Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EMULSI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul EMULSI.

Tidak lupa Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.

Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan


getaran jiwa, penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut
membantu terselesainya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh Ibu
Dra. Sabiha Ramdlani J, selaku dosen pengampu mata kuliah Farmasetika 1 ini.

Gorontalo, Mei 2013

Sultan Arief Pakaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan
cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana
lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh emulsi yang lain adalah
pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.

Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi
karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga
untuk mengetahui zat zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan
emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor faktor yang menentukan stabilnya
emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya
sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase
terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya
akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat dalam ruang
ringkup farmasetika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi emulsi ?

2. Apa saja komponen- komponen emulsi?

3. Apa saja tipe emulsi?

4. Apa tujuan pemakaian emulsi ?

5. Apa saja teori terjadinya emulsi?

6. Apa saja bahan-bahan pengemulsi?

7. Bagaimana cara pembuatan emulsi ?

8. Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?

9. Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?

10. Apa saja kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi?

11. Evaluasi resep dan contoh produk yang beredar dalam pasaran.

C. Tujuan

Mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi emulsi.

2. Mengetahui komponen- komponen emulsi.

3. Mengetahui tipe emulsi.

4. Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.

5. Mengetahui teori terjadinya emulsi.

6. Mengetahui bahan-bahan pengemulsi.

7. Mengetahui cara pembuatan emulsi.

8. Mengetahui cara membedakan tipe emulsi.

9. Mengetahui kestabilan emulsi.

10. Mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan emulsi.

11. Mengetahui contoh dan cara mengerjakan resep serta contoh produk yang
beredar dalam pasaran.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Emulsi

Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi
dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator (emulsifying agent)

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi
adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung
lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi
alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan
emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan
penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena
penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B. Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri
atas :

Fase dispers / fase internal / fase diskontinue

Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

Fase kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.

Emulgator.

Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh


hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative
(pengawet), anti oksidan.

Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetas dan lain lain.

Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam


sitrat, propil gallat , asam gallat.
C. Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external,
maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

D. Tujuan pemakaian emulsi

Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w

2. Dipergunakan sebagai obat luar.

Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis
efek terapi yang dikehendaki.

C. Bahan Pengemulsi (Emulgator)

Emulgator alam

Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri.
Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah
bahan pengawet.

a. Gom Arab

Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat
dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu

kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab
sebanyak dari jumlah minyaknya.

Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan
cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan
:

Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat

Cara pembuatan .

Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas
1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera,
oleum cacao, parafin solid

Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri

Minyak lemak : PGA kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena
memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup
dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum

Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak

Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan
gom ( x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :

Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom


sebanyak kali bahan obat cair.

Balsam-balsam

Gom sama banyak dengan balsam.

Oleum Iecoris Aseli

Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi
dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom
arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x


berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak
dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.

Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian


didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45 oC (bila suhunya kurang
dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %

d. Chondrus

Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari
minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.
e. Emulgator lain

Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur

Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol
yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator
tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total
kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak
lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

b. Adeps Lanae

Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan
banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat
menyerap air 2 X beratnya.

3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w.
Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.

b. Bentonit

Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan
sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai
emulgator dipakai sebanyak 5 %.
Emulgator buatan

1. Sabun.

Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya.
Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe
o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan
emulgator tipe w/o.

2. Tween 20 : 40 : 60 : 80

3. Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

Kationik : senyawa ammmonium kuartener

Non Ionik : tween dan span.

Amfoter : protein, lesitin.

D. Cara Pembuatan Emulsi

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :

1. Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
mem-bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan zat zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam
botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil
dikocok.

Alat alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi

Untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Botol

Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus
menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum
pengocokan berikutnya.

2. Mixer, blender

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang
didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau
tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

3. Homogeniser

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa
melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

4. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur.
Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam
cairan

E. Cara Membedakan Tipe Emulsi

Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :

1. Dengan pengenceran fase.

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut,
emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat
diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase
external dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)

- Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe
w/o, karena sudan III larut dalam minyak

- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe
o/w karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka tipe
emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K watt lampu
neon watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila
elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada
emulsi tipe w/o.
F. Kesetabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu


mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan
koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat
terjadi karena :

Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan


CaO/CaCl2 exicatus.

Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o


menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

G. Kelebihan dan Kekurangan Emulsi

i. Kelebihan :

a. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat


bersatu menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.

b. Mudah ditelan.

c. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat

ii. Kekurangan :

a. Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.

b. Takaran dosis kurang teliti.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah.Biasanya terdiri dari dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase
dispersi, terdispersi dan emulgator serta komponen tambahan.

Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak
mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam
bentuk butir-butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu
emulgator. Emulgator sendiri bisa berasal dari alam maupun buatan.

Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan tipe emulsi w/o
atau m/a. Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.

Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika
memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika
terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

B. Saran

Diharapkan Mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan emulsi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta

2. Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indinesia: Jakarta.

3. Anief, Moh. (2005). Ilmu Meracik Obat, cetakan XII. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
4. Ditjen POM. (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474,
509.

Anda mungkin juga menyukai