Anda di halaman 1dari 44

Emulsi

apt.Wulan Agustin Ningrum,M.Farm


DEFINISI

◼ Sediaan yang mengandung bahan obat cair


atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. (FI Ed III).
◼ Sistem dua fase dimana salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain dalam
bentuk tetesan-tetesan kecil (FI Ed IV).
Lanjutan...
◼ Suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri
dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang
terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
saling bercampur (Ansel).
KEUNTUNGAN
◼ Memberikan perlindungan terhadap bahan obat
yang mudah rusak (reaksi oksidasi atau
hidrolisis)
◼ Dapat menutupi rasa dan bau (bahan obat) yg
tidak enak
◼ Beberapa bahan obat lebih mudah diabsorpsi
bila dibuat dalam bentuk emulsi.
◼ Penambahan emulgator dapat mengontrol
penampilan ,viskositas (kekentalan)
emulsi→kosmetika
KERUGIAN
◼ Tidak stabil dalam penyimpanan jika
dibandingkan sediaan tablet , mudah
ditumbuhi bakteri.
◼ Proses pembuatannya membutuhkan tehnik
pemprosesan /pembuatan khusus
◼ Takaran dosisnya kurang teliti
Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi :
1. Membuat sediaan yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang inkompatibel
2. Membuat sediaan dengan rasa yang lebih enak
3. Membuat sediaan yang mudah dicerna dan lebih
mudah diabsorbsi
4. Pada pemakaian topikal, untuk mendapatkan efek
emolien atau pelembut jaringan kulit yang lebih
baik, juga mengurangi iritasi pada kulit.
Komponen Emulsi:
➢ Fase internal / fase dispers / fase diskontinu /
fase terdispersi / fase dalam: zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat
cair yang lain.
➢ Fase eksternal / fase kontinu / fase pendispersi
/ fase luar : zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung) emulsi tersebut.
➢ Emulgator (Emulsifying agent)
Tipe Emulsi :
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak
dalam air) : emulsi yang terdiri dari butiran minyak
yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam
minyak) : emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase
eksternal.
Macam emulsi menurut asalnya :
1. Emulsi Alam (Emulsa vera)
Emulsa dari bahan dasar alam, yang
mengandung campuran lemak atau minyak
dengan air yang teremulsi dengan suatu protein
sebagai emulgator.
Misal : Amygdala dulcis, Amygdala amara, Lini
semen, Cucurbitae semen.
2. Emulsi buatan (emulsa Spuria)
Emulsa yang memerlukan emulgator dari luar.
Tujuan Pemakaian Emulsi:
1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam (per
oral). Umumnya emulsi tipe o/w.
2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar.
Dapat dibuat emulsi tipe o/w atau w/o,
tergantung pada berbagai faktor, seperti : sifat
zat terapetik yang akan dimasukkan ke
emulsi, efek terapi yang dikehendaki, dan
keadaan permukaan kulit.
Emulsi harus stabil selama penyimpanan dan
dengan penggojokan lemah dapat terdispersi
merata kembali

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan


komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang paling stabil.
Syarat Emulgator:
1. Dapat bercampur dengan bahan lain
2. Tidak mempengaruhi tujuan terapi
3. Stabil, tidak mudah terurai
4. Tidak menimbulkan toksis
Bahan-bahan Pengemulsi
(Emulgator)
Emulgator Alam
1. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan
untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk
sangat stabil dan tidak terlalu kental.
b. Tragakan
Dispersi tragakan dalam air sangat kental
sehingga untuk memperoleh emulsi dengan
viskositas yang baik hanya diperlukan
tragakan sebanyak satu per sepuluh kali gom
Arab saja. Tragakan ditambahkan untuk
menambah viskositas.
c. Agar-agar
Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk
menambah viskositas dari emulsi dengan
gom arab
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan
karena dapat menutupi rasa dan bau minyak ikan.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetilselulosa
(CMC) biasa digunakan 1-2%
2. Emulgator hewani
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lesitin (golongan
protein atau asam amino) dan kolesterol,
yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai
emulgator.
b. Adeps lanae
Emulgator tipe w/o dan banyak
dipergunakan untuk pemakaian luar.
3. Emulgator dan mineral
a. Magnesium Aluminium silikat (Veegum)
Emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe
o/w, pemakaian lazimnya 1%, khusus untuk
pemakaian luar.
b. Bentonit
Emulgator buatan:
1. Anionik : sabun alkali, na-lauril sulfat

2. Kationik : Benzalkonium klorida (dapat juga


berfungsi sebagai pengawet)
3. Nonionik : Tween dan Span
PEMBUATAN EMULSI
MENGGUNAKAN

HIDROKOLOID ATAU
PADATAN YANG
TERSUSPENSI

5/3/2021 19
CONTINENTAL METHOD
(DRY GUM METHOD)
◼ Disebut juga dengan metode gom kering
◼ Metode 4:2:1 (minyak:air:gom)
◼ Bagian minyak ditambahkan dalam gom →
homogenkan → masukkan air → aduk sampai
terbentuk corpus emulsi→ encerkan dengan sisa
air
◼ Subtansi padat atau berminyak ditambahkan pada
corpus emulsi
◼ Substansi yang bisa menurukan viskositas emulsi
(alkohol) ditambahkan pada akhir proses →
menghindari terjadinya pengendapan gom
5/3/2021 20
ENGLISH METHOD
(WET GUM METHOD)

◼ Disebut juga dengan metode gom basah


◼ Metode 4:2:1 (minyak:air:gom)

◼ 1 bagian gom dicampur dengan 2 bagian air


(mucilago) → masukkan 4 bagian minyak
sedikit demi sedikit → aduk hingga
terbentuk corpus emulsi → encerkan dengan
sisa air
◼ Penambahan substansi lain dilakukan seperti
metode gom kering
◼ Preparasi lebih sulit tetapi menghasilkan
5/3/2021 21
emulsi yang lebih stabil
BOTTLE METHOD (FORBES)
◼ Digunakan untuk preparasi minyak atsiri atau
substansi dengan viskositas yang rendah
◼ 1 bagian gom dimasukkan dalam botol →
tambahkan minyak → kocok → masukkan seluruh
bagian air → kocok hingga terbentuk corpus
emulsi
◼ Jangan terlalu lama mencampur gom dan minyak
→ akan menyebabkan air sukar bercampur dengan
gom → gom masuk dalam fase minyak

5/3/2021 22
AUXILIARY METHOD

◼ Pencampuran
menggunakan mixer
atau blender
◼ Dilewatkan dalam
homogenizer untuk
memperkecil globul
emulsi

5/3/2021 23
CONTOH FORMULA EMULSI
→ O/W HAND LOTION
PART A Dimetikon 0.75
Setil alkohol 1
Petrolatum 3
Asam stearat 4.5
Minyak mineral 6
Propil paraben 0.05
PART B Gliserin 5
Trietanolamin 1.25
Magnesium amonium silicat 0.5
Metil paraben 0.10
Air 77.85

5/3/2021 24
PRESERVATIF DALAM EMULSI
◼ Sifat bahan dalam formulasi emulsi → emulsi
mudah ditumbuhi mikroba
◼ Konsentrasi pengawet bergantung dari
kemampuan untuk berinteraksi dengan
mikroorganisme
◼ Pengawet yang terikat dengan bahan yang
teremulsi akan sulit menghasilkan aktivitas
antimikroba
◼ Contoh pengawet dalam emulsi: asam benzoat,
asam sorbat, ester p-hidroksi benzoat, senyawa
ammonium kwartener

5/3/2021 25
PRESERVATIF DALAM EMULSI
◼ Syarat pengawet dalam emulsi yang ideal:
1. Memiliki spektrum aktivitas yang luas untuk bakteri
dan jamur
2. Tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi dan tidak
menyebabkan sensitivitas
3. Memiliki kelarutan tinggi dalam fase air →
pertumbuhan bakteri terjadi pada fase air
4. Stabil dan efektif pada berbagai pH dan temperatur
5. Tidak berwarna dan tidak memiliki rasa
6. Dapat mempertahankan aktivitas antimiroba dalam
keadaan jumlah bakteri yang besar

5/3/2021 26
5/3/2021 27
PRESERVATIF DALAM EMULSI
Metil-p-hidroksi benzoat Propil-p-hidroksi benzoat
Senyawa makromolekul
% bebas % terikat % bebas % terikat

Gelatin 92 8 89 11

Metilselulose 91 9 87 13

PEG 4000 84 16 81 19

Polivinilpirolidon 78 22 64 36

Polioksietilen monostearat 55 45 16 84

Polioksietilen sorbitan monolaurat 43 57 14 86

Polioksietilen sorbitan monooleat 43 57 10 90

5/3/2021 28
Cara Membedakan Tipe Emulsi :
1. Dengan pengenceran fase
Tipe o/w dapat diencerkan dengan air
Tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak
2. Dengan pengecatan / pewarnaan
Tipe w/o : Ditambah larutan Sudan III
memberi warna merah
Tipe o/w : Ditambah larutan metilen blue
memberi warna biru
3. Dengan kertas saring
Tipe o/w : bernoda basah air
Tipe w/o : Bernoda minyak
4. Dengan konduktivitas listrik
Tipe o/w : Lampu menyala
Tipe w/o : Lampu tidak menyala
◼ Alat untuk membuat emulsi :

1. Pengaduk/mixer : sifatnya
menghomogenkan & memperkecil patikel,
tapi efek menghomogenkan lebih dominan
2. Homogenizer : mempunyai karakteriktik
memperkecil ukuran partikel tapi tidak
menghomogenkan campuran.
◼ Penggunaan emulsi :
1. Per-oral
Kebanyakan adl tipe m/a, bntk ini mpy
banyak keuntungan antara lain mudah
diabsorbsi, homogenita dosis mudah didapat
2. Topikal
Dlm sediaan farmasi maupun kosmetik, tipe
m/a maupum a/m banyak digunakan
tergantung maksud pengunaannya
KETIDAKSTABILAN EMULSI

BREAKING, CRACKING
CREAMING
(COALESENCE)

INVERSI

33
CREAMING:
◼ Terjadi akibat adanya flokulasi pada emulsi

•Pemisahan emulsi menjadi dua fase


•Bersifat reversibel → dapat dikembalikan dengan
adanya penggojogan

34
CREAMING:

◼ Menyebabkan flok yang terbentuk berada


diatas atau dibawah
◼ Pada emulsi o/w → densitas minyak lebih
kecil dari densitas air → flok keatas →
creaming

35
Upaya menghindari creaming:

◼ Pengecilan ukuran partikel droplet/globul →


dipengaruhi oleh jenis emulgator
◼ Peningkatan viskositas medium dispers →
penggunaan hidrokoloid, penyimpanan pada suhu
rendah

36
COALESENCE

37
COALESENCE (Breaking, Cracking):
◼ Terjadi perusakan lapisan film disekeliling
globul → penggabungan globul
◼ Bersifat irreversibel

38
COALESENCE

39
INVERSI:

◼ Terjadi pembalikan tipe emulsi


◼ Dipengaruhi oleh rasio volume phase
penyusun emulsi
◼ Dapat juga terjadi akibat perubahan suhu

O /W W/O

40
KETIDAKSTABILAN EMULSI:

41
PENYEBAB LAIN KETIDAKSTABILAN EMULSI:

◼ Oksidasi → diatasi dengan penambahan


antioksidan
◼ Kontaminasi mikroba → mengakibatkan
kerusakan fisik emulsi → diatasi dengan
penambahan preservatif
◼ Suhu penyimpanan yang tidak sesuai

42
◼ Penyimpanan : Kecuali dinyatakan lain,
disimpan dalam wadah tertutup baik, ditempat
yang sejuk.

◼ Pada etiket harus juga tertera “KOCOK


DAHULU”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai