Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMASI FISIKA II

“EMULSI”

Dosen Pengampuh : Hasni Pulhehe, S. Farm., M. Farm.

Disusun Oleh :
Nama : SAFIRA SILAWANE

Npm : 4820121277

Kelas : B3

Semester :V

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadiran ALLAH Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

PENYUSUN

SYAHDINA PUTRI
USMAN
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi
B. Teori Emulsi
C. Pengawetan Emulsi
D. Sifat Rheologi Emulsi
E. Keseimbangan Fase Dan Formulasi Emulsi
F. Sistem Emulsi Khusus

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emulsi merupakan system koloid yang banyak terdapat pada bahan pangan,
kosmetik dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak utuh, reaksi oksidasi lipid
juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak-air, bahkan dilaporkan sistem emulsi
lebih mudah mengalami oksidasi atau mempunyai stabilitas oksidatif lebih rendah
dibandingkan minyak utuh.(Saputra 2016)

Emusi ada dua macam yaitu air dalam lemak atau emulsi water in oil (w/o) dan
emulsi lemak dalam air atau emulsi oil in water (o/w). jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase terdispersi dan minyak
merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut emulsi air dalam minyak.Untuk
menstabilkan sistem biasanya ditambahkan emulsifier.(Nasution et al. 2005)

Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat-zat yang dapat mempertahankan sistem
emulsi atau zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Umumnya
emulsifier merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus fungsi baik yang polar
maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur. Gugus nonpolar
emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi) sedangkan air akan terikat
kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar kemudian akan terionisai
menjadi bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan
negatife. Partikel minyak kemudian akan tolak menolak sehingga dua zat yang pada
awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil (Kurniasari 2009)

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat


membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling
bisa bercampur. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi m/a
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih
enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan
menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah
dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola
minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih
mudah diabsorpsi (Ariviani 2015)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu emulsi?
2. Bagaimana teori emulsi?
3. Bagaimana cara pengawetan emulsi?
4. Apa saja sifat rheologi emulsi?
5. Bagaimana keseimbangan fase dan formulasi emulsi?
6. Apa saja sistem emulsi khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi emulsi
2. Untuk mengetahui teori emulsi
3. Untuk mengetahui pengawetan emulsi
4. Untuk mengetahui sifat rheologi emulsi
5. Untuk mengetahui keseimbangan fase dan formulasi emulsi
6. Untuk mengetahui sistem emulsi khusus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Emulsi
Emulsi adalah sistem dispersi dua cairan yang tidak saling bercampur, di mana
satu cairan terdispersi dalam bentuk tetesan kecil di dalam cairan lainnya. Contohnya
adalah minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M).

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur. Emulsi
adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan
yang tidak saling bercampur (Yazid, 2005).

Emulsi terdiri dari tetesan suatu larutan yang terdispersi dalam suatu cairan lain.
Diameter tetesan biasanya berkisar antara 0,1 sampai 1 μm, sehingga ukurannya lebih
besar daripada partikel sol. Emulsi umumnya tidak stabil kecuali jika adanya kehadiran
unsur ketiga, yang dikenal sebagai agen pengemulsi (emulsifying agent) atau agen
penstabil (stabilizing agent). Sabun dan detergen merupakan agen pengemulsi yang
paling efektif, khususunya untuk emulsi minyak-air (Laider, 1982).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar


memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan
lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam)
dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana
terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti
putih telur (Anief, 2000).

Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama


surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan
dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan
pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang
relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara
normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan
minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin
besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Moechtar,
1989).

Emulsi dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fase pendispersi dan fase
terdispersinya, yaitu:
1. Minyak dalam air (o/w) merupakan emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi
dan air sebagai fase pendispersi.
2. Air dalam minyak (w/o) merupakan emulsi dengan air sebagai fase terdispersi dan
minyak sebagai fase pendispersi. (Sukardjo, 1997)

B. Teori Emulsi
Teori emulsi mencakup konsep dasar yang menjelaskan bagaimana dua cairan
yang tidak dapat bercampur, seperti minyak dan air, dapat membentuk dispersi yang
stabil.
Teori ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
stabilitas emulsi. Teori yang umum digunakan adalah teori difusi ganda (Double Layer
Theory).

Teori difusi ganda (double layer theory)


Teori ini menyatakan bahwa stabilisasi emulsi terjadi oleh dua lapisan difusi yang
terbentuk di sekitar tetesan minyak dalam fase air, dan sebaliknya. Kedua lapisan
tersebut adalah
1. Lapisan difusi luar
 Lapisan ini dibentuk oleh molekul pengemulsi yang tersebar pada
permukaan tetesan.
 Molekul-molekul ini membentuk lapisan yang dapat mencegah
penggabungan tetesan dan menstabilkan emulsi.
2. Lapisan difusi internal
 Lapisan yang terbentuk di sekitar inti tetesan minyak atau air.
 Lapisan ini memungkinkan molekul air atau minyak bergerak mendekati
atau menjauhi tetesan, sehingga membentuk lapisan perlindungan
tambahan.

