Anda di halaman 1dari 14

PREFORMULASI EMULSI OLEUM RICINI

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID & LIQUID


Linda Suryani, M.Farm., Apt.

Oleh :

Delia Cahya Maulida 16180100003


Diah 16180100002
Indriyani 16180100001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


JAKARTA
2019
BAB I

Pendahuluan

1. Pengertian Emulsi
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Emulsi adalah sistem dua fase yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada
dua yaitu oil in water(o/w) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (w/o) atau air
dalam minyak (A/M).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut
emulgator(emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat mencegah koalesensi, yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal
yang memisah.

Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar permukaan tetesan


dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan
berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan antar fase sehingga
meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.

2. Komponen Emulsi (Drs. H. A. Syamsuni, Apt. _Ilmu Resep_ )

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu


1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi,
terdiri atas:
a. Fase dispers/Fase Internal/Fase diskontinu/Fase terdispersi/Fase dalam, yaitu zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/Fase kontinu/Fase pendispersi/Fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar(bahan pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
2. Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnyaa corigen soporis, oddoris,
colouris, pengawet (preservative) dan antioksidan. Pengawet yang sering digunakan
dalam sediaan emulsi adalah metil-,etil-,propil-, dan butil paraben,asam benzoat dan
senyawa amonium kuartener.
Menurut fornas edisi II zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

a. Zat pengawet,dapat digunakan metil paraben,propel paraben,campuran metil


paraben dan propil paraben,asam sorbet,atau zat pengawet lain yang cocok.
b. Zat antioksidan,dapat digunakan butyl hidroksanisol,butyl hidrositoluen,propel
galat,asam sitrat atau antioksidan lain yang cocok.

3. Tipe Emulsi
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak
terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern
adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu (Anief,1993).
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal/ eksternal,
emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1) Emulsi tipe o/w (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air sebagai fase
eksternal.
2) Emulsi tipe w/o (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.

4. Teori Terbentuknya Emulsi


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori
yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda- beda
a. Teori Tegangan Permukaan
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi dibidang batas, semakin sulit
kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit,
tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu, antara lain
sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan atau menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.

b. Teori Orientasi Bentuk Baji


Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya
kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air
atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut
dalam minyak.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama.
Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB” (Hydrophyl Lipophyl
Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil
dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak
kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya.

c. Teori Film Plastik


Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers/fase internal.

d. Teori Lapisan Listrik Rangkap


Jika minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya
akan mempunyai muatan berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 bentuk lapisan listrik yang saling
berlawanan, yang akan menolak setiap usaha partikel minyak yang mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar.
5. Bahan-Bahan Pengemulsi
1. Emulgator Alam
a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
- Gom Arab - Agar-agar
- Tragakan - Chondrus
-Emulgator lain (Pektin, metil selulosa, CMC, biasa digunakan 1-2%)
b. Emulgator Hewani
- Kuning Telur
- Adeps Lanae
c. Emulgator Mineral
- Magnesium Alumunium Silikat (Veegum)
- Bentonit
2. Emulgator Buatan
1) Sabun
2) Tween 20,40,60,80
3) Span 20,40,80

6. Cara Pembuatan Emulsi


1) Metode Gom Kering
Dalam metode ini zat pengemulsi/biasanya Gom Arab dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia
2) Metode Gom Basah
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air(zat pengemulsi umumnya larut dalam air),
agar membentuk mucilago, kemudian perlaha-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air.
3) Metode Botol
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan kedalam botol kering,
ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut dikocok
dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
BAB II
Preformulasi Sediaan Emulsi

1. Komponen Sediaan
Oleum Ricini sebagai zat aktif/ zat terdispersi
CMC Na sebagai emulgator
Methylparaben sebagai pengawet antibakteri
Prophylparaben sebagai pengawet antibakteri
Ascorbyl Palmitate sebagai antioksidan
Sorbitol sebagai pemanis
Aquadest sebagai pelarut/ zat pendispersi

2. Monografi Bahan
a. Oleum Ricini
Nama Lain : Minyak Jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir
tidak berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian
agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P, muda
larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat
glasial P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Laksativum
(Sumber; Farmakope Indonesia Edisi III,1979. Hal.459)

b. PGA (Gummi Arabicum)


Nama Kimia : Acacia
Pemerian : Serpihan tipis putih atau putih kekuningan,
butiran, serbuk; tidak berbau dan memiliki rasa
hambar.
Kegunaan dalam Formula : 10,% - 20% sebagai emulgator
pH : 4.5-5
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%),
eter, dan toluene. Mudah terdispersi dalam air
pada semua suhu
Stabilitas : Larutan berair mengalami degradasi bakteri atau
enzimatik tetapi mungkin diawetkan dengan
merebus larutan pada awal waktu untuk
menonaktifkan enzim yang ada; iradiasi
microwave bias juga digunakan. Larutan encer
dapat juga disimpan oleh penambahan pengawet
antimikroba seperti 0,1% benzoikum asam, 0,1%
natrium benzoat, atau campuran 0,17%
metilparaben dan 0,03% propilparaben. Akasia
bubuk harus disimpan dalam wadah kedap udara
di tempat yang sejuk dan kering.
OTT : Akasia tidak kompatibel dengan sejumlah zat
termasuk amidopyrine, apomorphine, cresol,
ethanol (95%), garam besi, morfin, fenol,
physostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Enzim
pengoksidasi dalam akasia dapat mempengaruhi
zat yang mudah teroksidasi. Namun, enzim
tersebut mungkin dinonaktifkan dengan
pemanasan pada 100ºC untuk waktu yang singkat;
Dalam persiapan emulsi, solusi akasia tidak
kompatibel dengan sabun.
(Sumber: Handbook of pharceutical excipient Ed 6, 2009 hal. 1- 3)
c. Methylparaben (Nipagin)
Struktur Kimia :

Rumus Molekul : C8H8O3


Pemerian : Kristal berwarna atau serbuk kristal putih. Tidak
berbau atau hamper tidak berbau dan memilik rasa
sedikit terbakar
Kegunaan dalam Formula : 0,015% - 0.2% sebagai pengawet
pH : 4-8
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%), 10
bagian eter, dan 60 bagian gliserin dan sangat
mudah larut dalam alkali Hidroksida
Stabilitas : Larutan air dari metil paraben di pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada 12oC selama 20
menit, tanpa dekomposisi. Sedangkan larutan air
pada pH 8 untuk hidrolisis yang cepat 10% atau
lebih setelah 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar
OTT : Aktivitas antimikroba dari methil paraben dan
paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik. Tidak kompatibel dengan
bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan
sorbitol
(Sumber: Handbook of pharceutical excipient Ed 6, 2009 hal. 441 - 445)
d. Ascorbyl Palmitate
Struktur Kimia :

Rumus Empiris : C22H38O7


Pemerian : Serbuk putih kekuningan, praktis tidak berbau
Kegunaan Dalam Formula : 0.05% sebagai antioksidan
Kelarutan : Tidak larut dalam air, 500 bagian air pada suhu
70ºC, dan 100 bagian air pada suhu 100ºC
Stabilitas : Ascorbyl palmitate stabil dalam kondisi kering,
tetapi mudah teroksidasi dan berubah warna saat
terkena cahaya dan kelembaban yang tinggi.
Dalam wadah tertutup, disimpan di tempat yang
dingin, memiliki umur simpan setidaknya 12
bulan. Selama pemrosesan, suhu lebih besar dari
65ºC harus dihindari.
OTT : Zat pengoksidasi; misalnya dalam dalam oksidasi
dikatalisis oleh ion logam seperti Cu2+ dan Fe3+
(Sumber: Handbook of pharceutical excipient Ed 6, 2009 hal. 46 - 47)
e. Sorbitol
Struktur Kimia :

Rumus Empiris : C6H14O6


Pemerian : Serbuk putih hampir tidak berwarna, krtistal; tidak
berbau, higroskopis
Kegunaan Dalam Formula : 20% - 35% sebagai pemanis
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) P, dalam methanol P, dan dalam
asetat p (Farmakope Indonesia Ed. III)
pH : 4,5-7
Stabilitas : Sorbitol secara kimia relatif lembab dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien. Stabil
di udara tanpa adanya katalis dan dingin, asam
encer dan alkali. Tidak mudah terbakar,
tidak korosif, dan tidak mudah menguap.
Meskipun sorbitol tahan terhadap fermentasi oleh
banyak mikroorganisme, bahan pengawet harus
ditambahkan ke larutan sorbitol.
OTT : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam
air dengan banyak divalen dan ion logam trivalent
dalam kondisi asam dan basa kuat. Penambahan
cairan polietilen glikol ke larutan sorbitol, dengan
agitasi kuat, menghasilkan lilin, gel larut air
dengan titik leleh 35º- 40ºC. Larutan sorbitol juga
bereaksi dengan zat besi oksida menjadi berubah
warna.
(Sumber: Handbook of pharceutical excipient Ed 6, 2009 hal. 679 - 682)
f. Aquadest
Struktur Kimia :

Rumus molekul : H2O


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kegunaan dalam Formula : Pelarut
pH :7
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Stabilitas : Stabil dalam semua keadaan fisik (es, cair, udara)
OTT : Dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien
lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras
dengan logam alkali
(Sumber : Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 112)

3. Formulasi Sediaan
R/ Oleum Ricini 1.8 mL/ 5mL
PGA 10 %
Methylparaben 0.2 %
Ascorbyl Palmitate 0.05%
Sorbitol 20%
Aquadest ad 100 mL
4. Perhitungan Bahan
1.8 mL
1) Oleum Ricini = 5 mL
x 100 mL = 36 mL
10
2) PGA = 100
x 100 mL = 10 mL ~ 10 gram

Air untuk PGA = 1.5 x 10 gram = 15 gram ~ 15 mL


0.2
3) Methylparaben = 100
x 100 mL = 0.2 mL ~ 0.2 gram
0.05
4) Ascorbyl Palmitate = 100
x 100 mL = 0.05 mL ~ 0.05 gram
20
5) Sorbitol = 100
x 100 mL = 20 mL ~ 20 gram

6) Aquadest ad = 100 mL

5. Penimbangan Bahan
1) Oleum Ricini = 36 mL
2) PGA = 10 mL ~ 10 gram
Air untuk PGA = 15 gram ~ 15 mL
3) Methylparaben = 0.2 mL ~ 0.2 gram
4) Ascorbyl Palmitate = 0.05 mL ~ 0.05 gram
5) Sorbitol = 20 mL ~ 20 gram
6) Aquadest ad = 100 mL

6. Cara Pembuatan
1. Siapkan dan bersihkan alat dan bahan
2. Timbang bahan obat
3. Kalibrasi botol ad 100 mL
4. Panaskan air
5. Masukkan oleum ricini kedalam mortir tambahkan PGA gerus kuat ad homogen
tambahkan sedikit demi sedikit air panas untuk PGA aduk ad corpus emulsa dan
sampai tidak terlihat tetes minyak, lalu encerkan dengan sisa air sedikit demi sedikit,
masukkan ke dalam botol.
6. Masukkan Methylparaben gerus halus tambahkan Ascorbyl Palmitate gerus ad
homogen masukkan ke dalam erlenmayer tambahkan sebagian aquadest yang sudah
dipanaskan kocok ad larut masukkan ke dalam botol.
7. Masukkan Sorbitol kedalam erlenmayer tambahkan sebagian aquadest kocok ad larut,
masukkan ke dalam botol tambahkan sisa aquadest sampai batas kalibrasi. Tutup
botol kemudian kocok.
8. Bersihkan alat dan bahan, kembalikan ke tempat semula.

7. Evaluasi
a. Uji Organoleptis (Depkes, 1995)
b. Uji pH dan Viscositas (Depkes, 1995)
c. Uji Sifat Alir
d. Pengukuran Diameter Partikel Rata rata (Martin, et al., 1993)
e. Uji Tipe Emulsi (Martin, et al., 1993)
f. Uji Stabilitas
1) Uji Volume Creaming (Martin, et., al, 1993)
2) Clycing Test (Huyhn-BK, Kim, 2008)
3) Uji Sentrifugasi (Lachman, et al., 1994)
8. Dosis, Efek Samping dan Kontra Indikasi
Berupa kolik, mual dan muntah. Oleum ricini tidak boleh digunakan oleh wanita hamil.
Dosis: dewasa 15 – 30 mL, anak anak 4-15 mL
Daftar Pustaka

Anief,Moh.1993.Farmasetika.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta


Depkes.1978.Formularium Nasional Edisi II.Departemen Kesehatan RI:Jakarta

Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey dan Marian E Quinn.2009.Handbook of


Pharmaceutical Excipient.USA:Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association.
Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen kesehatan RI:Jakarta

Depkes,1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Ri:Jakarta

Anief, Moh.2010.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat Obat Penting.Jakarta:PT Elex


Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai