Anda di halaman 1dari 15

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


UJIAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV – 2015/2016

Nama : Anisa Setia Wardani


NPM : A 141 059
Zat Aktif : Eritromisin

Jumlah Tablet : 60.000 tablet

Dosis : 500 mg

I. PREFORMULASI
I.1 Nama Zat Aktif : Eritromisin
Struktur :

Pemerian : Serbuk kristal putih atau agak kuning, sedikit


higroskopik

Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam etanol; dalam


kloroform dan dalam eter

Titik Leleh : 135oC

pH : Antara 6,0 dan 8,6

Sediaan yang ada di pasaran : DOTHROCYN


Dosis Yang Ditentukan : 250 mg dan 500 mg

Penggunaan Terapi :

I.2 Informasi Aspek Farmakologi


Absorpsi
Eritromisin bisa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini
diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian per-oral.
Distribusi
Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang
bedifusi ke dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke
dalam makrofag. Obat ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi
menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Metabolisme
Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui ksidasi
sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450.
Ekskresi
Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk
aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi
enterohepatik.
Mekanisme Kerja
Eritromisin termasuk golongan makrolida, bekerja dengan menghambat
sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung
dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Eritromisin efektif terhadap
kuman gram-positif seperti S. aureus (baik yang menghasilkan
penisillinase maupun tidak), Streptococcus group A, Enterococcus, C.
diphtheriae dan Pneumococcus. Juga efektif terhadap kuman gram-negatif
seperti Neisseria, H. influenzae, B. pertusis, Brucella juga terhadap
Riketsia, Treponema dan M. pneumoniae. Resistensi silang dapat terjadi
antar berbagai antibiotika golongan makrolida.
Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi adalah gangguan saluran pencernaan
seperti nyeri epigastrik, mual, muntah, dan diare. Kadang-kadang terjadi
anafilaksis, dan nefritis interstisial. Kadang-kadang terjadi gangguan
pendengaran jika digunakan dalam dosis besar atau pada gangguan fungsi
ginjal atau pada pasien usia lanjut. Reaksi hipersensitif termasuk ruam
kulit, demam obat dan eosinofilia.

I.3 Zat Tambahan


I.3.1 Hydroxypropyl Cellulose (HPC)
Rumus Kimia : [CH2CH(CH3)mH
Pemerian : Serbuk atau granul berwarna putih
atau putih kekuningan; praktis tidak berbau, higroskopis
Kegunaan dalam Formula : Pengikat (2 - 6%)
pH : 5,0 - 8,5
Stabilitas : Serbuk HPC merupakan material
stabil, meskipun menjadi higroskopis setelah dikeringkan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 317-322)
I.3.2 Explotab
Rumus Kimia : Sodium Starch Glycolate
Pemerian : Putih atau hampir putih; mengalir
bebas; sangat higroskopis
Kegunaan dalam Formula : Disintegran Fasa Luar (2 - 8%)
pH : 5,5 - 7,5
Stabilitas : Stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau, dan tidak terpengaruh dengan kelembapan suhu
ruangan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 663-666)
I.3.3 Sorbitol
Rumus Kimia : C6H14O6
Pemerian : Tidak berbau, putih atau hampir tidak
berwarna, kristal, higroskopis.
Kegunaan dalam Formula : Pengisi (25 – 90%)
pH : 4,5 – 7,0
Stabilitas : Stabil dalam bentuk serbuk maupun
larutan. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat
sejuk dan kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 424-428)
I.3.4 Etanol
Rumus Kimia : C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak
berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah terbakar.
Kegunaan dalam Formula : Pelarut
pH : -
Stabilitas : Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78oC.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 17-19)
I.3.5 Natrium Alginat
Rumus Kimia : (C6H8O6)n
Pemerian : Berupa serbuk berwarna putih atau
kuning coklat pucat, tidak berbau dan tidak berasa.
Kegunaan dalam Formula : Disintegran Fasa Dalam (2,5 - 10%)
pH : 4 - 10
Stabilitas : Dapat stabil pada kondisi kelembapan
relatif dan temperatur rendah.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 622-624)
I.3.6 Aerosil
Rumus Kimia : SiO2
Pemerian : Merupakan uap silika submikros-
kopik dengan ukuran partikel sekitar 15 nm. Berwarna putih terang,
tidak berasa, tidak berbau.
Kegunaan dalam Formula : Glidan ( < 3% )
pH : Antara 4 dan 8
Stabilitas : harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th 2009, 185-188)
I.3.7 Sodium Stearyl Fumarat
Rumus Kimia : C22H39NaO4
Pemerian : Serbuk halus, putih dengan gumpalan atau pipih,
berbentuk bundar
Kegunaan : Lubrikan 0,5 – 2%
pH : 8,3
Stabilitas : Pada suhu kamar dapat stabil sampai tiga tahun.
Serbuk ruah harus disimpan di tempat tertutup baik, sejuk, dan
kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th, 2009: 667 – 668)

II. FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN


II.2 Formula yang akan dibuat
R/ Eritromisin 500 mg
Natrium Alginat 6%
Sorbitol q.s
HPC 3%
Etanol q.s
Eksplotab 2,5%
Aerosil 2%
Sodium Stearyl Fumarat 2%
II.2 Metode yang digunakan : Granulasi Basah
II.3 Alasan Pemilihan Metode
Karena eritromisin termostabil, sehingga mempunyai titik leleh yang
tinggi, relatif stabil terhadap pemanasan serta tidak terhidrolisis oleh air dengan
menggunakan Granulasi Basah diharapkan agar aliran eritromicin dapat
meningkat dan homogenitas dalam granul lebih terjamin
III. PERHITUNGAN
a. Kekuatan Sediaan : 500 mg
b. Bobot Tablet : 700 mg
c. Jumlah Tablet : 60.000 tablet

3.1 Untuk tiap Tablet


1. Fase Dalam : Eritromisin = 500 mg
(93,5%) Natrium Alginat = 0,06 x 700 mg = 42 mg
Sorbitol = (654,5-500-42-21) = 91,5 mg
HPC = 0,003 x 700 mg = 21 mg
Etanol q.s
F.D = 0,935 x 700 mg
= 654,5 mg
2. Fase Luar :
Eksplotab = 2,5% dari granul yang didapat
Aerosil = 2% dari granul yang didapat
Sodium Stearyl Fumarat = 2% dari granul yang didapat
3.2 Penimbangan
 Eritromisin : 30 kg
 Natrium Alginat : 2,52 kg
 Sorbitol : 5,49 kg
 HPC : 1,26 kg
 Eksplotab :
 Aerosil :
 Mg. Stearat :
3.3 Bobot Granul Teoritis
Untuk 60.000 tablet
Bobot Granul Teoritis
Fase Dalam : Eritromisin = 500 mg x 60.000 = 30 kg
Natrium Alginat = 42 mg x 60.000 = 2,52 kg
Sorbitol = 91,5 mg x 60.000 = 5,49 kg
HPC = 21 mg x 60.000 = 1,26 kg +
39,27 kg

IV. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Eritromisin dan bahan tambahan ditimbang sesuai yang dibutuhkan
2. Eritromisin dan zat pengisi yaitu manitol yang telah ditimbang, dicampur
hingga homogen
3. Larutan HPC (HPMC dilarutkan sempurna dalam etanol ) ditambahkan
sedikit-sedikit ke dalam campuran eritromisin, manitol, hingga diperoleh
campuran/massa yang baik (dapat dikepal namun dapat dihancurkan
kembali)
4. Campuran dibentuk menjadi granul dengal menggunakan ayakan nomor
14
5. Granul dikeringkan dalam lemari pengering / oven pada suhu 50 – 60 0C
6. Tentukan kadar air dengan menggunakan moisture analyzer
7. Jika granul telah memenuhi persyaratan kadar air ( 2-4 %), granul diayak
kembali dengan ayakan nomor 16
8. Lakukan evaluasi granul
9. Granul dicampur dengan fasa luar yang telah ditimbang
10. Lakukan pencetakan tablet
11. Lakukan evaluasi tablet

V. EVALUASI
A. Granul
1. Penetapan Kadar Air
Sebanyak 2 g granul ditimbang, kemudian disimpan dalam piring
dan ratakan, lalu masukkan kedalam alat moisture balance. Diamkan
beberapa waktu hingga skala menunjukkan angka yang tetap. Kadar air
granul dapat dibaca pada skala tetap.
2. Penetapan Bobot Jenis Sejati
Penetapan ditentukan dalam piknometer 10 mL dengan
menambahkan cairan pendispersi yang tidak melarutkan granul atau
serbuk.
3. Penetapan Bobot Jenis Nyata, Bobot Jenis Mampat, Kadar
Pemampatan, dan Porositas
Sebanyak 100 g (B) granul atau serbuk dimasukkan kedalam gelas
ukur 250 mL, catat volumenya (V0). Selanjutnya dilakukan pengetukan
dengan alat. Volume pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur, lalu
dilakukan perhitungan sebagai berikut :

B
BJ nyata = V0 g/mL

B
BJ mampat = V g/ml
mampat
V0  Vmampat
Kadar Pemampatan =  100 0 0
V0

(1  BJ mampat )
Porositas=  100 0 0
BJsejati

4. Kecepatan aliran
a. timbang beker glass kosong (Wo)
b. set skala pada posisi 0
c. masukkan granul ke corong
d. alat dihidupkan
e. catat waktu alir (t)
f. timbang beker glass berisi granul (Wt)
Wt  Wo
g. hitung aliran granul :
t
B. EVALUASI TABLET
1. Penampilan
Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidak homogenan zat
warna atau tidak, bentuk tablet, permukaan cacatatan tidak dan bebas dari
noda atau bintik-bintik. Bau tablet tidak boleh berubah.
2. Keseragaman Ukuran
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter tebalnya
menggunakan jangka sorong.
3. Keragaman Bobot
Diambil 20 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet.
Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
4. Uji Disolusi (FI IV)
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera
dalam masing-masing monografi kedalam wadah, pasang alat, biarkan
Media disolusi hingga suhu 37°+0.5°, dan angkat termometer. Masukkan
satu tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi. Dalam interval waktu
yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan
pada daerah pertengahan antara permukaan Media disolusi dan bagian
atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1cm
dari dinding wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi.
5. Kekerasan Tablet
Dilakukan menggunakan hardness tester terhadap 20 tablet yang
diambil secara acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan
tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan
kekerasan adalah kg/cm2. Dihitung kekerasan rata-rata dan standar
deviasinya.
6. Friabilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 20 tablet
yang diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas dipengaruhi oleh
sudut tablet yang kasar, kurang daya ikat serbuk, terlalu banyak serbuk
halus, pemakaian bahan yang tidak tepat, massa cetak terlalu kering.
a. diambil 20 tablet secaraacak
b. tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
c. tablet dimasukkan dalam alat
d. alat dinyalakan selama 4 menit
e. tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)
Tablet yang baik memiliki friabilitas kurang dari 1 %.
Wo  Wt
f   100%
Wo

7. Friksibilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 20 tablet
yang diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap gesekan antar tablet selama waktu tertentu.
a. diambil 20 tablet secara acak
b. tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
c. tablet dimasukkan dalam alat
d. alat dinyalakan selama 4 menit
e. tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)

Wo  Wt
f   100%
Wo

8. Uji Waktu Hancur Tablet Tidak Bersalut (FI IV)


Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalan kanalat, gunakan air
bersuhu 37° + 2° sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan
lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti
yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet
:semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya :tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
VI. KEMASAN

Gambar 6.1 Kemasan Primer

Gambar 6.2 Kemasan Sekunder


Gambar 6.3 Brosur
Obat

6.1 Kemasan Obat

1. Kemasan Primer : Botol

2. Kemasan Sekunder : Dus

6.2 Logo

Logo yang digunakan pada sediaan formulasi eritromisin yaitu logo


tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi, itu
melambangkan bahwa eritromisin termasuk obat keras

Logo : Obat Keras

Label :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

6.3 Penjelasan yang terdapat pada kemasan dan brosur produk

1. Nama Produk
ASTROMISINE
2. Nama Generik
Eritromisin 500 mg
3. Nama Industri Farmasi
PT. ASPHARM
4. Bentuk Sediaan
Tablet oral
5. Komposisi
Tiap tablet ASTROMISINE mengandung 500 mg eritromisin
6. Indikasi
Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik
Group A), Streptococcus pneumonlae (Diplococcus pneumoniae),
Haemophilus influenzae.
7. Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap eritromisin dan komponen lain
dalam obat. Pasien yang diketahui menderita penyakit liver.
Kontraindikasi jika digunakan bersamaan dengan turunan ergot,
pimozide, dan cisapride.
8. Efek samping
Gangguan pada saluran pencernaan seperti mual. muntah, diare.
Reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi
anafilaksis dapat terjadi pada penderita yang hiper-sensitivitas.
Pengobatan dalam jangka waktu lama mungkin menimbulkan
superlnfeksi
9. Cara Kerja Obat
Eritromisin bekerja dengan cara menghambat sintesa protein tanpa
mempengaruhi sintesa asam nukleat. Pada pemakaian per oral
Eritromisin cepat diabsorpsi. terutama bila perut kosong,Setelah
diabsorpsi, Eritromisin terdifusi ke dalam cairan tubuh dan akan
dicapai kadar terapi yang efektif dari Eritromisin dalam darah selama
6 jam.
10. Aturan Pakai
 Anak-anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi
dalam jumlah yang sama tiap 6 jam.
 Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg : 1 tablet 250 tiap 6 jam atau 1
tablet 500 tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).
11. Perhatian
Eritromisin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan
penderita dengan gangguan fungsi hati.
Penggunaan jangka panjang atau berulang-ulang dapat menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri yang tidak peka atau
fungi.
Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganti dengan
pengobatan yang sesuai.
12. Nomor Batch
Nomor ini merupakan suatu identitas produksi yang diberikan oleh
industri farmasi terhadap suatu obat dalam satu satuan produksi.
No.Batch : M6050130
Keterangan :
M6 : Tahun pembuatan obat
05 : Bulan pembuatan obat
01 : Sediaan peroral
30 : Nomor urut pembuatan/pengolahan/Batch ke-1 yang dibuat
13. Nomor registrasi
Nomor registrasi adalah nomor yang diberikan sebagai tanda obat
telah terdaftar di BPOM dan mendapat izin edar.
No. Registrasi : DKL1615105110A1
Keterangan :
D : Menunjukan nama dagang
K : Golongan obat keras
L : Obat jadi produksi dalam negeri (Lokal)
16 : Tahun pendaftaran obat jadi
151 : Menunjukan nomer urut obat jadi
051 : Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh masing-masing
pabrik
10 : Menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (tablet)
A : Sediaan obat jadi yang pertama disetuji
1 : Kemasan utama
14. Nama dan alamat industri farmasi
Nama dan alamat industri farmasi dituliskan sebagai identitas
industri yang memproduksi obat.
15. Tanggal kadaluwarsa
Tanggal kadaluwarsa merupakan istilah yang umum digunakan
untuk menunjukkan suatu waktu dimana produk sudah selayaknya
tidak digunakan lagi. Biasanya pada kemasan obat akan tertulis
sebagai “Exp. Date”.
Netto : 50 tablet
Mfg : Mei 2016
Exp : Mei 2018
DAFTAR PUSTAKA

British Pharmacopeia. 2009. British Pharmacopeia. London: The Stationary


Office.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C, et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth
Edition. USA: Pharmaceutical Press.

The United States Pharmacopeial Convention. 2007. The United States


Pharmacopeia (USP). 30th Edition. United States.

Anda mungkin juga menyukai