Anda di halaman 1dari 7

KETOKONAZOL CREAM

Zat Aktif : Ketokonazol

Bentuk Sediaan : Cream

Jumlah Sediaan : 3 sediaan

Dosis : ketokonazol 20 mg/ gram cream

I. PREFORMULASI
I.1 Zat Aktif

Nama Zat : Ketokonazol


Rumus kimia : C26H28Cl12N4O4
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat pahit
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam
alkohol, larut dalam diklorometan dan larut dalam
metil alkohol
BM : 531,44 gram /mol
Titik Leleh : 148C - 152C
Stabilitas : tidak stabil pada cahaya
Fungsi : Anti fungi ( FI IV hal 486)
A. Sediaan di pasaran
Formyco cream, mycoral cream, Fungasol cream
B. Dosis yang ditentukan
Dosis sediaan topikal dosis ketokonazol yang umum digunakan
adalah 1-2% ( AHFS, 2005)

C. Alasan pemilihan bentuk sediaan


Sedian cream memiliki daya sebar dan absorpsi yang baik dan
target yang dituju untuk pengobatan pada kulit lebih efektif dan
sediaan cream mudah dihilangkan dan dicuci dengan air.
I.2 Asfek Farmakologi
Ketokonazol merupakan senyawa turunan imidazol yang memiliki
daya anti jamur spektrum luas dan digunakan untuk mengobati infeksi
jamur super fisial pada kulit. Efek ketokonazol terhadap ragi dan jamur
berhubungan dengan kemampuannya mengubah permeabilitas membran
sel.
Ergosterol suatu sterol seluler utama dari jamur penting dalam
memelihara integritas dan fungsi membran sel jamur. Sintesa ergosterol
dihambat oleh kemampuan ketokonazol menghambat demetilasi
lanosterol yang merupakan prekusor dari ergosterol, akibatnya terjadi
disorganisasi serta penebalan plasmalemma dan menurunnya
pengambilan zat-zat makanan esensial pada membran sel jamur.
Mekanisme tersebut menerangkan efek selektif ketokonazol terhadap
jamur.
I.3 Zat Tambahan
A. Tietanolamin
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak,
higroskopis
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan
etanol, dengan eter dan dengan air dingin
Khasiat : Surfaktan, emulgator
Stabilitas : Trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat
pemaparan pada udara dan cahaya. Trietanolamin
harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
ditempat sejuk dan kering (FI IV hal. 1203)

B. Metil Paraben
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah,
mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Preservatif atau pengawet
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udaradi luar
(FI IV hal 551; HOPE 390-393)
C. Profil Paraben
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol 95% dalam 3 bagian aseton, dalam
140 bagian gliserol, dalam 40 bagian minyak
lemak, mudah larut dalam alkali hidroksi
Fungsi : Zat tambahan, sebagai pengawet
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara di luar
(FI IV hal 713, HOPE 526-528)
D. Profilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol 90% dan
kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat
bercampur dengan eterminyak tanah dan dengan
minyak lemak
Fungsi : Zat tambahan, sebagai pelarut
Stabilitas : Pada temperatur rendah, propilenglikol stabil bila
disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang
sejuk dan kering. Tetapi pada temperatur yang tinggi
ditempat terbuka, cenderung mengoksidasi sehingga
menimbulkan produk seperti propionaldehid, asam
laktat, asam piruvat, asam asetat,. Propilenglikol
secara kimiawi stabil ketika dicampur dengan etanol
95%, gliserin atau air (FI IV hal 712)
E. Cera Alba
Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus
cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas
lemah dan bebas bau tengik
Kelarutan : tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dingin, larut sempurna dalam kloroform
dan eter juga minyak lemak
Fungsi : Zat tambahan sebagai peningkat konsentrasi
Stabilitas : Ketika lilin dipanaskan diatas 150 C, terjadi
esterifikasi akibat munculnya nilai asam dan titik
lebur. Lilin putih stabil bila disimpan dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya ( FI IV, hal
186, HOPE 687-688)
F. Vaselin Album
Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih,
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%,
Fungsi : Zat tambahan, sebagai emulen dalam basis salep
(FI III hal 633)
G. Butil Hidroksi Toluen (BHT)
Pemerian : Hablur padat, bau khas lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilenglikol, mudah
larut dalam etanol, kloroform, eter.
Fungsi : Anti oksidan
Stabilitas : Kondisi paparan cahaya, kelembaban dan panas
menyebabkan pelunturan dan hilangnya aktivitas
BHT. BHT harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya di tempat sejuk dan
kering ( FI IV, hal 157-158; HOPE 75-76)
H. Aquadest
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Fungsi : Zat pelarut (FI Edisi III Hal 96)

II. FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN


R/ Ketokonazol 2%
Tietanolamin 1,5%
Metil Paraben 0,18%
Profil Paraben 0,02%
Profilenglikol 8%
Cera Alba 2%
Vaselin Album 25%
BHT 0,02%
Aquadest ad 5 gram

III. PERHITUNGAN
III.1 Perhitungan untuk 1 unit masing-masing 5 gram /tube
2
Ketokonazol : 100 x 5 gram = 0,1 gram

1,5
Tietanolamin : 100 x 5 gram = 0,075 gram

0,18
Metil Paraben : 100 x 5 gram = 0,009 gram
0,02
Profil Paraben : 100 x 5 gram = 0,001 gram

8
Profilenglikol : 100 x 5 gram = 0,4 gram

2
Cera Alba : 100 x 5 gram = 0,1 gram

25
Vaselin Album : 100 x 5 gram = 1,25 gram

0,02
BHT : 100 x 5 gram = 0,001 gram

Aquadest : ad 5 gram
III.2 Perhitungan untuk 1 batch ( 3 unit)
Ketokonazol : 0,1 x 3 = 0,3 gram
Tietanolamin : 0,075 x 3 = 0,3 gram
Metil Paraben : 0,009 x 3 = 0,3 gram
Profil Paraben : 0,001 x 3 = 0,3 gram
Profilenglikol : 0,4 x 3 = 0,3 gram
Cera Alba : 0,1 x 3 = 0,3 gram
Vaselin Album : 1,25 x 3 = 0,3 gram
BHT : 0,001 x 3 = 0,3 gram
Aquadest : ad 15 gram

IV. PROSEDUR PEMBUATAN


Pertama-tama alat dan bahan disiapkan kemudian ditimbang. Cera
alba dan vaselin album dimasukkan kedalam cawan penguap dan pada
cawan yang berbeda dimasukkan TEA dan propilenglikol lalu dilebur
sampai membentuk larutan kental. Larutan TEA dan propilengikol
dimasukkan ke dalam larutan cera alba dan vaselin album, diaduk hingga
homogen. Kemudian masukkan profil paraben, metil paraben dan BHT,
diaduk hingga homogen sampai terbentuk basis cream. Selanjutnya
ditambahkan ketokonazol ke dalam campuran basis cream sedikit demi
sedikit sambil di aduk hingga homogen. Kemudian ad dengan aquades
hingga homogen. Dimasukkan kedalam tube, dan dilakukan evaluasi.

V. PROSEDUR EVALUASI
V.1 Uji Organoleptis
Evaluasi berdasarkan bentuk, bau dan adanya perubahan warna
pada sediaan.
V.2 Uji Homogenitas
Diletakkan sedikit cream diantara 2 kaca objek, kemudian diputar-
putar, diperhatikan adanya partikel-partikel kasar atau ketidak
homogenan.
V.3 Uji pH
Sediaan cream di cek pH nya dengan pH meter, sediaan cream
yang sesuai dengan pH kulit yaitu 5,5-7,5.
V.4 Uji Viskositas
Larutan diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer
broodfiel. Spindle disiapkan pada viskometer lalu sediaan cream
diletakkan di bawah viskometer dan masukkan spindle hingga
tenggelam dalam larutan, kemudian viskometer dinyalakan hingga
didapat hasil yang konstan.
V.5 Uji Daya Lekat
Sediaan cream diletakkan pada objek gelas pada alat uji daya lekat
kemudian ditambahkan beban 500 gram didiamkan 1 menit, setelah 1
menit beban diturunkan , hasil ditarik 65 gram, kemudian dicatat
waktunya
V.6 Uji Daya Sebar
0,5 gram sediaan cream di letakkan di tengah alat ekstensometer,
ditimbang dahulu penutup kaca ekstensometer lalu letakkan di atas
massa sediaan selama 1 menit, kemudian diukur diameter sediaan yang
menyebar dengan mengambil rata-rata diameter dari beberapa sisi,
ditambahkan 50 gram beban didiamkan selama 1 menit kemudian
dicatat diameter sediaan yang menyebar dilakukan duplo, kemudian
dibuat grafik hubungan antara luas dan beban sediaan yang menyebar
V.7 Uji Tipe cream
0,5 gram sediaan cream dimasukkan ke dalam objek gelas,
dideteksi dengan metilen blue, ditutup dengan objek gelas, kemudian
digambar penampang yang terlihat.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goesman.2009. Sediaan Farmasi Steril Seri Farmasi Industri. ITB:
Bandung

Anief, Moh.2005. Farmasetika. Yogyakarta : Gajahmada University Press

DEPKES RI.1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Wade.1994. Handbook of pharmaceutical Excipients second edition. London The


Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai