KIMIA
FARMASI II
DAFTAR ISI
Topik 1.
Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam …........................................................ 2
Latihan 1 ….…………………………………………....................................................................... 18
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 19
Topik 2.
Identifikasi Golongan Fenol …................................................................................ 20
Latihan 2 …...……………………………..............................................……............................... 28
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 29
Topik 3.
Identifikasi Golongan Alkaloid ............................................................................... 30
Latihan 3 …..……………………………..............................................……............................... 36
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 37
Tes 1 ………………….…………………..……......................................................................... 38
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 41
Daftar Pustaka …..................................................................................................... 42
BAB II: ANALISI KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI) 43
Topik 1.
Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri …................................ 47
Tes 1 ……………………….…………………..……......................................................................... 49
Topik 2.
Penetapan kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri .................................. 57
Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... 60
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 68
Latihan …..…..……………………………..............................................……............................... 70
3
33
BAB III: ANALISIS KUANTITATIF OBAT 74
DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS
Topik 1.
Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri ........................................... 76
Latihan 1 ……….…………………………..............................................……............................... 87
Topik 2.
Penetapan Kadar Fero Sulfat dengan Metode Permanganometri ............................ 88
Latihan 2 ……………....…………………..............................................……............................... 98
Topik 3.
Penetapan Kalsium Laktat dengan Metode Kompeksometri ................................... 99
Latihan 3 …………………………………..............................................……............................... 109
Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. 110
Tes 3 ……………………….…………………..……......................................................................... 113
4
BAB I
ANALISA KUALITATIF OBAT
PENDAHULUAN
1
Topik 1
Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam
Dalam kegiatan praktek ini, Anda diharapkan mencermati setiap langkah dalam
identifikasi senyawa golongan karbohidrat dan asam yang dipraktekan dalam kegiatan
praktikum ini. Dalam Bab 1 Teori Kimia Farmasi, telah dijelaskan bahwa identifikasi obat
dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu uji pendahuluan, uji golongan, dan uji penegasan.
Kerjakanlah ke 3 langkah tersebut secara sistematis agar Anda tidak salah dalam
menyimpulkan jenis senyawa yang sedang Anda identifikasi.
Untuk mencegah tercemarnya zat uji yang Anda identifikasi, bekerjalah secara berhati-
hati sehingga tidak menyulitkan Anda dalam melakukan kegiatan praktek ini. Ingat, jika
Anda bekerja secara ceroboh, maka zat uji yang sedang Anda identifikasi tidak akan
memberikan hasil yang baik. Yang sudah barang tentu akan membuat Anda tidak dapat
menyimpulkan/membedakan antara satu zat uji dengan zat uji lainnya.
A. GOLONGAN KARBOHIDRAT
1. Pendahuluan
Dalam sediaan obat hampir selalu bahan aktif bercampur dengan zat pembawa/bahan
tambahan, salah satu bahan tambahan banyak digunakan dalam sediaan tablet, kapsul,
maupun larutan (sirop, emulsi, dan suspensi) adalah bahan pembawa organik yang
merupakan senyawa karbohidrat. Karbohidrat yang banyak digunakan sebagai bahan
tambahan adalah glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum.
Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat dalam
molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus keton. Beberapa sifat kimia
karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat
yang satu dengan yang lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat
dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat mereduksi ini karena adanya gugus
aldehid bebas pada karbohidrat.
Identifikasi golongan karbohidrat secara umum dilakukan dengan pereaksi molisch.
Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya
monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil
furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan berkondensasi
membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat
dilakukan dengan hati-hati melalui dinding maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin
pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.
2. Uraian Zat Uji
a. Glukosa (FI edisi IV, hal 300)
1) Rumus Molekul : C6H12O6. H2O
2) Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk
granul putih; tidak berbau; rasa manis
3) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam
air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam
etanol
4) Reaksi identifikasi: tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20)
pada 5 ml tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk
endapan merah tembaga oksida.
3. Tujuan Praktikum
a. Mengidentifikasi golongan senyawa karbohidrat
b. Mengidentifikasi secara spesifik glukosa
c. Mengidentifikasi secara spesifik laktosa
d. Mengidentifikasi secara spesifik sukrosa
e. Mengidentifikasi secara spesifk amilum
4. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
1. Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah :
a) Tabung reaksi
b) Plat tetes
c) Pipet
d) Penjepit tabung (gegep)
e) Bunsen/lampu spiritus
f) Cawan porselin
g) Gelas kimia
b) Kelarutan
1) Siapkan 2 buah tabung reaksi
2) Masukkan ± 50 mg zat uji KH1 ke dalam masing-masing tabung reaksi
tersebut
3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati
kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati
kelarutannya.
4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan
amati kelarutannya.
5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.
6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji KH2, KH3, dan KH4. Untuk
memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi
sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing.
c) Uji keasaman
1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).
2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.
3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini
pada tabel pengamatan.
d) Uji unsur
Senyawa karbohidrat adalah senyawa yang hanya mengandung unsur C, H, dan O,
oleh karena itu hasil uji unsur akan memberikan pengamatan yang negatif.
Dengan demikian tidak diperlukan uji unsur untuk membedakan senyawa-
senyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat.
Zat uji
Pengujian
KH1 KH2 KH3 KH4
Bentuk
Warna
Organoleptik
Bau
Rasa
Air
Kelarutan
Etanol
Zat uji
Pengujian
KH1 KH2 KH3 KH4
Lakmus
merah
Keasaman
Lakmus
biru
2. Uji golongan
Larutan zat uji pada hasil uji kelarutan ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch (larutan
α-naftol dalam etanol), kocok. Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 ml
H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar tidak bercampur. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu seperti gambar berikut.
Gambar1. Pembentukan cincin ungu pada uji golongan karbohidrat dengan pereaksi Molisch
3. Uji penegasan
a) Buat larutan zat uji dengan cara : masing-masing zat uji karbohidrat sebanyak ±
100 mg, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml aquades, kocok
hingga larut. Jika zat uji tidak larut panaskan
b) Uji sifat mereduksi menggunakan pereaksi fehling
c) 1 ml masing-masing larutan zat uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan masing-masing 1 ml larutan fehling (campuran sama banyak fehling A
dan fehling B). Panaskan di atas penangas air, jika terbentuk endapan merah bata
maka zat uji positif bersifat gula pereduksi.
a) b)
Gambar 3. Hasil uji dengan pereaksi amonia 2 N, larutan merah positif laktosa; larutan
kuning glukosa
Hasil pengamatan membedakan senyawa yang mereduksi fehling
(glukosa danlaktosa)
e) Zat uji non pereduksi (zat uji merupakan sukrosa dan amilum)
(1) Uji iodin
1ml larutan zat uji masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(yang tidak mereduksi fehling), tambahkan 1 tetes larutan iodium 0,1 N.
Terbentuknya warna biru menunjukkan positif amilum.
Gambar 4. Hasil uji dengan pereaksi iodium, pembentukan larutan berwarna biru positif amilum
Misalnya :
Zat KH1 adalah : Laktosa
Kesimpulan didukung oleh hasil berikut :
1. Uji pendahuluan
a) Organoleptik : rasa manis
b) Kelarutan : mudah larut dalam air
c) Keasaman : bersifat netral
3. Uji penegasan :
a) mereduksi fehling
b) Dengan pereaksi amonia berwarna merah (pereaksi ini pembeda glukosa dan
laktosa, hasil menunjukkan positif laktosa)
PERHATIAN :
Buatlah catatan berupa rangkuman sehingga Anda bisa membedakan cara identifikasi
ke 4 senyawa golongan karbohidrat tersebut. Lebih bagus jika langkah identifikasi tersebut
Anda buat dalam bentuk skema.
B. GOLONGAN ASAM
1. Pendahuluan
Gugus fungsional yang paling sering dijumpai yang mampu memberikan keasaman
pada molekul obat adalah gugus karboksilat. Senyawa asam karboksilat mampu melepaskan
proton (H+) menjadi anion sisa asam. Oleh karena itu identifikasi senyawa asam ini umumnya
dilakukan dengan mengidentifikasinya dalam bentuk anion organik
Dalam pemeriksaan golongan asam ini, uji pendahuluan pendukung adalah rasanya
yang sangat asam. Beberapa senyawa lain yang merubah lakmus biru menjadi merah adalah
garam hidroklorida dari golongan senyawa alkaloid (misalnya efedrin hidroklorida, tiamin
hidroklorida, dan lain-lain), tetapi pada uji pendahuluan golongan senyawa ini rasanya yang
pahit (tidak asam).
4. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
1. Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah :
a) Tabung reaksi
b) Plat tetes
c) Pipet
d) Penjepit tabung (gegep)
e) Bunsen/lampu spiritus
f) Cawan porselin
g) Gelas kimia
b. Prosedur kerja
1. Uji pendahuluan
a) Organoleptik
lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing
sampel obat yang diidentifikasi (As1, As2, As3, dan As4). Pengamatan bentuk obat
pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau
dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik),
pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit
atau pahit).
b) Uji kelarutan
1) Siapkan 2 buah tabung reaksi
2) Masukkan ± 50 mg zat uji As1 ke dalam masing-masing tabung reaksi
tersebut
3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati
kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati
kelarutannya.
4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan
amati kelarutannya.
5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.
6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji As2, As3, dan As4. Untuk
memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi
sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing.
c) Uji keasaman
1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).
2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.
3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini
pada tabel pengamatan.
d) Uji unsur
Senyawa asam yang identifikasi dalam praktikum ini adalah senyawa yang hanya
mengandung unsur C, H, dan O, oleh karena itu tidak diperlukan uji unsur untuk
membedakan senyawa-senyawa yang termasuk dalam golongan asam ini.
Zat uji
Pengujian
As1 As2 As3 As4
Bentuk
Warna
Organoleptik
Bau
Rasa
Air
Kelarutan
Etanol
Lakmus
merah
Keasaman
Lakmus
biru
2. Uji golongan
a) Ke dalam larutan zat uji (hasil uji kelarutan dalam air), masukkan sepotong kecil
kertas lakmus biru. Perubahan warna menjadi biru menunjukkan zat uji bersifat
asam (golongan asam). Data pendukung golongan asam ini adalah rasa zat uji
yang sangat asam.
b) ± 50 mgmasing-masing zat uji, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan
2 ml metanol dan 1 ml asam sulfat pekat. Tutup mulut tabung dengan kapas,
kemudian panaskan di atas penangas air selama 5 menit. Terbentuknya bau ester
menunjukkan positif asam karboksilat (bau tercium pada kapas penutup tabung
reaksi masing-masing)
3. Uji penegasan
a) Zat uji mudah larut dalam air (zat uji adalah asam sitrat dan asam laktat)
1) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml aquades, netralkan larutan zat
uji dengan cara tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein kemudian tetesi
dengan larutan amoniak 2 N hingga berwarna pink. Tambahkan 2 ml larutan
kalsium klorida 10%, didihkan. Terbentuknya endapan putih setelah
pendidihan menunjukkan positif asam sitrat dan asam tartrat (endapan tidak
terbentuk dalam keadaan dingin). Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk,
endapan Ca tartrat berbentuk kristal/serbuk kasar, sedangkan endapan Ca
sitrat berbentuk serbuk halus.
2) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 10 mg kristal kalium bromida dan ± 10
mg kristal resorsin, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat (kerjakan di lemari
asam). Tutup mulut tabung dengan kapas, panaskan di atas penangas air
selama 5 menit. Terbentuknya larutan berwarna biru kehitaman
menunjukkan positif asam tartrat (merupakan reaksi pembeda dengan asam
sitrat)
Gambar 5. Hasil uji dengan pereaksi kalium bromida, resorsin dan asam sulfat, pembentukan larutan
berwarna biru kehitaman positif asam tartrat
3) Masukkan ±50 mg zat uji ke dalam cawan porselin, pijarkan di atas api
langsung. Perlahan-lahan akan terurai dan memberikan bau seperti gula
terbakar (perbedaan dari asam sitrat).
4) Hasil pengamatan uji penegasanzat uji yang mudah larut dalam air (asam
sitrat sitrat dan asam tartrat)
b) Zat uji mudah larut dalam etanol (asam benzoat dan asam salisilat)
1) ± 50 mg zat uji (asam benzoat dan asam salisilat), masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml etanol,
tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida. Terbentuknya warna
ungu menunjukkan positif salisilat.
Gambar 6. Hasil uji dengan pereaksi besi (III) klorida,
pembentukan warna ungu positif asam salisilat
Hasil uji penegasan zat uji yang mudah larut dalam etanol (asam salisilat dan asam benzoat)
PERHATIAN :
Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan asam ini, buatlah
rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa
tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu
skema kerja.
Mulailah dengan memperhatikan perbedaan kelarutannya (hasil identifikasi menjadi 2 klp),
yaitu kelompok mudah larut dalam air dan kelompok mudah larut dalam etanol. Dan
seterusnya
Latihan 1
1) Apakah gugus fungsional pada golongan karbohidrat yang dapat mereduksi pereaksi
fehling dalam suasana basa
2) Apakah perekasi yang digunakan untuk identifikasi golongan asam karboksilat
3) Suatu senyawa X diidentifikasi, hasil identifikasi pada uji golongan menggunakan
pereaksi Molisc memberikan hasil reaksi berupa cincin ungu. Pada uji penegasan, zat
uji ternyata tidak mereduksi fehling. Tuliskan 2 senyawa yang paling mungkin dari
senyawa X tersebut.
4) Tuliskan pereaksi apa yang digunakan untuk membedakan ke 2 senyawa tersebut (soal
no. 2 di atas). Bagaimana hasil identifikasi dari pemastian ke 2 senyawa tersebut.
Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali
Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.
Kunci Jawaban Tes
Latihan 1
1) Luff, Fehling, Barfoed
2) aldehid bebas
3) alcohol dan asam kuat
4) Amylum Solani dan Amylum Maydis
5) Pereaksi air dengan menggunakan mikroskop (secara mikroskopis). Hasil identifikasi
dari pemastian ke 2 senyawa adalah bentuknya yang berbeda dimana A. solani
berbentuk oval sedangkan A.Maydis berbentuk poligonal.
Topik 2
Identifikasi Golongan Fenol
Dari praktek sebelumnya Anda sudah mengetahui, bahwa senyawa karbohidrat pada
umumnya berasa manis, masih ingatkah Anda dari 4 senyawa karbohidrat tersebut ada yang
tidak berasa ? Demikian juga dengan senyawa asam, maka pasti uji pendahuluan
menunjukkan bahwa rasanya sangat asam. Bagaimana dengan senyawa fenol ? Apa yang
membedakan dengan senyawa karbohidrat dan asam yang telah Anda lakukan ? Dan
pereaksi apa yang dapat Anda gunakan untuk melakukan identifikasi dan pemastian zat uji
yang diidentifikasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka lakukan praktikum berikut
ini dengan cermat.
1. Pendahuluan
Fenol merupakan gugus fungsional lain yang umum dijumpai dalam molekul obat.
Fenol merupakan asam lemah yang melepaskan proton (H+) untuk menghasilkan anion
fenoksida, dengan alkali hidroksida dan alkali karbonat akan membentuk garam. Dengan
besi (III) klorida hampir semua fenol dalam larutan air atau etanol akan memberikan reaksi
warna karena terbentuknya senyawa kompleks. Gugus fenol ini harus bebas, tidak boleh
terester misalnya pada aspirin (asetosal), lihatlah perbedaan struktur asetosal ini dengan
senyawa fenol yang akan kita identifikasi dalam monografi masing-masing di Farmakope
Indonesia.
Adanya golongan lain dalam suatu molekul yang mengandung fenol dapat
mempengaruhi reaksi dengan besi (III) klorida menjadi negatif, dimana gugus karboksilat
pada posisi para sangat mempengaruhi reaksi tersebut. Misalnya pada senyawa turunan p-
hidroksi benzoat, metil-p-hidroksibenzoat (nipagin) dan propil-p-hidroksibenzoat (nipasol),
dimana nipagin dengan pereaksi besi (III) klorida tersebut bereaksi positif dengan
pembentukan warna ungu, sedangkan nipasol bereaksi negatif (tidak membentuk warna
ungu). Tetapi pada senyawa n-asetil-4-aminofenol (parasetamol), adanya gugus asetamid
tidak mengganggu identifikasi gugus fenol dengan besi (III) klorida tersebut.
3. Tujuan Praktikum
a. Mengidentifikasi golongan senyawa fenol
b. Mengidentifikasi secara spesifik parasetamol
c. Mengidentifikasi secara spesifik salisilamida
d. Mengidentifikasi secara spesifik nipagin
4. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
1. Alat yang digunakan
a) Tabung reaksi
b) Plat tetes
c) Pipet
d) Penjepit tabung (gegep)
e) Bunsen/lampu spiritus
f) Cawan porselin
g) Gelas kimia
b) Kelarutan
1) Siapkan 2 buah tabung reaksi
2) Masukkan ± 50 mg zat uji F1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut
3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati
kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati
kelarutannya.
4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati
kelarutannya.
5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.
6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji F2 dan F3. Untuk memudahkan
pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 6 tabung reaksi sekaligus lalu amati
kelarutannya masing-masing.
c) Uji keasaman
1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).
2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.
3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini
pada tabel pengamatan.
d) Uji unsur
1) Masukkan 15 ml aquades ke dalam gelas kimia 100 ml.
2) Siapkan tabung pijar (dapat dibuat dari pipet pendek yang dibakar ujungnya
dengan nyala bunsen hingga tertutup).
3) Masukkan zat uji ± 50 mg zat uji ke dalam tabung pijar tersebut
4) Masukkan sepotong kecil logam Natrium, letakkan dibagian tengah tabung
pijar.
5) Panaskan tabung pijar diatas api langsung dengan kemiringan tabung pijar ±
30 derajat hingga logam natrium lebur.
6) Tegakkan tabung hingga leburan logam natrium bercampur dengan zat uji,
kemudian panaskan terus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke
dalam gelas kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya
menggunakan batang pengaduk.
7) Catatan : logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg
dan Na2CO3 (1:2) (Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan
cara campur sama banyak zat uji dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar.
Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit. Kemudian masukkan tabung pijar
tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades, pecahkan tabung
8) Panaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan
mendidih selama 5 menit. Kemudian saring.
9) Siapkan 3 buah tabung reaksi, masukkan masing-masing 1 ml filtrat.
(a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5
tetes HCl. Kalau terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN -)
yang berarti sampel positif mengandung unsur N
Gambar 7. Hasil uji unsur N, pembentukan endapan biru menunjukkan
zat uji positif mengandung unsur N
(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika ada ion sulfida (uji
nomor 2 positif) maka didihkan larutan sampai bebas sulfida (uji uap
dengan kertas timbal asetat, larutan telah bebas sulfida jika uap sudah
tidak membetuk warna hitam pada kertas timbal asetat tersebut). Lalu
tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka
ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih
kekuningan berarti ada ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion
iodida).
Zat uji
Pengujian
F1 F2 F3
Bentuk
Warna
Organoleptik
Bau
Rasa
Air
Kelarutan
Etanol
Lakmus
merah
Keasaman
Lakmus
biru
Catatan :
uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji
unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur
halogen).
2. Uji golongan
a) Masukkan masing-masing zat uji ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan air.
b) Tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida, amati yang terjadi
c) Jika tidak terjadi perubahan (biasanya ini terjadi pada nipagin), panaskan.
d) Hasil uji berwarna ungu sampai merah menunjukkan senyawa golongan fenol
e) Catat hasil pengamatan pada lembar kerja berikut
Gambar 9. Hasil uji golongan fenol dengan pereaksi besi (III) klorida,
pembentukan warna ungu menunjukkan positif fenol
(parasetamol biru keunguan, salisilamid ungu, nipagin ungu muda)
Pereaksi F1 F2 F3
Besi (III) klorida
Kesimpulan
3. Uji penegasan
a) Zat uji mengandung unsur N (zat uji adalah parasetamol / salisilamida)
1) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml asam
klorida 2 N. Didihkan selama beberapa saat (± 3 menit), dinginkan.
Kemudian tambahkan beberapa tetes larutan kalium bikromat 0,1 N,
terbentunya warna ungu menunjukkan zat uji positif parasetamol
2) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml larutan
natrium hidroksida 2 N. Panaskan secara perlahan-lahan di atas api
langsung, terbentuk amoniak yang dapat diuji dengan kertas lakmus merah
yang telah dibasahi dengan air. Pengujian dilakukan dengan menyentuhkan
kertas lakmus merah tersebut pada uap yang keluar pada mulut tabung
reaksi. Adanya amoniak akan mengubah lakmus merah jadi biru. Uji ini
menunjukkan zat uji positif salisilamida.
Hasil Uji Penegasan Zat Uji Yang Mengandung Unsur N
PERHATIAN :
Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan fenol ini, buatlah
rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa
tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu
skema kerja.
Latihan 2
Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali
Topik 2 tentang Identifikasi Golongan Fenol.
Kunci Jawaban Tes
Latihan 2
1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan fenol adalah berikut FeCl3
2) Reaksi fenol dengan lar FeCl3 membentuksenyawa kompleks
3) Ar-OH (Fenol)+ Fe3+ (logam besi3) àFe3+ [Ar-OH]
4) Gugus fungsional pada nipagin yang memberikan warna ungu adalah gugus
karboksilat.
5) Hasil yang diperoleh pada reaksi nipagin dalam etanol 96% dengan larutan Hg2NO3
adalah endapan dan cairan berwarna merah.
6) Contoh zat dari golongan fenol yang dapat membirukan kertas lakmus merah akibat
terbentuknya amoniak dengan penambahan larutan NaOH 2 N adalah salisilamid.
Topik 3
Identifikasi Golongan Alkaloid
Anda dapat memulai identifikasi golongan alkaloid ini dengan melakukan uji
organoleptis terutama rasanya (gimana rasanya ?). Kemudian perhatikan perbedaan
kelarutan dari senyawa alkaloid yang merupakan garam (tiamin hidroklorida dan piridoksin
hidroklorida) dan basanya (kofein), berdasarkan perbedaan kelarutan ini Anda sudah bisa
membedakannya bukan ?
1. Pendahuluan
Alkaloid merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder yang banyak ditemukan
pada tanaman, yang mempunyai sifat alkali. Sifat inilah yang membuat penamaan golongan
senyawa-senyawa ini sebagai alkaloid. Sifat alkali ini dimungkinkan karena secara kimia
alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen baik satu atau lebih dalam
bentuk amina primer, sekunder maupun tersier. Defenisi umum yang digunakan untuk
alkaloid dalam kimia adalah senyawa organik siklik yang mengandung unsur N. Struktur
alkaloid sangat beragam dan satu-satunya kesamaan antara senyawa alkaloid adalah
kesamaan dalam hal sifat alkalinya. Berdasarkan sifat alkalinya ini maka alkaloid dapat
membentuk garam dengan asam, oleh karena itu beberapa senyawa obat golongan alkaloid
tersedia dalam bentuk garam alkaloid terutama sebagai garam alkaloid hidroklorida
(misalnya tiamin hidroklorida, piridoksin hidroklorida, dan lain-lain).
