Anda di halaman 1dari 15

PROSES PEMBUATAN EMULSI MINYAK IKAN

GURAMI MENJADI SUPLEMEN MAKANAN

Disusun oleh :
Kelompok 10

Wilta Putri Sari (09220200064)


Nurul Alfiah (09220200069)
Nuramaliyah (09220200071)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
20201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Proses Pembuatan Emulsi Minyak Ikan Gurami Menjadi Suplemen Makanan
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Emulsi Minyak Ikan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen saya . Yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 31 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu dari sekian banyak bahan makanan yang
dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi manusia sebab di dalamnya
terdapat bermacam zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti
protein, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin B2. Ikan gurami (Osphronemus
gourami L.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai
ekonomis penting serta banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Ikan gurami mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi yang
sangat diperlukan oleh tubuh. Kandungan protein daging ikan gurami adalah
19% dan 2,2 % kandungan lemak. Disamping itu nilai biologisnya mencapai
90% dengan sedikit jaringan pengikat sehingga mudah dicerna oleh tubuh.
Minyak ikan telah lama dipasarkan sebagai sumber vitamin A, D, rantai
panjang omega-3 asam lemak EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA
(Docosahexaenoic acid) (Gunston, 2004). Studi epidemiologi menunjukkan
bahwa mengkonsumsi minyak ikan dapat menurunkan kematian akibat
penyakit jantung koroner atau kanker payudara (Rabiatul Adwyah, 2008).
Emulsi oral hampir selalu merupakan tipe minyak dalam air. Untuk
minyak dengan rasa yang tidak enak atau konsistensi yang tidak
menyenangkan (kental), fasa luar air dapat membantu menutupi rasa. Emulsi
oral minyak ikan merupakan emulsi jenis minyak dalam air dimana air
sebagai fasa eksternal. Minyak ikan sendiri, yang merupakan fasa internal
mengandung vitamin A dan vitamin D (Rofifah, dkk. 2020).
Suplemen dalam bentuk emulsi lebih diminati oleh anak-anak
dibanding bentuk lainnya, alasannya suplemen dalam bentuk emulsi lebih
mudah dikonsumsi dan rasanya bervariasi. Salah satu suplemen dalam bentuk
emulsi adalah emulsi minyak ikan. Suplemen minyak ikan berbentuk emulsi
karena minyak ikan bersifat tidak larut dalam air dan membutuhkan zat
pengemulsi menjadi sediaan yang stabil (Apriyanti, Yusna Fadliyah. 2014).
1.2 Batasan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan emulsi ?
2. Bagaimana membuat proses sedian minyak ikan gurami ?
3. Apa saja formulasi minyak ikan gurami ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu emulsi
2. Untuk mengetahui cara membuat sediaan minyak emulsi menjadi
supleman mkanan yang disukai orang-orang.
3. Untuk mengetahui formulasi emulsi minyak ikan yang baik dan benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat
yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi adalah suatu
sistem dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Umumnya untuk
membuat suatu emulsi yang stabil dibutuhkan fase ketiga dari emulsi, yakni zat
pengemulsi (emulsifying agent) (Apriyanti, Yusna Fadliyah. 2014).
Emulsi merupakan suatu sediaan cair yang terdiri dari dua fase yang
tidak saling bercampur yaitu minyak dan air, tidak stabil secara
termodinamika karena dapat kembali terpisah menjadi minyak dan air
(Lachman, et al., 2008). Dalam proses pembuatan emulsi biasanya
menggunakan kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang berguna untuk
menurunkan tegangan permukaan serta mencegah rusaknya emulsi
(Talegaonkar et al., 2008). Fase minyak yang digunakan juga dapat
mempengaruhi stabilitas sediaan emulsi, sehingga digunakanlah minyak ikan
(oleum iecoris aselli) karna harganya yang murah, ketersediaannya yang
melimpah, serta memiliki nutrisi (McClements & Rao, 2011).
Dalam proses pencampuran, lama pencampuran, suhu dan kecepatan
pengadukan juga sangat mempengaruhi viskositas sediaan, dispersi yang
terjadi, dan ukuran droplet (Talegaonkar et al., 2008). Pembuatan emulsi
minyak ikan (oleum iecoris aselli) menggunakan metode variasi waktu
pengadukan selama 20 menit, 40 menit dan 60 menit dengan homogenizer
diharapkan dapat memperkecil ukuran partikel dari emulsi minyak ikan
(oleum iecoris aselli) sehingga dapat meningkatkan transmitan dan
menurunkan viskositas serta membuat sediaan stabil secara termodinamika.
Emulsi terdiri dari dua fasa cair yang tidak bercampur (Imelda, 2020).
2.2.1 Macam-Macam Emulsi
Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu fase terdispersi, zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain, atau
sering disebut fase dalam. Fase pendispersi adalah zat cair yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut, atau sering disebut
fase luar/fase kontinu. Emulgator adalah zat ketiga yang digunakan untuk
menjaga kestabilan emulsi. Jenis- jenis emulsi terdiri dari :

