Anda di halaman 1dari 27

EMULSI

ERNA PRIHANDIWATI, S.F.,M.FARM.,APT


PENGERTIAN EMULSI

• Emulsi menurut FI III dan FI IV adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain dalam bentuk kecil.
• Emusi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai susu dan warna emulsi memang
putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung
lemak, protein dan air. Emulsi ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, protein bertindak
sebagai emulgator dari campuran lemak atau minyak dengan air yang terdapat dalam biji-bijian
tersebut.
• Menurut Howard ansel : Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
LANJUTAN

• Pada pertengahan abad XVIII, seorang ahli farmasi dari Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari Oleum Olivarum, Oleum Anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragakan dan kuning telur sebagai emulgator.
Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar yang disebut emulsi
spuria atau emulsi buatan.
KOMPONEN EMULSI

Komponen Emulsi Dapat digolongkan menjadi 2 :


• Komponen Dasar : Komponen/bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam
emulsi
• Komponen Tambahan : Bahan pembawa yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik antara lain penambah rasa, bau, dan warna.
LANJUTAN

Komponen dasar emulsi dapat dibagi menjadi :


•Fase Dispers/Internal Fase/Fase Discontinue/Emulgendum, yaitu zat cair yang terbagi
rata menjadi butiran kecil dalam zat cair lain cairan pembawa.
•Fase Nondispers/External Fase/Fase Continue/Menstrum, yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar/pendukung emulsi tersebut/zat cairan yang mengelilingi
zat yang terdispers.
•Emulgator/Emulsifying Agent/Emulgent/Zat Pengemulsi, yaitu zat yang menstabilkan
emulsi, jika tidak ditambah emulgator, maka campuran tadi cepat memisah kembali.
LANJUTAN

• Komponen Tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misal nya corrigen saporis, odoris, colouris,
pengawet (preservative) dan anti oksidan.
Pengawet yang sering ditambahkan dalam sediaan emulsi adalah metil, etil, propil, dan butil
paraben, asam benzoat dan senyawa ammonium kuarterner.
Antioksidan yang sering digunakan antara lain asam askorbat (vitamin C), alfa-tokoferol,
asam sitrat, propil galat dan asam galat.
TIPE EMULSI

Berdasarkan mcam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal maka
Tipe emulsi ada 2, yaitu :
1)Jika minyak yang merupakan fase dispers dan air atau larutan merupakan fase
pembawa. Sistem ini disebut type o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air) yaitu
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air.
2)Sebaliknya, jika Air yang merupakan fase terdispersi dan minyak merupakan fase
pembawa, sistem ini disebut type w/o (water in oil) atau a/m (air dalam minyak) yaitu
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak.
PENGGUNAAN EMULSI

Tujuan pemakaian emulsi pada umumnya adalah untuk mempersiapkan obat yang larut dalam cair
maupun minyak dalam satu campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Emulsi dalam pemakaian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
• Emulsi untuk pemakaian dalam (per oral) umumnya tipe o/w
• Emulsi untuk pemakaian luar (obat luar) dapat berbentuk emulsi tipe o/w maupun w/o
tergantung dari banyak faktor misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki.

#catatan : o/w artinya oil in water, begitu juga w/o berarti sebaliknya.
LANJUTAN
1. Untuk pemakaian dalam tipe m/a : pemberian obat yang harus diminum tsb mempunyai rasa yang lebih
enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan
pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya sehingga mudah diminum dan ditelan sampai
kelambung.
-Ukuran partikel bola bola minyak diperkecil : utk mempertahankan minyak agar dapat mudah
dicerna dan diabsorpsi.
2. Untuk pemakaian luar tipe m/a atau a/m tgt :
- sifat zat teraupetik
- mendapatkan efek emolien
m/a maka mudah dihilangkan dari kulit dengan air
a/m maka lebih lembut ke kulit, mencegah mengeringnya kulit, tidak mudah hilang karena air
LANJUTAN