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, tetapi sebagai garamnya larut baik
dalam air. Umumnya alkaloid terasa pahit, larutannya dalam asam klorida dengan pereaksi
Mayer (pereaksi raksa (II) kalium iodida) membentuk endapan kuning, dan dengan pereaksi
Bouchardat (larutan Iodium) akan membentuk endapan coklat. Keberadaan unsur N dalam
senyawa semua alkaloid, sehingga identifikasi keberadaan unsur N tersebut pada uji unsur
(uji pendahuluan) merupakan pengarah awal untuk mengidentifikasi pemastian senyawa
golongan alkaloid.
4. Pelaksanaan
a. Bahan dan Alat
1. Alat yang digunakan
a) Tabung reaksi
b) Plat tetes
c) Pipet
d) Penjepit tabung (gegep)
e) Bunsen/lampu spiritus
f) Cawan porselin
g) Gelas kimia
2. Uji golongan
a) Larutkan beberapa mg dalam 5 ml air, asamkan dengan asam klorida 2 N, dan
tambahkan 1 ml kalium iodo bismutat asetat LP (komposisi pereaksi dapat dilihat
di FI ed IV hal 1166) : segera terbentuk endapan jingga atau merah jingga (FI edisi
IV). Hasil uji menunjukkan bahwa piridoksin hidroklorida hanya membentuk
larutan jingga, kofein dan tiamin hidroklorida memberi endapan jingga.
Gambar 10. Hasil uji dengan pereaksi kalium iodo bismutat asetat LP,
terbentuknya endapan jingga atau merah jingga menunjukkan positif alkaloid
b) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa
tetes larutan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan kuning menunjukkan
golongan alkaloid. Namun hasil reaksi ini menunjukkan kofein tidak memberi
hasil positif (tidak membentuk endapan kuning).
c) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa
tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa
tetes larutan perekasi Bouchardat (larutan iodium). Terbentuknya endapan agak
kecoklatan menunjukkan golongan alkaloid. Hasil uji ini menunjukkan ke 3 zat uji
memberi hasil positif.
Gambar 11. Hasil uji golongan dengan pereaksi Mayer dan Bouchardat, terbentuknya
endapan kuning dengan pereaksi Mayer(bagian atas) dan endapan coklat dengan pereaksi
Bouchardat (bagian bawah), menunjukkan adanya golongan alkaloid
Hasil uji golongan alkaloid
zat uji
Pereaksi
Al1 Al2 Al3
K. iodo bismutat
asetat
Mayer
Bouchardat
Kesimpulan
3. Uji penegasan
a. Zat uji hanya mengandung unsur N (kofein)
Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam cawan porselin, tambahkan 1,5 ml hidrogen
peroksida dan 5 tetes asam sulfat pekat, panaskan di penangas air sampai kering.
Residu/sisa ditambah beberapa tetes amoniak 6N, terbentuk warna merah-ungu
menunjukkan kofein (warna ungu yang terbentuk tidak stabil segera hilang,
karena itu pengamatan dilakukan langsung saat penambahan
larutan amoniak 6N).
Hasil uji penegasan terhadap zat uji yang hanya mengandung unsur N
Hasil Uji Penegasan Terhadap Zat Uji Yang Hanya Mengandung Unsur N Dan Cl
Laporan Praktikum
Buat laporan prakktikum sesuai format pada identifikasi karbohidrat
PERHATIAN :
Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan alkaloid ini,
buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi lihat
perbedaan kelarutannya, kandungan unsur senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah
lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.
Latihan 3
Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali
Topik 3 tentang Identifikasi Golongan Alkaloid.
Kunci Jawaban Tes
Latihan 3
1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan alkaloid berikut
2) Mayer, Bouchardat dan Dragendroff
3) Unsur yang terdapat pada Thiamin HCl adalah N, S, dan Cl
4) Cara mengidentifikasi senyawa Tiamin HCl adalah
5) Reaksi tiokrom (penambahan K3Fe(CN6)2 dan NaOH serta pelarut organic)
menghasilkan snyawa yang berfluoresensi
6) Cara mengindentifikasi Pyridoksin HCl adalah penambahan FeCl3 menghasilkan warna
merah darah
7) Unsur yang terdapat pada alkaloid kofein adalah unsur N
Tes 1
2) Kendala analisis dalam senyawa obat disebabkan karena senyawa obat merupakan...
A. Senyawa anorganik yang terikat secara ionic
B. Senyawa anorganik yang terikat secara kovalen
C. Senyawa organik yang terikat secara ionic
D. Senyawa organic yang terikat secara kovalen
E. Senyawa organic dengan ikatan hydrogen molekuler
4) Sample tersebut jika diuji dengan lakmus dapat merubah lakmus biru menjadi merah,
maka sample tersebut merupakan golongan...
A. Aldehid
B. Alkaloid
C. Asam organic
D. Basa alkaloid
E. Fenol
5) Untuk mengidentifikasi kandungan unsur N dan Cl dalam zat uji Kloramfenikol, maka zat
uji tersebut terlebih dahulu harus:
A. direduksi dengan logam Zn
B. didestruksi dengan logam Na
C. tidak dilakukan penyandraan/uji organoleptik
D. dilakukan uji spesifik terhadap gugus alkohol
E. basa amino direduksi dengan asam kuat
6) Pengujian yang menunjukkan bahwa zat uji merupakan golongan karbohidrat adalah...
A. Larutan zat uji akan mengubah lakmus biru jadi merah
B. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan membentuk cincin coklat
C. Larutan zat uji akan mengubah lakmus merah jadi biru
D. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan tidak membentuk cincin
E. Larutan uji dihidolisis dengan air
7) Golongan senyawa yang jika diuji dengan larutan pereaksi besi (III) klorida memberi
warna merah sampai ungu adalah...
A. alkaloid
B. barbiturat
C. fenol
D. sulfonamida
E. alkohol
9) Golongan alkaloid dapat diuji dengan pereaksi X yang positif memberikan endapan
coklat. Pereaksi X tersebut adalah...
A. Mayer
B. Bouchardat
C. Luff
D. Nessler
E. Asam pikrat
10) Senyawa obat yang tidak termasuk golongan fenol adalah...
A. Paracetamol
B. Nipagin
C. Salisilamid
D. Asam salisilat
E. Lidokain
Kunci Jawaban Tes
Tes 1
1) D
2) C
3) D
4) C
5) A
6) B
7) C
8) B
9) B
10) E
Daftar Pustaka
Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, ed 5, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
BAB II
ANALISA KUANTITATIF OBAT DENGAN
TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI)
PENDAHULUAN
Halo mahasiswa, sudah paham dengan Analisa Kualitatif Obat? Sekarang kita
lanjutkandengan analis kuantitatif. Metode Volumetri merupakan metode sederhana yang
dapat dilakukan pada obat yang mengandung senyawa obat tunggal. Analisis kuantitatif
dengan metode volumetri didasarkan pada reaksi kimia yang spesifik, yaitu reaksi netralisasi.
Reaksi ini dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi
sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya
untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari
buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat (dalam hal ini
titran dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan
titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan
ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator
asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Reaksi netralisasi menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat,
asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa
kuat-garam dari basa lemah. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi
berlangsung kuantitatif. Pada Bab 2 ini dirancang untuk 2 topik kegiatan praktikum metoda
volumetric dengan reaksi netralisasi yang terdiri dari metode asidimetri dan alkalimetri,
yaitu:
Topik 1. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri
Topik 2. Penetapan Kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri
PERHITUNGAN VOLUMETRI
Perhitungan dalam analisis volumetri didasarkan pada hubungan stokiometri
sederhana dari reaksi-reaksi kimia. aA + tT produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T disebut
titran (larutan titer), ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret. Larutan
dalam buret bisa berupa larutan standar yang konsentrasinya diketahui dengan cara
standarisasi/pembakuan ataupun larutan dari zat yang akan ditentukan konsentrasinya.
Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia setara atau ekuivalen
dengan A, maka keadaan tersebut dikatakan telah mencapai titik ekuivalensi dari titrasi itu.
Dasar reaksi inilah yang digunakan untuk menentukan kesetaraan zat uji dengan larutan titer
yang tertera pada monografi masing-masing senyawa obat dalam Farmakope Indonesia.
Namun kapan tepatnya tercapai suatu titik ekuivalensi tidak dapat dilihat secara kasat
mata. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan, digunakanlah
larutan indikator yang dapat menunjukkan terjadinya kelebihan titran dengan perubahan
warna. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi,
idealnya adalah titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalensi. Oleh karena itu,
pada saat Anda melakukan titrasi, penambahan larutan titer harus segera dihentikan jika
telah terjadi perubahan warna pertama. Dan ingat, jika penggunaan larutan titer berlebihan
(perubahan warna pertama tidak Anda perhatikan dengan baik), maka terjadi kelebihan
larutan titer yang menyebabkan hasil analisis yang tidak lagi akurat.
Satuan konsentrasi yang banyak dipakai dalam analisis volumetri adalah molaritas (M)
dan normalitas (N). Untuk itu kita perlu mempelajari kembali tentang molaritas dan
normalitas tersebut.
Untuk tujuan perhitungan jumlah bahan yang hendak ditimbang untuk konsentrasi
molar atau normal, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah ekivalensi satuan :
1. Satuan Liter Ekuivalen Dengan Mol Dan Gram Sedangkan Mililiter Ekuivalen Dengan
Mmol Dan Mg
2. Hal Yang Sama Juga Berlaku Untuk Normalitas (Liter Ekuivalen Dengan Grek Dan Gram
Serta Mililiter Ekuivalen Dengan Mgrek Dan Mgram).
Berdasarkan defenisi M dan N di atas, secara matematik satuan konsentrasi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Molaritas (M) =
M = atau M =
N = atau N =
N = atau N=
Untuk menambah pemahaman Anda dalam menghitung kadar zat dalam sampel uji,
bacalah penjelasan berikut ini. Dalam analisis volumetri, konsentrasi larutan titer yang paling
umum adalah N. Sehingga dari satuan-satuan di atas dapat diperoleh persamaan-persamaan
berikut :
ml x N = mgrek
liter x N = grek
1 grek = 1.000 mgrek (karena 1 liter = 1.000 ml)
V x N = liter x grek/liter = grek, atau
= mililiter x mgrek/ml = mgrek
= = grek atau
= = mgrek
mgrek =
Tahukah Anda cara menentukan BE suatu senyawa ?, baca ulang modul kimia dasarnya ya.
BE ditentukan dari BM dan valensi yang didasarkan pada jenis reaksi yang terjadi, dimana
BE = BM/valensi.
Analisis kuantitatif dengan volumetri ini dilakukan dengan mereaksikan suatu zat yang
dianalisis dengan larutan standar (baku) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti.
Oleh karena itu, pada analisis kuantitatif obat dengan metode volumetri ini prosedur analisis
dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
1. Pembuatan larutan titer
2. Pembakuan/standarisasi larutan titer
3. Penggunaan larutan titer untuk penetapan kadar senyawa tertentu dalam sampel uji.
Untuk pembuatan dan pembakuan larutan titer, Farmakope telah menguraikan
jumlah, jenis zat, dan pelarut yang digunakan. Jumlah senyawa yang harus ditimbang untuk
pembuatan larutan titer yang tertera dalam Farmakope tersebut adalah untuk pembuatan
larutan sebanyak 1 liter, dengan demikian jumlah sampel yang harus ditimbang disesuaikan
dengan volume larutan yang harus dibuat (misalnya untuk membuat 500 ml larutan, maka
zat yang harus ditimbang adalah : 500 ml/1000 ml x jumlah zat yang tertera dalam prosedur
tersebut). Jumlah zat yang ditimbang tersebut sesuai dengan perhitungan jika kita
menggunakan rumus normalitas ataupun molaritas seperti di atas. Misalnya untuk membuat
1 liter larutan natrium hidroksida, maka jumlah natrium hidroksida yang dibutuhkan adalah :
N =
Massa = N x BE x Volume
= 1 grek/liter x 40 g/grek x 1 liter = 40 g
Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia disebutkan bahwa
larutan NaOH 1 N mengandung 40 g NaOH dalam 1 liter larutan.
Jumlah zat baku primer yang digunakan pada pembakuan larutan titer (misalnya
natrium karbonat untuk membakukan larutan titer HCl/H2SO4, kalium hidrogen ftalat untuk
membakukan larutan titer NaOH) yang tertera dalam Farmakope Indonesia umumnya
setara dengan 20 – 25 ml larutan titer. Demikian pula pada penetapan kadar, jumlah larutan
titer yang dibutuhkan juga umumnya setara dengan 20 – 25 ml larutan titer.
Topik 1
Penetapan Kadar Asam Salisilat
dengan Metode Alkalimetri
Praktik yang Anda lakukan kali ini berbeda dengan praktik sebelumnya yang hanya
untuk menentukan jenis senyawa tertentu (kualitatif). Praktik yang Anda lakukan ini untuk
menentukan kadar senyawa tertentu dalam sediaan farmasi (kuantitatif).
A. ASAM SALISILAT
Senyawa yang akan Anda tentukan kadarnya dalam percobaan ini adalah asam salisilat
yang terdapat dalam sediaan bedak. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi
topikal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah
lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan keratolitik.
Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik ternyata memiliki
dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ringan hingga yang berat.
Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan asam salisilat yang terkandung dalam
sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengujian kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam
sediaan bedak.
Penentuan kadar asam salisilat dalam percobaan ini dilakukan berdasarkan prinsip
reaksi netralisasi menggunakan larutan baku basa (NaOH), reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Asam salisilat
1 mol asam salisilat 1 mol NaOH
Kalium biftalat
1 mol Kalium biftalat 1 mol NaOH, BE K biftalat = BM
Tes 1
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat membuat larutan baku natrium hidroksida 0,1 N yang diperlukan
dalam titrasi
b. mahasiswa dapat melakukan pembakuan natrium hidroksida dengan kalium biftalat
c. mahasiswa dapat melakukan penentapan kadar asam salsilat dalam sampel bedak
dengan metode alkalimetri.
3. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N
1) Timbang 2 g kristal natrium hidroksida dalam gelas kimia 100 ml, larutkan dengan
air suling. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
2) Bilas gelas kimia beberapa kali dengan airsuling, masukkan bilasan ke dalam labu
ukur di atas. Kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda.
b. Pembakuan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N
1) Timbang saksama 400 mg kalium biftalat, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
2) Larutkan dengan 50 ml air bebas karbondioksida (mintalah sama pengawas di
laboratorium).
3) Tambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein, kocok hingga homogen
4) Titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga warna larutan berubah dari tidak
berwarna menjadi merah muda (pink)
5) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi.
6) Hitung normalitas larutan titer natrium hidroksida tersebut (normalitas larutan
hasil perhitungan ditulis sampai 4 desimal/4 angka di belakang koma), dengan
rumus
Mgrek NaOH = mgrek KH Ftalat
VNaOH x NNaOH =
VNaOH x NNaOH =
NNaOH =
Dimana
VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi (ml).
Berat KH Ftalat dibuat dalam satuan berat mg
Catatan :
Air bebas karbondiioksida dibuat dengan cara air suling dididihkan selama 5 menit
(waktu dihitung mulai saat air mendidih). Selama pendinginan dan penyimpanan harus
terlindung dari udara (FI edisi III, hal 639).
x 100 (g)
2) Masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 25 ml etanol yang sudah dinetralkan
dengan natrium hidroksida 0,1 N (mintalah sama pengawas di laboratorium).
3) Tambahkan 25 ml air suling dan beberapa tetes indikator fenolftalein (untuk
memperjelas titik akhir karena adanya talkum, indikator fenolftalein ditambahkan
sebanyak 10 tetes)
4) Titrasi hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi pink. Ulangi
prosedur ini 2 kali lagi.
5) Hitung kadar asam salisilat dalam sampel uji (hasil perhitungan ditulis sampai 2
desimal/2 angka dibelakang koma), dengan rumus :
= x 100%
Dimana :
VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan
NNaOH = Normalitas NaOH hasil pembakuan
BE as salisilat = BM = 138
Catatan :
Cara membuat etanol yang dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, yaitu: ukur
sejumlah etanol 95% (sesuai kebutuhan percobaan di atas adalah 75 ml), tambahkan 3
tetes indikator fenolftalein. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida 0,1 N
hingga larutan berwarna merah jambu (pink) (FI edisi III, hal 672).
Hasil Pengamatan
Hari/Tgl praktek :
PELAPORAN Sampel Uji :
No. Batch :
HASIL Metode :
PRAKTIKUM Tim Kerja :
1. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
2. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN PEMBAKUAN
1. Data penimbangan I :
Berat KH Ftalat = ............... mg
Volume larutan titer (NaOH) = ............... ml
NNaOH =
N1 =
= ...................
2. Data penimbangan II
Berat KH Ftalat = ............... mg
Volume larutan titer (NaOH) = ............... ml
NNaOH =
N2 =
= ...................
N3 =
= ...................
Nrata-rata =
=
= ..............
D. PERHITUNGAN KADAR
1. Data penimbangan I :
Berat zat uji = ............. mg
Volume larutan titer (NaOH) = ............. ml
Asam salisil =VNaOH x NNaOH x BE As Salisil
=....... x ............. x 138
= .......... mg
Kadar asam salisil dalam sampel :
= x 100%
= x 100%
= ................. %
2. Data penimbangan II :
Berat zat uji = ............. mg
Volume larutan titer (NaOH) = ............. ml
Asam salisil =VNaOH x NNaOH x BE As Salisil
=....... x ............. x 138
= .......... mg
E. KESIMPULAN
Pengawas/Pembimbing Praktikan
(......................................) (..........................................)
Topik 2
Penetapan Kadar Asetosal dengan
Metode Asidi-Alkalimetri
PENDAHULUAN
A. ASETOSAL
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri
minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Badan POM
Indonesia menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama.
Selain memiliki fungsi seperti diatas asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan
dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
Asetosal termasuk dalam salah satu obat komersil yang bisa didapatkan di apotik mana saja.
Untuk pemakaian jangka panjang dengan dosis yang sedikit obat ini dapat mencegah
penyakit serangan jantung, sedangkan efek sampingnya adalah darah menjadi sukar
membeku. Hal ini terjadi karena pada aspirin terkandung zat antikoagulan. Yang kedua
adalah konsumsi aspirin dapat menimbulkan sindrom reye terutama terjadi pada anak-anak.
Sindrom reye adalah penyait mematikan yang mengganggu fungsi otak dan hati. Karena itu
untuk mengantisipasi dan menanggulangi efek samping dari aspirin kita perlu untuk
mengetahui berapa kadar aspirin yang boleh kita konsumsi.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa kadar aspirin pada tablet yang dijual secara
komersil, tujuannya adalah agar kita mengetahui apakah kandungan pada tablet itu sudah
sesuai atau tidak. Sebagai farmasi untuk kedepannya pengukuran kadar aspirin ini berguna
untuk mengetahui dan memantau kadar aspirin pada darah pasien yang sering
mengkonsumsi aspirin sehingga efek samping yang timbul dapat diminimalisir.
1. Uraian Asetosal
a. Nama resmi : Acidum Acetylosalicylicum
b. Nama lain :
Asam Asetilsalisilat
Asetosal
c. Struktur kimia :
g. Kelarutan :
1) FI ed III
Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%) P; larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
2) FI ed IV
1) Hitunglah berapa gram kandungan HCl murni yang terdapat dalam 250 ml larutan HCl
1 N (BM HCl = 36,5).
2) Pada pembakuan larutan HCl, ditimbang baku primer natrium karbonat anhidrat
sebanyak 0,1244 g. Dilarutkan dengan 30 ml air suling, ditambah indikator yang sesuai
lalu dititrasi dengan larutan HCl yang hendak dibakukan hingga titik akhir tercapai.
Volume larutan titer yang dibutuhkan adalah sebanyak 23,6 ml.
a. Tuliskan indikator yang digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
b. Hitung normalitas larutan HCl tersebut.
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat membuat larutan baku Asam klorida 0,1 N yang diperlukan dalam
titrasi
b. mahasiswa dapat melakukan pembakuan asam klorida dengan natrium karbonat
c. mahasiswa dapat melakukan penentapan kadar Aspirin dengan menggunakan metode
Asidi-alkalimetri.
3. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan titer asam klorida 0,1 N
a) Ukur 4,2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
b) Encerkan dengan air suling hingga tanda, kocok hingga homogen
Dimana :
VHCl= volume larutan titer yang diperlukan pada titrasi
Karena Natrium karbonat dilarutkan hingga 100 ml, dan larutan yang dititrasi
hanya 25 ml. Maka jumlah mg natrium karbonat yang digunakan dalam titrasi
adalah x jumlah natrium karbonat yang tertimbang.
i) Persen kadar yang diperoleh terhadap kadar yang tertera pada etiket/label obat.
Cocokkan kadar yang diperoleh tersebut dengan persyaratan yang tertera pada FI
edisi IV. Persen kesesuaian kadar terhadap label dihitung dengan rumus :
% kadar zat uji terhadap label = x 100%
Hasil Pengamatan
Hari/Tgl praktek :
PELAPORAN Sampel Uji :
No. Batch :
HASIL Metode :
PRAKTIKUM Tim Kerja :
3. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
4. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN PEMBAKUAN
Berat Na2CO3 = ............... g
= ............... mg
Volume larutan titer HCl rata-rata = .............. ml
NHCl = x
NHCl = x
NHCl = ....................
D. PERHITUNGAN KADAR
1. Data penimbangan I:
Berat sampel uji = ............. mg
Volume larutan titer (NaOH) pd titrasi sampel = ............. ml
Volume larutan titer pd titrasi blangko = ............ ml
Mgrek asetosal = (Vblanko – Vsampel) x NHCl
Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal
= (........ - ........) x ............... X 90
=...... mg
asetosal pertab = x hasil perhitungan (mg)
= x .............. (mg)
= ................. mg
E. KESIMPULAN
(......................................)
(..........................................)
Kunci Jawaban Tes
Tes 1
1) Soal ini diselesaikan dengan rumus :
Normalitas (N) =
Massa (g) = N x BE x Volume(liter)
Untuk menentukan BE, lihat BM dan jumlah ion OH- yang dilepaskan dalam larutan.
Kunci : 0,5 gram
mgrek = ml x N
mgrek baku primer (data tersedia dalam bentuk berat/mgram) :
mgrek =
Kunci : 1,86%
Tes 2
1) Soal ini diselesaikan dengan rumus :
Normalitas (N) =
Massa (g) = N x BE x Volume(liter)
Untuk menentukan BE, lihat BM dan jumlah ion H+ yang dilepaskan dalam larutan.
Kunci : 9,125 g
Kunci : 0,0995 N
2) Larutan titer yang digunakan pada penetapan asam salisilat dalam bedak adalah...
A. Kalium permanganat (KMnO4)
B. Asam sulfat
C. Natrium hidroksida
D. Larutan Iodium
E. Na EDTA
3) Indikator yang digunakan pada penetapan kadar asam salisilat dalam bedak adalah...
A. Phenoftalein
B. KMnO4
C. Metil orange
D. Tropeolin OO
E. Amilum
4) Reaksi kimia yang terjadi pada penetapan asam salisilat tersebut adalah...
A. Pembentukan senyawa kompleks
B. Reduksi oksidasi
C. Pembentukan garam diazonium
D. Pengendapan
E. Asam basa
5) Larutan baku primer yang digunakan pada titrasi penetapan asam salisilat dalam bedak
adalah...
A. Natrium klorida
B. Natrium karbonat
C. Kalsium karbonat
D. K-biftalat
E. Asam oksalat
6) Metoda volumetric yang tepat pada penetapan kadar tablet asetosal adalah metoda...
A. asidi-alkalimetri
B. iodimetri
C. permanganometri
D. kompleksometri
E. nitrimetri
7) Reaksi yang terjadi pada pemanasan tablet asetosal dalam percobaan diatas adalah...
A. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam klorida
B. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam asetat
C. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam salisilat
D. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam salisilat dan asam asetat
E. meningkatkan kelarutan asetosal.
Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali
Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.
Kunci Jawaban Tes
Latihan
1) B
2) C
3) A
4) E
5) D
6) A
7) D
Daftar Pustaka
Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Basset, J., Denney, R C., dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Jakarta: EGC.
BAB III
ANALISIS KUANTITATIF OBAT
DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN
PEMBENTUKAN KOMPLEKS
PENDAHULUAN
Metode Volumetri kali ini tentang titrasi reduksi oksidasi dan pembentukan kompleks.
Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain :
1. Permanganometri
Larutan titer yang digunakan pada metode permanganometri adalah Kalium
permanganat (KMnO4) yang umumnya dilakukan dalam suasana asam (asam sulfat encer).
KMnO4 merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis merupakan suatu reduktor.
2. Iodimetri dan Iodometri
Larutan titer yang digunakan pada metode Iodimetri adalah larutan Iodium (I 2). Iodium
merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis merupakan reduktor. Larutan titer
yang digunakan pada metode Iodometri adalah larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3). Natrium
tiosulfat merupakan reduktor, namun reaksi dalam metode ini didasarkan pada reaksi
iodium (oksidator) dengan larutan titer (natrium tiosulfat). Dimana Iodium merupakan hasil
reaksi suatu oksidator (zat uji) dengan kalium iodida (KI). Iodometri juga bisa dilakukan
dengan mereaksikan zat uji reduktor dengan larutan iodium berlebih, sisa iodium yang tidak
bereaksi dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (titrasi berlebih).
PENDAHULUAN
1. Uraian Vitamin C
a. Nama resmi : Acidum Ascorbicum
b. Nama lain : Asam Askorbat
Vitamin C
c. Struktur kimia:
g. Kelarutan:
1) FI ed III
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam benzena P.
2) FI ed IV
Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroforom, dalam eter dan dalam benzena.
Sebelum titrasi (tidak berwarna) Titik akhir titrasi (warna biru kehitaman)
½ Reaksi reduksi : I2 + 2 e 2 I-
Berdasarkan ½ reaksi oksidasi vitamin C di atas :
1 ml vitamin c 2 mol e
BE vitamin c = ½ x BM = ½ x 176 = 88
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat membuat larutan baku Iod 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi
b. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan larutan Iod dengan arsen trioksida sebagai
baku primer
c. Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar vitamin c dengan menggunakan
metode iodimetri
3. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan iodium 0,1 N
1) Timbang 6,35 g iodium dalam botol timbang.
2) Timbang 9 g kalium iodida dalam gelas kimia, tambahkan 10 tetes air suling.
Aduk hingga larut.
3) Masukkan iodium sedikit-sedikit, aduk hingga kristal iodium tersebut larut.
4) Encerkan dengan air suling, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
5) Bilas gelas kimia dengan air suling, dan masukkan air bilasan ke dalam labu ukur
yang berisi larutan iodium sebelumnya.
6) Lakukan pembilasan sampai gelas kimia tersebut bebas dari larutan iodium,
kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda.
b. Pembakuan larutan titer iodium
1) Timbang saksama 100 mg arsentrioksida, larutkan dalam 20 ml natrium
hidroksida 1 N, jika tidak larut hangatkan.
2) Encerkan dengan 40 ml air, tambahkan 2 tetes larutan jingga metl.
3) Tambahkan larutan asam klorida 6 N hingga terjadi warna merah jambu,
kemudian tambahkan 2 g natrium bikarbonat, encerkan dengan 50 ml air.
4) Tambahkan 1 ml larutan indikator kanji.
5) Titrasi dengan larutan iodium hingga berwarna biru.
6) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi.
7) Hitung normalitas larutan titerIod tersebut (normalitas larutan hasil perhitungan
ditulis sampai 4 desimal/4 angka di belakang koma), dengan rumus
VIod x NIod =
NIod =
Dimana
VIod = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi (ml).
Berat As2O3 dibuat dalam satuan berat mg
Hari/Tgl praktek :
PELAPORAN Sampel Uji :
No. Batch :
HASIL Metode :
PRAKTIKUM Tim Kerja :
5. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
6. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN PEMBAKUAN
1. Data penimbangan I :
Berat As2O3 = ............... mg
Volume larutan titer (VIod) = ............... ml
NIod =
N1 =
= ...................
2. Data penimbangan II
Berat As2O3 = ............... mg
Volume larutan titer (VIod) = ............... ml
NIod =
N2 =
= ...................
= ...................
Nrata-rata=
=
= ..............
D. PERHITUNGAN KADAR
1. Data penimbangan I :
Berat zat uji = ............. mg
Volume larutan titer (VIod) = ............. ml
Mgrek vitamin c =mgrek iod
= VIod x NIod
2. Data penimbangan II :
Berat zat uji = ............. mg
Volume larutan titer (VIod) = ............. ml
Mgrek vitamin c =mgrek iod
= VIod x NIod
mg Vit c dlm sampel =VIod x NIod x BE vit c
= ....... x ............. x 88
= ................ mg
=VIod x NIod
E. KESIMPULAN
Pengawas/Pembimbing Praktikan
(......................................) (..........................................)
Latihan 1
Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali
Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.
Topik 2
Penetapan Kadar Fero Sulfat dengan
Metode Permanganometri
PENDAHULUAN
Tablet besi (II) sulfat atau ferro sulfat merupakan preparat yang digunakan untuk
mengatasi anemia terutama anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia
yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk
eritropoeisis tidak cukup.
Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan, bekerjanya
berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan untuk pembentukan
hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf
pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan
terhadap infeksi.
Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, kira – kira
sekitar 43% anak-anak dan 51% ibu hamil. Pengobatan anemia dengan perubahan makanan
saja tidak cukup sehingga alternatif pengobatan lain diberikan tablet zat besi. Tingginya
prevalensi anemia di Indonesia menyebabkan kebutuhan tablet zat besi yaitu ferro sulfat
sebagai preparat untuk mengatasi anemia defisiensi besi menjadi meningkat. Hal ini dapat
menjadi dorongan bagi industri – industri farmasi untuk meningkatkan produksi besi (II)
sulfat.
f. Kelarutan :
1) FI ed III
Perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air bebas karbondioksida
2) FI ed IV
Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol; sangat mudah larut dalam air
mendidih.
Persyaratan kadar tablet ferrosi sulfat : Tablet Besi (II) Sulfat mengandung Besi (II) Sulfat.
Kadar FeSO4 tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90% dari jumlah yang tertera pada
etiket (FI ed III).
Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas, pereaksi ini
mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan
yang sangat encer. Setetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan
berlebihnya pereaksi yang digunakan (titik akhir telah tercapai). Oleh karena itu, titrasi
dengan metode permanganometri tidak diperlukan larutan indikator karena kalium
permanganat sendiri berfungsi sebagai autoindikator.
Reaksi redoks :
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 10 CO2 + 2 Mn2+ +8 H2O
Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses titrasi
permanganometri adalah :
½ Reaksi oksidasi : Fe2+ Fe3+ + e
1 mol Ferro 1 mol e, BE = BM
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan larutan baku kalium permanganat
b. Mahasiswa dapat membakukan larutan titer kalium permanganat
c. Mahasiswa dapat menentukan kadar ferro sulfat dalam tablet Secara
permanganometri.
3. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan titer kalium permanganat 0,1 N
1) Timbang 1,58 g dalam gelas kimia 100 ml, larutkan dengan 50 ml air suling
2) Saring dengan glaswol, filtrat ditampung ke dalam labu ukur 500 ml.
3) Bilas residu beberapa kali dengan air suling, campur filtrat ke dalam labu ukur di
atas. Kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda.
Hari/Tgl praktek :
PELAPORAN Sampel Uji :
No. Batch :
HASIL Metode :
PRAKTIKUM Tim Kerja :
7. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
8. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN PEMBAKUAN
1. Data penimbangan I :
Berat asam oksalat = ............... mg
Volume larutan titer (KMnO4) = ............... ml
NKMnO4 =
N1 =
= ...................
2. Data penimbangan II
Berat asam oksalat = ............... mg
Volume larutan titer (KMnO4) = ............... ml
NKMnO4 =
N2 =
= ...................
Nrata-rata =
=
= ..............
D. PERHITUNGAN KADAR
Berat 10 tablet = ................ g
Berat rata-rata/tab =
= = ............... g
1. Data penimbangan I:
Berat sampel uji = ............. mg
Volume larutan titer (KMnO4) pd titrasi sampel = ............. ml
Mgrek Ferro Sulfat = V KMnO4 x N KMnO4
Ferro Sulfat dalam sampel = VKMnO4 x N KMnO4 x BEFerro sulfat
= ............ x ............... X 152
= ...... mg
Ferro Sulfat pertab = x hasil perhitungan (mg)
= x .............. (mg)
= ................. mg
Pengawas/Pembimbing Praktikan
(......................................) (..........................................)
Latihan 2
1) Hitunglah berapa gram kalium permanganat harus ditimbang untuk membuat larutan
kalium permanganat 0,1 N sebanyak 250 ml.
2) Pada pembakuan larutan kalium permanganat, ditimbang saksama baku primer asam
oksalat sebanyak 0,1250 g. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dilarutkan dengan 30 ml
air suling, ditambahkan 20 ml asam sulfat 2 N. Dipanaskan hingga suhunya 70 oC,
kemudian dititrasi hingga titik akhir tercapai. Volume larutan titer kalium permanganat
yang dibutuhkan adalah 20,1 ml.
a. Bagaimana menentukan titik akhir tercapai
b. Hitung normalitas larutan kalium permanganat tersebut.
3) Pada penetapan kadar ferro sulfat tablet, ditimbang serbuk tablet sebanyak 0,5324 g.
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 30 ml air suling dan 20 ml asam sulfat
2 N. Dititrasi dengan larutan kalium permanganat hingga berwarna pink. Diketahui
berat 10 tab sampel uji ferro sulfat = 3, 5026 g, volume larutan titer yang dibutuhkan =
20,3 ml. Hitung berapa mg ferro sulfat pertablet.
Topik 3
Penetapan Kalsium Laktat dengan
Metode Kompeksometri
PENDAHULUAN
Kalsium Laktat merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan
tubuh akan kalsium. Tablet kalsium laktat digunakan sebagai terapi suplemen pada
hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi, seperti pada: kehamilan, menyusui,
defisiensi paratiroid.
Peran utama kalsium dalam tubuh adalah menyusun dan mempertahankan
kepadatan tulang dan gigi sehingga mencegah osteoporosis (kekeroposan tulang). Peran lain
kalsium adalah membantu mengendalikan fungsi saraf dan otot, penting dalam produksi
enzim dan hormon yang berhubungan dengan pencernaan, metabolisme lemak dan energi,
serta meningkatkan kesehatan dengan menjaga sel tubuh tetap mendapatkan mineral yang
dibutuhkan untuk keseimbangan
g. Kelarutan
1) FI ed III
Pada suhu 25o, larut dalam 20 bagian air; larut dalam air panas.
2) FI ed IV
Kalsium Laktata pentahidrat larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat membuat larutan dinatrium EDTA
b. Mahasiswa dapat membakukan larutan titer dinatrium EDTA menggunakan baku
primer kalsium karbonat
c. Mahasiswa dapat menentukan kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat
secara titrasi kompleksometri.
3. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan titer dinatrium EDTA 0,05 M
1) Timbang 9,31 g di natrium EDTA, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
2) Tambahkan 100 ml air suling, kocok hingga larut. Kemudian cukupkan volumenya
dengan air suling hingga tanda.
b. Pembakuan larutan titer dinatrium EDTA
1) Timbang saksama 100 mg kalsium karbonat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 ml.
2) Larutkan dengan 2 ml larutan HCl 2 N, kemudian tambahkan 25 ml air.
3) Tambahkan 15 mL larutan dapar NH4Cl pH 10 (mintalah pada pengawas di
laboratorium) dan ± 100 mg indikator biru hidroksi naftol.
4) Titrasi hingga warna larutan berubah dari violet menjadi biru. Ulangi prosedur ini 2
kali lagi.
5) Hitung Molaritas(M) larutan titer dinatrium EDTA tersebut, dengan rumus:
M EDTA =
Dimana :
mg CaCO3 = berat CaCO3 yang tertimbang
VEDTA = volume larutan titer EDTA (ml)
BM CaCO3 = 100,09
Catatan : larutan dapar NH4Cl pH 10 dibuat dari campuran amonium klorida dan
amonia (lihat FI edisi III, hal 665).
= x ............... g = ................... g
Hari/Tgl praktek :
PELAPORAN Sampel Uji :
No. Batch :
HASIL Metode :
PRAKTIKUM Tim Kerja :
9. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
10. Nama : .............................................................
NIM : .............................................................
A. TUJUAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN PEMBAKUAN
1. Data Penimbangan I
Berat kalsium karbonat = ............... mg
Volume larutan titer (EDTA) = ............... ml
MEDTA =
M1 =
= ...................
2. Data Penimbangan II
Berat kalsium karbonat = ............... mg
Volume larutan titer (EDTA) = ............... ml
MEDTA =
M2 =
= ...................
MEDTA =
M3 =
= ...................
Molaritas rata-rata=
=
= ..............
D. PERHITUNGAN KADAR
1. Data Penimbangan I:
Berat sampel uji = ............. mg
= x 100%
= x 100%
= ............... %
E. KESIMPULAN
(......................................) (........................................)
Latihan 3
2) a) Indikator amilum/kanji, titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru
b) Pipet volum/buret
Kesetaraan BE terhadap BM lihat kembali ½ reaksi redoksnya dari As 2O3 (lihat jumlah
elektron dalam reaksi tersebut).
Kunci : 0,0981 N
Kunci : 98,1138 mg
Latihan 2
Normalitas (N) =
Massa (g) = N x BE x Volume(liter)
2) Titik akhir tercapai jika warna KmnO4 tidak hilang (warna pink)
Soal ini diselesaikan dengan rumus :
NKMnO4 =
Lihat kembali ½ reaksi oksidasi Ferro untuk menentukan kesetaraan BE dengan BMnya
Kunci : 200,36 mg mg
Latihan 3
Kunci : 0,0526 M
Kunci : 500,05 mg
Tes 3
1) Reaksi kimia yang terjadi pada metoda permanganometri pada penetapan kadar tablet
FeSO4 adalah...
A. Netralisasi
B. Reduksi oksidasi
C. Pengendapan
D. Pembentukan senyawa kompleks
E. Pembentukan garam diazo
9) Bila 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin, berapa mg asam askorbat yang
dapat dititrasi dengan 22,4 ml I2 N ?
A. 19,72 mg
B. 197,25 mg
C. 1,97 g
D. 19,7 g
E. 0.97 g
10) Indikator yang digunakan pada penetapan kadar vitamin C adalah...
A. Phenoftalein
B. KMnO4
C. Metil orange
D. Tropeolin OO
E. Amilum
Kunci Jawaban Tes
Tes 3
1) B
2) E
3) E
4) C
5) B
6) B
7) A
8) C
9) B
10) E
Daftar Pustaka
Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Basset, J., Denney, R C., dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Jakarta: EGC.
Pusdik SDM Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Jl. Hang Jebat Ill Blok F3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan - 12120
Telp. 021 726 0401, Fax. 021 726 0485, Email. pusdiknakes@yahoo.com