Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FAKTOR AKUATIK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum
Dosen pengampu:
Dr. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc.
Dr. Amprasto, M.Si.
Dr. Rini Solihat, M.Si.
Hj. Tina Safaria, M.Si.
Tri Suwandi, S.Pd., M.Sc.

oleh :
Triara Noerhandayani
NIM 1604092
Pendidikan Biologi B 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Perbandingan Faktor Akuatik Berdasarkan Penetrasi Cahaya di Kolam Partere

B. Latar Belakang
Taman Partere merupakan taman yang terletak di depan Gedung rektorat
upi. Taman ini memiliki banyak pohon rimbun dan juga sebuah kolam besar
yang sering disebut juga dengan kolam partere. Dalam kolam ini terdapat
banyak organisme seperti ikan, angsa, dan katak. Kolam ini juga sering
dikunjungi oleh mahasiswa dan masyarakat umum.
Kolam ini memiliki keadaan air yang terlihat cukup keruh. Air yang
berada di kolam partere berasal dari saluran air pembuangan (selokan) . Air
selokan ini tentunya telah banyak tercemar sampah maupun zat lainnya.
Sehingga kualitas air berpengaruh terhadap organisme yang hidup di
dalamnya.
Oksigen terlarut sangat penting untuk respirasi, pertumbuhan,
perkembangbiakan, proses metabolisme oleh seluruh jasad hidup organisme
akuatik. Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi
molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air. Suhu
dipengaruhi oleh cahaya matahari dan akan mempengaruhi fotosintesis
organisme yang ada di dalamnya

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah kadar DO kolam Partere ?
2. Bagaimanakah tingkat keruhan air yang ada di kolam Partere ?
3. Bagaimanakah suhu air yang ada di kolam Partere ?
4. Bagaimanakah keterkaitan antara DO, kekeruhan dan suhu di Kolam
Partere?

D. Rumusan Masalah
Bagaimana Perbandingan faktor akuatik berdasarkan penetrasi cahaya di
kolam Partere?
E. Tujuan
Menganalisis perbandingan dan hubungan faktor akuatik yang terdiri dari DO,
Turbiditas, Konduktivitas dan Suhu berdasarkan penetrasi cahaya di Kolam
Partere UPI.

F. Dasar Teori
Perairan lentik yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak
ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu yang lama (Barus,2004).
Oksigen terlarut sangat penting untuk respirasi, pertumbuhan,
perkembangbiakan, proses metabolisme oleh seluruh jasad hidup organisme
akuatik. Selain itu oksigen terlarut juga berperan dalam dekomposisi bahan
organik di perairan. Oksigen terlarut dan ph mempengaruhi secara langsung
atau tidak langsung parameter lainnya seperti konduktivitas air (Muhtadi,
2017). Selain itu oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil
fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan
dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam
tubuhnya (Nybakken, 1988)
Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode
Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Tubidity Unit). Satuan JTU dan
NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC
Carty mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU. Peningkatan nilai
turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi
13%-50% produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU di danau
dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut sebesar 75%
dan 3%-13%. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan.
Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi,
tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi (Boyd, 1979).
Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi
molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air. Suhu air
dipengaruhi oleh cahaya matahari dan akan mempengaruhi fotosintesis
organisme yang ada di dalamnya. Konduktivitas/conductivity sering disebut
juga daya hantar listrik (DHL) maksudnya adalah gambaran numeric dari
kemampuan air untuk meneruskan listrik (Tjahjo dan Purnamanigtyas, 2010 )

G. Alat dan Bahan


Tabel G.1. Alat Praktikum Faktor Akuatik
No Nama Alat Jumlah
1. Pipet 6 Buah
2. Botol air mineral 1,5 L Secukupnya
3. Tabung erlen meyer 1 Buah
4. Turbiditymeter 1 Buah
5. Sechidisk 1 Buah
6. Botol Secukupnya
7. Alat tulis Secukupnya
8. Papan dada Seckupnya
9. Kamera 1 Buah
10. Gelas ukur 1 Buah
11. Conductivity meter 1 Buah

Tabel G.2. Bahan Praktikum Faktor Akuatik


No Bahan Jumlah
1. Aquades Secukupnya
2. Winkler 27 ml
3. MnSO4 27 ml
4. H2SO4 Pekat 27 ml
5. Amilum 27 ml
6. Natrium thiosulfate N/80 135 ml

H. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal : Sabtu, 23 Februari 2019
Waktu : Pukul 09.00-15.30 WIB
Tempat : Kolam Taman Partere UPI Bandung
2. Design Penelitian
Dalam pengambilan data, kami menggunakan tiga titik sampling dengan
dua titik kedalaman berdasarkan penetrasi cahaya. Diambil sebanyak 3 titik
yaitu T1, T2, dan T3. T1 merupakan tempat masuknya air. T2 merupakan
tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat. T3 merupakan tempat
keluarnya air. Pada tiap titik akan diambil sample dari 2 zona, pertama pada
permukaan air, kedua pada zona dimana cahaya terakhir dapat masuk dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Sample akan di titrasi dengan
menggunakan metode winkler. Kemudian diuji dengan turbidimeter, secchi
disc, dan konduktivitimeter.

I. Langkah Kerja
Bagan I.1 Langkah Kerja

Pendataan Analisis data


Pemilihan titik
hasil hasil dari setiap
sampling
pengukuran titik sampling

Sampling Pengujian
air Partere sample
Bagan I.2 Langkah Kerja Titrasi O2 dengan Metode Winkler

Diambil air larutan


Air sampel diambil Ditambahkan asam
sebanyak 25 ml dan
dari dalam air sulfat (H2SO4) pekat
dimasukkan ke dalam
menggunakan botol sebanyak 1 ml
erlenmayer

Air sampel
Kemudian ditunggu Titrasi dengan natrium
ditambahkan mangan
sampai ada endapan thiosulfat sampai
sulfat sebanyak 1 ml
sekitar 1/3 botol kuning pucat
(MnSO4)

Ditambahkan 3 tetes
Dibiarkan sampai ada
larutan amilum sampai
Ditambahkan 1 ml endapan putih
biru dan titrasi dengan
larutan winkler kecoklatan, lalu
natrium thiosulfat
dicampurkan.
sampai warna hilang

Bagan I.3 Langkah Kerja Penggunaan Alat (Turbidi, konduktiviti)

Alat dikalibrasi
Data dicatat Probe dibersihkan
dengan aquades

Dinyalakan alat Ditunggu ± 15


Dilakukan kalibrasi
pada mode menit hingga angka
ulang
kalibrasi stabil

Probe dimasukkan
Angka dipastikan
ke dalam air yang
mencapai 0
diteliti langsung

J. Hasil Pengamatan
Tabel K.1. Hasil Pengamatan Perbandingan Suhu Air Berdasarkan Penetrasi
Cahaya
Titik Pengulangan Kedalaman Hasil Pengukuran Rata-rata
(oC) (oC)
I 1 Permukaan air 24,5 24,23
24,2
24,0
Batas Penetrasi 23,8 23,83
Cahaya 23,9
23,8
2 Permukaan air 25,1 24,47
24,3
24,0
Batas Penetrasi 23,9 23,83
Cahaya 23,8
23,8
3 Permukaan air 23,2 23,37
23,4
23,5
Batas Penetrasi 23,5 23,50
Cahaya 23,5
23,5
II 1 Permukaan air 23,7 23,63
23,6
23,6
Batas Penetrasi 23,4 23,30
Cahaya 23,2
23,3
2 Permukaan air 23,8 23,87
23,8
24,0
Batas Penetrasi 23,8 23,77
Cahaya 23,8
23,7
3 Permukaan air 23,4 23,47
23,5
23,5
Batas Penetrasi 23,5 23,50
Cahaya 23,5
23,5
III 1 Permukaan air 23,2 23,27
23,2
23,4
Batas Penetrasi 23,4 23,30
Cahaya 23,3
23,2
2 Permukaan air 24,2 24,10
24,1
24,0
Batas Penetrasi 23,9 23,87
Cahaya 23,9
23,8
3 Permukaan air 23,4 23,47
23,5
23,5
Batas Penetrasi 23,5 23,50
Cahaya 23,5
23,5
Diagram K.1. Hasil Pengamatan Perbandingan Suhu Air Berdasarkan
Penetrasi Cahaya

Tabel 2. Hasil Pengamatan Perbandindingan Kekeruhan Air Berdasarkan


Penetrasi Cahaya
Titik Pengulangan Kedalaman Hasil Pengukuran Rata-rata
(NTU) (NTU)
I 1 Permukaan air 16 15,67
16
15
Batas Penetrasi 17 16,33
Cahaya 16
16
2 Permukaan air 15 13,67
13
13
Batas Penetrasi 16 16,00
Cahaya 16
16
3 Permukaan air 14 14,67
15
15
Batas Penetrasi 17 16,67
Cahaya 16
17
II 1 Permukaan air 16 15,33
15
15
Batas Penetrasi 16 17,33
Cahaya 17
19
2 Permukaan air 14 14,00
13
15
Batas Penetrasi 15 15,67
Cahaya 16
16
3 Permukaan air 14 14,33
14
15
Batas Penetrasi 17 16,00
Cahaya 15
16
III 1 Permukaan air 14 14,67
15
15
Batas Penetrasi 15 15,33
Cahaya 16
15
2 Permukaan air 13 13,67
14
14
Batas Penetrasi 16 15,67
Cahaya 16
15
3 Permukaan air 13 13,33
14
13
Batas Penetrasi 15 16,33
Cahaya 16
18

Diagram K.2. Hasil Pengamatan Perbandingan Kekeruhan Air Berdasarkan


Penetrasi Cahaya
Tabel 3. Hasil Pengamatan Perbandingan Konduktivitas Listrik Berdasarkan
Penetrasi Cahaya
Titik Pengulangan Kedalaman Hasil Rata-rata
pengukuran
Permukaan air 0,325
0,325 0.650
1 0,326
Batas penetrasi 0,326
cahaya 0,326 0,652
0,326
Permukaan air 0,319
0,319 0,638
0,319
I 2 Batas penetrasi 0,319
cahaya 0,319 0.638
0,319
Permukaan air 0,320
0,320 0.640
0,320
3 Batas penetrasi 0,319
cahaya 0,320 0,638
0,319
Permukaan air 0,316
0,325 0,644
0,325
1 Batas penetrasi 0,325
cahaya 0,325 0.650
0,325
Permukaan air 0,324
0,325 0,648
0,325
II 2 Batas penetrasi 0,325
cahaya 0,325 0,650
0,325
Permukaan air 0,326
0,328 0,654
0,328
3 Batas penetrasi 0,325
cahaya 0,325 0,650
0,325
Permukaan air 0,246
0,247 0,494
0,247
1 Batas penetrasi 0,246
cahaya 0,246 0,492
0,247
Permukaan air 0,256
0,257 0,514
III
0,258
2 Batas penetrasi 0,255
cahaya 0,255 0,508
0,253
Permukaan air 0,257
0,256 0,512
0,256
3 Batas penetrasi 0,252
cahaya 0,506
Diagram K.3. Hasil Pengamatan Perbandingan Konduktivitas Listrik
Berdasarkan Penetrasi Cahaya
Tabel 4. Hasil Pengamatan DO
Pengamatan DO
Pengulangan Nama Zat T1 T2 T3
permukaan DO dasar DO Permukaan DO dasar DO Permukaan DO dasar DO
1 Natrium 18 8.2 19 5.7 9 11.3 7 15.5 11 9.1 16 7.7
thiosulfat 1
Amilum 10 14 20 16 30 5
Natrium 19 7 42 63 30 19
thiosulfat 2
2 Natrium 15 6.8 14 10.8 15 7.3 12 5.3 18 8 17 6.4
thiosulfat 1
Amilum 12 6 15 3 11 6
Natrium 16 35 18 12 18 12
thiosulfat 2
3 Natrium 12 6.8 21 6.8 14 9.5 20 8.6 17 10 26 8
thiosulfat 1
Amilum 7 4 8 3 3 17
Natrium 19 10 29 19 28 10
thiosulfat 2
Rata-rata 7.2 7.7 9.3 9.7 9.0 7.3
Diagram K.4. Hasil Pengamatan Perbandingan DO Berdasarkan Penetrasi Cahaya

K. Pembahasan
Oksigen terlarut sangat penting untuk respirasi, pertumbuhan,
perkembangbiakan, proses metabolisme oleh seluruh jasad hidup organisme
akuatik
Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi
molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air
Suhu air dipengaruhi oleh cahaya matahari dan akan mempengaruhi
fotosintesis organisme yang ada di dalamnya
Konduktivitas/conductivity sering disebut juga daya hantar listrik (DHL)
maksudnya adalah gambaran numeric dari kemampuan air untuk meneruskan
listrik.
Suhu kolam partere berada pada suhu normal. Semakin dalam suhu
kolam semakin turun, dan pada percobaan ketiga suhunya lebih rendah
disbanding percobaan sebelumnya. Hal ini karena ada pengaruh dari hujan
yang membuat suhunya turun.
Kekeruhan/turbiditas kolam partere yaitu pada rentang angka 13,89 NTU
hingga 16,33 NTU. Tingkat kekeruhan kolam Partere cukup tinggi, namun
kolam tersebut masih layak untuk digunakan sebagai tempat hidup ikan.
Standar kekeruhan maksimal adalah 25 NTU.
Nilai konduktivitas pada T1 dan T2 cukup tinggi, namun pada T3 sangat
rendah. Hal ini dikarenakan pengukuran yang dilakukan berbeda, dimana T1
dan T2 sebelum hujan, dan T3 setelah hujan.
Setelah diteliti kadar oksigen terlarut di Kolam Partere berbeda-beda
setiap wilayahnya. Dapat dilihat setelah dirata-rata hasilnya adalah 7.2 mg/l
pada zona T1 bagian permukaan dan 7.7 mg/l pada zona T1 bagian dasar, pada
zona T2 9.3 mg/l dibagian permukaan dan 9.7 mg/l pada bagian dasar, pada
zona T3 9.0 mg/l dibagian permukaan dan 7.3 mg/l pada bagian dasar.

L. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu air
di dekat permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di area batas
penetrasi cahaya. Kemudian semakin dalam kedalamannya semakin tinggi nilai
turbiditasnya. Konduktivitas di seluruh titik baik yang berada di permukaan
maupun di area batas penetrasi cahaya tidak jauh berbeda.
Pada T1 dan T2 tingkat penetrasi cahaya pertama lebih rendah dibanding
yang kedua, sedangkan pada T3 kebalikannya. Hal tersebut berarti pada tingkat
penetrasi ke 2 kelarutan oksigen lebih besar disebabkan karna organisme
maupun kandungan organik. Pada T3 diambil setelah hujan kemungkinan hal
tersebut mempengaruhi
Kadar oksigen terlarut di dalam Kolam Parrtere berbeda-beda disetiap
zona, namun jika dilihat dari data, zona yang rata-rata kadar oksigen terlarutnya
paling tinggi adalah zona T2 dibagian dasar.
Daftar Pustaka
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan
Danau. Medan: USU Press.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Agriculture
Experiment Station,Auburn, Alabama
Muhtadi, Ahmad. 2016. Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara Vertikal
Selama 24 Jam di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Sumatera
Utara. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Pertanian, USU, Medan.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh
M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo.
Gramedia Jakarta.
Tjahjo, DWH. dan Purnamanigtyas, SE. 2010 Biolimnologi Waduk Kaskade
Sungai Citarum Jawa Barat. Limnotek
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai