Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, neIridium, dan sel api. NeIridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih Cacing pipih mempunyai organ neIridium yang disebut sebagai protonefridium. ProtoneIridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protoneIridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa Ilagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan Ilagela juga berIungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang neIridioIora ini.
Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdiIusi secara langsung dari sel ke air. 2 Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska Anelida dan molluska mempunyai organ neIridium yang disebut metanefridium Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. MetaneIridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. NeIrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh pseudoselom). Rongga tubuh ini berIungsi sebagai sistem pencernaan. Corong nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut neIridioIor. Cairan tubuh ditarik ke corong neIrostom masuk ke neIridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang neIridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di neIridium dan kadang diekskresikan keluar. MetaneIridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendiIusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Alat ekskresi pada Belalang Insekta) Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berIungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berIungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktiI. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan Ieses.
Sistem Ekskresi pada Invertebrata
Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, neIridium, dan sel api. NeIridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih Cacing pipih mempunyai organ neIridium yang disebut sebagai protoneIridium. ProtoneIridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protoneIridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa Ilagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan Ilagela juga berIungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (neIridioIora). Air dikeluarkan lewat lubang neIridioIora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdiIusi secara langsung dari sel ke air. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska Anelida dan molluska mempunyai organ neIridium yang disebut metaneIridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metaneIridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. MetaneIridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut neIrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. NeIrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berIungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (neIrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut neIridioIor. Cairan tubuh ditarik ke corong neIrostom masuk ke neIridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang neIridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di neIridium dan kadang diekskresikan keluar. MetaneIridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendiIusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Alat Ekskresi pada Belalang Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berIungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berIungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktiI. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan Ieses.
SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN INVERTEBRATA DAN VERTEBRATA osLed on 26 november 2010 by Cu8u SMA Pengertian Sistem Ekresi Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan protein, purin, dan pirimidin. Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan sangat racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan amonia disebut amonotelik. Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera di rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam bentuk urea dan asam urat. Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan serangga asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran. Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran penting pada ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen. Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa neIridium, sel api, atau buluh Malphigi. Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah. Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat pengeluarannya berbeda-beda. Fungsi sistem ekskresi, antara lain: 1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh 2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi) 3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi) 4. Homeostasis
198 Biologi Kelas XI SMA dan MA B.Sistem Ekskresi pada Invertebrata Set e l a h kit a me mpe l a j a r i st r ukt ur da n I ungs i s i st e m ekskr e s i pada manusia yang mewakili sistem ekskresi vertebrata serta proses-proses yangterjadi di dalamnya, berikut ini kita akan mempelajari beberapa contoh sistemekskresi pada invertebrata.Sistem ekskresi pada manusia yang telah kita pelajari merupakan sistemy a n g k o m p l e k s . H a l i n i b e r b e d a d e n g a n i n v e r t e b r a t a . I n v e r t e b r a t a merupakan hewan yang sederhana struktur tubuhnya, dengan demikians i st e m- s i st e m ya ng di mi l i ki nya t er ma suk s i st e m e ksr es i nya j uga ma s i hsederhana. Hanya beberapa kelompok invertebrata yang sudah memilikialat khusus untuk ekskresi, yaitu kelompok Platyhelminthes, Nemathelm-inthes, Annelida, Mollusca, Arthrophoda, dan Echinodermata. Berikut inihanya akan dibahas dua contoh sistem ekskresi pada invertebrata, yaitu sistemekskresi pada serangga (Arthropoda) yang diwakili belalang dan Annelidayang diwakili cacing tanah. 1 . S i s t e m E k s k r e s i p a d a A n n e l i d a Contoh sistem ekskresi yang akan kita bahas dalam kelompok ini adalahcacing tanah (Lumbricus terestris). Sebagian besar cacing dari kelompoka nne l i da t er mas uk cac i ng t a na h me mpunya i a l at ekskr e s i ya ng di s e but metaneIridium (jamak: metaneIridia).Tiap segmen seekor cacing tanah mempunyai sepasang metaneIridia,kecuali tiga segmen pertama dan segmen terakhir. MetaneIridia ini terdiriatas suatu corong (cerobong) bersilia yang disebut neIrostom dan terletakp a d a s e k a t p e m i s a h s e g m e n - s e g m e n t u b u h c a c i n g . C o r o n g t e r s e b u t bersambungan dengan suatu saluran/pembuluh panjang berliku-liku padasegmen berikutnya yang dikelilingi jaringan kapiler darah. NeIrostom yangmerupakan corong terbuka bersilia, dapat menarik dan mengambil cairantubuh masuk ke dalam pembuluh/saluran yang panjang dan tipis. Pada saatcairan melalui pembuluh tersebut, zat-zat yang masih diperlukan tubuh,diambil/diserap oleh kapiler yang mengelilingi pembuluh dan diedarkan
Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata Sistem ekskresi pada hewan invertebrata lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai sistem ekskresi beberapa hewan invertebrata. a Makhluk Hidup Satu Sel Protozoa) Makhluk hidup satu sel mengeluarkan sisa-sisa metabolismenya dengan cara diIusi. Karbon dioksida hasil respirasi seluler dikeluarkan dengan cara diIusi. Selain itu, ada cara lain, yaitu dengan membentuk vakuola yang berisi sisa metabolisme (Gambar 88).
Gambar 88 Makhluk hidup satu sel membentuk vakuola yang berisi sisa metabolisme, lalu mengeluarkannya dari dalam sel. Pada hewan Coelenterata dan PoriIera yang hidup sebagai koloni sel-sel, mekanisme ekskresinya dengan cara mendiIusikan zat-zat yang akan dibuang dari satu sel ke sel yang lain hingga akhirnya dilepaskan ke lingkungan. b Planaria Organ ekskresi yang paling sederhana dapat ditemukan pada cacing pipih atau planaria. Organ tersebut bernama protonefridia, berupa jaringan pipa yang bercabang-cabang di sepanjang tubuhnya. Jaringan pipa tersebut dinamakan nefridiofor. Ujung dari cabang neIridioIor disebut sel api (1lame cell). Disebut demikian karena ujung sel tersebut terus bergerak menyerap dan menyaring sisa metabolisme pada sel-sel di sekitarnya. Kemudian, mengalirkannya melalui neIridioIor menuju pembuluh ekskretori (Gambar 8).
Gambar 8 Sistem ekskresi pada planaria. c Cacing Tanah Cacing tanah, moluska, dan beberapa hewan invertebrata lainnya memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut nefridia. Struktur tersebut terdapat di setiap segmen tubuhnya. Dalam cairan tubuh cacing tanah yang memenuhi rongga tubuhnya, terkandung sisa metabolisme maupun nutrien. Cairan inilah yang disaring oleh ujung tabung berbentuk corong dengan silia yang disebut nefrostom. Dari neIrostom, hasil yang disaring tersebut kemudian dibawa melewati tubulus sederhana yang juga diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada tubulus ini, terjadi proses reabsorpsi bahan-bahan yang penting, seperti garam-garam dan nutrien terlarut. Air dan zat-zat buangan dikumpulkan dalam tubulus pengumpul, suatu wadah yang merupakan bagian dari neIridia untuk selanjutnya dikeluarkan melalui lubang ekskretori di dinding tubuh, yang biasa disebut nefridiofor (Gambar 8)
Gambar 8 Cacing tanah memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut neIridia. d Serangga Alat ekskresi pada serangga, contohnya belalang adalah tubulus Malpighi (Gambar 8). Badan Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus posterior belalang dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan diambil dari cairan tubuh (hemolimIa) oleh saluran Malpighi di bagian ujung. Kemudian, cairan masuk ke bagian proksimal lalu masuk ke usus belakang dan dikeluarkan bersama Ieses dalam bentuk kristalkristal asam urat (Hopson & Wessells, 1990: 598).
Gambar 8 Badan Malpighi pada belalang.
Sistem Ekskresi pada Amfibi
Alat ekskresi pada katak ialah ginjal 45ist4ne1r4s yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya bersatu, sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorIosis, amIibi mengubah ekskresi amonia menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan hewan darat dewasa. Seperti halnya ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuh.
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berIungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju Iiltrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berIungsi untuk membuang bahan bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
Sistem ekskresi pada amfibi Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka. Amphibia Katak) Tipe ginjal pada Amphibia adalah tipe ginjal opistoneIros. Katak jantan memiliki saluran ginjal dan saluran kelamin yang bersatu dan berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan, juga menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuhnya. Kulit Amphibia yang tipis dapat menyebabkan Amphibia kekurangan cairan jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada terlalu lama dalam air tawar. Air dengan sangat mudah masuk secara osmosis ke dalam jaringan tubuh melalui kulitnya.
