Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen yang penting
untuk autophagy. Dia kemudian menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy
dalam ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih serupa digunakan dalam sel kita. 
Penemuan Ohsumi mengarah pada paradigma baru dalam pemahaman kita
tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya. Penemuannya membuka jalan untuk
memahami pentingnya autophagy dalam banyak proses fisiologis, seperti adaptasi
terhadap kelaparan atau respons terhadap infeksi. Mutasi pada gen autophagy dapat
menyebabkan penyakit, dan proses autophagic terlibat dalam beberapa kondisi 
termasuk kanker dan penyakit saraf.
Degradasi – fungsi sentral di semua sel hidup
Pada pertengahan 1950-an para ilmuwan mengamati kompartemen seluler khusus
baru, yang disebut organel, yang  mengandung enzim yang mencerna protein,
karbohidrat, dan lipid. Kompartemen khusus ini disebut sebagai " lisosom" dan berfungsi
sebagai stasiun kerja untuk degradasi konstituen seluler. Ilmuwan Belgia Christian de
Duve dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1974 untuk
penemuan lisosom. Pengamatan baru selama tahun 1960-an menunjukkan bahwa
sejumlah besar konten seluler, dan bahkan seluruh organel, kadang-kadang dapat
ditemukan di dalam lisosom. Oleh karena itu, sel tampaknya memiliki strategi untuk
mengirimkan muatan besar ke lisosom. Analisis biokimia dan mikroskopis lebih lanjut
mengungkapkan jenis baru vesikel yang mengangkut kargo seluler ke lisosom untuk
degradasi (Gambar 1). Christian de Duve, ilmuwan di balik penemuan lisosom,
menciptakan istilah autophagy, "makan sendiri", untuk menggambarkan proses ini.
Vesikel baru diberi nama autophagosomes

Eksperimen inovatif
Yoshinori Ohsumi telah aktif di berbagai bidang penelitian, tetapi setelah memulai
labnya sendiri pada tahun 1988, ia memfokuskan usahanya pada degradasi protein dalam
vakuola, organel yang sesuai dengan lisosom dalam sel manusia. Sel ragi relatif mudah
dipelajari dan akibatnya mereka sering digunakan sebagai model untuk sel manusia.
Mereka sangat berguna untuk identifikasi gen yang penting dalam kompleks  jalur seluler
yang. Tapi Ohsumi menghadapi tantangan besar; sel ragi kecil dan struktur dalamnya
tidak mudah dibedakan di bawah mikroskop dan dengan demikian ia tidak yakin apakah
autophagy ada dalam organisme ini. Ohsumi beralasan bahwa jika dia bisa mengganggu
proses degradasi di dalam vakuola saat proses autophagy aktif, maka autophagosomes
harus menumpuk di dalam vakuola dan terlihat di bawah mikroskop. Oleh karena itu dia
membiakkan ragi bermutasi yang kekurangan enzim degradasi vakuolar dan secara
bersamaan merangsang autophagy dengan membuat sel-sel kelaparan. Hasilnya sangat
mengejutkan! Dalam beberapa jam, vakuola terisi dengan vesikel kecil yang belum
terdegradasi. Vesikel adalah autophagosomes dan percobaan Ohsumi membuktikan
bahwa authophagy ada dalam sel ragi. Tetapi yang lebih penting, dia sekarang memiliki
metode untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi gen kunci yang terlibat dalam
proses ini. Ini adalah terobosan besar dan Ohsumi menerbitkan hasilnya pada tahun
1992. 

Gen ditemukan 
Autophagy Ohsumi sekarang memanfaatkan strain ragi rekayasanya di mana
autophagosom terakumulasi selama kelaparan. Akumulasi ini seharusnya tidak terjadi jika
gen yang penting untuk autophagy dinonaktifkan. Ohsumi memaparkan sel ragi ke bahan
kimia yang secara acak memperkenalkan mutasi pada banyak gen, dan kemudian dia
menginduksi autophagy. Strateginya berhasil! Dalam satu tahun setelah penemuan
autophagy dalam ragi, Ohsumi telah mengidentifikasi gen pertama yang penting untuk
autophagy. Dalam rangkaian studi elegan berikutnya, protein yang dikodekan oleh gen-
gen ini dicirikan secara fungsional. Hasil menunjukkan bahwa autophagy dikendalikan
oleh kaskade protein dan kompleks protein, masing-masing mengatur tahap yang
berbeda dari inisiasi dan pembentukan autophagosome.

Autophagy – mekanisme penting dalam sel kita 


Setelah identifikasi mesin autophagy dalam ragi, sebuah pertanyaan kunci tetap
ada. mekanisme yang hampir identik beroperasi di sel kita sendiri. Alat penelitian yang
diperlukan untuk menyelidiki pentingnya autophagy pada manusia sekarang tersedia. 
Berkat Ohsumi dan yang lainnya yang mengikuti jejaknya, kita sekarang tahu bahwa
autophagy mengontrol fungsi fisiologis penting di mana komponen seluler perlu
didegradasi dan didaur ulang. Autophagy dapat dengan cepat menyediakan bahan bakar
untuk energi dan blok bangunan untuk pembaruan komponen seluler, dan karena itu
penting untuk respons seluler terhadap kelaparan dan jenis stres lainnya. Setelah infeksi,
autophagy dapat menghilangkan bakteri dan virus intraseluler yang menyerang.
Autophagy berkontribusi pada perkembangan embrio dan diferensiasi sel. Sel juga
menggunakan autophagy untuk menghilangkan protein dan organel yang rusak,
mekanisme kontrol kualitas yang sangat penting untuk menangkal konsekuensi negatif
dari penuaan. 
Autophagy yang terganggu telah dikaitkan dengan penyakit Parkinson, diabetes
tipe 2 dan gangguan lain yang muncul pada orang tua. Mutasi pada gen autophagy dapat
menyebabkan penyakit genetik. Gangguan pada mesin autophagic juga telah dikaitkan
dengan kanker. Penelitian intensif sekarang sedang berlangsung untuk mengembangkan
obat yang dapat menargetkan autophagy pada berbagai penyakit. 
Autophagy telah dikenal selama lebih dari 50 tahun tetapi kepentingan fundamentalnya
dalam fisiologi dan kedokteran baru diakui setelah penelitian perubahan paradigma
Yoshinori Ohsumi pada tahun 1990-an. Untuk penemuannya, ia dianugerahi Hadiah Nobel
tahun ini dalam bidang fisiologi atau kedokteran.

3.

Faktor pengangkutan air pada tumbuhan Terdapat tiga faktor yang memengaruhi
sampainya air hingga ke dahan tertinggi, yaitu:
a. Tekanan akar
Faktor pertama yang air dapat naik ke daun tertinggi dalam tumbuhan adalah
tekanan akar. Air diserap melalui akar. Akar memiliki rambut akar yang berfungsi
untuk memperluas bidang penyerapan air. Rambut akar terbentuk dari sel epidermis
yang menjulur keluar. Cara penyerapan air oleh rambut akar berlangsung secara
osmosis. Osmosis adalah perpindahan zat dari larutan kurang pekat ke larutan yang
kurang pekat melalui membran semipermeable. Membran semipermeable adalah
selaput pemisah yang hanya dapat dilalui oleh air dan zat tertentu yang larut di
dalamnya. Berikut prosesnya:
1) Air dan mineral yang terlarut di dalam tanah masuk ke dalam sel rambut secara
osmosis.
2) Setelah rambut akar menyerap air, maka cairan pada sel rambut akar menjadi
kurang pekat jika dibandingkan dengan cairan pada sel korteks. Hal ini membuat
air dari sel rambut akar dapat mengalir ke dalam sel pada korteks secara osmosis.
3) Air kemudian mengalir ke endoddermis dengan cara yang osmosis hingga
mencapai pembuluh kayu (xylem).
4) Proses pengangkutan air dari rambut akar menuju ke pembuluh xylem dinamakan
pengangkutan ekstravasikuler (pengangkutan di luar pembuluh angkut).
5) Proses penyerapan air menyebabkan akar menekankan air hingga air masuk ke
dalam pembuluh xylem, dalam pembuluh ini air diangkut menuju ke batang daun
yang letaknya lebih tinggi.
Saat air masuk ke dalam sel, akan terjadi tekanan pada dinding sel, sehingga
sel akan merenggang. Hal ini menyebabkan adanya tekanan hidrostatis untuk
melawan aliran air tersebut.
b. Daya kapilaritas batang
Air dapat diangkut dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan karena adanya daya
kapilaritas batang. Daya kapilaritas batang adalah kemampuan xylem yang memiliki
diameter sangat kecil (kapiler) untuk menaikkan permukaan air lebih tinggi dibanding
dengan di luar pembuluh. Daya kapilaritas dipengaruhi oleh gaya kohesi dan gaya
adhesi. Gaya kohesi adalah gaya antar molekul zat yang sejenis. Sedangkan gaya
adhesi adalah gaya tarik antar molekul zat yang tidak sejenis. Pada saat air masuk ke
dalam pembukuh xylem, air akan mengalami gaya adhesi yang lemah antara molekul
air dan molekul pembuluh xylem. Gaya kohesi antara molekul air dengan molekul air
lainnya sangat kuat, hal inilah yang menyebabkan air bergerak dapat naik di
sepanjang pembuluh xylem.
c. Daya hisap daun
Air digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis terjadi
pada daun. Selain itu, daun juga mengalami proses transpirasi. Transpirasi adalah
peristiwa pelepasan uap air dari daun. Daya hisap daun adalah kemampuan daun
untuk menyerap air dari jaringan yang ada dibawahnya yaitu batang. Kemampuan ini
disebabkan karena tekanan osmosis pada sel daun lebih tinggi daripada sel batang.
Perbedaan tekanan osmosis ini karena daun selalu mengeluarkan air saat terjadi
transpirasi. Terdapat beberapa faktor transpirasi, yaitu suhu udara, luas bidang
penguapan, kecepatan angin, kelembaban dan tekanan udara. Daya hisap daun
merupakan faktor terakhir yang menyebabkan air dapat terangkut dari akar hingga ke
daun.
4. Cara lisosom mempertahankan plasma-nya memiliki pH 4.5 – 5.0. yaitu :

Untuk mempertahankan pH asam bagi enzim hidrolitik, membran lisosom mempunyai pompa
proton H+ yang menggunakan energi dari hidrolisis ATP (Adenosina Trifosfat). Proses Hidrolisis
ATP akan menghasilkan H+. Untuk selanjutnya Hidrogen (H+) dipompa kedalam lisosom melalui
Pompa proton H+. Penambahan Ion H+ inilah yang akan membuat pH didalam Lisosom tetap
stabil di pH 4,5 – 5.0. oleh karena itu membran lisosom memiliki pompa proton H+ yang secara
aktif memompa ion H+ ke dalam Lisosom dan menjaga lumen lisosom berada dalam pH 4,5 – 5.0.
Catatan :
a. hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+)
dan anion hidroksida (OH−).
b. Adenosina trifosfat (ATP) adalah suatu nukleotida yang dalam biokimia dikenal sebagai
"satuan molekular" pertukaran energi intraselular; artinya, ATP dapat digunakan untuk
menyimpan dan mentranspor energi kimia dalam sel. ATP juga berperan penting dalam
sintesis asam nukleat. Molekul ATP juga digunakan untuk menyimpan energi yang dihasilkan
tumbuhan dalam respirasi seluler. ATP yang berada di luar sitoplasma atau di luar sel dapat
berfungsi sebagai agen signaling yang memengaruhi pertumbuhan dan respon terhadap
perubahan lingkungan.
c. Pompa Proton (H+)  untuk mengatur pH dalam lumen. Pompa H+ lisosom termasuk tipe
pompa V-Type. Vacuolar H+ ATPase di membran, menggunakan energi hidrolisis ATP.
d. Vakuolar-tipe H +-ATPase (V-ATPase) adalah enzim yang berfungsi sangat beragam dalam
organisme eukariotik. V-ATPases mengasamkan beragam organel intraseluler dan memompa
proton melintasi membran plasma dari berbagai tipe sel. V-ATPases memasangkan energi
hidrolisis ATP untuk transpor proton melintasi membran sel eukariotik intraseluler dan plasma.
Umumnya dipandang sebagai kebalikan dari ATP synthase karena ATP synthase adalah
saluran proton yang menggunakan energi dari gradien proton untuk menghasilkan ATP.
Namun V-ATPase, adalah pompa proton yang menggunakan energi dari hidrolisis ATP untuk
menghasilkan gradien proton.
5. Endosimbiosis adalah proses hipotesis yang menjelaskan asal usul sel eukariotik dari
sel prokariotik. Ini adalah salah satu peristiwa penting dalam evolusi. Oleh karena itu, ini
adalah teori yang diterima dalam biologi. Teori endosimbiosis menggambarkan
bagaimana mitokondria dan kloroplas memasuki sel eukariotik. Kedua organel ini memiliki
DNA sendiri. Dengan demikian, diyakini bahwa mitokondria berasal dari sel eukariotik dari
alphaproteobacteria autotrofik melalui endosimbiosis. Ini adalah hasil dari hubungan
simbiotik antara sel eukariotik primitif dan bakteri autotrofik. Sel eukariotik primitif telah
menelan bakteri dan akhirnya, hubungan simbiosis mereka telah menyebabkan asal
mitokondria dalam sel eukariotik.

Di sisi lain, kloroplas berasal dari sel


tanaman dari cyanobacteria melalui
endosimbiosis. Sel eukariotik primitif dengan
mitokondria telah menelan cyanobacterium
dan yang menyebabkan asal kloroplas di
dalam sel eukariotik fotosintesis. Oleh
karena itu, teori endosimbiotik menjelaskan
bagaimana mitokondria dan kloroplas
terbentuk di dalam sel eukariotik dari
bakteri.

Invaginasi adalah proses lain yang terlibat dengan evolusi organel lain kecuali
mitokondria dan kloroplas di dalam sel eukariotik. Seperti dijelaskan pada bagian di atas,
mitokondria dan kloroplas ditelan oleh sel eukariotik primitif melalui endosimbiosis. Oleh
karena itu, asal-usul nukleus dan organel lain diyakini telah terjadi oleh invaginasi
membran plasma ke dalam interior sel sebagai akibat dari mutasi. Karena mutasi ini,
membran plasma mulai melipat ke dalam, membentuk invaginasi. Akhirnya, invaginasi ini
tumbuh dari generasi ke generasi dan mengelilingi DNA sel dengan membentuk amplop
nuklir dan nukleus. Karena lebih sedikit gangguan bahan kimia dan reaksi sitoplasma dan
gangguan lainnya, DNA telah mulai berevolusi dan berubah dalam nukleus. Itu
memperluas sifat kompleks sel eukariotik.

Demikian pula, organel sel lainnya


juga mulai terbentuk melalui proses
invaginasi. Membran retikulum
endoplasma, peralatan Golgi,
endosom, dan lisosom diyakini berasal
dari invaginasi membran plasma.
Persamaan Endosimbiosis dan invaginasi
 Endosimbiosis dan invaginasi terkait dengan evolusi sel eukariotik.
 Juga, kedua konsep menjelaskan asal komponen sel yang berbeda dari sel eukariotik.
Perbedaan Endosimbiosis dan invaginasi
Perbedaan Endosimbiosis dan Invaginasi
Definisi Endosymbiosis adalah teori Invaginasi adalah pelipatan
yang menjelaskan asal usul membran plasma di dalam
mitokondria dan kloroplas sel dan pembentukan
pada sel eukariotik dari nukleus dan organel terikat
bakteri membran lainnya
Organel sel terkait mitokondria dan kloroplas nukleus dan organel terikat
membran lainnya
Mekanisme yang terlibat Menelan Lipatan membran plasma

6. proses transport protein setelah di sintesis di dalam ribosome sampai dengan protein
dimanfaatkan oleh sel sendiri dan dieksositosis.
Ada tiga aspek penting dalam mekasnisme sintesis protein, yakni lokasi
berlangsungnya sintesis protein pada sel; mekanisme berpindahnya Informasi atau hasil
transformasi dari DNA ke tempat terjadinya sintesis protein; dan mekanisme asam amino
penyusun protein pada suatu sel berpisah membentuk protein-protein yang spesifik.
Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom, salah satu organel yang berukuran kecil
dan padat dalam sel (juga nukleus) dengan menghasilkan protein yang non-spesifik atau
sesuai dari mRNA yang di translasi. Ribosom sendiri memiliki diameter sekitar 20 nm serta
terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom (disebut
Ribonukleoprotein atau RNP).
Proses Pembuatan Protein
Pada dasarnya, sel menggunakan informasi genetik (gen) yang terdapat di DNA untuk
membuat protein, proses pembuatan protein atau sintesis protein ini dibagi menjadi tiga
langkah, yaitu transkripsi, translasi dan pelipatan protein.
1. Transkripsi
Transkripsi merupakan proses pembentukan RNA dari salah satu pita cetakan DNA
(DNA sense). Pada tahap ini, akan menghasilkan 3 jenis RNA, yaitu mRNA, tRNA dan
rRNA.

Tahap ini dapat berlangsung di dalam sitoplasma dengan diawali proses pembukaan
rantai ganda yang dimiliki oleh DNA dengan bantuan enzim RNA polimerase. Pada
tahap ini, ada rantai tunggal yang bertugas sebagai rantai sense, sedangkan rantai
lain yang berasal dari pasangan DNA dinamakan rantai anti sense. Tahap transkripsi
sendiri dibagi menjadi 3: tahap inisiasi, elongasi dan terminasi.
 Inisiasi
RNA polimerase terikat pada untaian DNA, yang disebut promoter, yang
ditemukan didekat awal dari suatu gen. Setiap gen mempunyai promoternya
tersendiri. Setelah terikat, RNA polimerase memisahkan untaian ganda DNA,
menyediakan template atau cetakan untaian tunggal yang siap untuk ditranskripsi.
 Elongasi
Satu untaian DNA, untaian cetakan, bertindak sebagai cetakan untuk digunakan
oleh enzim RNA polimerase. Sambil ‘membaca’ cetakan ini, RNA polimerase
membentuk molekul RNA keluar dari nukleotida, membuat sebuah rantai yang
tumbuh dari 5′ ke 3′. RNA transkripsi membawa informasi yang sama dari untaian
DNA non-template (coding).
 Terminasi
Urutan ini memberikan sinyal bahwa transkripsi RNA telah selesai. Setelah
ditranskripsi, RNA polimerase melepaskan hasil transkripsi RNA.
2. Translasi
Translasi merupakan proses urutan nukleotida dalam mRNA yang diterjemahkan ke
dalam urutan asam amino dari rantai polipeptida. Selama proses ini, sel ‘membaca’
informasi pada messenger RNA (mRNA) dan menggunakannya untuk membuat
sebuah protein. Ada setidaknya 20 macam jenis asam amino yang dibutuhkan untuk
dapat membentuk protein yang berasal dari terjemahan kodon mRNA. Pada sebuah
mRNA, instruksi untuk membuat polipeptida adalah RNA nukleotida (Adenine, Uracil,
Cytosine, Guanine) yang dibaca dalam kelompok tiga nukleotida, kelompok tiga ini
disebut kodon. Selanjutnya, beberapa dari asam amino tersebut akan menghasilkan
rantai polipeptida yang spesifik dan nantinya akan membentuk protein yang spesifik
pula. Proses translasi sendiri terbagi atas 3 tahap:
 Tahan awal pada inisiasi
Pada tahap ini ribosom merakit di sekitar mRNA untuk dibaca dan tRNA pertama
yang membawa asam amino metionin (yang cocok dengan start kodon, AUG).
Bagian ini diperlukan agar tahap translasi bisa dimulai.
 Elongasi atau Memperpanjang Rantai
Ini adalah tahap di mana rantai asam amino diperpanjang. Disini mRNA dibaca
satu kodon sekali, dan asam amino yang sesuai dengan kodon ditambahkan ke
rantai protein. Selama elongasi, tRNA bergerak melewati situs A, P, dan E dari
ribosom. Proses ini diulang terus-menerus saat kodon baru dibaca dan asam
amino baru ditambahkan ke rantai.
Terminasi Ini adalah tahap dimana rantai polipeptida dilepaskan. Proses ini
dimulai ketika stop kodon (UAG, UAA atau UGA) memasuki ribosom, membuat
rantai polipeptida terpisah dari tRNA dan lepas keluar dari ribosom.
3. Pelipatan Protein
Rantai polipeptida yang baru disintesis tidak berfungsi sampai mengalami modifikasi
struktur tertentu seperti penambahan karbohidrat ekor (glikosilasi), lipid, kelompok
prostetik, dll., Agar menjadi fungsional, dilakukan dengan modifikasi pasca-translasi
dan pelipatan protein.
Pelipatan protein dibagi ke dalam empat tingkat, yakni tingkat primer (rantai
polipeptida linier); tingkat menengah (α-heliks dan β-lipit lembar); tingkat tersier
(bentuk berserat dan bundar); dan tingkat Kuarter (protein kompleks dengan dua
atau lebih subunit.
Sel-sel tubuh menyintesa protein untuk keperluan tubuh lainnya. Protein-protein
tersebut antara lain :
1. Protein struktural, yaitu protein yang membentuk bagian struktur dari sel, protein
membran plasma, membran organel, mikrofilamen, mikrotubul, sentriol dan lain-lain.
2. Enzim-enzim yang mengatur berbagai reaksi kimia dalam sel.
3. Protein-protein yang disekresikan keluar sel, misal hormon dan antibody.
Berbagai sel mempunyai berbagai protein yang menentukan sifat-sifat fisik dan
kimiawi sel dan membedakan satu sel dari sel-sel lainnya. Misal sel otot banyak mengandung
actin dan myosin sedang sel syaraf tidak.
Setelah mengalami proses translasi, sebagian besar polipeptida mengalami
suatu proses lebih lanjut sebelum menjadi protein fungsional. Hal pertama kali adalah
polipeptida akan diarahkan ke berbagai macam komponen selular. Kedua, sebagian
besar polipeptida akan mengalami substitusi melalui reaksi kimiawi tertentu sebelum
membentuk protein aktif. Dan ketiga, protein akan mengalami mekanisme degradasi
yang terprogram. Langkah-langkah tersebut membutuhkan mekanisme regulasi yang
mana regulator tersebut tersusun dari urutan asam amino yang disebut dengan signal
sequence (Kalthoff, 2001). Signal sequence tersebut berada bersamaan dengan
polipeptida yang bersangkutan dan berfungsi untuk mampu mengenali daerah target
dari ribosom menuju ke organel yang lain. Pada organisme eukariotik signal sequence
bekerja dengan ribonukloprotein, yakni SRP – signal recognition particle (Turner et
al., 1997). Jalur Target Protein Didalam sitoplasma, ribosom yang berfungsi sebagai
translator mRNA dan menghasilkan polipetida, maka polipeptida tersebut akan
ditranspor ke berbagai macam tempat. Adapun jalur target polipeptida disajikan
dalam gambar.

Gambar. Peta konsep jalur polipetida


Peta konsep jalur polipetida yang dimulai dari ribosom menuju ke berbagai
tempat target. Garis warna merah menunjukkan bahwa daerah target membutuhkan
signal sequence, sementara garis warna hitam tidak membutuhkan signal sequence
(Gambar diadopsi dari Kalthoff, 2001).
Sinyal Target Polipeptida :
Setelah terjadi sintesis polipeptida, maka polipeptida akan dikirim ke daerah target.
Namun terkadang ukuran polipeptida yang terlalu besar, maka ada mekanisme
tersendiri yakni polipeptida yang akan dikirim menuju daerah target belum mengalami
pelipatan. Pada daerah polipeptida yang belum mengalami pelipatan tersebut memiliki
signal sequence yang terletak di bagian N-terminal yang terdiri dari 13-36 residu yang
pertama kali dipostulatkan oleh Blobel and Sabatini (Metzler, 2001). Signal sequence
banyak ditemukan asam amino hidrofobik yang berfungsi untuk memudahkan
polipeptida yang akan dibawa masuk menuju daerah target yang memiliki membran
hidrofobik. Kemudian satu atau lebih dari signal sequence tersebut memiliki residu
asam amino yang bermuatan positif sebelum urutan residu hidrofobik serta memiliki
residu asam amino polar pada C-terminal yang berdekatan dengan daerah cleavege
site atau tempat pemutusan antara signal sequence dengan polipeptida (Voet &
Judith, 2009; Weaver&Hedrick, 1997). Signal sequence bukan dari protein fungsional,
melainkan sebuah urutan asam amino yang jika setelah selesai mengenali reseptor
target, maka signal sequence akan di putus ikatannya dengan enzim signal peptidase
(De Robertis, 1988; Lehninger et al., 2000). Pada gambar 2 disajikan macam-macam
polipeptida beserta signal sequence-nya pada polipeptida yang akan menuju ke RE.
Sementara pada tabel 1 dikelompokkan sinyal yang tidak hanya berupa signal
sequence, namun ada juga yang berupa molekul non-peptida.

Beberapa sekuens dan molekul yang membawa langsung suatu protein ke organel
target dan Macam-macam signal sequence yang terdapat pada beberapa protein
yang akan menuju ke retikulum endoplasma. (warna kuning) merupakan residu
asam amino hidrofobik yang sebelumnya ada residu yang bermuatan positif
(warna biru) serta dekat dengan cleavage site (garis warna merah) terdapat residu
asam amino polar terutama alanin dan glisin.
(Gambar diadopsi dari Lehninger et al., 2000)\
Transpor Protein Menuju RE :
Translokasi protein ke retikulum endoplasma (RE) dengan menggunakan
signal sequence pertama kali didemonstrasikan oleh George Palade yang
diilustrasikan pada gambar 3. Adapun tahapan mekanisme pada gambar tersebut
adalah (1) ribosom memulai mentranslasi mRNA dan (2) urutan polipeptida yang
pertama disintesis adalah signal sequence. (3) selanjutnya signal recognition
particle (SRP) mendekati dan mengikat signal sequence beserta ribosom (4)
kemudian SRP berikatan dengan GTP dan menuju ke reseptor SRP. (5) Tahap
selanjutnya ribosom akan menempel pada transkolon (pori-pori pada RE) yang
diikuti dengan lepasnya SRP melalui hidrolisis GTP menjadi GDP+Pi. (6) Ribosom
masih melakukan elongasi ke arah lumen RE dan (7) pada saat itu signal
sequence akan dilepaskan dari polipeptida oleh signal peptidase. (8) Usai
melakukan translasi, ribosom akan memisahkan diri dari RE dan didaur ulang
untuk proses tranlasi berikutnya (Lehninger et al., 2000; Murray et al., 2009).

Gambar . Mekanisme kerja translokasi protein menuju ke retikulum endoplasma


(gambar diadopsi dari Lehninger et al., 2000)

Transpor Protein Menuju Mitokondria :


Seperti halnya retikulum endoplasma yang membutuhkan sinyal untuk masuk ke
dalam lumen, maka organel mitokondria juga mengalami proses yang sama. Protein
melewati membran mitokondria dalam bentuk belum terlipat yang mana strukturnya
distabilkan oleh suatu protein sinyal yang dinamakan chaperon. Protein ini
memfasilitasi rantai polipeptida menuju ke dalam mitokondria.

Gambar . Mekanisme kerja translokasi protein menuju ke mitokondria dan


macam-macam chaperon.
(Gambar diadopsi dari Murray et al., 2009 dan Cooper, 1997)

Protein chaperon banyak diidentifikasi sebagai heat-shock protein (Hsp)


karena mampu meningkatkan temperatur atau berubah bentuk ketika terjadi
perubahan pada lingkungannya serta mampu mengikat protein yang belum terlipat.
Pada jenis tertentu seperti famili dari Hsp60 akan membentuk seperti “dobel donat”
yang tersusun dari 14 subunit protein yang disebut chaperonin (Cooper, 1997; Voet
& Judith, 2009). Sementara dalam rangkaian polipeptida yang belum terlipat yang
akan ditransfer ke mitokondria juga memiliki sinyal yang dinamakan matrix-
targeting sequence (MTS) atau presequence dengan ciri berupa N-terminal
amphipathic helix (N- Met- Leu- Arg- Tre- Ser- Ser- Leu- Phe-Tre- Arg- Arg- Val-
Glut- Pro- Ser- Leu-Phe- Arg- Asp- Iso- Leu- Arg- Leu- Glut- Ser- Treo). MTS
tersebut digunakan untuk mengenali dua reseptor yakni translocase – of – the –
outer membrane (TOM) dan translocase-of-the-inner membrane (TIM) yang berada
di membran luar dan dalam di mitokondria (Berg et al., 2006; Lehninger et al.,
2000; Murray et al., 2009).
Adapun mekanisme translokasi polipeptida menuju mitokondria dapat
diilustrasikan pada gambar 4. Tahapan-tahapan pada gambar tersebut dimulai dari
sintesis polipeptida oleh ribosom di sitosol yang sudah mengandung MTS dan
berinteraksi dengan protein chaperon (Hsp70). Selanjutnya MTS berinteraksi
dengan reseptor TOM 20/22 yang berada di membran luar (OMM/outer membrane
mitocondria) dan selanjutnya ditransfer ke reseptor sebelahnya, yakni TOM 40.
Kemudian polipeptida ditranslokasi menuju ruang antar membran melalui kanal TOM
40 dan berinteraksi dengan reseptor TIM 23/17 yang berada di membran dalam
(IMM/ inner membrane mitocondria). Sementara protein chaperon Hsp70
berinteraksi dengan TIM44. Kemudian hidrolisis ATP oleh Hsp70 (Gambar 5) akan
membantu translokasi polipeptida menuju ke matriks mitokondria. MTS atau
targetting sequence yang berada di polipeptida akan diputus ikatannya oleh enzim
matriks protease (Murray et al., 2009).
Gambar . Hidrolisis Hsp70 menyebabkan lepasnya polipeptida ke dalam matriks
mitokondria
(Gambar diadopsi dari Clark, 2010)
Transpor Protein Menuju Nukleus :
Salah satu ciri dari organisme eukariotik adalah adanya membran inti.
Membran tersebut memiliki dua lapis membran yang kompleks. Jalur keluar
masuknya material antara di dalam nukleus dan di sitosol melalui suatu pori yang
dinamakan nuclear pore complexes –NPCs (Gambar 6).

Gambar . Bentuk dari nuclear pore complexes (NPCs) yang berada di selubung


nukleus suatu sel eukariotik
(Gambar diadopsi dari Albert et al., 2008)
Melalui membran inilah protein ditransfer dari sitoplasma. Untuk bisa masuk
melalui NPCs, maka dibutuhkan signal sequence yang disebut dengan nuclear
localization signals (NLS) yang kaya akan asam amino lisin dan arginin, yakni Lys-
Lys-Lys-Arg-Lys (Allison, 2007; Berg et al., 2006).
Mekanisme translokasi polipeptida menuju nukleoplasma melibatkan
berbagai macam protein. Mekanisme tersebut disajikan di gambar dibawah ini. Pada
tahap tersebut, molekul cargo (polipeptida yang akan ditransfer ke nukleoplasma)
bersamaan dengan NLS akan berinteraksi dengan importin (karyopherin) yang
merupakan molekul protein yang terlibat dalam transpor polipeptida dan RNP
(ribonukleoprotein) menuju ke nukleo-plasma. Molekul cargo yang bersamaan
dengan NLS setelah berinteraksi akan membentuk suatu kompleks. Kompleks dari
cargo, NLS, dan importin akan berinteraksi dengan RanGDP (Ras-related nuclear
GDP). RanGDP membantu kompleks cargo, NLS, dan importin menuju ke
nukloplasma. Setelah menuju ke nukleoplasma, maka RanGDP dikonversi menjadi
RanGTP oleh GAP. Pengkonversian tersebut menyebabkan perubahan konformasi
yang mengakibatkan importin dan RanGTP membentuk sebuah kompleks.
Sementara cargo dan NLS masih bersamaan di dalam nukleoplasma yang
selanjutnya NLS akan dipecah dengan enzim. Kompleks importin-RanGTP akan
meninggalkan nukleoplasma menuju sitosol melalui NPCs. Ketika kompleks importin-
RanGTP sudah berada di sitosol, maka kompleks tersebut dipecah menjadi importin
dan RanGDP oleh GAP yang akan digunakan untuk mekanisme seperti sebelumnya
(Albert et al., 2008; Allison, 2007; Murray et al., 2009).

Gambar 29. Mekanisme kerja translokasi protein menuju ke nukleus melalui NPCs
(Gambar diadopsi dari Murray et al., 2009).
Transpor Protein Menuju Peroksisom :
Organel ini hampir dijumpai di sel eukariotik karena memiliki enzim
oksidatif seperti katalase dan juga terlibat dalam berbagai metabolisme seperti
asam lemak. Organel ini memiliki membran tunggal yang mampu menampung
lebih dari 50 enzim yang mana katalase dan urat oksidase sebagai marker untuk
organel ini (Albert et al., 2008; Murray et al., 2009).
Polipeptida yang disintesis di poliribosom sitosolik akan ditransfer ke dalam
peroksisom. Polipeptida yang akan ditransfer memiliki signal sequence tersendiri
dan ditemukan ada dua macam, yakni peroxisomal – matrix targeting sequences
(PTS), yang terdiri PTS1 dan PTS2. Kebanyakan signal sequence-nya berupa Ser-
Lys-Leu-COO-. Selain itu juga melibatkan reseptor sitosolik, yakni Pex5 dan
reseptor kompleks yang ada di membran peroksisom, yakni Pex2/10/12 dan
Pex14 yang keseluruhannya terlibat dalam mekanisme translokasi polipeptida dari
sitosol menuju ke peroksisom. Mekanisme transpor polipeptida menuju ke
peroksisom diilustrasikan di gambar 8. Di sini dicontohkan adalah enzim katalase
yang akan ditranslokasi menuju peroksisom. Katalase yang akan ditransfer
memiliki signal sequence berupa PTS akan berinteraksi dengan Pex5 dan
selanjutnya akan berinteraksi dengan Pex14. Selanjutnya kompleks katalase-
Pex14 akan ditransfer menuju membran kompleks Pex2/10/12 dan katalase
masuk ke dalam peroksisom. Sementara itu Pex5 akan dikembalikan ke sitosol
(Berg et al., 2006; Lodish et al., 2003; Murray et al., 2009).

Gambar . Mekanisme kerja translokasi protein menuju ke peroksisom


(Gambar diadopsi dari Murray et al., 2009).

Transpor Protein Menuju Badan Golgi :


Untuk mentransfer protein yang sudah terlipat dari retikulum endoplasma
menuju badan golgi, maka diperlukan perantara berupa vesikel yang akan
menjembatani antar orgenel tersebut. Adapun RE akan menghasilkan vesikel yang
berbeda-beda sesuai dengan target yang diharapkan. Sehingga diperlukan suatu
sinyal yang akan direspon oleh organel target tertentu. Sinyal-sinyal tersebut
dapat dilihat di tabel 3. Di dalam tabel tersebut tidak hanya vesikel yang menuju
ke RE, melainkan ke beberapa daaerah target yang lain seperti lisosom (Albert et
al., 2008).
Sebelum RE mentranslokasi protein menuju ke badan golgi, maka RE akan
mengemas protein dalam vesikel. Adapun proses terbentuknya vesikel
diilustrasikan pada gambar 9. Pada gambar tersebut, cargo (protein) akan
berikatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan mantel
(coat) dari COPII, membran, dan adanya exit signal. Setelah terkonsentrasi dalam
suatu membran RE, maka terbentuklah kuncup (budding) dan selanjutnya
terbentuklah vesikel (Albert et al., 2008).