a. Emulsi minyak dalam air (M/A)


Ketika fase lipofil (fase minyak) didispersikan sebagai globul-
globul ke dalam fase hidrofil (fase air) maka disebut sebagai emulsi
minyak dalam air (M/A).
b. Emulsi air dalam minyak (A/M)
Ketika fase hidrofil terdispersi dalam fase lipofil maka disebut
emulsi air dalam minyak (A/M).
2.2.2 Zat-Zat Pengemulsi
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan zat pengemulsi (emulgator)
merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan
kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Adanya zat pengemulsi meningkatkan terbentuknya permukaan
baru dan mencegah saling tabrak dan bergabungnya globul-globul dari
kecil menjadi besar (Hartomo, 1993). Zat pengemulsi menstabilkan dengan
cara menempati daerah di fase internal dan fase eksternal. Untuk proses
pembentukan ini, zat pengemulsi akan mengurangi tegangan antar
permukaan dari dua fase tak tercampurkan. Kriteria emulgator yang
diharuskan antara lain :
a. Dapat dicampur dengan bahan formulatif lain.
b. Tidak mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat teurapetik
c. Stabil dan tidak terurai dalam preparat
d. Tidak toksik
e. Kemampuan untuk membentuk emulsi secara optimal dan menjaga
stabilitas emulsi tersebut agar tercapai shelf life dari produk tersebut.
Di antara zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem farmasi salah
satunya adalah bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang secara alami :
akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pektin. Bahan-bahan ini
membentuk koloidal hidrofilik bila ditambahkan ke dalam air dan
umumnya menghasilkan emulsi minyak dalam air. Gom mungkin
merupakan zat pengemulsi yang paling sering digunakan dalam preparat
emulsi yang dibuat baru oleh ahli farmasi di apotek. Tragakan dan agar
seringkali digunakan sebagai zat pengental dalam produk-produk yang
diemulsikan dengan gom. (Apriyanti, Yusna Fadliyah. 2014).
2.2.3 Kestabilan Emulsi
Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk
mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka
waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran.
Hal ini menyebabkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Ada beberapa hal
yang dapat mempengaruhi kestabilan yaitu :
a. Teknik pembuatan
b. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar
mempengaruhi kestabilan emulsi.
c. Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka
partikel-partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel
yang lebih besar sehingga emulsi akan pecah.
d. Penyimpanan

