Disusun oleh :
Kelompok 10
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Proses Pembuatan Emulsi Minyak Ikan Gurami Menjadi Suplemen Makanan
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Emulsi Minyak Ikan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen saya . Yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat
yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi adalah suatu
sistem dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Umumnya untuk
membuat suatu emulsi yang stabil dibutuhkan fase ketiga dari emulsi, yakni zat
pengemulsi (emulsifying agent) (Apriyanti, Yusna Fadliyah. 2014).
Emulsi merupakan suatu sediaan cair yang terdiri dari dua fase yang
tidak saling bercampur yaitu minyak dan air, tidak stabil secara
termodinamika karena dapat kembali terpisah menjadi minyak dan air
(Lachman, et al., 2008). Dalam proses pembuatan emulsi biasanya
menggunakan kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang berguna untuk
menurunkan tegangan permukaan serta mencegah rusaknya emulsi
(Talegaonkar et al., 2008). Fase minyak yang digunakan juga dapat
mempengaruhi stabilitas sediaan emulsi, sehingga digunakanlah minyak ikan
(oleum iecoris aselli) karna harganya yang murah, ketersediaannya yang
melimpah, serta memiliki nutrisi (McClements & Rao, 2011).
Dalam proses pencampuran, lama pencampuran, suhu dan kecepatan
pengadukan juga sangat mempengaruhi viskositas sediaan, dispersi yang
terjadi, dan ukuran droplet (Talegaonkar et al., 2008). Pembuatan emulsi
minyak ikan (oleum iecoris aselli) menggunakan metode variasi waktu
pengadukan selama 20 menit, 40 menit dan 60 menit dengan homogenizer
diharapkan dapat memperkecil ukuran partikel dari emulsi minyak ikan
(oleum iecoris aselli) sehingga dapat meningkatkan transmitan dan
menurunkan viskositas serta membuat sediaan stabil secara termodinamika.
Emulsi terdiri dari dua fasa cair yang tidak bercampur (Imelda, 2020).
2.2.1 Macam-Macam Emulsi
Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu fase terdispersi, zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain, atau
sering disebut fase dalam. Fase pendispersi adalah zat cair yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut, atau sering disebut
fase luar/fase kontinu. Emulgator adalah zat ketiga yang digunakan untuk
menjaga kestabilan emulsi. Jenis- jenis emulsi terdiri dari :
2.3 Suplemen
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, nomor HK.00.063.02360 tentang suplemen makanan tahun 1996,
batasan pengertian suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk
melengkapi makanan yang mengandung satu atau lebih bahan sebagai
berikut, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari
tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka
kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau
kombinasi dari berbagai bahan sebagaimana tercantum di atas. Suplemen
makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet
efervesen, tablet kunyah, serbuk, kapsul, kapsul lunak, granula atau produk
cair berupa tetes, sirup dan larutan.
Suplemen adalah zat tambahan, bukan zat pengganti zat gizi atau obat,
sebab tidak ada suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat-
zat gizi yang berasal dari makanan alami. Suplemen dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu suplemen natural yang merupakan hasil ekstraksi dari
sumber makanan yang mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan
tubuh hewan atau tumbuhan-tumbuhan dan suplemen sintetis yang pada
umumnya merupakan rekayasa kimiawi di dalam laboratorium.
Menurut Soeharto (2001), suplemen makanan dapat berupa vitamin,
asam amino, herbal, mineral dan lain-lain yang disarikan dari bahan makanan
yang berasal dari hewan maupun tanaman dan dikemas dalam bentuk tablet,
cairan atau kapsul. Fungsi utama suplemen makanan ini dimaksudkan untuk
melengkapi kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar
aktivitas tubuh tetap prima. Sebagai pelengkap suplemen makanan bukan
pengganti (subtitusi) makanan kita sehari-hari. Penggunaan suplemen
makanan juga diperlukan oleh orang yang kekurangan gizi, kekurangan
vitamin tertentu, atau mereka yang baru sembuh dari sakit. Hanya saja perlu
diingat bahwa mengonsumsi bahan alami langsung lebih baik dibandingkan
mengonsumsi suplemen makanan, karena disamping lebih murah juga lebih
aman. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suplemen adalah produk
yang mengandung vitamin atau mineral yang disarikan dari bahan makanan
yang berasal dari hewan maupun tanaman ataupun sintetis baik berbentuk
kapsul, tablet, maupun cairan yang digunakan untuk melengkapi zat gizi.
BAB III
METODE
3.1 Alat
1. Seperangkat alat gelas
2. Alat ekstraksi rendering basah
3. Kromatografi Gas
4. Sentrifugator
5. Spektrofotometer AAS
3.2 Bahan
1. Ikan gurami (seluruh bagian ikan)
2.Omega-3 standar
3. Omega-6 standar
4. NaOH 0,8 N
5. Arang aktif
6. KOH 0,1 N
7. Etanol 95%
8. HCL 0,5 N
9. Indikator PP
10. Asam asetat
11. Kloroform
12. Iodium
b. Pengukuran pH
Hasil pengukuran pH pada sediaan emulsi dilakukan dengan menggunakan
pH meter universal. Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pH
emulsi dengan pH saluran cerna sehingga dapat di adsorbsi oleh lambung.
Berdasarkan rentang pH saluran cerna yaitu antara 5-7.
Dari hasil pengujian pH, seluruh formula yang dibuat memiliki pH yang
sama yaitu 5,0.
c. Uji Viskositas
Tabel 3. Hasil Uji Viskositas Emulsi
Formula Viskositas
Hari Ke-2 Hari Ke-7
I 1,554 1,632
II 3,192 3,240
III 2,190 2,264
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Y. F. (2014). Analisis Minyak Babi pada Simulasi Emulsi Minyak Ikan
(Cod Liver Oil) Menggukan Spektroskopi Fourier Transform Infrared dan
Principal Component Analysis. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
AN, Yulianto., IDW, Nugroho., MTK, S. (2019). FORMULASI EMULSI
MINYAK IKAN GURAMI (Osphronemus gourami L.) SEBAG AI
SUPLEMEN MAKANAN. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 38–43.
Aslan, A., Match, M., & Systems, A. (2013). J Ournal of S Ports S Cience & M
Edicine. Undersea and Hyperbaric Medicine Journal, 11, 170–179.
Maulana, I. T., Sari, R. W., Partina, R. S., & Azizah, I. N. (2020). Telaah
Kandungan Asam Lemak Esensial Dalam Empat Jenis Minyak Ikan
Konsumsi Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 3(2), 92–101.
Rabiatul Adwyah. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Rofifah, D. (2020). MAKALAH SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
EMULSI MINYAK IKAN. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 7, 12–26.