Anda di halaman 1dari 30

MASALAH COMPOUNDING

DISPENSING SEDIAAN LIQUID


& SEMISOLID
OLEH : KELOMPOK IV
NOVIA ANDRIYANI ( 2805015)
MESRI SUSANDRA (2805016)
RAHMI FAUZIAH INDRA (2805023)
SARI WAHYUNI (2805024)
KHAIRINNA FADHILLAH (2805025)
ERWIN HADINATA (2805027)
HILDA ALI (2805028)
DIAN FATMAWATI (2805029)
MIFTAHUL NAZIFAH (2805030)
NISELVIA JOANDA (2805031)
YULI HARTATI (2805032)
ANNISA RAHMALIA (2805034)
JUNIAR PUTRI ARWINALIA (2805035)
WELI MARSHA EKA P (2805036)
SEDIAAN SEMISOLID

Sediaan semisolid
adalah sediaan setengah
padat yang dibuat untuk Salep
tujuan pengobatan
melalui kulit.
Krim

Pasta Gel
Pertimbangan umum dalam melaukan compounding
sediaan semi solid antara lain sebagai berikut:
• Bahan yang tidak larut harus berada dalam kondisi yang bagus sebelum
digabungkan kedalam basis.
• Bahan aktif dan bahan tambahan harus sesuai dengan pembawa yang digunakan.
• Saat memasukkan serbuk yang dapat larut, gunakan pelarut yang memiliki tekanan
uap rendah (misalnya air, gliserin, dan propilen glikol). Pelarut volatil sebaiknya
tidak digunakan, terutama dalam basis oleaginous, karena pelarut bisa menguap dan
obat tersebut dapat dikristalisasi pada basis dan menyebabkan iritasi ketika
diaplikasikan di kulit.
• Sebelum menambahkan bahan tambahan atau zat aktif, dinginkan basis terlebih
dahulu.
• Saat bekerja dengan sistem berair, gunakan panas untuk waktu yang singkat dan
sesedikit mungkin suhu.
• Jika produk terlalu kaku dan sulit diaplikasikan, kurangi konsentrasi komponen
lilin.
• Untuk stabilitas maksimum, jaga agar produk tetap anhidrat, jika memungkinkan.
• Tambahkan serbuk satu per satu dengan pencampuran menyeluruh setelah
penambahan masing-masing. Tindakan ini memastikan stabilitas dan keseragaman
produk akhir.
SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir.

Dasar salep yang digunakan sebagai


pembawa dibagi dalam 4 kelompok:
• Dasar salep hidrokarbon.
• Dasar salep serap.
• Dasar salep yang dapat dicuci dengan
air.
• Dasar salep larut dalam air.
Permasalahan dalam pembuatan
sediaan salep
• Spatula yang terbuat dari baja cocok digunakan pada hampir semua
senyawa obat, tetapi tidak dapat digunakan untuk pembuatan salep yang
mengandung garam merkuri, asam tanat, asam salisilat atau iodin.
• Pelelehan merupakan metode yang biasa digunakan untuk produksi salep
untuk skala besar dimana malam atau wax atau padatan dengan titik leleh
yang tinggi dicampur dengan semisolid atau minyak: cara ini digunakan
bila akan dilakukan pencampuran air dalam volume yang cukup besar.
Komponen campuran akan meleleh dengan baik pada penurunan titik leleh
dan campuran fluid tersebut diaduk hingga dingin, untuk menghindari
aerasi. Jika tidak diaduk dengan efektif maka lemak alkohol dan asam
mungkin akan mengkristal pada sistem yang mengandung parafin. Serbuk
yang tidak larut akan terpisah saat salep mulai mengental atau membeku.
• Padatan yang dapat terlarut dan tahan panas dapat dilarutkan pada basis yag
dilelehkan sebelum campuran tersebut membeku
Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
Metode umum pembuatan gel,
antara lain:
1. Panaskan semua komponen gel
(dengan pengecualian air)
Komponen gel: sampai kira-kira 90 ° C.
2. Panaskan air sampai kira-kira
Gelling Agent 90 ° C .
Bahan Tambahan : 3. Tambahkan air ke minyak,
Humectans aduk terus.
Preservatives 4. Hindari pengadukan yang kuat
karena ini akan menyebabkan
gelembung.
Pasta

Basis Pasta

Biasanya
Sediaan semi
mengandung
padat yang
serbuk sampai Basis
mengandung satu Basis 3. Basis
50% hingga pasta Hidrokarbo
atau lebih bahan absorpsi larut air
lebih kaku dan n
obat yang
kental dan kurang
digunakan secara
berminyak
topikal.
dibanding salep.
Basis non Emulsi
emulsi A/M
KRIM

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu


atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
Basis cream :
Pertimbangan umumnya adalah sifat zat berkhasiat yang
diperlukan dan konsistensi sediaan yang diharapkan.
1. Air dalam minyak (krim berminyak) sebagai basa – dibuat
menggunakan bahan pengemulsi yang berasal dari alam (misalnya
beeswax, wool alcohols atau wool fat). Basis ini memiliki sifat emolien
yang baik, lembut, putih atau tembus pandang dan agak kaku.
2. Minyak dalam air (krim berair) sebagai basa dibuat menggunakan
lilin sintetis (misalnya macrogol dan cetomacrogol). Basis ini
merupakan basis terbaik yang bisa digunakan untuk absorpsi dan
penetrasi obat yang cepat. Basis ini tipis, putih dan halus.
Permasalahan Dalam Pembuatan Krim
• Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan globul-globul yang dipengaruhi oleh muatan pada permukaan
globul yang teremulsi. Ketidakstabilan seperti ini dapat diperbaiki dengan pengocokan karena masih
terdapatnya film antar permukaan globul .Meskipun dapat diperbaiki, terjadinya flokulasi dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya creaming.
• Creaming
Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada emulsi.
Karena dipengaruhi gaya gravitasi, partikel yang memiliki kerapatan lebih rendah akan naik ke permukaan
dan sebaliknya. Krim yang mengalami creaming dapat didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat
membentuk suatu campuran yang homogen dengan pengocokan, karena globul minyak masih dikelilingi
oleh suatu lapisan pelindung dari emulgator . Akan tetapi terjadinya creaming harus tetap dihindari karena
dapat meningkatkan potensi terjadinya cracking.
• Cracking
Cracking merupakan pemisahan fase dispersi dan fase terdispersi dari suatu emulsi yang
berhubungan dengan terjadinya coalescence. Coalescence sendiri merupakan penggabungan antar fase
terdispersi atau globul disebabkan oleh rusaknya lapisan pelindung emulgator. Hal ini menyebabkan sulit
untuk didispersikan kembali dengan pengocokan, bahkan jika jumlah terjadinya coalescence melebihi batas
tertentu maka pendispersian kembali tidak dapat dilakukan.
• Inversi
Fenomena terjadi saat fase dalam menjadi fase luar atau sebaliknya. Pada krim minyak dalam air,
fase inversi menyebabkan krim berubah menjadi fase sebaliknya yaitu air dalam minyak.
SEDIAAN LIQUID
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan
dengan wujud cair, mengandung satu atau
lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi
stabil dalam medium, yang homogen pada saat
diaplikasikan.
SEDIAAN LIQUID

Larutan Oral Larutan Topikal Emulsi Suspensi

Potiones, Elixir, Collyrium, Guttae


Syrup, Netralisasi, Ophtalmicae,
Saturatio, Potio Gargarisma, Litus Oris,
Effervescent, Guttae Nasales,
Guttae Inhalation, Epithema
Emulsi

Emulsi adalah sediaan


yang mengandung Tipe Tipe
bahan obat cair atau A/M M/A
cairan obat terdispersi
dalam cairan pembawa Tipe
distabilkan dengan zat emulsi
pengemulsi atau
surfaktan yang cocok.
Suspensi

Suspensi merupakan
sediaan yang
merupakan sistem
dispersi dari partikel Sistem Sistem
zat aktif solid yang Flokulasi Deflokulasi.
memiliki kelarutan
yang rendah pada
medium.
CONTOH MASALAH
COMPOUNDING DISPENSING
SEDIAAN SEMISOLID DAN LIQUID
DI PELAYANAN ( APOTEK &
RUMAH SAKIT)
1.

Resep krim/ salep dokter dengan jumlah yang diminta


hanya setengah dari sediaan yang tersedia di apotek.
Contoh sediaan yang tersedia di apotek dalam tube 10 g,
yang diresep cuma 5 g. Jadi biasanya diambil hanya dengan
cara dikira-kira/ ditakar saja, tidak dilakukan penimbangan.
Lalu sisanya hanya ditutup dan disimpan diruang racikan.
• Masalah :
Bisa terjadi ketidakstabilan dan kemungkinan terjadi
kontaminasi selama penyimpanan, jumlah obat yang tidak
sesuai juga dapat berpengaruh terhadap dosis, keefektifan
obat dan juga merugikan pasien.
• Solusi : Sediakan obat dengan beberapa variasi kemasan.
2.
Banyaknya krim racikan dokter, umumnya dokter kulit
seringkali menyediakan obat racikan tanpa etiket. Hanya
diberi kode saja seperti m1, m2, dll. Tanpa dilengkapi
dengan etiket yang berisi informasi yang jelas. Sedangkan
nantinya obat-obat tersebut dibuat copy resep berdasarkan
zat yang terkandung, sehingga pada saat pengecekan
dilakukan oleh BPOM kecurangan tidak diketahui.
• Masalah :
Pasien tidak mengetahui tentang obat yang digunakan
• Solusi :
Dilengkapi etiket yang berisi informasi yang jelas dan
benar.
3.
Pada sediaan semi solid maupun bentuk sediaan lain
tidak dilengkapi dengan tanggal pembuatan dan expire
date juga tidak diketahui dengan jelas.
• Masalah :
Kemungkinan pemakaian kembali obat racikan yang
telah disimpan dalam waktu yang cukup lama, sehingga
tidak bisa lagi dijamin keamanan dan efikasi dari obat
itu sendiri.
• Solusi :
Pencantuman tanggal peracikan obat di etiket harus
jelas, karena dikhawatirkan pasien lupa kapan obat
tersebut diracik.
4.
Pelepasan etiket obat asli dan diganti dengan
etiket apotik sendiri . Contoh : parasol.
• Masalah :
Pasien tidak tahu dengan jelas obat apa yang
digunakannya, sehingga pasien jadi kurang
mandiri untuk melakukan swamedikasi.
• Solusi :
Etiket tidak diganti, atau walaupun diganti
dilengkapi dengan informasi yang jelas.
5.
Pada compounding & dispensing obat racikan idealnya di
kerjakan menggunakan masker & handscoon.
• Masalah :
Dilapangan hal ini jarang dilakukan, sehingga kemungkinan
terjadi kontaminasi antara peracik dengan obat secara
langsung maupun tidak langsung. Contoh kasus : seringnya
krim menempel pada tangan saat meracik tetapi diambil
saja dan dianggap seperti hal biasa.
• Solusi :
Penggunaan masker dan handscoon saat mengerjakan obat
racikan. Jadi pada kasus diatas obat tidak bersentuhan
dengan kulit secara langsung.
6.
Seringkali pada peracikan resep krim
dilakukan tidak di dalam lumpang, tetapi
langsung dalam wadah obat.
• Masalah:
Kemungkinan pencampuran yang tidak
homogen.
• Solusi :
Peracikan dilakukan dilumpang baru
dipindahkan ke wadah.
7.

• Masalah :
Spatula yang terbuat dari baja cocok digunakan
pada hampir semua senyawa obat, tetapi tidak
dapat digunakan untuk pembuatan salep yang
mengandung garam merkuri, asam tanat, asam
salisilat atau iodin.
• Solusi :
Gunakan spatula yang terbuat dari stainless atau
plastik.
8.
Adanya beberapa jenis obat khususnya sirup yang tidak
menyediakan tutup takar. Seperti amoxicillin dry syrup
generik, vitacur, zinkids syrup, dan lain-lain.
• Masalah :
Dikhawatirkan pasien tidak memiliki tutup takar sendiri
dirumah sehingga bisa terjadi ketidaktepatan dosis.
• Solusi :
Apotek menyiapkan tutup takar sendiri untuk diberikan
kepada pasien disertai edukasi mengenai jumlah yang
diminum.
9.
R/ Capsinat forte dry sirup II fls
S3dd5cc
Diketahui kandungannya adalah amoxicillin 250 mg + asam clavulanic
62,5 mg dalam 60 ml.
• Masalah :
Ketepatan penambahan pelarut aquadest
Tidak bisa langsung disiapkan kedua botol, karena lama penyimpanan
untuk syrup antibiotik tidak boleh lebih dari 7 hari, sedangkan total
pemakaian adalah 8 hari ( lebih dari 7 hari ).
• Solusi :
Penambahan aquadest ¾ dari batas takar, dikocok terlebih dahulu lalu
tambahkan sisa aquadest sampai tanda batas.
1 botol disiapkan oleh TTK di apotek, 1 botol lagi tidak ditambahkan air
tetapi diberi edukasi kepada pasien cara penyiapan yang tepat.
10.
R/ Fosen enema I
suc
• Masalah :
Cara pemakaian yang belum dimengerti atau
masih tabu oleh pasien.
• Solusi :
Pasien diedukasi tentang cara penggunaan yang
benar.
Cara penggunaan enema :
Cuci kedua tangan
menggunakan air dan Tekan botol fosen
Sisipkan enema ke
sabun sampai bersih, enema sampai semua
lubang anus secara
kemudian keringkan cairannya masuk ke
perlahan
dengan handuk atau dalam anus
tisu

Tekuk salah satu lutut


Buka tutup botol fosen Lepaskan botol enema
ke arah badan dan
enema dari anus
angkat lutut tersebut

Keluarkan sedikit
cairannya dan ratakan
Berbaringlah dengan Tetaplah berada pada
cairan tersebut di
posisi miring di tempat posisi tersebut selama
bagian aplikatornya
yang nyaman beberapa menit
(bagian panjang di
ujung botol)
11.
R/ Liniment. Cali. 50
Ichtammoli 2,5
sue
• Masalah :
Ichtamollum terdiri dari garam-garam NH4 dari hasil disulfonasi
yang akan memecahkan emulsi w/o dari liniment calcis, kadang-
kadang tidak pecah tetapi menyebabkan viskositas dari campuran
menjadi rendah.
• Solusi :
a. Penambahan 2% cera alba memberikan suatu emulsi yang baik.
b. Penambahan adepslanae atau CaCo3 ataupun MgO dapat
memperbaiki emulsi.
Literatur : buku obat-obat tak tercampurkan, prof dr. C.g van arkel
12.
R/ solutio iodii aquasa
• Masalah :
Bahan aktif sukar larut dalam air
• Solusi :
Iodium ditambahkan kalii iodida yang akan
terbentuk senyawa rangkap yang larut dalam
air.

Anda mungkin juga menyukai