C. Pengawetan Emulsi
Tujuan pengawetan emulsi adalah untuk menjaga kestabilannya dan mencegah
perubahan yang mungkin terjadi selama penyimpanan. Penggunaan bahan pengawet
merupakan strategi yang umum digunakan.
Emulsi Pengawet
1. Pengawet
Pengawet umumnya ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan mencegah kerusakan fisik atau kimia. Hal ini mungkin
terjadi selama penyimpanan.
 Contoh bahan pengawet antara lain bahan pengawet alami seperti asam
sorbat, natrium benzoat, atau ekstrak tumbuhan tertentu.
2. Pertimbangan Keamanan Pangan
Saat memilih bahan pengawet, perhatian harus diberikan pada keamanan pangan
dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

D. Sifat Rheologi Emulsi


Sifat reologi emulsi mengacu pada aliran dan respon deformasi sistem emulsi.
Sifat ini sangat penting karena mempengaruhi perilaku emulsi dalam berbagai kondisi
dan aplikasi.
Sifat reologi emulsi
1. Viskositas
Viskositas suatu emulsi mencerminkan viskositas dan kemampuan mengalir
cairan. Tergantung pada komposisi dan struktur tetesan, emulsi dapat memiliki
viskositas yang kompleks.
2. Elastisitas
Elastisitas mengacu pada kemampuan suatu emulsi untuk kembali ke bentuk
aslinya setelah mengalami deformasi. Stabilitas suatu emulsi seringkali
ditentukan oleh elastisitasnya.
3. Perubahan bentuk aliran
Emulsi dapat mengalami perubahan bentuk aliran, misalnya peralihan dari aliran
laminar ke turbulen, atau dari aliran Newtonian ke non-Newtonian.
4. Perubahan sifat reologi dari waktu ke waktu
Beberapa emulsi mungkin menunjukkan perubahan sifat reologi dari waktu ke
waktu sebagai berikut: Perubahan viskositas atau elastisitas.

E. Keseimbangan Fase Dan Formulasi Emulsi


Kesetimbangan emulsi adalah keadaan di mana dua fase yang tidak dapat
bercampur, seperti air dan minyak, terdispersi secara stabil. Memahami kesetimbangan
emulsi melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas dan persistensi dispersi
fase ini.
1. Rasio Fase
Rasio fase minyak dan fase air merupakan faktor penting. Emulsi yang stabil
tercipta ketika rasio ini optimal untuk membentuk tetesan minyak dan
mendispersikannya secara merata dalam fase air, dan sebaliknya.
2. Pengemulsi
Pengemulsi berperan penting dalam pembentukan dan pemeliharaan emulsi.
Konsentrasi dan jenis pengemulsi dapat mempengaruhi karakteristik interaksi
antar fase.
3. Energi Permukaan dan Tegangan Antar Muka
Energi permukaan dan tegangan antar muka antar fasa berperan penting dalam
pembentukan dan stabilitas emulsi.
4. Ukuran tetesan
Ukuran tetesan minyak atau air juga mempengaruhi stabilitas emulsi. Ukuran
tetesan yang lebih kecil seringkali meningkatkan stabilitas emulsi.

Tabel 1. Formula Uji

”FORMULASI EMULSI TIPE M/A PERASAN BUAH TOMAT (Solanum


lycopersicum) DENGAN PENAMBAHAN VCO “

No Bahan Formula(%) Kegunaan


I II III
1. Sari buah 20 20 20 Zat aktif
Fase
2. Vco 20 20 20
minyak
3. Traga cant - 2 5 Emulgator
4. Glom arab 20 10 - Emulgator
5. Natrium benzoat 0,1 0,1 0,1 Pengawet
6. Sorbitol 30 30 30 Anti
capslocking
dan
Sweetening
agent
7. Aquadest add 100 add 100 add 100 Pelarut

F. Sistem Emulsi Khusus

Sistem emulsi khusus mengacu pada emulsi yang mempunyai sifat atau kegunaan khusus
tertentu yang berbeda dari emulsi tradisional.

1. Emulsi skala nano (nanoemulsi)


Tetesan nanoemulsi Ukurannya sangat kecil , biasanya kurang dari 100
nanometer. Sifat-sifat ini memberikan luas permukaan yang tinggi dan stabilitas
yang baik, sehingga cocok untuk penghantaran obat-obatan dan bahan bioaktif.

2. Emulsi kosmetik
Emulsi dalam kosmetik harus memenuhi persyaratan kecantikan dan ramah kulit.
Pengemulsi dan aditif sering digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3. Emulsi Penghantaran Obat (Emulsi Farmasi)


Emulsi digunakan untuk penghantaran obat di bidang farmasi guna meningkatkan
kelarutan obat dan memberikan pelepasan terkontrol yang lebih baik.

4. Emulsi Pangan Fungsional


Emulsi banyak digunakan dalam industri makanan untuk menghasilkan produk
dengan tekstur, rasa, dan stabilitas yang diinginkan. Contohnya termasuk saus,
mayones, dan makanan yang dipanggang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur. Emulsi
adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan
yang tidak saling bercampur Teori emulsi mencakup konsep dasar yang menjelaskan
bagaimana dua cairan yang tidak dapat bercampur, seperti minyak dan air, dapat
membentuk dispersi yang stabil. Teori ini membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan stabilitas emulsi. Teori yang umum digunakan adalah
teori difusi ganda (Double Layer Theory). Tujuan pengawetan emulsi adalah untuk
menjaga kestabilannya dan mencegah perubahan yang mungkin terjadi selama
penyimpanan. Sifat reologi emulsi mengacu pada aliran dan respon deformasi sistem
emulsi. Sifat ini sangat penting karena mempengaruhi perilaku emulsi dalam berbagai
kondisi dan aplikasi. Kesetimbangan emulsi adalah keadaan di mana dua fase yang tidak
dapat bercampur, seperti air dan minyak, terdispersi secara stabil. Memahami
kesetimbangan emulsi melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas dan
persistensi dispersi fase ini, Rasio Fase, Pengemulsi, Energi Permukaan dan Tegangan
Antar Muka. Ukuran tetesan. Sistem emulsi khusus dirancang untuk memenuhi
kebutuhan aplikasi spesifik di berbagai industry.

B. Saran

Untuk meningkatkan sifat dan kinerja emulsi, berikut beberapa saran umum yang
dapat dipertimbangkan pemilihan agen emulsifikasi yang tepat, optimasi rasio fase,
penggunaan nanoemulsi, penambahan bahan fungsional, kontrol ukuran tetesan,
penggunaan teknologi tepat, penyesuaian ph dan konsentrasi, pertimbangkan stabilitas
panas dan oksidatif, uji dan evaluasi secara rutin, pelabelan dan komunikasi produk.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9, Gajah Mada
University- Press, Yogyakarta.
Barnes, H. A., Hutton, J. F., & Walters, K. (1989). An Introduction to Rheology. Elsevier.
Bevilacqua, A., Corbo, M. R., & Sinigaglia, M. (2010). Combined effects of sorbic acid and
modified atmosphere packaging on shelf life of packed bologna. Food Control, 21(8),
1131-1135.
Walstra, P. (2003). Physical chemistry of food. CRC Press.
Davidson, P. M., & Taylor, T. M. (2007). Chemical preservatives and natural antimicrobial
compounds. In Food microbiology: fundamentals and frontiers (pp. 737-786). ASM Press.
Dickinson, E. (2012). Emulsion gels: The structuring of soft solids with protein-stabilized oil
droplets. Food Hydrocolloids, 28(1), 224-241.
Eistein Yazid, 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta
Laider, K. J., 1982, Physical Chemistry, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.
California
Lawrence, M. J., & Rees, G. D. (2000). Microemulsion-based media as novel drug delivery
systems. Advanced Drug Delivery Reviews, 45(1), 89-121.
Mason, T. G., Wilking, J. N., Meleson, K., Chang, C. B., & Graves, S. M. (2006).
Nanoemulsions: formation, structure, and physical properties. Journal of Physics:
Condensed Matter, 18(41), R635.
McClements, D. J. (2011). Encapsulation, protection, and delivery of bioactive proteins and
peptides using nanoparticle and microparticle systems: A review. Advances in Colloid
and Interface Science, 168(1-2), 9-34.
McClements, D. J. (2015). Food Emultion: Principles, practices, and techniques. CRC Press.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dipersi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
McClements, D. J., & Rao, J. (2011). Food-grade nanoemulsions: formulation, fabrication,
properties, performance, biological fate, and potential toxicity. Critical Reviews in
Food Science and Nutrition, 51(4), 285-330.Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, Penerbit
Rineka Cipta, Yogyakarta
Tadros, T. F. (2005). Applied Surfactants: Principles and Applications. John Wiley & Sons.
Tadros, T. F. (2016). Emulsion: formation, stability, industrial application. John Wiley &
Sons.
Tharwat F. Tadros (2016)."Emulsions: Formation, Stability, Industrial Applications"
Walstra, P. (2003). Physical Chemistry of Foods. CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai