Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM FARMASETIKA

PERACIKAN SEDIAAN EMULSI

Shinta Mayasari, S. Farm, M.Farm, Klin.,Apt


Divisi Farmasi Klinik & Komunitas
Program Studi Sarjana Farmasi
STIKES dr Soebandi Jember

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 1
Daftar Pustaka
• Syamsuni, H.A, 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
• Anief, M, 2010, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada Universuty
Press, Yogyakarta
• Dep.Kesehatan, R.I., 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 32
• Dep.Kesehatan, R.I., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 9
• Soemiati, Noorrizka, G., 2008, Peracikan Sediaan Larutan,
Bagian Farmasi Praktis Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
Surabaya

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 2
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 3
Menurut asal bahan
Persyaratan Sediaan Emulsi pembuat emulsi
1. Stabil & homogen a. Emulsi alam/ Emulsi Vera
2. Fase dalam mempunyai Dibuat dari bahan dasar biji-
ukuran partikel yang kecil dan bijian yang mengandung minyak
sama besar mendekati & emulgatornya dengan pe+ air
ukuran partikel koloid dari luar akan terbentuk emulsi
3. Tidak terjadi creaming & Ex: Emulsum Arachidis Semen,
cracking Emulsum Curcubitae Semen
b. Emulsi buatan/emulsi spuria
Macam Sediaan Emulsi Dibuat dari bahan cair yg
umumnya berupa minyak dgn
pe+ emulgator & air dari luar
1. Menurut Konsistensinya
akan terbentuk emulsi
a. Sediaan Emulsi bentuk cair: Ex: Emulsum Benzyl benzoat,
ex: Emulsi Minyak ikan emulsum parafin liquidum
b. Sediaan Emulsi bentuk
setengah padat: ex: cream

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 4
Menurut type emulsi/ jenis emulsi
a. Type minyak dalam air b. Type air dalam minyak
= m/a = o/w = a/m = w/o
• Fase Dalam : minyak/bahan • Fase dalam : air
serupa minyak • Fase luar : minyak
• Fase luar : air

Jenis/tipe emulsi yg terbentuk umumnya tergantung dari


emulgator yg digunakan

Pemakaian Sediaan Emulsi


 Sediaan emulsi dapat digunakan sebagai obat dalam maupun obat luar
Untuk obat dalam lebih disukai emulsi type m/a karena:
Rasa/bau yg tdk enak dapat tertutup/dikurangi
Minyak dalam butir2 halus lebih mudah dicerna
Misal: Emulsi Arachidis Semen, Emulsi Minyak Ikan u/ per oral
Emulsi benzyl benzoat u/ topikal
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 5
Tujuan Pemberian Sed.Emulsi Cara Peracikan Sediaan Emulsi
1. Untuk menutupi rasa yg • R/ BO
Bahan pengemulsi
kurang enak Bahan tambahan
2. Untuk mempermudah Pembawa
proses pencernaan
• Poin utama dalam emulsi:
3. Untuk memudahkan Stabilitas akhir hasilnya
pemakaian (obat luar)
• Stabil jika butir yg
– Memudahkan pengolesan
terdispersi berada dalam
type a/m
keadaan terbagi halus dlm
– Memudahkan pencucian
waktu lama, bila fase
type m/a
terdispersi makin
mendekati keadaan
koloidal maka emulsi
semakin stabil.
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 6
Ketidakstabilan emulsi secara fisika
CREAMING CRACKING
 Bila sebagian fase dalam menjadi  Bila Fase Dalam dan Fase
lebih pekat & mendorong fase
luar, yg cenderung naek ke atas luar memisah secara
/turun ke bag bawah sediaan menyeluruh yg umumnya
tergantung dari berat jenis ke-2 disebut pecahnya sistem
fase tsbt, sehingga terjadi emulsi
pemisahan menjadi beberapa
lapisan
 Keadaan ini tidak dapat
 Bila BJ Fase Dalam > BJ Fase Luar diperbaiki dgn pengocokan
turun kebawah downward
creaming/sedimentasi
 Bila BJ Fase Dalam < BJ Fase Luar
naek keatas upward
creaming/creaming FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 7
KOALESENSI INVERSI FASE
• Pecahnya emulsi karena film yg • Peristiwa berubahnya type
meliputi partikel rusak & butir emulsi o/w menjadi w/o
minyak berkoalesensi/menyatu
menjadi fase tunggal yg memisah.
secara tiba2. Bersifat
Bersifat irreversibel. Terjadi reversible
karena:
a. Peristiwa Kimia: pe+alkohol,
perubahan ph, pe+elektrolit
Ca0/CaCl2 eksikatus
b. Peristiwa fisika: pemanasan,
penyaringan, pendinginan,
pengadukan
c. Peristiwa biologis: fermentasi
bakteri, jamur/ragi

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 8
Faktor yg mempengaruhi stabilitas emulsi
 Ukuran fase terdispersi/dalam
Sedapat mungkin diameter buti2 fase dalam sekecil mungkin, paling baik
sebegitu kecil sehingga terjadi gerakan brown. Butir2 gerakan brown
dgn diameter < 5mikrometer tdk akan terjadi creaming.
 Viskositas dari fase luar
Makin besar viskositas emulsi, makin kurang gerakan /tumbukan butir2
fase dalam, dgn demikian menghalangi bersatunya fase dalam &
menghindari terjadinya creaming. Dikorelasikan dgn menggunakan
hukum stoke’s
 Konsentrasi dari fase dalam
Bila konsentrasi fase dalam begitu besar, sehingga butir2 yg berada pada
dasar sampai ke permukaan bersentuhan maka gerakan dari butir2 tdk
memungkinkan lagi karena alasan ruang geometriknya. Teori ini dapat
terjadi bila garis tengah butir2 fase dalam kecil & sama besar & volume
fase dalan 74%. Dgn demikian CE (corpus emulsi) yg dibuat dgn gom
arab & mengandung minyak +2/3 dari volume total, tidak akan memisah
pada penyimpanan. Viskositas berperan mencegah pemisahan
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 9
Terbentuknya emulsi type m/a atau a/m tergantung
akan
1. Kelarutan selektif dari emulgator yg digunakan
 Bila emulgator larut dalam air terbentuk emulsi m/a
 Bila emulgator larut dalam minyak terbentuk emulsi a/m
2. Perbandingan jumlah fase minyak & air

BAHAN OBAT
BO dalam emulsi dapat berasal dari minyak yg dikandung dalam
biji2an/bahan cair yg umumnya berupa minyak/menyerupai
minyak yg tdk tercampurkan dgn pembawa air.
BAHAN PENGEMULSI/EMULGATOR
Untuk menstabilkan suatu emulsi, agar fase dalam & luar tdk
memisah dapat ditambahkan bahan pengemulsi/surfaktan
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 10
Macam-Macam Bahan Pengemulsi
KELARUTAN EMULGATOR MUATAN EMULGATOR

 Emulgator yg larut dalam a) Anionik, ex: Gom arab


air,misal gom arab, tragakan (m/a), sabun natrium
 Emulgator yg larut dalam stearat (m/a)
minyak, ex: sabun kalsium b) Kationik, ex: Benzalkonium
stearat klorida (m/a)/ senyawa
amonium kuaterner
 Dengan asam lemak tidak jenuh
yaitu span 80, 85 (a/m)
c) Non ionik
 Bersifat lipofil
 Bersifat hidrofil
 Alkohol-lemak stearil
 Ex: Ester asam lemak
alkohol (a/m)
 Dengan PEG yaitu PEG 400
 Ester2 asam lemak dgn
monostearat (m/a)
alkohol tinggi
d. Amphoter, ex: protein (m/a)  Dgn asam lemak jenuh yaitu
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 11
span 20, 40, 60 (a/m)
BAHAN PEMBANTU/TAMBAHAN
PENGAWET CORRIGENS
 Emulsi yg menggunakan o Ditujukan untuk menutupi rasa &
emulgator gom/zat organik bau dari minyak agar emulsi
lainnya, mudah sekali terurai, menjadi lebih enak
baik oleh jamur, ragi/bakteri o U/ minyak ikan bisa di+: Ekstrak
 Agar efektif pengawet harus larut maltis, ekstrak glicyrrhizae, kopi,
dalam air karena umumnya vanili, coklat/minyak atsiri
mikroorganisme tersebut tumbuh o Di+ di fase minyak sebelum
dalam fase air, pengawet yg di- diemulsikan u/ memberi rasa
use al: enak pada fase dalam. Umumnya
 Alkohol, 12-15% dari fase air di+ di fase dalam & luar
 Asam benzoat, 0,2% o Konsentrasi minyak atsiri yg
 Parahidroksibenzoat, 0,1- digunakan 0,1-0,5%
0,2% o Sebagai pemanis dapat digunakan
sirup, gula/sakarin
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 12
Bahan-Bahan Pengmulsi/Emulgator

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 13
Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom Arab
Sangat baik u/ emulgator type o/w, & u/ obat minum. Emulsi yg terbentuk sangat
stabil & tdk terlalu kental.
Kestabilan emulsi dipengaruhi oleh 2 faktor:
1. Kerja gom sebagai pelindung (teori plastis film)
2. Terbentuknya cairan yg cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup
kecil, tetapi masih dapat dituang (tiksotropik).
Jika tdk dinyatakan lain, emulsi yg dibuat dgn gom arab menggunakan gom
arab 1 dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat CE (inti emulsi) diperlukan air 1.5kali bobot GOM, kemudian
diaduk kuat-kuat, lalu diencerkan dgn sisa airnya.
Selain itu dapat dinyatakan dgn:
a). Lemak-lemak padat:
PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatannya:
Lemak padat dilebur lalu di+gom, buat CE dgn air panas 1.5kali berat gom.
Dinginkan & encerkan emulsi dgn air dingin. Contoh: Cera, Oleum Cacao,
Parafin Solid FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 14
b. Minyak Atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
c. Minyak lemak: PGA setengah kali bobot minyak lemak, kecuali
oleum ricini karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil
sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan sepertiganya
saja. Contoh: Oleum Amygdalarum
d. Minyak lemak+minyak atsiri+zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampurkan dulu, zat padat dilarutkan dalam
minyaknya, tambahkan gom (setengah kali minyak lemak + aa x
minyak atsiri + aa x zat padat.
e. Bahan obat cair berbobot jenis tinggi, contohnya kloroform &
bromoform. Di+ minyak lemak 10x beratnya, maka BJ campuran
mendekati satu. Gom sebanyak tiga perempat kali bahan obat
cair tersebut
f. Balsem-balsem: Gom sama banyak dengan balsem
g. Oleum Jecoris Aselli: Menurut Fornas dipakai gom 30% dari bobot
minyak FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 15
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 16
Emulgator Hewani
a. Kuning telur
Mengandung lesitin (golonganprotein/Asam amino) & kolesterol, yg
berfungsi sebagai emulgator.
Lesitin : emulgator type o/w, Kolesterol type w/o, Kemampuan lesitin
lebih besar dari kolesterol, sehingga kuning telur type o/w
Lesitin mampu mengemulsikan minyak lemak 4x bobotnya & minyak
menguap 2x bobotnya
b. Adeps Lane
Zat ini banyak mengandung kolesterol, emulgator type w/o dan banyak
u/ pemakaian luar

Emulgator dari mineral


a. Magnesium Aluminium Silikat (Veegum)
Senyawa anorganik yg terdiri atas garam-garam magnesium &
aluminium. Emulsi type o/w, pemakaian 1%. Khusus u/ pemakaian luar
b. Bentonit
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 17
Untuk emulgator dipakai 5%
Emulgator Buatan/Sintetis
1. Golongan Sabun & alkali
Sabun jenis monovalen dari asam lemak tinggi akan menghasilkan emulsi
yg baik dalam sediaan lotion/linimen.
Digunakan u/ emulsi obat luar karena rasa yg tdk enak & efek laksan,
sehingga dihindari penggunaannya u/ emulgator obat dalam
Emulsi dgn sabun dari logam alkali monovalent menghasilkan emulsi type
m/a sedangkan sabun dari logam alkali polovalent menghasilkan type a/m
2. Trietanolamin = TEA
TEA dgn asam lemak bebas membentuk sabun yg bersifat basa lemah.
Menghasilkan emulsi yg stabil dgn type m/a u/ pemakaian luar
Bila kandungan Asam Lemak dari suatu minyak terlalu rendah, dapat di+
asam stearat/ asam oleat
Jumlah TEA yg digunakan: umumnya dalam konsentrasi 2-4% TEA dan 5-
15% asam stearat/asam oleat tergantung jumlah minyak yg
diemulsikan.
3. Tween 20, 40, 60, 80,
4. Span 20,40,80

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 18
Untuk membuat emulsi dgn emulgator TEA dgn
Asam Stearat
• Asam stearat dicairkan dengan minyaknya, TEA
dilarutkan dalam air panas
• Tambahkan fase air pelan-pelan ke fase minyak pada
suhu yg sama dengan pengadukan konstan ad dingin

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 19
Cara Pembuatan Emulsi
• Tiga metode dalam pembuatan emulsi:
1. Metode gom kering/ metode kontinental
Gom Arab dicampur dgn minyak terlebih dahulu, kemudian di+air u/
membentuk CE, baru diencerkan dgn sisa air yg tersedia.
2. Metode gom basah/ metode inggris
Zat pengemulsi di+ ke dalam air (zat pengemulsi umumya larut dlm air)
agar terbentuk mucilago, then minyak dicampurkan u/ membentuk
emulsi, kemudian diencerkan dgn sisa air.
3. Metode Botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap & zat2 yang bersifat minyak &
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan
kedalam botol kering, di+ 2 bag air, botol ditutup, kemudian acampuran
tersebut dikocok dgn kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil
dikocok.

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 20
Alat-Alat yg digunakan dlm pembuatan emulsi
1. Mortir & Stamfer
2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih
baik daripada secara terus menerus, karena memberikan
kesempatan pada emulgator u/ bekerja sebelum pengocokan
berikutnya.
3. Mixer & Blender
4. Homogenizer: dispersi cairan terjadi karena campuran dipaksa
melalui saluran lubang kecil dgn tekanan besar
5. Colloid Mill
terdiri atas rotor & stator dgn permukaan penggilingan yg
dapat diatur. Colloid mill digunakan u/ memperoleh derajat
dispersi cairan dalam cairan yg tinggi.
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 21
LABEL KD (KOCOK DAHULU)
• Sediaan emulsi harus diberikan label Kocok
dahulu, karena sebelum digunakan sediaan
harus dikocok untuk menjamin distribusi fase
dalam yang merata dalam pembawa

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 22
Teori Terbentuknya Emulsi
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Tegangan yang terjadi pada permukaan disebut tegangan permukaan.
Dalam teori ini dikatakan bahwa pe+ emulgator akan
menurunkan/menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cairtersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi bentuk baji (Oriented Wedge)
Menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan
selektif dari bagian molekul emulgator yang dibagi menjadi kelompok
hidrofilik & kelompok lipofilik.
3. Teori Film Plastik (Interfacial Film)
Emulgator akan diserap pada batas antara air & minyak, sehingga terbentuk
lapisan film yg akan membungkus partikel fase dispers/fase internal.
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan
berikutnya akan mempunyai muatan yg berlawanan dgn lapisan didepannnya.

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 23
Cara Membedakan Tipe Emulsi
1. Dengan pengenceran fase
Emulsi o/w dapat diencerkan dengan air, emulsi w/o dapat diencerkan dengan
minyak
2. Dengan pengecatan/pewarnaan
Zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam
fase eksternal emulsi tersebut. Misal dilihat dengan mikroskop.
a. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe
w/o, karena Sudan III larut dalam minyak
b. Emulsi + larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi
tipe o/w, karena metilen biru larut dalam air.
3. Dengan kertas saring atau kertas tisue
Jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak,
beraarti emulsi tersebut type w/o, tetapi jika terjadi basah merata berarti
emulsi tersebut tipe o/w.
4. Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat & stop kontak, kawat dgn K ½ watt secara
seri. Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan
emulsi tipe o/w, dan akan mati jika dicelupkan pada emulsi tipe w/o.
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 24
HLB (Hydrophyl Lipophyl Balance)
• Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan
yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini
dikenal dengan istilah HLB.
• HLB yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil.
• Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak
kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut
lebih mudah larut dalam air dan sebaliknya.

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 25
Kegunaan Emulgator & harga HLB
Harga HLB Kegunaan
1-3 Anti foaming agent
4-6 Emulgator tipe w/o
7-9 Bahan pembasah (Wetting Agent)
8-10 Emulgator type o/w
13-15 Bahan pembersih (DETERGENT)
15-18 Pembantu kelarutan (Solubilizing agent)

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 26
Nilai HLB beberapa tipe surfaktan

Surfaktan Nilai HLB Keterangan


Tween 20 16,7 Cairan
Tween 40 15,6 Cairan minyak
Tween 60 14,9 Semipadat seperti minyak
Tween 65 10,5 Padat seperti lilin
Tween 80 15,0 Cair seperti minyak
Tween 85 11,0 Cair seperti minyak
Arlacel atau Span 20 8,6 Cairan minyak
Arlacel atau Span 60 4,7 Padat seperti malam
Arlacel atau Span 80 4,3 Cairan minyak
Arlacel 83 (Sorbitan) 3,7 Cairan minyak
Gom 8,0
TEA (Trietanolamin) 12,0

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 27
Latihan Soal
1. Pada pembuatan 100ml emulsi tipe o/w diperlukan
emulgator dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator
dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan Tween 20
(HLB 16,7) sebanyak 5g. Berapa gram masing-
masing bobot span 20 dan tween 20?

2. Menghitung nilai HLB campuran surfaktan


R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 28
3. Pada pembuatan 150ml emulsi tipe M/A diperlukan emulgator
dengan HLB 12. Sebagai emulgator dipakai Span 20 (HLB
8,6) dan Tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 7,5g. Berapa
perbandingan bobot antara Span 20 & Tween 20 tersebut?

4. Berapa HLB campuran dari satu bagian Span 20 (HLB 8,6)


dengan tiga bagian Tween 20 (HLB 16,7)

5. Berapa gram bobot emulgaor A dan emulgator B, jika pada


pembuatan 200ml emulsi type A/M memerlukan 10g
campuran emulgator A & B tersebut dengan nilai HLB
campurannya adalah 5. Diketahui bahwa nilai HLB emulgator
A adalah 4,3 dan nilai HLB emulgator B adalah 8,6.

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 29
6. Berapa nilai HLB campuran dari 25g vaselin album
(HLB=8) ditambah 20g cetil alkohol (HLB=15)
7. Berapa nilai HLB zat P sebagai emulgator pada
pembuatan 100ml emulsi type M/A dengan nilai
HLB campurannya adalah 12, jika 4,1 g zat P
tersebut dicampurkan dgn 5,9 g zat Q yang HLBnya
adalah 8,6.
8. Dalam pembuatan 100ml emulsi tipe M/A
diperlukan emulgator dengan HLB campurannya 15,
Sebagai emulgator dipakai campuran Span 40 (HLB
12,2) dan Tween 40 (HLB = 19,2) sebanyak 5g.
Berapa perbandingan bobot antara Span 40 & Tween
40 tersebut.
FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 30
Thank You

FARMASETIKA TM13-ShintaClinApt 31

Anda mungkin juga menyukai