Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN LIQUID


PRAFORMULASI SEDIAAN EMULSI

Dosen Pengampu :
apt. Ginanjar Putri Nastiti, S. Farm., M. Farm.
apt. Rahmi Annisa, S.Farm. M. Farm.
Apt Wisang Seta Geni, S. Far.
apt. Novia Maulina, S. Farm., M. Farm.
apt.Mayu Rahmayanti, S. Farm., M.Sc.

Disusun Oleh :
Nama : Arianti Lestari
NIM : 18930043
Kelas : Farmasi B
Kelompok :2

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
Teknologi dan Formulasi Sediaan Liquid

Sediaan Emulsi Minyak Ikan

1. DASAR TEORI
1.1. Pengertian Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua
zat atau lebih yang tidak dapat bercampur, misalnya minyak dan air. Zat
pengemulsi (emulgator) merpakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1994).

1.2. Macam-Macam Emulsi


Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutana persifat polar (contoh:
air), sedanngkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak). Emulsi obat untuk
pemberian oral biasanya dari tipe emulsi minyak dalam air (m/a) dan
membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi m/a. tetapi tidak semua
emulsi yang dipergunakan termasuk tipe m/a. makanan tertentu seperti
mentega dan beberapa saus salad merupakan emulsi tipe air dalam minyak
(a/m) (Martin, et al., 1993).
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi dalam empat golongan, yaitu
(Martin, et a., 1993):
a. Emulsi Jenis Minyak dalam Air (m/a)
Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase
kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air
(m/a).
b. Emulsi Jenis Air dalam Minyak (a/m)
Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut
dikenal sebagai produk air dalam minyak (a/m).
c. Emulsi Jenis Minyak dalam Air dalam Minyak (m/a/m)
Emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m), juga dikenal
sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan suatu

1
pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mixer dan perlahan-
lahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak
dalam air.
d. Emulsi Jenis Air dalam Minyak dalam Air (a/m/a)
Emulsi a/m/a juga dikenal emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam
suatu mixer dan perlahan-lahan menambahkab fase air untuk membentuk
suatu emulsi air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian
didispersikan dalam suatu larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a, seperti
Tween 80, sehingga membentuk emulsi air dalam minyak dalam air.
Pembuatan emulsi a/m/a ini untuk obat yang ditempatkan dalam tubuh
serta untuk memperpanjang kerja obat, untuk makanan-makanan serta
untuk kosmetik.

1.3. Oleum Jecoris Aselli


Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati
segar Gadusmorhua Linnedan spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan
penyaringan padasuhu 0 derajatCelcius. Potensi vitamin A tidak kurang dari
600 UI per g, potensi vitamin Dtidak kurang dari 80 UI per g. (DepKes RI,
1995).Emulsi oleum iecoris aselli adalah termasuk dalam emulsi spuria
(emulsi buatan) yakni emulsi dengan minyak lemak. Pembuatan emulsi
minyak lemak  biasanya dengan emulgator gom arab (P.G.A) dengan konsent
rasi pemakaiansebanyak 10-20% dari total volume emulsi yang akan dibuat.

1.4. Integrasi Farmasi dan Islam


Pengembangan farmasi di dunia Islam dimulai dari racun,
antidot dan sarana untuk mendeteksi racun. Oleh karena itu kebanyakan
dasar dasar kefarmasian awalnya ditetapkan oleh ahli toksikologi.
Pengetahuan tentang obat didasarkan pada 600 tanaman atau produk
tanaman yang dijelaskan oleh dokter Yunani, Dioscorides (90 SM), yang
mencakup 1000 resep obat dalam tulisannya De Materia Medica. Awal
kemajuan olehumat Islam di bidang Farmakologi dan Farmasi. Selanjutnya,

2
banyakrisalah obat obatan ditulis dalam bahasa Persia dan bahasa Arab.
Pengetahuan farmasi kemudian berkembang dari Syria, Persia, India dan
Timur Jauh membentuk inovasi Apotekr Muslim yang tak tertandingi
hingga abad 17.
Apoteker Islam (Saydanah), seni menyiapkan dan meracik
obatobatana, terpisah dari profesi kedokteran diakui pada abad 8. Cendana
digunakan dalam sediaan farmasi dan segera dikaitkan dengan profesinya.
Farmasi yang disebut dalam bahasa Arab sebagai Saydanah, dan ahli
farmasi disebut Saydanani atau Saydalani. Di India, cendna diguanakan
lebih dari kayu aromatik lainnya.
Dalam bahasa Sansekerta disebutChandan atau jandan. Di Arab,
seorang yang menjual amber disebutanbari, sehingga orang yang menjual
cendana (sandalwood) disebutsandalani. Julukan saydalani diberikan kepada
seorang farmasis yangberkualifikasi. Seharusnya orang pertama yang diberi
gelar al-Saydalaniadalah warga Baghdad, Abu Quraisy al-Saydalani,
Apoteker Islam yangmerupakan tabib, kolektor dan penjual ramuan obat-
obatan dan rempahrempah, pabrikan, penjual sirup, kosmetik, Air aromatik,
dan penulis.Apoteker Muslim membuat investigasi ilmiah dari komposisi,
dosis,kegunaan, dan efek terapeutik dari obat-obatan. Allah SWT telah
menjamin bahwa seluruh penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada
obatnya, seperti dijelaskan pada hadist berikut:

Artinya: :
Setiap penyakit ada obatnya, Apabila didapat obat yang cocok untuk
menyembuhkan suatu penyakit, maka penyakit itu akan hilang dengan
seizin Allah azza wa jalla (HR. Muslim, hadis no. 4084).

3
Artin
ya:
"Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan pula obat
untuknya."

Pemikiran kalangan yang mengusung ide ―Islamisasi ilmu‖


masih terkesan sporadis, dan belum terpadu menjadi sebuah pemikiran
yang utuh. Akan tetapi, tema ini sejak kurun abad 15 H., telah menjadi
tema sentral di kalangan cendekiawan muslim. Berdasarkan beberapa
pertimbangan, maka dapat diambil suatu alternatif metode, yaitu dengan
terlebih dahulu mengintegrasikan semua disiplin ilmu di dalam kerangka
kurikulum Islam. Mungkin cara ini akan menyalahi pembakuan disipliner
yang sudah mapan seperti yang dikenal sampai sejauh ini, dan dalam
implikasi institusionalnya akan berarti perombakan pembidangan fakultas
dan jurusan. Setelah pada tahun-tahun pertama mahasiswa menempuh
semua courses mata kuliah dasar yang sudah terintegrasikan di dalam
kurikulum yang sudah dipadukan antara ilmu-ilmu keislaman dan ilmuilmu
umum, maka dalam jenjang-jenjang berikutnya mahasiswa akan
memilih spesialisasi yang diminati. Program-program studi lanjutan ini
merupakan pendalaman untuk spesialisasi, termasuk misalnya untuk
bidang-bidang ilmu yang berorientasi pada kebijakan praktis.
Pemikiranintegrasi antara ilmu umum dan ilmu agama ini membawa
kepadaparadigma konsep islamisasi ilmu. Konsep tentang islamisasi ilmu
pengetahuan ini pada dasarnya menjadi pemikiran untuk mengatasi
dualisme antara ilmu umum dan ilmu agama, yaitu dengan mencoloknya
perbedaan dan dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum.
Untuk itu, diperlukan adanya suatu metode yang paling efektif guna
mengatasi dualisme tersebut. Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini
juga dirasakan sangat penting untuk mencegah timbulnya sekularisme
dalam bidang ilmu pengetahuan. Hal ini juga penting dilakukan dalam

4
rangka menghasilkan lulusan pendidikan yang utuh, yaitu pribadi yang
berpikir terintegrasi.

2. TINJAUAN BAHAN AKTIF


a. Karakteristik Fisika Kimia Oleum Iecoris Aselli
Nama bahan : Oleum Iecoris
Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak
tengik, rasa khas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam
kloroform p, dalam eter p, dan eter minyak tanah. Stabil
pada suhu tidak lebih dari 25 derajat Celcius. Bobot
jenisnya 0,917- 0,9245 g/ml. Indeks bias 1,478- 1,482.
pKa tidak lebih dari 1,2.
Bcs : Kelas I dengan permeabilitas membran biologis yang
tinggi, memiliki kelarutan yang tinggi dalam cairan hayati
sehingga berdampakpada peningkatan bioavailabilitas dan
absorpsi oral (Mudalip, 2013).
Inkompatibilitas: Tidak ada reaksi inkompatibilitas dengan senyawa lain.
Penyimpanan : Wadah yang tertutup baik, terisi penuh, terlindungi.
Kegunaan : Sumber vitamin A dan D.

b. Bentuk Kimia

Gambar Bentuk Kimia Oleum Iecoris

c. Efek Farmakologi

5
 Indikasi
Minyak ikan mengandung asam lemak omega (EPA, DHA)
yang bekerja sebagai antitumor karena mendesak arachidonat dari
membran sel dan membentuk prostaglandin baik dari tipe E1 dan E3
tanpa efek stimulasi tumor. Oleh karena itu, dianjurkan untuk makan
beberapa kali dalam seminggu ikan berlemak seperti ikan markil,
salem, tongkol dan sarden (Estiasih, 2009).

Minyak ikan berkhasiat melindungi pasien jantung terhadap


mati mendadak akibat infark jantung sekunder, DHA melindungi
terhadap diabetes, hal tersebut dikarenakan DHA membuat membran
sel lebih cair sehingga lebih peka bagi daya kerja insulin dan juga
efeknya. Asam omega 3 pada minyak ikan dapat berfungsi sebagai
antiradang, anti trombosit, dan memperbaiki perkembangan saraf
otak. (Estiasih, 2009).

 Efek Samping
Sendawa, rasa tidak nyaman di lambung dan perubahan sensasi
pengecapan dan ruam kulit. Minyak ikan juga bisa menimbulkan
penghambatan penggumpalan pelat darah dan pendarahan pada
hidung (IAI, 2017).

 Kontraindikasi
Kontraindikasi Oleum iecoris jika hipersensitif terhadap ikan.
Jangan digunakan untuk pasien yang sensitive atau alergi terhadap
ikan (IAI, 2017).

 Data Klinis

Perihal Deskripsi

Kelas Obat bebas

Subkelas Vitamin

6
Wanita Hamil
Efek samping pada overdosis dapat
berupa perpanjangan waktu pendarahan yang
berhubungan dengan penghambatan kelat
darah. Pada dosis tinggi, senyawa ini dapat
menimbulkan pendarahan di hidung
(Estiasih, 2009).

Anak-anak Digunakan untuk multivitamin A dan D

FDA Approved

Rute Pemberian Melalui oral

 Toksisitas
Mengonsumsi terlalu banyak suplemen minyak ikan dapat
mengencerkan darah dan menyebabkan terjadinya perdarahan hebat.
Asam lemak omega 3 dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke
hemoragik, yaitu stroke yang dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah di dalam otak (Estiasih, 2009).

 Kadar dalam darah

Minyak ikan terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida


dalam darah. Resiko terkena penyakit jantung akan meningkat seiring
dengan tingginya kadar trigliserida di dalam tubuh (Estiasih, 2009).

3. TINJAUAN EKSIPIEN
a. Pulvis Gummi Arabicum
Pemerian : Serbuk putih, atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian gliserin; 20 bagian
propilen glikol; 2,7 bagian air dan praktis tidak
larut dalam etanol.

7
Persyaratan : 5% - 10%
Fungsi : Suspending agent
pH : 4,5 – 5
Penyimpanan : Serbuk disimpan ditempat yang kering, dalam
suhu yang dingin (DepKes RI, 1995).

b. Gliserin
Rumus Molekul : C3H8O3.
Berat Molekul : 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopis, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol;
tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak, dan dalam minyak menguap.
Titik Beku : -1,60 C.
Khasiat : Pelarut.
Konsentrasi :<50%.
BJ :Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu
250 C.
OTT : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan
oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium
klorat atau potasium permanganat. Adanya
kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari
campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin.
Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam
gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat
dari asam borat.
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang
beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 %
dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin

8
bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah
yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk
mencairkannya.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat (DepKes RI, 1995).

c. Aquadest
BM : 18,02.
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus
disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion
dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta
harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya
yang mudah terhidrolisis (DepKes RI, 1995).

d. Metil Paraben (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 551)


Nama Resmi :Methyl Hydroxybenzoate
Nama lain :Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoate
RM/BM :C8H8O3 / 152.15
Pemerian :Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal.

9
Kelarutan :Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter
P.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :Sebagai pengawet
Inkompatibilitas :Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben
lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari
miselisasi. Namun propilen glikol (10%) telah
terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari
paraben dengan adanya surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metil paraben dan
polisorbat.

e. Propil paraben (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 713)


Nama Resmi :Propylis parabenum
Nama lain :Propil paraben, Nipasol
RM / BM :C10H12O3/ 180,20
Pemerian :Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air ,larut dalam 3,5 bagian
etanol(95%P),dalam 3 bagian aseton P,dalam 140
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak
lemak, mudah larut dalam alkil hidroksida
Kegunaan :Sebagai pengawet

f. Sunset Yellow ( Handbook of Pharmaceutical of Excipient edisi VI


halm.193 )
Pemerian :Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan
memberikan warna orange terang

10
Kelarutan :Mudah larut di gliserin dan air, agak sukar larut
dalam aseton dan propilen glikol, sukar larut dalam
etanol 75%
Kegunaan :Pewarna :
OTT :Asam askorbat, gelatin, dan glukosa
Wadah Penyimpanan :Dalam wadah yang tertutup rapat, dan tempat yang
sejuk dan kering

g. Essence Orange ( Martindale halm.680 )


Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang
diproses secara mekanik dan terkandung kurang
lebih 90% lemon
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
Kegunaan : pewarna dan pewangi
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah yang tertutup dan tempat yang
sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya
matahari

h. Glukosa
Nama resmi : Glucosum
Nama lain : Glukosa
BM / RM : 198,17 g/mol
Rumus molekul : C6H12O6
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk halus atau butiran
putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%)
mendidih; sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pemanis
i. Asam sitrat (FI III, hal 50)
Nama obat : Acidum Citricum

11
Sinonim : Asam Sitrat
Struktur kimia : C6H807.H2O
BM : 210.14
Pemerian :Hablur tidak berwarna atau serbuk putih tidak
berbau. Rasa sangat asam, agak higroskopis,
merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter.
Incompatibilitas : Asam sitrat income dengan potassium tatrat,
alkali dan alkali tanah karbonat dan bikarbonat,
asetat dan sulfide income terhadap pengoksida basis,
pereduksi dan nitrat berpotensi meledak atau terurai
jika dikombinasikan dengan logam nitrat.

4. BENTUK SEDIAAN TERPILIH


Menurut Agoes (2011), alasan pemilihan bentuk sediaan emulsi karena:
a. Bahan aktif fasa minyak.
b. Bahan aktif praktis tidak larut air.
c. Membawa obat larut dalam fasa minyak.
d. Menyamarkan rasa obat dalam fasa minyak.

5. PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS


a. Per takaran terkecil
Setiap 15 ml emulsi mengandung 3 mL oleum iecoris asellis.
b. Per kemasan terkecil
Usia Dosis
>12 tahun 15 ml 3 kali sehari
6-12 tahun 15 ml 2 kali sehari
1-6 tahun 15 ml 1 kali sehari

6. SPESIFIKASI PRODUK
a. Persyaratan Umum Sediaan

12
Menurut Voight (1995), syarat-syarat sediaan emulsi antara lain:
a) Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan.
b) Terjadi proses pengadukan.
c) Terdapat emulgator.
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil,
dikatakan stabil apabila sediaan tersebut dapat mempertahankan diistribusi
yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama (Voight,
1995).

b. Rencana Spesifikasi Sediaan


Nama obat : Minyak ikan
Bentuk sediaan : Emulsi
Indikasi : Sumber vitamin A dan D
Kemasan : 60 ml
Dosis : Disesuaikan dengan indikasi

7. RANCANGAN FORMULA
R/ Oleum iecoris asellis 3 ml/15ml
Gom arab 15%
Gliserin 15%
Propil paraben 0,04%
Metil paraben 0,2%
Asam sitrat 0,03%
Sunset yellow Qs
Orange flavor Qs
Glukosa 0,15%
Essence orange Qs
Aquadest ad 60 ml

a. Skema/ Bagan Alur Fikir

Bahan aktif Digunakan Oleum


berupa minyak iecoris aselli

13
Membutuhkan Digunakan
Membutuhkan
emulgator Gomarab
pembasah sekaligus Ditambahkan
sebagai stabilitator gliserin
Rasa tidak
nyaman di mulut

Bau obat tidak


enak

b. Komponen penyusun formula


No Kadar Dalam
Bahan Fungsi
Percobaan
1. Oleum Iecoris Asellis Bahan aktif 3ml/15 ml
2. Gomarab Emulgator 15%
3. Gliserin Stabilitator 15%
4. Propil paraben Pengawet 0,04%
5. Metil paraben Pengawet 0,2%

14
6. Asam sitrat Buffer 0,03%
7. Sunset yellow Pewarna (qs) 3 tts
8. Orange flavour Perasa 3 tts
9. Glukosa Pemanis 0,15%
10. Essense orange Pewangi 3 tts
11. Aquadest Zat pembawa Ad 60 ml
Total berat sediaan 60 ml

c. Pemilihan bahan komponen penyusun untuk mencapai spesifikasi


Bahan Fungsi Alasan Pemilihan
Sebagai zat aktif yang
Oleum Iecoris Untuk memberikan efek
memiliki sumber vitamin
Asellis farmakologis.
A dan D
Karena gom arab cocok
Untuk menghasilkan emulsi menjadi emulgator sediaan
Gomarab
yang baik. oral dan sangat stabil pada
emulsi minyak dan air
karena gliserin memiliki
multi fungsi selain sebagai
stabilisator emulsi, gliserin
Untuk meningkatkan
Gliserin juga dapat berfungsi
stabilitas emulsi.
sebagai pengawet,
pemanis, dan juga dapat
meningkatkan viskositas.
Sebagai pengawet kimia
Metil paraben yang berfungsi sebagai
Untuk menghindari
dan propil antimikroba untuk
pertumbuhan mikroba.
paraben mencegah pertumbuhan
bakteri dan jamur.
Sebagai apengatur pH dalam Sebagai sumber utama
Asam askorbat
larutan vitamin c
Untuk menambah estetika memberikan warna yang
Sunset yellow
emulsi. menarik pada sediaan.
Orange Flavour Untuk menutupi rasa tidak Untuk memberikan perasa
enak pada minyak (perasa yang sesuai dengan perasa
jeruk). jeruk untuk memberikan
rasa jeruk dan sesuai

15
dengan tampilan luar yaitu
menggunakan warna
orange.
Sebagai pemanis umum
yang digunakan pada
Untuk menutupi rasa yang
Glukosa sediaan oral untuk
kurang enak.
menutupi rasa yang kurang
enak
Untuk menutup bau yang Sebagai perasa dan
Essence orange
tidak enak. pewangi
Merupakan pelarut terbaik
Untuk mempermudah dan teraman untuk
Aquadest
menembus barier tubuh. penggunaan oral.

d. Formula lengkap dengan kadar yang terpilih

Bahan Fungsi Kadar Referensi Kadar (dalam


(referesnsi) percoban)
Oleum 1000mg - 3ml/15 ml
Iecoris Bahan aktif
Asellis
10-20% Handbook of 15%
Gomarab Emulgator Pharmaceutical
Exipient
<20% Handbook of 15%
Gliserin Stabilitator Pharmaceutical
Exipient
0,04% Handbook of 0,04%
Propil
Pengawet Pharmaceutical
paraben
Exipient
Metil Pengawet 0,2% Handbook of 0,2%

16
Pharmaceutical
paraben
Exipient
0,001- Handbook of 0,03%
Asam sitrat Buffer 0,05% Pharmaceutical
Exipient
Qs Handbook of 3 tts
Sunset Pewarna
Pharmaceutical
yellow (qs)
Exipient
Qs Handbook of 3 tts
Orange
Perasa Pharmaceutical
flavour
Exipient
0,15% Handbook of 0,15%
Glukosa Pemanis Pharmaceutical
Exipient
qs Handbook of 3 tts
Essense
Pewangi Pharmaceutical
orange
Exipient
Qs Handbook of 60 ml
Zat
Aquadest Pharmaceutical
pembawa
Exipient

8. PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN


a. Skala kecil ( 1 kemasan )
Keterangan: Volume tiap botol dilebihkan 10%. Jadi (10% x 60mL) +
60mL = 66mL
No Nama Zat Fungsi Kadar Formulasi Dalam 1 Botol
1. Oleum Iecoris 3mL/15mL 3/15 x 66 ml=
Bahan aktif
Asellis 13.2 ml
2. 15% 15% x 66ml =
Gomarab Emulgator
9,9g
3. 15% 15% x 66ml =
Gliserin Stabilitator
9,9ml
4. 0,04% 0,04% x 66ml =
Propil paraben Pengawet
0,025 ml
5. Metil paraben Pengawet 0,2% 0,2% x 66ml =

17
0,13ml
6. 0,03% 0,03% x 66ml =
Asam sitrat Buffer
0,02ml
7. Sunset yellow Pewarna (qs) qs 3 tetes
8. Orange flavour Perasa qs 3 tetes
9. 0,15% 0,15% x 66ml =
Glukosa Pemanis
0,1ml
10. Essense orange Pewangi q.s 3 tetes
11. qs 66- (13,2+ 9,9+
9,9+ 0,025+
Aquadest Zat pembawa
0,13+ 0,02+
0,1)= 32,8 mL

b. Skala besar (50 Botol)


Keterangan: Volume tiap sediaan yang akan dibuat dilebihkan 10%. Jadi:
Jika membuat 50 botol maka 50 x 60 mL= 3000 mL
Total penambahan= (10% x 3000 mL) + 3000 mL = 3300 mL
No Nama Zat Fungsi Kadar Formulasi Dalam 1 Botol
1. Oleum Iecoris 3mL/15mL 3/15 x 3300=
Bahan aktif
Asellis 660mL
2. 15% 15% x 3300mL=
Gomarab Emulgator
495g
3. 15% 15% x 3300
Gliserin Stabilitator
mL= 495ml
4. 0,04% 0,04% x 3300
Propil paraben Pengawet
mL= 1,32ml
5. 0,2% 0,2% x 3300
Metil paraben Pengawet
mL= 6,6ml
6. 0,03% 0,03% x 3300
Asam sitrat Buffer
mL= 0,99ml
7. Sunset yellow Pewarna (qs) qs 3 tetes x 50 botl

8. Orange flavour Perasa qs 3 tetes x 50 botl

9. 0,15% 0,15% x
Glukosa Pemanis
3300ml= 4,95ml
10. Essense orange Pewangi q.s 3 tetes x 50

18
botol
11. Aquadest Zat pembawa Ad 3300 mL 3300- (660+
495+ 495+
1,32+ 6,6+
0,99+ 4,95)=
1.636 mL
c. Cara kerja

- Botol di cuci, dikeringkan dan ditara sesuai dengan volume sediaan yang
akan dibuat.
- Semua bahan yang diperlukan ditimbang sebanyak yang dibutuhkan.
- Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum
digunakan.
- Dicampurkan gom arab dan air hangat sampai terbentuk korpus emulsi(A)
- Metil paraben dan propilen glikol diauk sampai larut (B)
- Asam Askorbat di larutkan dalam air(C)
- Gliserin dicampur dengan mucilago(A)
- Diaduk dengan magnetic stirer
- Ditambahkan propil paraben (D)
- (B) + (C) diaduk sampai homogen dan di tambahkan glukosa (E)
- (E) +dicampur dengan (D)
- Ditambahkan air sampai 60ml
- Ditambahkan pewarna dan perasa
- Dimasukkan dalam botol
- Dievaluasi

9. CARA EVALUASI
a. Evaluasi organoleptik
Dilakukan pengamatan pada suhu kamar terhadap adanya pemisahan
fasa dan pecahnya emulsi, bau tengik, dan perubahan warna.

b. Penentuan Tipe Emulsi


Uji kelarutan zat warna (Martin, Physical Pharmacy, hal 457)

19
Prosedur :
Sedikit zat warna larut air (ex ; metilen biru, amaranth) diteteskan
pada permukaan emulsi diatas kaca objek. Jika zat warna terlarut dan
berdifusi homogen pada fase eksternal berupa air maka tipe emulsi adalah
minyak dalam air. Jika zat warna tidak mewarnai fase kontinu /
pendispersinya maka pengujian diulang dengan menggunakan zat warna
larut minyak (ex: sudan). Apabila zat warna terdistribusi merata pada fase
kontinu maka tipe emulsi adalah air dalam minyak.

c. Uji pengenceran (Martin, Physical Pharmacy, hal 457)


Prosedur :
Dasar penetapan adalah kenyataan bahwa perubahan fase kontinu
dapat dilakukan tanpa mengganggu ketidakcampuran emulsi (emulsi dapat
diencerkan sampai batas tertentu. Sebaliknya penambahan fasa pendispersi
akan menambah/menyebabkan ketidakcampuran. Uji ini dilakukan dengan
mengencerkan emulsi dengan air, jika emulsi tercampur baik dengan air
tanpa memperlihatkan ketidakcampuran maka tipe emulsinya adalah
minyak dalam air. Hal ini dapat diamati menggunakan mikroskop untuk
untuk memberikan visualisasi yang baik tentang adanya ketidakcampuran.

d. Penentuan Ukuran Globul (Martin hal 430431; Lachman Practice ed III, hal
531)
Metode ini cukup banyak digunakan untuk evaluasi emulsi. Yang
ditetapkan adalah ukuran droplet rata-rata berikut distribusinya pada selang
waktu waktu tertentu. Diasumsikan terjadi pembesaran ukuran droplet.
Analisis ukuran droplet ini dapat dilakukan dengan mikroskop (mengukur
diameter) atau penghitung elektronik (electronic counter), yang mengukur
volume droplet.
Prosedur :
Untuk mempermudah penentuan ukuran droplet, sediaannya
diencerkan dulu dengan gliserin. Dari sediaan yang telah diencerkan tadi,
diambil 1-2 tetes, disimpan di atas kaca objek, lalu diberi beberapa tetes

20
larutan Sudan III, diaduk sampai rata. Setelah diberi kaca penutup, dilihat
di bawah mikroskop bermikrometer. Partikel yang diukur paling sedikit
berjumlah 300.
Studi menggunakan emulsi yang stabil menunjukkan bahwa pada
awalnya akan terjadi perubahan ukuran droplet yang sangat cepat, yang
menunjukkan kekurangsempurnaan pelapisan permukaan droplet oleh
emulgator selama proses emulsifikasi. Selanjutnya perubahan ukuran
droplet yang lambat menunjukkan adanya koalesensi droplet sampai
tercapai kondisi yang relatif lebih stabil

e. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield


 Tujuan : untuk menentukan tingkat kekentalan sediaan emulsi.
 Nama alat : viskosimeter ostwald.
 Metode : dimasukkan sediaan ke dalam viskosimeter ostwald, dan
dialirkan sediaan sambil dihitung waktu alirnya dengan stopwatch.
 Cara pengolahan data: dihitung dengan rumus:

ρ 1 ×t 1
viskositas :
ρ 2 ×t 2

f. Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)


 Tujuan  : Mengetahui dan memastikan bahwa volume terpindahkan dari
emulsi sama dengan volume yang sudah tertera di etiket pada saat
dipindahkan ke wadah lain
 Prinsip : Mengukur volume sediaan emulsi dari masing-masing botol di
gelas ukur
 Metode : Dituang ke botol dari tiap botol secara perlahan ke dalam
gelas ukur. Untuk menghindari adanya gelombang udara pada waktu
penuangan maka ditunggu hingga ± 30 menit. Jika sudah dituang, maka
dilakukan pengukuran volume tiap wadah. Volume rata-rata tiap wadah
sebesar tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang
kurang dari 95% dari volume etiket (Depkes RI, 1995).

21
 Penafsiran Hasil : Volume rata-rata tiap botol tidak kurang dari 100%
dimana volume tiap wadah tidak kurang dari 95%.

g. Penentuan Berat Jenis (FI IV <981>, hal 1030).


 Tujuan : untuk menentukan bobot bobot jenis sediaan emulsi.
 Nama alat : piknometer, neraca analitik.
 Metode : dimasukkan sediaan ke dalam piknometer yang sudah
ditimbang, kemudian ditimbang piknometer yang sudah berisis sediaan.
 Cara pengolahan data: dihitung dengan rumus:
Bobot sediaan= (bobot pikno+sediaan) – (bobot pikno kosong)
m
ρ=
v

h. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)


 Tujuan : untuk mengetahui pH sediaan.
 Nama alat : indikator universal.
 Metode : dicelupkan pH universal ke dalam sediaan.
 Cara pengolahan data: dibandingkan hasil yang sudah dicelup dengan
warna yang ada pada bungkus indikator universal.

i. Evaluasi stabilitas fisik emulsi


 Penentuan Tinggi Sendimentasi
Pengamatan terhadap emulsi akibat pengaruh waktu dan
temperatur merupakan hal yang rutin dilakukan untuk memprediksi
shelf life produk emulsi.
Prosedur:
Sediaan emulsi yang diuji disimpan dalam tabung sedimentasi
selama beberapa waktu pada temperatur kamar dan temperatur di atas
temperatur kamar. Selang waktu tertentu dilakukan pengamatan
terhadap sediaan emulsi yang diuji dengan melihat terjadinya
pembentukan lapisan seperti susu. Stabilitas fisik emulsi ditentukan

22
dengan berdasarkan perbandingan harga Hu dan Ho selama
penyimpanan.
Hu = tinggi lapisan seperti susu
Ho = tinggi seluruh sediaan Emulsi dikatakan stabil jika harga Hu/Ho =
1 atau mendekati satu
Efek penyimpanan pada temperatur tinggi adalah percepatan
laju koalesensi atau creaming, yang lazimnya juga diikuti dengan
berkurangnya viskositas. Kebanyakan emulsi akan menjadi encer jika
disimpan pada temperature tinggi dan akan menjadi keras jika
dikembalikan pada temperatur kamar. Pengerasan ini akan lebih intensif
jika pendinginan tersebut tidak disertai dengan pengadukan. Umumnya
pendinginan akan lebih cepat merusak emulsi dibandingkan dengan
pemanasan, karena lazimnya kelarutan emulsi lebih sensitif terhadap
pendinginan. Beberapa emulsi diketahui sangat stabil pada temperature
40-45 oC, tetapi tidak dapat mentoleransi temperatur di atas 50 oC atau
di atas 60 oC selama beberapa jam.
Perubahan temperatur dapat menimbulkan efek terhadap:
viskositas, partisi emulgator, inversi fasa dan kristalisasi jenis lipid
tertentu.
 Pengaruh sentrifugasi (lachman, disperse system vol I hal 240)
Cara ini untuk memprediksi shelf life emulsi pada temperatur
kamar adalah dengan sentrifugasi, yang akan menyebabkan terjadinya
pemisahan fasa akibat koalesensi atau creaming.
Prosedur :
Sentrifugasi pada 3750 RPM dalam tabung setinggi 10 cm
selama 5 jam dikatakan ekivalen dengan pengaruh selama kurang lebih
1 tahun sedangkan sentrifugasi pada kecepatan yang sangat tinggi
25.000 RPM)dapat memprediksi ketidakstabialan emulsi yang tidak
terlihat pada penyimpanan normal.

10. GAMBAR KEMASAN

23
a. Kemasan primer

b. Kemasan sekunder

c. Etiket

24
25

Anda mungkin juga menyukai