2.2 Minyak Ikan


Ikan merupakan salah satu dari sekian banyak bahan makanan yang
dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi manusia sebab di dalamnya
terdapat bermacam zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti
protein, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin B2. Ikan gurami (Osphronemus
gourami L.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai
ekonomis penting serta banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Menurut Sari (2015), Ikan gurami mengandung protein dan lemak yang
cukup tinggi yang sangat diperlukan oleh tubuh. Kandungan protein daging
ikan gurami adalah 19% dan 2,2 % kandungan lemak (Khomsan, 2004).
Disamping itu nilai biologisnya mencapai 90% dengan sedikit jaringan
pengikat sehingga mudah dicerna (Adwyah, 2008).
Minyak ikan merupakan asupan minyak esensial yang mengandung
banyak nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Minyak ikan
adalah salah satu zat yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena
mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh.
Asam lemak tak jenuh atau polyunsaturated fatty acid yang disingkat PUFA,
diantaranya DHA dan EPA dapat membantu proses tumbuh-kembangnya
otak (kecerdasan), perkembangan indra penglihatan, dan sistim kekebalan
tubuh balita.
Dalam pengambilan ekstrak dari minyak ikan terdapat beberapa metode
yang digunakan, salah satunya yaitu metode rendering. Rendering merupakan
teknik pengambilan minyak ikan dengan cara pemanasan. Lemak akan
mengapung di permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan yang
dilakukan terdapat dua metode yaitu rendering basah (direbus) dan rendering
kering (oven). Pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
metode rendering basah, karena metode ini cukup efektif terhadap ikan
berlemak tinggi dan dalam jumlah besar.
Minyak ikan gurami (Osphronemus gourami L.) dapat dibuat dalam
bentuk sediaan kapsul dan emulsi. Sediaan minyak ikan gurami dalam bentuk
kapsul kurang efisien, karena bau dan rasa dari minyak ikan tersebut masih
kurang menyenangkan. Minyak ikan gurami mempunyai karakteristik yang
sangat khas terutama bau dan rasa yang tidak menyenangkan, maka dipilihlah
sediaan emulsi yang bertujuan agar bau dan rasa dapat tertutupi dengan
menambahkan pewangi dan perasa.
Pemanfaatan minyak ikan gurami masih sangat terbatas, karena kualitas
minyak ikan yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal khususnya untuk
bidang kesehatan. Oleh karena itu, minyak ikan gurami akan diformulasikan
dalam bentuk sediaan emulsi sebagai suplemen makanan sehingga
pemanfaatan ikan gurami (Osphronemus gourami L.) lebih beragam.
Penggunaan emulsi tipe M/A merupakan suatu cara pemberian sediaan oral
yang mudah diterima untuk zat dalam bentuk cairan-cairan yang tidak larut
dalam air, seperti minyak ikan gurami (Suryani dkk., 2002).
Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar Gadus
morhua Linne. Dan spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan
pada suhu 0 0̊. Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI per g, potensi
vitamin D tidak kurang dari 80 UI per gr. Emulsi oleum iecoris aselli adalah
termasuk dalam emulsi spuria (emulsi buatan) yakni emulsi dengan minyak
lemak. Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dengan emulgator gom
arab (P.G.A) dengan konsentrasi pemakaian sebanyak 10-20% dari total
volume emulsi yang akan dibuat.(HOPE ed. 6 hal. 1) Obat ini akan dibuat
dalam bentuk sediaan emulsi dikarenakan bahan aktif yang digunakan
(levertran/minyak ikan) praktis tidak larut dalam air. Sehingga untuk
memperoleh suatu sediaan yang dapat terdispersi pada fase pendispersi nya
diperlukan suatu zat pengemulsi yang biasa disebut dengan emulsifyng agent.
Dahulu senyawa ini banyak digunakan bagi anak-anak sebagai obat pencegah
penyakit rachitis dan sebagai obat penguat pada keadaan lemah sesudah
mengalami infeksi (15-30 ml sehari).

2.3 Suplemen
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, nomor HK.00.063.02360 tentang suplemen makanan tahun 1996,
batasan pengertian suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk
melengkapi makanan yang mengandung satu atau lebih bahan sebagai
berikut, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari
tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka
kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau
kombinasi dari berbagai bahan sebagaimana tercantum di atas. Suplemen
makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet
efervesen, tablet kunyah, serbuk, kapsul, kapsul lunak, granula atau produk
cair berupa tetes, sirup dan larutan.
Suplemen adalah zat tambahan, bukan zat pengganti zat gizi atau obat,
sebab tidak ada suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat-
zat gizi yang berasal dari makanan alami. Suplemen dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu suplemen natural yang merupakan hasil ekstraksi dari
sumber makanan yang mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan
tubuh hewan atau tumbuhan-tumbuhan dan suplemen sintetis yang pada
umumnya merupakan rekayasa kimiawi di dalam laboratorium.
Menurut Soeharto (2001), suplemen makanan dapat berupa vitamin,
asam amino, herbal, mineral dan lain-lain yang disarikan dari bahan makanan
yang berasal dari hewan maupun tanaman dan dikemas dalam bentuk tablet,
cairan atau kapsul. Fungsi utama suplemen makanan ini dimaksudkan untuk
melengkapi kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar
aktivitas tubuh tetap prima. Sebagai pelengkap suplemen makanan bukan
pengganti (subtitusi) makanan kita sehari-hari. Penggunaan suplemen
makanan juga diperlukan oleh orang yang kekurangan gizi, kekurangan
vitamin tertentu, atau mereka yang baru sembuh dari sakit. Hanya saja perlu
diingat bahwa mengonsumsi bahan alami langsung lebih baik dibandingkan
mengonsumsi suplemen makanan, karena disamping lebih murah juga lebih
aman. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suplemen adalah produk
yang mengandung vitamin atau mineral yang disarikan dari bahan makanan
yang berasal dari hewan maupun tanaman ataupun sintetis baik berbentuk
kapsul, tablet, maupun cairan yang digunakan untuk melengkapi zat gizi.
BAB III
METODE
3.1 Alat
1. Seperangkat alat gelas
2. Alat ekstraksi rendering basah
3. Kromatografi Gas
4. Sentrifugator
5. Spektrofotometer AAS

3.2 Bahan
1. Ikan gurami (seluruh bagian ikan)
2.Omega-3 standar
3. Omega-6 standar
4. NaOH 0,8 N
5. Arang aktif
6. KOH 0,1 N
7. Etanol 95%
8. HCL 0,5 N
9. Indikator PP
10. Asam asetat
11. Kloroform
12. Iodium

3.3 Prosedur Percobaan


1. Ekstraksi minyak ikan gurami menggunakan metode rendering basah
Ekstraksi dilakukan dengan metode rendering basah. Rendering
merupakan suatu cara pengolahan ikan untuk mengambil minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan
pemanasan yang tinggi yaitu pada suhu 105℃ selama 30 menit. Minyak
dari hasil ekstraksi kemudian dilakukan proses sentrifugasi dengan
kecepatan putaran 7000 rpm selama 20 menit.
2. Formulasi emulsi minyak ikan gurami
Tween 80 dilarutkan menggunakan aquades panas 75℃ dengan
menggunakan Magnetic heater stirrer kecepatan 100 rpm (larutan 1).
Aspartam, perasa jeruk, dan pewarna orange dilarutkan menggunakan
aquades (larutan 2). Xanthan gum dikembangkan dengan aquades panas
(larutan 3). Campurkan larutan 1, larutan 2, dan larutan 3 sampai
homogeny (fase air).
3. Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaan emulsi yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji
pH, uji viskositas, uji tipe emulsi dan uji stabilitas dengan metode
pengocokan.dimasukkan kedalam fase air sedikit demi sedikit dengan
bantuan Magnetic heater stirrer sampai terbentuk emulsi minyak ikan
gurami. Formulasi yang digunakan mengacu pada hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Kurniawan (2013), sebagai berikut: menit dengan
menggunakan kecepatan 7000 rpm. Dari hasil proses rendering basah ini,
didapat rendemen minyak sebesar 1,064% dari bobot total ikan gurami
dengan bobot minyak kasar yang didapat sebanyak :
Tabel 1. Formulasi Emulsi Minyak Ikan Gurami
Bahan Formula I (%) Formula II (%) Formula III (%)
Minyak Ikan 5 5 5
gurami
Tween 80 3,6 8,9 12,5
Span 80 0,4 1,1 1,5
Aspartam 0,2 0,2 0,2
Perasa Jeruk 1 1 1
Pewarna Orange 0,2 0,2 0,2
Xanthan Gum 2,5 2,.5 2,5
Aquadest 70,9 70,9 70,9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi minyak ikan gurami menggunakan metode rendering basah


Proses ekstrasi daging ikan gurami menggunakan metode ekstraksi
rendering basah. Dalam penelitian ini menggunakan rendering basah dalam
proses ekstraksinya karena metode ini menghasilkan rendemen lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil ekstraksi minyak ikan dengan metode rendering
kering. Sebanyak 20 kg ikan gurami dibersihkan dari darah dan kotoran yang
menempel lalu dipotong menjadi 4 bagian. Rendering basah menggunakan
suhu panas sebagai media ekstraksinya. Ketika diberi suhu yang panas,
minyak akan keluar dari badan ikan. Minyak yang dihasilkan kemudian
dilakukan sentrifugasi selama 20 menit. Span 80 dan minyak ikan gurami
dipanaskan pada suhu 75℃. Dihomogenkan dengan Magnetic heater stirrer
(fase minyak). Fase minyak 212,72 g dan bobot total ikan seberat 20 kg.

4.2 Formulasi emulsi minyak ikan gurami


Pembuatan sediaan emulsi minyak ikan gurami menggunakan 3 buah
formula. Masing-masing formulasi dibedakan dari jumlah tween 80 dan span
80 yang digunakan. Tujuan memvariasikan konsentrasi tween 80 dengan span
80 yaitu untuk memperoleh formula dan stabilitas fisik yang memenuhi
persyaratan sebagai sediaan emulsi setelah berada dalam sediaan. Hasil
formulasi sediaan emulsi ketiga formula yang dibuat, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 1. Emulsi Minyak ikan Gurami (Formula 1, Formula 2, dan Formula 3)


4.3 Evluasi Sediaan
a. Uji Organoleptis
Sedian Organoleptis
Formula 1 Warna Orange, sedikit berbau khas minyak
ikan gurami, homogen
Formula 2 Warna orange, sedikit baerbau khas minyak
ikan gurami, homogen
Formula 3 Warma orange, sedikit berbau minyak ikan
gurami, homogen

b. Pengukuran pH
Hasil pengukuran pH pada sediaan emulsi dilakukan dengan menggunakan
pH meter universal. Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pH
emulsi dengan pH saluran cerna sehingga dapat di adsorbsi oleh lambung.
Berdasarkan rentang pH saluran cerna yaitu antara 5-7.

Dari hasil pengujian pH, seluruh formula yang dibuat memiliki pH yang
sama yaitu 5,0.
c. Uji Viskositas
Tabel 3. Hasil Uji Viskositas Emulsi
Formula Viskositas
Hari Ke-2 Hari Ke-7
I 1,554 1,632
II 3,192 3,240
III 2,190 2,264
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Y. F. (2014). Analisis Minyak Babi pada Simulasi Emulsi Minyak Ikan
(Cod Liver Oil) Menggukan Spektroskopi Fourier Transform Infrared dan
Principal Component Analysis. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
AN, Yulianto., IDW, Nugroho., MTK, S. (2019). FORMULASI EMULSI
MINYAK IKAN GURAMI (Osphronemus gourami L.) SEBAG AI
SUPLEMEN MAKANAN. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 38–43.
Aslan, A., Match, M., & Systems, A. (2013). J Ournal of S Ports S Cience & M
Edicine. Undersea and Hyperbaric Medicine Journal, 11, 170–179.
Maulana, I. T., Sari, R. W., Partina, R. S., & Azizah, I. N. (2020). Telaah
Kandungan Asam Lemak Esensial Dalam Empat Jenis Minyak Ikan
Konsumsi Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 3(2), 92–101.
Rabiatul Adwyah. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Rofifah, D. (2020). MAKALAH SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
EMULSI MINYAK IKAN. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 7, 12–26.

Anda mungkin juga menyukai