Disusun oleh :
Kelas : 4A ( FARMASI )
Kelompok :2
FAKULTAS FARMASI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sediaan Emulsi Minyak Hati
Ikan Cod “ sebagai tugas untuk mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai Pembuatan sediaan emulsi minyak
hati ikan cod, Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku
maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat
ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih banyak kekurangan.
Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang
membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Tim penyusun
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang....................................................................................4
B. Rumusan masalah .............................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................4
BAB II ISI
A. Pengertian Emulsi....................................................................................5
B. Praformulasi dan Formulasi dari pembuatan Emulsi...............................6
C. Metode pembuatan sediaan Emulsi.........................................................14
D. Pengemasan Sediaan Emulsi....................................................................15
E. Produksi…………………………………………………………………15
F. Bagian QC………………………………………………………………18
A. Kesimpulan........................................................................................25
B. Saran .................................................................................................25
Daftar Pustaka................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan
distribusi dari produk yangberkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber
alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan
mendiagnosan penyakit. ( Anief, 2005 )
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat ,
terdispersi dalam cairan pembawa , distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok. ( Depkes RI, 1979 )
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Emulsi ?
2. Apa saja Praformulasi dan Formulasi dari pembuatan Emulsi dengan Minyak ikan cod ?
3. Bagaimana Metode pembuatan sediaan Emulsi dengan Minyak ikan cod ?
4. Bagaimana Pengemasan Sediaan Emulsi dengan Minyak Ikan Cod ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Mampu menjelaskan pengertian Emulsi
2. Mampu menyebutkan Praformulasi dan Formulasi pembuatan Emulsi dengan Minyak ikan cod
3. Mampu menjelaskan Metode pembuatan sediaan Emulsi dengan Minyak ikan cod
4. Mampu menjelaskan Pengemasan Sediaan Emulsi dengan Minyak Ikan Cod
4
BAB II
ISI
A. Pengertian Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat ,
terdispersi dalam cairan pembawa , distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. ( Depkes RI, 1979 )
Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang
sebetulnya tdk bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu
dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain
distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang menurut
Farmakope Indonesia edisi ke III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfactan yang cocok. Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap
sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang
mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase
dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai
emulsi ‘a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak
dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air.
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari
emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya,
viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai
cairan atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).
5
lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam)
dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana
terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti
putih telur (Anief, 2000).
Praformulasi
2. GOM arab
6
b. Synonyms : acacia
c. Chemical Name : -
d. Empirical Formula and Molecular Weight 240000-580000
e. Functional Category : emulgator
f. Applications in Formulation : Emulgator
g. Description : hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
h. Typical Properties
1) Acidity/alkalinity : 4,5 – 5. Bilangan asam 2,5
2) Density:
3) Dissociation constant
4) Solubility : mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)P (FI III, 1979)
5) Specific gravity:
i. Stability : aqueous solution adalah subjek bagi degradasi baktrerial atau enzimatik
namun dapat dicegah dengan pemanasan jangka pendek untuk menonaktifkan beberapa
enzim. Juga dapat ditambahkan antimikroba seperti 0,1% w/v asam benzoat, 0,1% w/v
natrium benzoat, atau campuran 0,17% w/v metil paraben dan 0,03% propil paraben
j. Storage Conditions: dalam wadah tertutup baik
k. Incompatibilities : propilen glikol tidak sesuai dengan reaksi pengoksidasi seperti
kalium permanganat.
3. Gliserin
7
h. Typical Properties:
1. Acidity/alkalinity:-
2. Density Dissociation constant
3. Solubility : larutdalam air, larutdalametanol 95% (suhu 20 ), larut dalam eter
1:500, dalam etil asetat 1:11, metanol, agak larut dalam aseton, tidak
larut dalam benzene 2 kloroform
4. Specific gravity
i. Stability : gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mengalami oksidasi oleh
udara pada penyimpanan normal namun dapat terdekomposisi oleh panas menghasilkan
akrolein yang bersifat toksis, campuran gliserin dengan air; etanol; dan propilen glikol
stabil secarakimia
j. Storage Conditions: dalam wadah tertutup baik
k. ncompatibilities: gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen pengoksidasi kuat
seperti kromium trioksida; potassium klorat; potassium permanganate, kontaminan
besidapat menyebabkan cairan yang mengandung fenol salisilat dan tannin berubah
warna menjadi gelap.
4. propilen glikol
a. Nonproprietary Names:
b. Synonyms: metil etilen glikol, metil glikol
c. Chemical Name : 1,2 propanediol
d. Empirical Formula and Molecular Weight : 76,09
e. Functional Category: pengawet
f. Applications in Formulation: Pengawet
g. Description : bersih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, rasa manis, menyerupai
gliserin
h. Typical Properties
1). Acidity/alkalinity: 3-6
2). Density
8
3). Dissociation constant
4). Solubility: dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95% p, dan dengan
kloroform p. Larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat bercampur dengan
eter, minyak tanah dan dengan minyak lemak
5). Specific gravity: 1038 g/cm3 pada suhu 20
i. Stability : pada suhu dingin, propilen glikol stabil di tempat tertutup, tetapi pada suhu
tinggi dan terbuka cenderung mudah teroksidasi menghasilkan produk seperti propional
dehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol stabil bila dicampur
etanol 95%, gliserin/air.
j. Storage Conditions: dalam wadah tertutup baik
k. Incompatibilities : propilen glikol tidak sesuai dengan reaksi pengoksidasi seperti
kalium permanganate
5. Methyl Paraben
a. Nonproprietary Names
b. Synonyms: Aseptoform M, 4-hydroxibenzoic acid methyl ester, metagin, methyl
chemosept, methylis parahydroxybenzoas, methyl p-hydroxybenzoate, nipagin M,
Solbrol M, Tegosep M, Uniphen P-23
c. Chemical Name: : methyl-4-hydroxybenzoate
Empirical Formula and Molecular Weight: 152.15
d. Functional Category : pengawet
e. Applications in Formulation : pengawet
f. Description : hablur, kecil, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal
g. Typical Properties
1. Acidity/alkalinity : 4.0-8.0
2. Density
3. Dissociation constant
4. Solubility : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
9
3.5 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan
alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40
bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
5. Specific gravity
h. Stability : larutan pada pH 3-6 stabil di temperatur ruangan selama 4 tahun
i. Storage Conditions : dalam wadah tertutup baik
j. Incompatibilities : aktivitas mikroba dari metil araben berkurang bila ada surfaktan
nonionik. Dengan zat tambahan seperti bentonite, magnesium trisilikat, talk,
tragakan,sodium alginat, esensial oil, sorbitol, atropine
6 . Propil Paraben
a. Nonproprietary Names
b. Synonyms: Aseptoform P, CoSept P, E216, 4-hydroxybenzoic acid propylester,
Nipagin
P, Nipasol M, propagin, Propyl Aseptoform, propylbutex, Propyl Chemosept, propylis
parahydroxybenzoas, propyl p –hydroxybenzoate, Propyl Parasept, Solbrol P, Tegosept
P, Uniphen P-23
c. Chemical Name: prophyl-4-hydroxybenzoate
d. Empirical Formula and Molecular Weight : 180.21
e. Functional Category :
f. Applications in Formulation : pengawet
g. Description : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
h. Typical Properties
1. Acidity/alkalinity : 4.0-8.0
2. Density
3. Dissociation constant
4. Solubility : sangat sukar larut dalam air, larut dalm 3.5 bagian etanol (95%) P,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
5. Specific gravity
10
i. Stability : larutan pada pH 3-6 stabil di temperatur ruangan selama 4 tahun
j. Storage Conditions : dalam wadah tertutup baik
k. Incompatibilities : aktivitas mikroba dari metil araben berkurang bila ada surfaktan
nonionik. Dengan zat tambahan seperti magnesium aluminium silikat, magnesium
trisilikat, besi oksida kuning, ultramarin biru
a. Nonproprietary Names
b. Synonyms : aqua, air
c. Chemical Name : dihidrogen oksida
d. Empiical Formula and Molecular Weight : 18,02
e. Functional Category: : sebagai pelarut, media distribusi
f. Applications in Formulation : sebagai pelarut, media distribusi
g. Description: jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
h. Typical Properties
1. Acidity/alkalinity : 7
2. Density
3. Dissociation constant
4. Solubility : dapat dicampur dengan kebanyakan pelarut polar
5. Specific gravity
i. Stability : stabil pada semua keadaan fisik
j. Storage Conditions : dalamwadahtertutuprapat
k. Incompatibilities : dapat bereaksi dengan zat yang mudah terhidrolisis pada suhu
lingkungan maupun kenaikan suhu, bereaksi cepat dengan logam alkali, dan oksidanya
bereaksi dengan garam anhidrat.
8. Sakarin sodium
a. Nonproprietary Names
b. Synonyms: 1,2- Benzisothiazolin-3-one 1,1- dioxide, sodium salt, crystallose, E954,
11
gendrof 450, saccharinum natricum, sodium o- benzosulfimide, soluble gluside, soluble
saccharin, sucaryl sodium
c. Chemical Name : Natrium 2,3-dihidro-3 okso- benzilosulfanasal
d. Empirical Formula and Molecular Weight : 214.20
e. Functional Category: Zat tambahan (pemanis)
f. Applications in Formulation : Zat tambahan (pemanis)
g. Description : serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau agak aromati, sangat manis
h. Typical Properties
1. Acidity/alkalinity : 6.6 (10% w/v aqueous solution)
2. Density
3. Dissociation constant
4. Solubility : larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (95%)P
5. Specific gravity
i. Stability : stabil pada kondisi normal dari formulasi, kecuali pada temperature
tinggi (125° C) dan pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam akan mengalami
dekomposisi
j. Storage Conditions : Dalam wadah tertutup baik
k. Incompatibilities : sakarin sodium tidak akan mengalami Maillard browning.
9. Natrium metabisulfit
a. Nonproprietary Names :
b. Synonyms : natrii metabisulfis
c. Chemical Name:-
d. Empirical Formula and Molecular Weight : 190,1
e. Functional Category
f. Applications in Formulation
g. Description
h. Typical Properties
1. Acidity/alkalinity : 3,5 – 5,0
2. Density
12
3. Dissociation constant
4. Solubility : mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol
5. Specific gravity
i. Stability : di udara terbuka dan lembab akan teroksidasi menjadi sodium sulfat dengan
disintegrasi dari kristal. Penambahan asam kuat akan melepaskan sulfur dioksida
j. Storage Conditions: wadah terisi penuh, tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebih.
k. Incompatibilities : inkompatibel epinefrin dan derivatnya, kloramfenikol,
phenylmercuric acetate. Bereaksi dengan sympathomimetics dan obat lain
h. Keasaman/kebasaan : -
i. Densitas/berat jenis : -
j. Konstanta disosiasi : -
13
m. Kondisi penyimpanan : simpan ditempat yang sejuk dan dalam ruangan ventilasi
C. Formulasi
-Dicampurkan gom arab dan air hangat ad terbentuk korpus emulsi (1)
14
-Diaduk dengan magnetik stirer
- (2) + (3) di aduk ad homogen dan di tambahkan sakarin yan telah dilarutkan dalam 8,8
ml air (4)
-dievaluasi
Pengemasan Emulsi atau sediaan emulsi biasanya dikemas dalam wadah primer
berbentuk botol dengan ukuran 60 mL dan dikemas dalam wadah sekunder berupa box
kardus.
F. Produksi
UNIT
NAMA BAHAN PER BETS
FORMULA
(300 mL)
(60 mL)
Oleum Lecoris aselli 12 g 60 g
GOM 9g 45 g
Gliserin 9g 45 g
Metal paraben 0,054 g 0,27 g
Propil Paraben 0,006 g 0,3 g
Sodium sakarin 0,36 g 1,8 g
Perasa resberry Qs Qs
FDC red Qs Qs
Propilen glikol 0,2754 ml 1,375 ml
Aquadest Ad 60 Ad 60
Natrium metabilsulfit 0,6 g 3g
15
16
a. Metode pembuatan dan alur produksi sediaan Emulsi
-Dicampurkan gom arab dan air hangat ad terbentuk korpus emulsi (1)
- (2) + (3) di aduk ad homogen dan di tambahkan sakarin yan telah dilarutkan dalam 8,8
ml air (4)
17
-Ditambahkan air ad 300 ml
-dievaluasi
Pengemasan Emulsi atau sediaan emulsi biasanya dikemas dalam wadah primer
berbentuk botol dengan ukuran 60 mL dan dikemas dalam wadah sekunder berupa box
kardus.
G. Bagian QC
18
Propilenglikol (Anonim 2014)
Pemerian : Cairan kental, jemih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Zat tambahan dan Pelarut
Metil Paraben (Rowe, 2009)
Nama lain : Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoate
Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P.
19
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Sodium Sakarin (Rowe, 2009)
Nama lain : natrium sakarin
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau agak aromatik; rasa sangat
manis
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
Kegunaan : zat pemanis
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Aquades (HOPE 802)
Nama lain : air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
Kelarutan : dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
Kegunaan : pelarut
Penyimpanan : Wadah yang dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan
mencegah kontaminasi kegunaan pelarut
FDC Red
Perasa Rasberry
1. Evaluasi organoleptik (Diktat kuliah teknologi farmasi sediaan liquid dan semisolid,
hal 127)
Tujuan : menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami perubahan bau, warna
dan fase
Prinsip : mengamati perubahan penampilan emulsi dari segi bau, warna,
perubahan fase dan pecahnya emulsi secara makroskopis
Penafsiran hasil : emulsi memenuhi syarat bila tidak terjadi perubahan warna,
bau, pemisahan fase dan pecahnya emulsi
2. Penetapan PH (FI V hal 879)
Tujuan :Mengetahui PH emulsi untuk mengetahui kesesuainnya dengan
persyaratan yang telah disesuaikan
20
Prinsip : pengukuran terhadap ph emulsi menggunakan ph meter yang telah
dikalibrasi dengan larutan dapar
Penafsiran hasil : sesuai dengan persyaratan ph pada monografi
3. Homogenitas (Goeswin Agoes-teknologi farmasi liquid dan semisolid-27)
Tujuan : menjamin kehomogenan sediaan emulsi
Prinsip : homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagaitempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan
atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukansecara visual
Penafsiran hasil : emulsi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau
distribusi ukuran partikel yang relative hamper sama pada berbagai tempat
pengambilan sampel
4. Penentuan tipe emulsi (Farmasi Fisika, hal 457)
Tujuan : mengetahui kesesuain tipe emulsi yang dibuat dengan tipeemulsi yang
telah diformulasikan sebelumnya dan melihat kemungkinan terjadinya inversi fase
Prinsip :
1. Uji kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang larut dalam air (mis.
Metilen biru atau amarah) dalam salah satu fase emulsi
2. uji pengenceran : ketercampuran atau kelarutan pelarut air
Penafsiran hasil :
1. Emulsi M/A bila fase kontinu emulsi terwarnai oleh zat warna larut air (mis.
Dengan metilen blue, amaranth)
2. emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut aquades; emulsi A/M bila
tidak dapat diencerkan dengan pelarut aquades
5. Penentuan bobot jenis (FI IV, hal 1030)
Tujuan : menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi
dari produk yang telah ditetapkan
Prinsip : membandingkan bobot zat uji diudara terhadap bobot airdengan volume
dan suhu yang sama dengan menggunakan piknometer ( bila tidak disebutkan
dalam monografi, maka pengukuran pada 25)
Penafsiran hasil : sesuai dengan yang tertera pada monografi
21
Evaluasi Produk Akhir
22
Tujuan : mengetahui viskositas dan sifat aliran emulsi dan menjamin kenyamanan
penggunaan
Prinsip : melakukan pengukuran viskositas dalam berbagai kecepatan dengan
viscometer Brookfield untuk mendapatkan viskositas dan diagram sifat aliran
emulsi
Penafsiran hasil: viskositas dan sifat aliran memenuhi spesifikasi
4. Evaluasi organoleptik (Diktat kuliah teknologi farmasi sediaan liquid dan semisolid,
hal 127)
Tujuan : menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami perubahan bau, warna
dan fase
Prinsip : mengamati perubahan penampilan emulsi dari segi bau, warna,
perubahan fase dan pecahnya emulsi secara makroskopis
Penafsiran hasil : emulsi memenuhi syarat bila tidak terjadi perubahan warna,
bau, pemisahan fase dan pecahnya emulsi
5. Penetapan PH (FI V hal 879)
Tujuan :Mengetahui PH emulsi untuk mengetahui kesesuainnya dengan
persyaratan yang telah disesuaikan
Prinsip : pengukuran terhadap ph emulsi menggunakan ph meter yang telah
dikalibrasi dengan larutan dapar
Penafsiran hasil : sesuai dengan persyaratan ph pada monografi
6. Homogenitas (Goeswin Agoes-teknologi farmasi liquid dan semisolid-27)
Tujuan : menjamin kehomogenan sediaan emulsi
Prinsip : homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagaitempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan
atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukansecara visual
Penafsiran hasil : emulsi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau
distribusi ukuran partikel yang relative hamper sama pada berbagai tempat
pengambilan sampel
7. Penentuan tipe emulsi (Farmasi Fisika, hal 457)
23
Tujuan : mengetahui kesesuain tipe emulsi yang dibuat dengan tipeemulsi yang
telah diformulasikan sebelumnya dan melihat kemungkinan terjadinya inversi fase
Prinsip :
1. Uji kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang larut dalam air (mis.
Metilen biru atau amarah) dalam salah satu fase emulsi
2. uji pengenceran : ketercampuran atau kelarutan pelarut air
Penafsiran hasil :
1. Emulsi M/A bila fase kontinu emulsi terwarnai oleh zat warna larut air (mis.
Dengan metilen blue, amaranth)
2. emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut aquades; emulsi A/M bila
tidak dapat diencerkan dengan pelarut aquades
8. Penentuan bobot jenis (FI IV, hal 1030)
Tujuan : menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi
dari produk yang telah ditetapkan
Prinsip : membandingkan bobot zat uji diudara terhadap bobot airdengan volume
dan suhu yang sama dengan menggunakan piknometer ( bila tidak disebutkan
dalam monografi, maka pengukuran pada 25)
Penafsiran hasil : sesuai dengan yang tertera pada monografi
9. Sentrifugasi (Teori praktek, farmasi industry, vol II, hal 1081)
Tujuan : pemeriksaan kestabilan emulsi
Prinsip : pengujian dilakukan dengan melakukan sentrifugasi sediaan emulsi
dengan kecepatan sentrifugasi yang dinaikkan secara bertahap dalam waktu
tertentu
Penafsiran hasil: makin tinggi kecepatan sentrifugasi yang dapat ditahan oleh
emulsi, berarti emulsi semakin stabil
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat , terdispersi dalam cairan pembawa , distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. ( Depkes RI, 1979 )
Tipe- tipe emulsi adalah M/A ( minyak/ air ) , A/M ( air/minyak ) dan Emulsi ganda
Pengemasan Emulsi atau sediaan emulsi biasanya dikemas dalam wadah primer berbentuk botol
dengan ukuran 60 mL dan dikemas dalam wadah sekunder berupa box kardus.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir
halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri bisa
berasal dari alam maupun buatan.
B. Saran
.
Sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya memahami lebih dalam lagi mengenai defenisi
emulsi,tipe-tipe emulsi,serta komponen emulsi agar dapat di aplikasikan pada saat bekerja baik
di rumah sakit,puskesmas maupun di apotek.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (2000). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi Dan Emulsi. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
Ansel, H.C., (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press: Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
26
27