Gambar . Macam-macam sinyal yang membawa protein dari RE melalui vesikel dan
pengeluaran protein dari RE melalui vesikel
(Gambar diadopsi dari Lodish et al., 2003, Albert et al.,2008)

Setelah terbentuk vesikel yang di dalamnya berisi protein, maka vesikel


tersebut akan ditransfer menuju badan golgi. Seperti halnya translokasi protein
yang lain, di dalam protein tersebut juga terdapat signal sequence yang secara
umum tersusun dari urutan asam amino dengan ciri khas berupa adanya dua asam
amino asidisik (Asp-X-Glu) Mekanisme sekresi protein dari RE menuju badan golgi
dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut.
o Menjelaskan vesikel dari badan golgi yang akan dikembalikan lagi menuju RE

dengan membawa resident protein (warna merah) yang mana vesikelnya akan
dibungkus dengan sinyal pembawa vesikel berupa COPI (warna biru). Agar
resident protein tersebut dapat di terima oleh RE, maka resident protein
memiliki signal sequence berupa Lys-Asp-Glu-Le (KDEL).
o Menjelaskan dua jalur, yakni sekresi dari RE ke badan golgi dan pengembalian

resident protein dari badan golgi ke RE. Pada saat secretory protein yang
memiliki sinyal Asp-X-Glu (warna kuning) akan disekresikan, RE akan
membentuk vesikel dengan dibungkus oleh COPII. Selanjutnya vesikel tersebut
ditransfer menuju badan golgi. Disisi lain resident protein dari badan golgi akan
ditransfer menuju ke RE dengan dibungkus oleh COPI (Albert et al., 2008; Berg
et al., 2006).

Gambar 32. Mekanisme kerja translokasi protein dari RE menuju ke badan golgi
(Gambar diadopsi dari Alberts et al., 2008).
Transpor Protein Menuju Lisosom :
Lisosom merupakan organel yang memiliki enzim hidrolitik yang hanya
ditemukan pada hewan dengan fungsi sebagai pencerna makromolekul, baik
material intraselular maupun ekstraselular (Campbel et al., 2009; Saftig & Judith;
2009). Di dalam lisosom banyak mengandung ditemukan enzim protease yang
sering disebut cathepsin yang mana jika protease yang aktivasinya membutuhkan
ion Ca2+ disebut calpain dan protease yang aktivasinya membutuhkan ATP
disebut proteasom (Metzler, 2001).
Protein-protein yang berasal dari badan golgi tersebut yang akan di
transpor menuju lisosom tidak memiliki signal sequence seperti yang ada pada
protein-protein yang lain. Sinyal yang digunakan pada mekanisme transpor protein
dari badan golgi ke lisosom berupa mannose-6 -phosphate (Alberts et al., 2008).
mannose-6-phosphate (M6P) merupakan karbohidrat yang digunakan sebagai
marker protein dari badan golgi menuju ke lisosom (Berg et al., 2006). Proses
pembentukan M6P dijelaskan melalui gambar 11 dengan cara penambahan gugus
phospho – N – acetylglucosamine pada residu manosa dengan bantuan enzim
phosphotransferase, selanjutnya phospho-diesterase membentuk manosa-6-fosfat
yang akan digunakan sebagai sinyal (Berg et al., 2006).

Gambar 33. Formasi pembentukan manosa-6-fosfat


(Gambar diadopsi dari Berg et al., 2006).
Gambar . Struktur M6P yang berikatan dengan enzim hidrolitik pada lisosom
(Gambar diadopsi dari Albert et al., 2008).

Selanjutnya di dalam badan golgi bagian TGN (Trans Golgi Network) M6P akan
berikatan dengan protein untuk lisosom, misalnya enzim hidrolitik. Ikatan antara M6P
dengan enzim hidrolitik dihubungkan oleh senyawa oligosakarida (Gambar 12).
Kompleks M6P-enzim hidrolitik akan berikatan dengan reseptor yang ada di TGN.
Selanjutnya mekanisme translokasi enzim hidrolitik menuju ke endosom sebelum
menjadi lisosom dijelaskan melalui gambar 13. Setelah enzim hidrolitik membentuk
kompleks dengan M6P, maka terbentuklah vesikel yang dibungkus dengan reseptor
clathrin. Kemudian vesikel tersebut ditransfer menuju ke endosom. Setelah itu enzim
hidrolitik akan dilepaskan ke dalam endosom. Rendahnya pH dalam endosom
menyebabkan disosiasi atau lepasnya reseptor M6P dari enzim hidrolitik. Dan di dalam
endosom tersebut reseptor akan dikembalikan ke TGN melalui vesikel yang dibungkus
dengan retromer dalam keadaan tanpa protein. Sementara itu di dalam endosom,
gugus fosfat dari M6P akan dilepaskan (Alberts et al., 2008).
Gambar 35. Mekanisme kerja translokasi protein dari TGN menuju ke endosom
(Gambar diadopsi dari Alberts et al., 2008).

7. Organela tersebut terbentuk?


Jenis gerakan sel yang lainnya adalah gerakan silia, yaitu suatu gerakan seperti
gerakan cambuk pada permukaan sel. Dalam eukariota, susunan khusus mikrotubula
bertanggung jawab untuk menggetarkan silia dan flagela. Banyak organisme eukariotik
uniseluler yang bergerak di air dengan bantuan silia dan flagela, termasuk sperma hewan.
Silia muncul dalam jumlah banyak pada permukaan sel. Silia berdiameter 0,25 μm dengan
panjang 2-20 μm. Flagela berdiameter sama, namun lebih panjang daripada silia, yaitu
berukuran panjang 10- 200 μm. Selain itu, jumlah flagela terbatas, hanya satu atau
beberapa saja untuk setiap sel. (Wittmann T &Waterman CM. 2001) Silia dan flagela juga
berbeda dalam pola kibasannya. Flagela memiliki gerak berombak-ombak yang
menghasilkan gaya yang searah dengan sumbu flagela. Sebaliknya, silia bekerja lebih
seperti dayung, dengan tenaga yang berganti-ganti 8 dan kibasan balik yang
menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu silianya. (Wittmann T
&Waterman CM. 2001) Meskipun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola
kibasannya, silia dan flagela memiliki kesamaan ultrastruktur. Silia dan flagela memiliki
suatu inti yang terdiri dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut berupa sembilan doublet
mikrotubulus tepi, yang tersusun ke dalam sebuah cincin. Dan ditengah-tengah (sentral)
cincin terdapat dua mikrotubulus tunggal. Doublet cincin luar dihubungkan ke pusat silia
atau flagela oleh jari-jari radial yang berakhir di dekat pasangan mikrotubulus sentral.
Setiap doublet cincin luar juga memiliki pasangan lengan (dinein) yang berjarak sama di
sepanjang panjangnya dan lengan ini mencapai doublet mikrotubulus di dekatnya.
Keseluruhan susunan mikrotubulus tersebut dikenal dengan aksonema. Rakitan
mikrotubulus ini tertambat dalam sel dengan bantuan tubuh basal (basal body). (Gartner
LP & Hiatt JL. ,2011 Lengan yang memanjang dari tiap doublet mikrotubulus ke doublet
berikutnya merupakan motor yang bertanggung jawab untuk gerakan membelok silia dan
flagela. Molekul motor yang membangun lengan ini disebut dinein. Lengan dinein
melakukan siklus pergerakan rumit yang disebabkan oleh perubahan-perubahan
penyesuaian proteinnya, yang digerakkan oleh ATP. Lengan protein multipel, yang terdiri
atas dynein yang memiliki aktivitas enzim ATPase, menonjol dari masing-masing doublet
mikrotubulus ke doublet mikrotubulus yang berdekatan. Berdasarkan informasi tersebut,
diketahui bahwa pelepasan energi dari ATP sewaktu berkontak dengan lengan dinein
ATPase akan menyebabkan bagian ujung dari lengan-lengan tersebut merangkak dengan
cepat di sepanjang permukaan doublet mikrotubulus yang berdekatan. Tubulus pada tepi
depan merangkak ke arah luar sementara tubulus tepi belakang tetap tidak bergerak,
sehingga akan menyebabkan penekukan. (Guyton AC & Hall JE, 2006)

Baik silia atau flagella tersusun atas bagian tengah atau pusat mikrotubul dobel
dikelilingi oleh 9 mikrotubul dobel. Oleh karena itu susunan silia atau flagella sering
disebut struktur atau pola 9 ± 2 disebut struktur axoneme. Mikrotubul pada silia dan
flagella bertindak sebagai pendukung sekaligus alat pergerakan ketika organel silia atau
flagella bergetar. Pergerakan organel itu disebabkan karena mikrotubul penyusunnya
berlekuk. Asal dan struktur silia dan flagella agaknya pada dasarnya sama saja. Masing-
masing tumbuh dari benda basal.
8. peranan dua sitoskleleton dalam menggerakkan mikrovilus sel-sel usus? Apa fungsi
pergerakan mikrovilus tersebut.

Secara umum sitoskeleton merupakan jejaring serat yang mengorganisasi


struktur dan aktivitas dalam sel. Pada masa awal mikroskopi electron ahli biologi
menduga bahwa organel-organel sel eukariot mengambang bebas dalam sitosol.
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki
bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta
merayap di permukaan.Jaringan ini terdiri atas tiga tipe dasar yaitu mikrofilamen (filamen
aktin), mikrotubulus (jamak dari mikrotubuli serta intermediat filamen. Filamen-filamen ini
terhubung antara satu sama lain dan saling bekerjasama (koordinasi). Dua sitoskeleton
yang berperan dalam pergerakan mikrovilus adalah mikrofilamen dan filamen intermediet
Mikrofilamen merupakan rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari
protein yang disebut aktin. Mikrofilamen berdiameter antara 5-6 nm. Mikrofilamen seperti
mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin
dan myosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel k. dan
peroksisom (Badan Mikro). Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan
banyak mengandung enzim oksidase dan katalase.
Filamen antara atau serabut antara atau filamen intermediet. Diameter serabut
antara lebih besar dibandingkan diameter mikrofi lamen. Namun, bila dibandingkan
dengan diameter mikrotubulus, serabut antara memiliki diameter yang lebih kecil, yakni
8-10 nm. Sebagian besar bahan penyusun filamen antara dalam sel adalah fimentin.
Berbeda dengan lainnya, filamen antara pada sel kulit bernama protein keratin.
Fungsi filamen antara misalnya sebagai penguat bentuk kerangka sel saat
beraktivitas dan pemerkokoh posisi organel dalam sel.
Fungsi Pergerakan adalah Mikrovili (tunggal : mikrivillus) berfungsi sebagai
permukaan utama penyerapan nutrisi di saluran pencernaan. Karena fungsi vital ini,
membran mikrovilar dikemas dengan enzim yang membantu pemecahan nutrisi kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana yang lebih mudahdiserap. Misalnya disebut enzim
yang mencerna karbohidrat glikosidase hadir pada konsentrasi tinggi di permukaan
mikrovili enterosit. Dengan demikian, mikrovili tidak hanya meningkatkan luas permukaan
sel untuk penyerapan, tetapi juga meningkatkan jumlah enzim pencernaan yang dapat
hadir di permukaan sel. Mikrovili ditutupi dengan glikokaliks, terdiri dari peripheral
glikoprotein yang dapat menempel pada file membran plasma melalui protein
transmembran. Lapisan ini dapat digunakan untuk membantu pengikatan zat yang
dibutuhkan untuk penyerapan, untuk melekatkan nutrisi atau sebagai perlindungan
terhadap elemen berbahaya. Ini bisa menjadi lokasi lain untuk enzim fungsional untuk
dilokalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

The Nobel Assembly at Karolinska Institutet has today decided to award the 2016 Nobel Prize in
Physiology or Medicine. Nobelforsamlingen, the nobel assembly at Karolinska institutel.
https://www.nobelprize.org/uploads/2018/06/press-34.pdf
Serafica Gischa. (2020). Tekanan: Proses Air Masuk Ke Tumbuhan
https://www.kompas.com/skola/komentar/2020/03/11/120000769/tekanan--proses-air-
masuk-ke-tumbuhan

https://id.sawakinome.com/articles/science--nature/difference-between-endosymbiosis-and-
invagination-2.html

Djie, A. (2019, November 04). Retrieved from www.sehatq.com:

https://www.sehatq.com/artikel/fungsi-membran-sel-si-dinding-pelindung-sel-tubuh

Fitri, F. (n.d.). Retrieved from www.academia.edu:


https://www.academia.edu/33412103/STRUKTUR_DAN_FUNGSI_MEMBRAN_SEL

Kavanagh, K. 2011. FUNGI: Biology and Application, Wiley Press., USA.

Kesting, R. E. 1971. Synthetic Polymeric Membranes. New York: McGraw- Hill Book Company.

Mamuaja, Christine F. (2017) LIPIDA. Unsrat Press, Jl. Kampus Unsrat Bahu Manado 95115.

ISBN 978-979-3660- 81-3

Anda mungkin juga menyukai