Gambar 8 Sistem ekskresi pada Amphibia dibandingkan sistem ekskresi pada ikan air tawar. Katak dapat mengatur laju Iiltrasi dengan bantuan hormon, sesuai dengan kondisi air di sekitarnya. Ketika berada dalam air dengan jangka waktu yang lama, katak mengeluarkan urine dalam volume yang besar. Namun, kandung kemih katak dapat dengan mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung kemihnya sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu yang lama.
Binatang dwialam, Amfibia atau amfibi (Am5ibia), umumnya dideIinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. AmIibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorIosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru. AmIibia mempunyai ciri-ciri: O tubuh diselubungi kulit yang berlendir O merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm) O mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik O mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berIungsi untuk melompat dan berenang O matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berIungsi waktu menyelam O pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam O berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal). Untuk lebih jelas ciri-ciri amIibi lihat tebel berikut: Penutup tubuh kulit yang berlendir Alat gerak dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berIungsi untuk melompat dan berenang. Alat pernapasan pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidung amIibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam. Habitat air dan darat Suhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm) Peredaran darahnya tertutup Alat penglihatan Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berIungsi waktu menyelam Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal) Jantung terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik Contoh amIibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amIibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amIibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander. AmIibia dari daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik. Sistem Ekskresi pada Reptil
Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metane1r4s, kulit, dan paru-paru. MetaneIros berIungsi setelah proneIros dan mesoneIros yang merupakan alat ekskresi utama saat stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berIungsi sebagai organ respirasi. Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang dipersiapkan untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi reptile adalah asam urat. Dibandingkan AmIibi, Reptil hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-kura air, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-kura laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular, crocodilian, dan alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama Ieses.
Reptilia Tipe ginjal pada Reptilia adalah metaneIros. Pada saat embrio, Reptilia memiliki ginjal tipe proneIros, kemudian pada saat dewasa berubah menjadi mesoneIros hingga metaneIros (Gambar 8).
Gambar 8 Sistem ekskresi pada Reptilia, menggunakan tipe ginjal metaneIros Hasil ekskresi pada Reptilia adalah asam urat. Asam urat ini tidak terlalu toksik jika dibandingkan dengan amonia yang dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat dapat juga diekskresikan tanpa disertai air dalam volume yang besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam bentuk pasta berwarna putih. Beberapa jenis Reptilia juga menghasilkan amonia. Misalnya, pada buaya dan kura-kura. Penyu yang hidup di lautan memiliki kelenjar ekskresi untuk mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya. Muara kelenjar ini adalah di dekat mata. Hasil ekskresi yang dihasilkan berupa air yang mengandung garam. Ketika penyu sedang bertelur, kita seringkali melihatnya mengeluarkan semacam air mata. Namun, yang kita lihat sebenarnya adalah hasil ekskresi garam. Ular, buaya, dan aligator tidak memiliki kandung kemih sehingga asam urat yang dihasilkan ginjalnya keluar bersama Ieses melalui kloaka.
Reptil
jantung reptil mempunyai sistem peredaran ganda seperti pada burung. Jantung kadal terdiri dari empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bili kiri dan bilik kanan. Dari jantung keluar dua buah aorta aorta kanan dan aorta kiri. Aorta kanan keluar dari bilik kiri dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Aorta kiri keluar dari perbatasan bilik kiri dan bilik kanan mengalirkan darah ke bagian belakang tubuh.
Sistem Ekskresi pada Reptil
Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metane1r4s, kulit, dan paru-paru. MetaneIros berIungsi setelah proneIros dan mesoneIros yang merupakan alat ekskresi utama saat stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berIungsi sebagai organ respirasi. Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang dipersiapkan untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi reptile adalah asam urat. Dibandingkan AmIibi, Reptil hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-kura air, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-kura laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular, crocodilian, dan alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama Ieses.
Niken Fahira D.S - 170210103026 - A - Besarnya Toleransi Osmotik Eritrosit Pada Katak Dan Tikus Terhadap Medium NaCl Dengan Tingkat Kepekatan Yang Berbeda