Anda di halaman 1dari 16

ETIK A FA R M A S I D A LA M

IS LA M , D A N H U K U M O B AT
P EN C EG A H H A ID S ELA M A
RAM AD H AN

Disusun oleh :
Eka Nuriz Azizah ( A 141 062 )
Cut Astika Devi Mulyani ( A 141 047 )
Nurmala Mulyani (A 141 071 )
Landasan Pengobatan dalam
Al-Q uran dan H adist
Islam mengajarkan dalam mencapai
kesembuhan diperlukan usaha seoptimal
.mungkin dengan menegaskan bahwa untuk
setiap penyakit telah disediakan obatnya.
Diriwayatkan dari Usamah, ia berkata:
Seorang Badui berkata: Ya Rasulullah!
Tidakkah kita berobat? Rasulullah SAW
menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah,
berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak
membuat penyakit tanpa membuat
kesembuhan baginya kecuali satu penyakit.
Bagaimana status darurat dalam pengobatan?

Rasulullah saw. Memerintahkan umatnya untuk


berobat dengan menggunakan obat yang halal dan
melarang menggunakan obat yang haram.
Diriwayatkan dari Abu Ad Darda, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
taala tidak membuat penyakit (melainkan) dengan
obatnya, dan Allah taala membuat obat untuk
setiap penyakit. Karena itu hendaklah kamu
berobat dan jangan berobat dengan yang haram
(H.R. Abu Ad Darda).
O bat dalam Al-Q uran dan H adist

Agama Islam adalah agama yang kaffah


atau sempurna dan lengkap. Semua
permasalahan hidup termasuk mengenai
pengobatan terhadap penyakit yang
diderita oleh manusia. Ajaran Islam
mendorong kita untuk tetap mengobati
penyakit yang kita derita dengan cara yang
Islami, tentunya dengan obat dan terapi
yang ditawarkan oleh Al-Quran dan Nabi
saw.
Berikut contoh pengobatan yang dicontohkan
Al-Q uran dan N abisaw.:

1.Kurm a

2.H abbatus saudah

3.M adu

4.Zaitun
Produk Farm asidalam Pandangan
Isl
am
Masalah halal dan haram dari obat dan
kosmetik merupakan bagian pokok dari
tinjauan kritis produk farmasi bagi seorang
muslim, karena hal ini menyangkut
keamanan dari segi rohaniah bagi seorang
yang mengkonsumsinya seperti
mempengaruhi terkabulnya doa di sisi Allah
swt.

Perbaikilah makananmu, maka Allah akan


mengabulkan doa-doamu (H.R. Ath-
Thabrani).
H ukum O batPencegah H aid
Selam a Ram adhan & Am alan
W ani
Kita tamengetahui
telah H aid bersama bahwa puasa
adalah amalan mulia. Ganjaran di balik amalan
tersebut pun bisa jadi tak terhingga. Oleh karena
itu, setiap orang yang beriman dengan benar
pasti tidak ingin luput dari amalan yang mulia
ini. Termasuk pula para wanita muslimah,
mereka pun sangat ingin sekali menunaikan
puasa sebulan penuh, tanpa luput sehari pun
juga.
Padahal selama belum monopause, si wanita
sesuai ketentuan Allah, biasanya mengalami
haidh setiap bulannya.
Di bulan Ramadhan pun ia akan mendapati
masa haidh tersebut. Sehingga ia mesti
mengqodhonya di luar Ramadhan.

Yang jadi permasalahan,

apabila si wanita menggunakan obat-


obatan untuk menghalangi datangnya
haidh agar ia dapat berpuasa secara
sempurna. Atau sebagian wanita juga
punya keinginan untuk bisa menikmati
lailatul qadar di sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan sehingga ia pun menggunakan
obat-obatan tersebut untuk menghalangi
Apakah m enggunakan obat-
obatan sem acam itu dibolehkan?
Haidh merupakan suatu ketentuan dari Allah
taala untuk seluruh kaum wanita,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam kepada Aisyah radhiyallahu
anha,

Haidh ini adalah sesuatu yang telah Allah


tetapkan bagi kaum wanita. [Hadits shahih.
Riwayat Bukhari (no. 294) dan Muslim]
Seorang wanita tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi obat pencegah haidh pada
bulan Ramadhan karena haidh adalah
suatu ketetapan Allah bagi kaum wanita.
Demikian pula para wanita pada zaman
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
tidak pernah memberatkan diri mereka
dengan melakukan hal tersebut.
Hendaklah kaum wanita itu bersabar
ketika mendapatkan haidh pada bulan
Ramadhan dan janganlah menjerumuskan
dirinya ke dalam perkara yang
membahayakan.
Pertama, beberapa ulama menegaskan
bolehnya mengkonsumsi obat
pencegah haid, selama tidak
membahayakan pengguna. Baik resiko
yang bersifat sementara maupun
permanen. Imam Ibnu Baz pernah
ditanya tentang hukum wanita yang
menggunakan obat pencegah haid agar
bisa puasa ramadhan,
Tidak masalah bagi wanita untuk menggunakan
obat pencegah haid, menghalangi datang bulan
selama bulan ramadhan, sehingga dia bisa
berpuasa bersama kaum muslimin lainnya dan
jika ada cara lain selain konsumsi obat untuk
menghalangi terjadinya haid, hukumnya boleh,
selama tidak ada hal yang dilarang syariat dan
Kedua, bagi Ketiga, tidak
wanita yang dianjurkan bagi
mengkonsumsi para wanita untuk
obat anti haid, dia menggunakan obat
dihukumi suci jika pencegah haid.
benar-benar Sekalipun untuk
kering tidak ada tujuan agar bisa
darah yang beribadah bersama
keluar. Akan masyarakat. Karena
tetapi jika dia sikap semacam ini
setelah kurang
menggunakan menunjukkan
obat pencegah kepasrahan
haid masih keluar terhadap kodrat
darah, maka dia
Keempat, sejatinya wanita haid masih bisa
mendulang sejuta pahala selama Ramadhan,
sekalipun dia tidak puasa dan tidak shalat.
Karena islam tidaklah melarang umatnya untuk
beribadah, selama tidak melanggar aturan.
Karena setiap manusia dituntut untuk
menjalankan ibadah selama hayat masih
dikandungAllah
badanmenegaskan dalam firman-Nya,

Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai


datang kepadamu Al-Yaqin. (QS. Al-Hijr: 99)

Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-


Yaqin pada ayat di atas adalah kematian.
Tak terkecualiw anita haid.
Islam tidaklah m elarang m ereka untuk
m elakukan sem ua ibadah.Sekalipun kondisi
datang bulan,m em batasiruang gerak m ereka
untuk m elakukan am alan ibadah.W anita haid
m asih bisa m elakukan am alan ibadah,selain
am alan yang dilarang dalam syariat,
diantaranya;
1. Shalat dan puasa
2. Thawaf di kabah
3. Menyentuh mushaf
4. Itikaf
5. Hubungan intim
Selain enam jenis ibadah tersebut, masih
banyak amalan ibadah yang bisa dilakukan
wanita haid.
Membaca Al-Quran tanpa menyentuh lembaran
mushaf. Insyaallah, ini pendapat yang lebih kuat.
Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten
Al-Qurannya. Karena benda semacam ini tidak
dihukumi Al-Quran. Sehingga, bagi wanita haid yang
ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran,
sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa
menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet
atauMembaca
semacamnya.dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti
memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha
illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.
Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh
membaca dzikir.
Pendapat Ulam a M asa Silam
Abdur Rozaq telah menceritakan pada kami, (ia
berkata) telah menceritakan Ibnu Jarir pada kami,
(ia berkata) bahwa Atho ditanya mengenai
seorang wanita yang datang haidh lantas ia
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
haidhnya padahal itu di masa haidnya, apakah ia
boleh melakukan thowaf?

Ia boleh thowaf jika ia telah suci. Jika ia melihat


suatu yang kering, namun belum terlihat tanda suci,
maka ia tidak boleh thowaf, jawab Atho.

Anda mungkin juga menyukai