• Untuk absorpsi perkutan pada kulit bisa ditambahkan dengan mengurangi ukuran partikel
dari fase dalam.
3.1.6 EMULGATOR
Emulgator ada yang berasal dari alam, bisa dari tumbuh – tumbuhan, hewan, maupun tanah/mineral.
A) Emulgator Alam
1) Dari tumbuh – tumbuhan
Sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol berkadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri.
Maka emulsi oleh emulgator ini selalu ditambahkan pengawet.
1.1) Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum emulsi yang terbentuk sangat stabil
dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat gom arab berdasarkan 2 faktor, yaitu :
LANJUTAN
a) Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori interfacial film)
b) Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup.
Sedangkan massa mudah dituang (tiksotropi) gom arab dibuat corpus emulsi oleh penambahan
air sekaligus ½ x PGA.
1.2) Tragacanthae
Diperoleh emulsi dengan viskositas yang vaik, hanya memerlukan traganthae sebanyak 1/10 x
gom arab . Emulgator bekerja optimum pada PH 4,5 – 6 Tragacanthae dibuat corpus emulsi dengan
penambahan air sekaligus 20 x berat tragacanthae, berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.
LANJUTAN
1.3) Agar – agar
Kurang efektif bila dipakai sendirian, umumnya dipakai untuki menembah viskositas dari emulsi
dengan gom arab, agar – agar dilarutkan dalam air mendidih kemudian didinginkan pelan – pelan
sampai nsuhu tidak kurang dari 45° (bila suhu kurang dari 45° larutan agar – agar berbentuk gel)
biasa digunakan 1 – 2 %.
1.4) Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak karena dapat menutup rasa dari minyak, caranya sama
seperti agar – agar.
LANJUTAN
2) Dari Hewan
2.1) Kuning Telur
Kuning telur mengandung lecithin (gol. protein/ asam amino) dan kolestrol yang kesemuanya
dapat berfungsi sebagai emulgator lecithin merupakan emulgator type o/w. Zat ini mampu
mengemulsikan minyak lemak 4 x beratnya dan minyak menguap 2 x beratnya.
2.2) Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolestrol merupakan emulgator type o/w dan banyak digunakan
untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk
menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 x beratnya.
LANJUTAN
3) Dari Tanah Mineral
3.1) Magnesium Alumunium Silikat/Veegum
Merupakan senyawa organik, emulgator ini membentuk emulsi type o/w. Pemkaian lazim
sebanyak 1% khusus untuk pemakaian luar.
3.2) Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa alumunium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah
besar air sehingga membentuk massa seperti gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak
5%.
LANJUTAN
B) Emulgator Buatan
1) Sabun
Banyak digunakan untuk pemakaian luar. Dapat digunakan sebagai emulgator type o/w maupun
tergantung dari valensinya. Bila sabun bervalensi 1 misalnya sabun kalsium untuk emulsi w/o
emulgator sangat peka terhadap elektrolit. Valensi yang dipakai 1 – 2.
2) Tween
Yang dipakai 20, 40, 60, 80
3) Span
Yang dipakai 20, 40, 80
LANJUTAN
C) Lain – lain emulgator pektin
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
Amionic : Sabun alkali, Natrium lauryl sulfat ( - )
Kationic : Senyawa ammonium kartener ( + )
Non Ionic : Tween dan Span tidak bermuatan
Amfoter : Protein lesitin muatan postif dan negatif
3.1.7 CARA MENENTUKAN TIPE EMULSI
Tipe emulsi ada 2, yaitu :
1)Jika minyak yang merupakan fase dispers dan larutan merupakan fase pembawa. Sistem ini disebut
type o/w
2)Sebaliknya, jika air/larutan. Air yang merupakan fase terdispersi dan minyak merupakan fase
pembawa, sistem ini disebut type w/o
Cara membedakan emulsi
3) Dengan pengenceran
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Dengan prinsip tersebut emulsi type o/w
dapat diencerkan dengan air, sedangkan type w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2) Dengan pengecatan/pemberian warna
Zat warna akan tersebar rata ke dalam emulsi apabila zat tersebut larut ke dalam fase luar emulsi
tersebut. Zat warna yang larut dalam minyak sudan III dapat mewarnai merah.
LANJUTAN

3) Dengan metode konduktivitas listrik


Alat yang dipakai terdiri dari kawat dan stop kontak. Kawat dengan stop kontak dengan tahanan
10 k ½ watt, lampu neon ¼ watt dihubungkan seri. Electrode dicelupkan dalam cairan emulsi, bila
neon mati type emulsi w/o, bila neno menyala type emulsi o/w.
4) Kertas saring
Kertas saring jadi basah berarti type o/w, jika timbul noda minyak berarti type w/o.
3.1.8 TEORI TERJADINYA EMULSI
1) Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension Theory)
Dari namanya “Tegangan Permukaan”, maka di sini di artikan tegangan permukaan antara 2
cairan yang tidak dapat bercampur, tegangan ini disebut tegangan bidang batas. Maka, dalam hal
ini untuk menghilangkan tegangan bidang batas diperlukan penambahan senyawa organik antara
lain sabun, penambahan emulgator, dan menurunkan/ menghilangkan tegangan permukaan agar
dapat tercampur.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas, semakin sulit kedua zat cair tsb
utk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dg penambahan garam-garam
anorganik atau senyawa elektrolit, akan berkurang dengan penambahan senyawa organik yaitu
sabun
LANJUTAN
2) Teori Oriented Weight
Setiap molekul emulgator dapat dibagi menjadi 2 :
• Kelompok Hidrofilik/polar = bagian yang suka air
• Kelompok Lipofilik/nonpolar = bagian yang suka minyak
Masing – masing bagian akan bergabung dengan zat yang disenangi, hidrofilik ke dalam air dan lipofilik ke
dalam minyak. Contohnya tween dan span.
3) Interfacial Film
Pada teori ini Emulgator akan diserap pada batas air dan minyak sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya pertikel tersebut, maka usaha pertikel sejenis
untuk penggabungan menjadi terhalangi. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil, contohnya gom arab.
LANJUTAN
4) Teori Electric Doble Layer (lapisan listrik rangkap)
Jika minyak terdispersi dalam air, lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak
akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan berlawanan dengan
lapisan di depannya. Dengan demikian seolah – olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng
lapisan listrik yang berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha pertikel minyak yang
mengadakan penggabungan menjadi satu molekul besar.
Terjadi muatan listrik dapat disebabkan :
• Ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
• Absorbsi ion partikel dari cairan disekitarnya
• Gesekan partikel oleh cairan disekitarnya, contohnya sabun
3.1.9 PENENTUAN JENIS DAN JUMLAH EMULGATOR

1) Emulsi dengan minyak lemak


PGA yang dipakai ½ x minyak
Cara yang umum baurdrinont. Minyak + PGA (½ x m. l) + air sekaligus (½ x PGA) => buat corpus emulsi (PGA,
minyak, air, emulgator), baru diencerkan dengan air.
Untuk oleum riccini
Oleum riccini + PGA 1/3 x minyak => buat corpus emulsi
Caranya : oleum riccini sebanyak 2 x PGA => dibuat corpus emulsi baru ditamabahkan sisa oleum riccini.
2) Emulsi dengan Parafinum Liquidum
PGA sama berat dengan Paraf. Liq.
3) Emulsi dengan lemak padat (cera)
PGA sama berat
LANJUTAN
4) Emulsi dengan minyak atsriri, kreosot, guaiakol, benzil benzoas
PGA sama banyak
5) Emulsi dengan Balsam
PGA sama banyak
6) Emulsi dengan harsa
Apabila emulsi harsa disimpan lama, warna jadi biru karena PGA mengandung enzym oksidase. Untuk
menghilangkan ini sebelumnya dipakai PGA dipanaskan 100°C ,1 jam dan disebut juga PGA resiccatum.
7) Emulsi dengan Ekstra Cannabis/Ekstra Spissum (ekstrak kental) lembekkan dulu ekstra dengan spiritus
fortior (ana), PGA yang diperlukan ana. Emulsi dengan camphora, menthol, tinol, salol, PGA yang dipakai
5 x berat zat. Bila ada minyak maka zat dianggap sebagai zat tambahan atau adiktif. PGA yang dipakai ½
x minyak + 1 x adiktif (zat tersebut dilarutkan dalam minyak).
LANJUTAN
8) Emulsi dengan Bromoform
Berat jenis Bromoform > 1 yaitu 2,8 supaya stabil untuk menurunkan biji perlu
ditambah m.l. 10 x berat bromoform. Pada CMN emulsum bromoform PGA yang
digunakan ¾ x berat m.l.
KESTABILAN EMULSI

Kestabilan dalam emulsi dapat digolongkan sebagai berikut.


1)Creaming => Jika suatu keadaan emulsi memisah dalam beberapa lapisan yang berbeda – beda
kekentalannya. Pengocokkan akan mengembalikan keadaanemulsi homogan kembali (reversible).
2) Cracking/Koalasen
Pada cracking kedua fase terpisah kembali seperti bentuk semula jadi minyak dan air.
Pengocokkan tidak akan mengembalikan keadaan homogen (irreversible).
3) Inversi
Peristiwa berubahnya type o/w menjadi type w/o atau sebaliknya (irreversible).
LANJUTAN

Emulsi dapat pecah karena :


1) Penambahan garam dalam jumlah besar
2) Perubahan pH
3) Alkohol
4) Pengocokkan yang terlalu kuat
5) Perubahan suhu yang ekstrim

Anda mungkin juga menyukai