Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR


PERIODE 30 JANUARI S/D 11 FEBRUARI 2023

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kurikulum dalam menyelesaikan


Diploma 3 (A.md) Pada Program Studi Diploma 3 Farmasi

OLEH:

ENNI JUSNAENI 20023013


ULFA DEWI YANTI 20023018
ALDA SAFITRI 20023019
MIFTAHUL JANNAH 20023034
AFIFA FARDINATUL NUR 20023035

Dosen Pembimbing : apt. AKBAR AWALUDDIN, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


MAKASSAR

2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Oleh:
ENNI JUSNAENI 20023013
ULFA DEWI YANTI 20023018

ALDA SAFITRI 20023019

MIFTAHUL JANNAH 20023034

AFIFAH FARDINATUL NUR 20023035

Laporan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

apt. H.SALMAN S.Si.M.Kes. apt. AKBAR AWALUDDIN, S.Si., M.Si.


NIP 196912312005011136 NIDN. 0927078804

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma Tiga


Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar

Dr.apt. Abd. Halim Umar, S.Farm.,M.Si


NIDN: 0908118502
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................


DAFTAR ISI............................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
PENDAHULUAN ...................................................................................................
I.1 Latar Belakang ................................................................................................
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit .....................................
I.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit ...................................
BAB II......................................................................................................................
URAIAN UMUM ....................................................................................................
II.1.1 Rumah Sakit ...............................................................................................
II.1.2 Organisasi Instansi Rumah Sakit ................................................................
II.1.3 Personalia ...................................................................................................
II.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ..................................................................
II.1.5 Kegiatan-Kegiatan Instansi ........................................................................
BAB III ....................................................................................................................
TINJAUAN KHUSUS .............................................................................................
III.1 Sejarah RSUD Haji Makassar ......................................................................
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana RSUD Haji Makassar ...................................
III.3 Struktur Organisasi RSUD Haji Makassar ...................................................
III.4 Instalasi Farmasi RSUD Haji Makassar .......................................................
PEMBAHASAN ......................................................................................................
BAB V .....................................................................................................................
PENUTUP ...............................................................................................................
VI.1 Kesimpulan ..................................................................................................
VI.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
(PKL) pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan PKL.
Tujuan dari PKL ini adalah diharapkan agar mahasiswa/i sekolah tinggi ilmu
farmasi makassar mampu menerapkan teori yang telah diperoleh pada saat kuliah.
Sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil dalam bidang pelayanan di bidang
kefarmasian khususnya di RSUD Haji Makassar.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Apt. H. Sahibudin A.gani dan ibu Dra.Apt. Hj. Aisyah fatmawati,
M.Si. selaku pemilik yayasan AL-Marisah Madani yang telah memberikan
kesempatan serta memberikan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan sekolah tinggi ilmu farmasi makasaar.
2. Ibu Dr. Apt. Nursamsiar, M.Si selaku ketua sekolah tinggi ilmu farmasi
Makassar
3. Bapak apt. Akbar Awaluddin, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing laporan
yang dengan ketekunan dan kesabaran membimbing dan mengarahkan kami
selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan dalam penyusunan
laporan ini.
4. Ibu Fischa Rahmatullaily S.Si.M.Kes.Apt, selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUD Haji Makassar.
5. Bapak apt. H. Salman S.Si., M.Kes, sebagai Penanggung jawab Farmasi Klinik
RSUD Haji Makassar.
6. Seluruh staf pengajar dan staf kepegawaian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar atas bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan hingga
penyelesaian laporan ini.
7. Panitia pelaksana program PKL yang telah bekerja keras agar program PKL ini
terlaksana dengan baik.

1
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
bantuan dan saran-sarannya.
Semoga atas bantuan dan bimbinngan yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat limpahan rahmat Allah SWT. Semoga laporan PKL rrumah sakit dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan medambah
wawasan dalam bidang kefarmasian. Akhir kata, penulis mohon maaf apabilah
ada kesalahan selama kegiatan PKL dan penulisan laporan PKL rumah sakit.

Makassar, februari 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keselamatan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pelayanan
kesehatan, sehingga dapat dikatakan bahwa keselamatan merupakan tanggung
jawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan di setiap unit perawatan baik akut maupun lanjutan harus
berfokus pada keselamatan pasien baik dalam tatanan rumah sakit, komunitas
maupun perawatan di rumah. Keselamatan pasien sudah merupakan prioritas
dalam aspek pelayanan di rumah sakit dan sudah menjadi tuntutan kebutuhan
dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit. Rumah sakit
merupakan pusat pelayanan kesehatan yang melayani rujukan dari berbagai
pelayanan kesehatan tingkat pertama baik puskesmas maupun klinik. Rumah sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan,
dan rawat gawat darurat.
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang
untuk melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan, dan sebagainya tergantung
dari tipe rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak
diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab atas pengawasan dan kualitas obat.
Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal
kadaluarsanya, karena sangat mempengaruhi dalam pelayanan kesehatan
khususnya bagi pasien yang akan menggunakan obat tersebut.
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit
1. Mengetahui cara melakukan dan memberikan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit.
2. Mengetahui peran, fungsi, dan tanggung jawab Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Mengetahui manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit.

3
I.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit
1. Untuk mengetahui apakah teori yang diberikan sesuai dengan apa yang
dikerjakan langsung di lapangan.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peserta PKL
mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja.

4
BAB II
URAIAN UMUM
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes 30 tahun 2019).
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurangkurangnya
pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat
inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi,
gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan
kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance,
pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah (Permenkes 340 tahun
2010).
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau
swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk unit pelaksana teknis dari Instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, Instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum. yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang. Perumahsakitan (Permenkes 30 tahun
2019).
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit dikategorikan:
A. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Permenkes 340 tahun 2010).
Klasifikasi Rumah Sakit Umum (Permenkes 30 tahun 2019)
1. Rumah Sakit umum kelas A
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, lima penunjang

5
medik spesialis, dua belas spesialis lain selain spesialis dasar, dan tiga belas
subspesialis.
2. Rumah Sakit umum kelas B
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat penunjang
medik spesialis, delapan spesialis lain selain spesialis dasar, dan dua
subspesialis dasar.
3. Rumah Sakit umum kelas C
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar dan empat penunjang
medik spesialis.
4. Rumah Sakit umum kelas D
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit dua spesialis dasar.
B. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit (Permenkes 340 tahun 2010).
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (Permenkes 30 tahun 2019)
1. Rumah Sakit umum kelas A
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain
yang menunjang kekhususannya secara lengkap.
2. Rumah Sakit umum kelas B
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain
yang menunjang kekhususannya yang terbatas.
3. Rumah Sakit umum kelas C

6
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain
yang menunjang kekhususannya yang minimal.
II.1.2 Organisasi Instansi Rumah Sakit
Organisasi Rumah Sakit disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan beban
kerja Rumah Sakit. Struktur organisasi Rumah Sakit harus membagi habis seluruh
tugas dan fungsi Rumah Sakit.
Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam
lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit lainnya (Permenkes 77 tahun
2015).
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit
b. Unsur pelayanan medis
c. Unsur keperawatan
d. Unsur penunjang medis
e. Unsur administrasi umum dan keuangan
f. Komite medis
g. Satuan pemeriksaan internal.
Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit dapat berupa direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit kerja,
komite atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja Rumah Sakit. Unsur
organisasi dapat digabungkan sesuai kebutuhan, beban kerja, atau klasifikasi
Rumah Sakit.
II.1.3 Personalia
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit umum berupa tenaga tetap meliputi:
tenaga medis (Permenkes 30 tahun 2019):

7
- Tenaga medis - Tenaga gizi
- Tenaga psikologi klinis - Tenaga keterapian fisik
- Tenaga keperawatan - Tenaga keteknisian medis
- Tenaga kebidanan - Teknik biomedika
- Tenaga kefarmasian - Tenaga kesehatan lain
- Tenaga kesehatan masyarakat - Tenaga non kesehatan
- Tenaga kesehatan lingkungan
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit khusus berupa tenaga tetap meliputi:
(Permenkes 30 tahun 2019):
- Tenaga medis
- Tenaga keperawatan dan/atau tenaga kebidanan
- Tenaga kefarmasian
- Tenaga kesehatan lain
- Tenaga nonkesehatan
II.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas Rumah Sakit mempunyai fungsi
(Permenkes 44 tahun 2009):
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
II.1.5 Kegiatan-Kegiatan Instansi
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi (Permenkes 72 tahun 2016):
1. Pemilihan

8
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
a) Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan
b) Pola penyakit
c) Efektifitas dan keamanan
d) Pengobatan berbasis bukti
e) Mutu
f) Harga
g) Ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasardasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:anggaran yang tersedia
a) Penetapan prioritas
b) Sisa persediaan
c) Data pemakaian periode yang lalu
d) Waktu tunggu pemesanan
e) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

9
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan
tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan. Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Halhal yang perlu diperhatikan
dalam pembelian adalah:
1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.
2) Persyaratan pemasok.
3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
b. Produksi Sediaan Farmasi

10
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus
4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking
5) Kemasan Sediaan Farmasi untuk penelitian
6) Sediaan yang lebih stabil penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus)
c. Sumbangan / Dropping / Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan / dropping / hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus
disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis. Pakai dapat
membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan
pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan / menolak
sumbangan / dropping / hibah Rumah Sakit untuk sumbangan / dropping
/ hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas

11
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
oleh pasien harus disimpan khusus dan dapat diidentifikasi. Tempat
penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar
dan diinspeksi secara periodik.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu:
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
b) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada. isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

12
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi
untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan
terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan
b) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain
c) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
d) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa
e) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.

13
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di
floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis.
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi
a + b atau b + c atau a + c.
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bila:
a) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b) Telah kadaluwarsa

14
c) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
d) Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a) Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan
b) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
d) Menyiapkan tempat pemusnahan
e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a) Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b) Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock)
c) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala

15
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu Kegiatan administrasi
terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM
2) Dasar akreditasi Rumah Sakit
3) Dasar audit Rumah Sakit
4) Dokumentasi farmasi
Pelaporan dilakukan sebagai:
1) Komunikasi antara level manajemen
2) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di
instalasi farmasi
3) Laporan tahunan
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan
analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. c.
Administrasi Penghapusan

16
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

17
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III.1 Sejarah RSUD Haji Makassar
Berdirinya Rumah Sakit Haji di Indonesia, berawal dari hibah pemerintah
Kerajaan Arab Saudi sebagai kompensasi Musibah Terowongan Mina yang
menyebabkan gugurnya 631 jemaah haji asal Indonesia, termasuk jemaah yang
berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Didirikan sebagai monument hidup dalam
mengenang dan mengambil hikmah terjadinya musibah terowongan Al Muaisim
di Mina tanggal 2 Juli 1990. Selain Provinsi Sulawesi Selatan, RSUD Haji juga
dibangun di tiga kota lain di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Surabaya. Rumah
Sakit Haji Makassar di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal
16 Juli Tahun 1992. Pengelolaan Rumah Sakit oleh Pemerintah Sulawesi Selatan
dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 802/VII/1992 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit, serta Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
Selatan Nomor: 1314/IX/1992 tentang tarif pelayanan kesehatan pada Rumah
Sakit Haji Makassar. Seiring berjalannya waktu, RSUD Haji Makassar mengalami
perkembangan berturut-turut sebagai berikut:
1. Menjadi Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan dengan Klasifikasi C berdasarkan Keputusan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 762/XII/1993; memiliki surat izin pelayanan
rumah sakit berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 07375/Yankes-2/V/2010
tentang Penyelenggaraan Pelayanan RSUD Haji Makassar yang berlaku 5
(lima) tahun dari tanggal 27 Mei 2010 s/d 27 Mei 2015.
2. Menjadi rumah sakit kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226/Menkes/SK/VII/2010 tentang penetapan status rumah sakit Haji
Makassar dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan pada tanggal 27
Agustus tahun 2010.
3. Menerapkan sistem manajemen ISO 9001 : 2008 tahun 2010.
4. Lulus tingkat lanjutan akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan sertifikat
nomor : KARS-Sert/31/VII/2011.

18
5. Menjadi rumah sakit umum daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) berdasarkan surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 2131/VIII/2012 tentang
penetapan RSUD Haji Makassar sebagai satuan kerja perangkat daerah untuk
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
secara penuh tanggal 8 Agustus 2012.
6. Menerapkan ISO terintegrasi : ISO 9001 : 2008 (Manajemen Mutu), ISO
18001 : 2007 (OHSAS), ISO 14001 : 2004 (Sistem Manajemen Lingkungan)
sejak tahun 2012-2014.
7. Lulus dan mendapat Predikat PARIPURNA dengan sertifikat nomor: KARS-
SERT/793/VIII/2017.
Diresmikan di Makassar pada tanggal 16 Juli 1992 ditandai dengan
Penandatanganan Prasasti Pendirian Rumah Sakit dilakukan oleh Bapak Presiden
Soeharto sebagai kelanjutan surat keputusan bersama tiga menteri (Menteri Dalam
Negeri, Menteri Agama, dan Menteri Kesehatan) tentang pembentukan panitia
pembangunan Rumah Sakit Haji di empat Embarkasi termasuk Makassar. Dan
untuk akreditasi sekarang sementara persiapan untuk penilaian kembali karena
masa berlaku akreditasi yang Paripurna kemarin sudah habis.
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana RSUD Haji Makassar
III.2.1 Lokasi
RSUD Haji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu rumah
sakit milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jln. Daeng
Ngeppe No.14 Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Berdiri
diatas tanah seluas 1,34 HA milik pemerintah Daerah Sulawesi Selatan terletak di
ujung selatan Kota Makassar yang pembangunannya ditetapkan di daerah bekas
lokasi Rumah Sakit Kusta Jongaya.
III.2.2 Sarana
Saat ini RSUD Haji Makassar menyediakan layanan kesehatan sebagai
berikut:
1) Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik) yang terdiri dari :
a. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam

19
b. Poliklinik Spesialis Bedah
c. Poliklinik Spesialis Anak
d. Poliklinik Spesialis Obsetri & Genekologi
e. Poliklinik Spesialis Kebidanan
f. Poliklinik Spesialis Syaraf
g. Poliklinik Spesialis THT
h. Poliklinik Spesialis Mata
i. Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
j. Poliklinik Spesialis Gigi & Mulut
k. Poliklinik Jiwa
l. Poliklinik Spesialis Paru
m. Poliklinik Konsultan Gizi
n. Poliklinik Khusus Geriatri
o. Poliklinik Medical Check Up
p. Poliklinik Bedah Vasculer & Bedah Digestive
q. Poliklinik Ortopedi
2) Instalasi Rawat Inap
3) Instalasi Rawat Darurat
4) Instalasi Perawatan Intensif (ICU/NICU)
5) Instalasi Bedah Sentral
6) Instalasi Rehabilitasi Medik
7) Instalasi Laboratorium
8) Instalasi Radiologi
9) Instalasi Farmasi
10) Instalasi Gizi
11) Instalasi PS-RS
12) Instalasi Laundry
13) Unit PKRS
14) Unit Rekam Medik

20
III.2.3 Prasarana
Dalam menunjang pemeriksaan diagnostic di RSUD Haji Makassar telah
disediakan layanan sebagai berikut:
1. CT Scan 7. Elektro Ensephalografi
2. Panoramic X-Ray 8. Optik Test
3. Dental X-Ray 9. Spirometri
4. Brochoscopy 10.Audiometri
5. Treadmill dan stress test 11.Lab Diagnostik
6. USG 2 dan 4 Dimensi 12.Patologi Diagnosti
Layanan kesehatan di RSUD Haji juga dilengkapi penunjang medis sebagai
berikut :
1) FECO
2) FESS
3) Ventilator
4) Brochoscopy
5) Laparascopy
6) NSK Primado
7) Cutera Aesthetic
8) Mesin HD
9) SWD
10) Ultra Sound
11) Electric Stimulation

21
III.3 Struktur Organisasi RSUD Haji Makassar

III.4 Instalasi Farmasi RSUD Haji Makassar


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan),
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan
(Rusli, 2016).
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan
seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan

22
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi
klinis (Rusli, 2016)
Instalasi farmasi di RSUD Haji Makassar terdiri dari:
1. Ruang Gudang Farmasi
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan yang
merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan farmasi yang
dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar dari
kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman, dan
mempermudah pengawasan stok. Gudang farmasi merupakan tempat penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya. Gudang farmasi berperan sebagai
pusat dari menjemen logistik karena sangat menetukan kelancaran dari
pendistribusian.
2. Ruang Apotek Rawat Jalan
Apotek rawat jalan adalah apotek yang hanya menerima resep untuk pasien
yang telah menerima perawatan medis. Pasien di apotek rawat jalan dilayani oleh
apoteker dan beberapa TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian). Apotek rawat jalan
melayani pasien BPJS dan pasien umum. Pasien BPJS yang mengambil obat
bulanan biasanya memiliki kartu kontrol dan wajib dibawa apabila mengambil obat
untuk bulan berikutnya. Jam kerja di apotek rawat jalan hanya terdiri dari satu
shift, yaitu mulai dari pukul 08.00-14.00.
3. Ruang Apotek Rawat Inap
Apotek rawat inap merupakan apotek yang melayani keperluan pasien yang
menjalani rawat inap (opname) atau pasien yang membutuhkan perawatan yang
cukup lama. Apotek rawat inap melayani keperluan obat dari poli rawat inap, IGD,
dan ICU. Sama halnya dengan apotek rawat jalan, apotek rawat inap juga melayani
pasien umum dan pasien BPJS. Jam kerja di apotek rawat inap dibagi menjadi tiga
shift, shift pertama mulai dari jam 08.00-14.00, shift kedua mulai dari jam
14.0021.00 dan shift ketiga mulai dari jam 21.00-08.00. Untuk peserta PKL di
rawat inap hanya diberikan shift pertama dan kedua.

23
BAB IV
PEMBAHASAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit Umum Haji adalah salah
satu rumah sakit umum yang berada di Makassar.
Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Haji Makassar merupakan bagian dari
Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan
mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan
teknis kefarmasian di Rumah Sakit.
Sistem pelayanan resep di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar
menggunakan bantuan komputer. Pelayanan Kefarmasian yang ada di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Makassar meliputi pelayanan resep, dispensing,
pelayanan swamedikasi, pelayanan inofrmasi obat (PIO), pemantauan terapi obat,
dan pelayanan konseling kepada pasien. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menjelaskan mengenai untuk menjamin mutu pelayanan farmasi kepada
masyarakat, telah dikeluarkan standar pelayanan farmasi komunitas yang meliputi
antara lain sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan resep (tidak
hanya meliputi peracikan dan penyerahan obat tetapi juga termasuk pemberian
informasi obat), konseling, monitoring penggunaaan obat, edukasi, promosi
kesehatan, dan evaluasi terhadap pengobatan (antara lain dengan membuat catatan
pengobatan pasien).
Adapun pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Rumah Sakit
Umum Haji Makassar dibagi mejadi 3 unit yaitu Apotek, depo dan gudang.
Pelayanan di apotek dibagi lagi menjadi dua unit pelayanan yaitu rawat jalan dan
rawat inap. Kegiatan rawat jalan dimulai dari pukul 08.00-16.00 WITA. Kegiatan
yang dilakukan adalah melayani pasien umum, BPJS dan Askes. Pada pasien umum
dilakukan pembayaran pada loket pembayaran bisa juga pembayaran langsung di
apotek sedangkan resep BPJS dan Askes cukup dengan menandatangani tanda
terima obat yang nantinya akan ditagihkan kepada pihak jaminan kesehatan tersebut
setelah awal bulan berikutnya kemudian berikan obat serta pemberian informasi

24
obat kepada pasien. Sedangkan kegiatan rawat inap pelayanannya 24 jam tetapi
dibagi dalam tiga sift yaitu pagi, siang, dan malam. Kegiatan yang sering dilayani
adalah alat kesehatan, dan sediaan injeksi. Pelayanan yang dilakukan adalah
melayani pasien umum, BPJS dan Askes. Sebelum menyerahkan obat kepada
pasien terlebih dahulu mengecek di komputer dengan tujuan untuk mengetahuai
apakah pasien yang bersangkutan termasuk dalam pasien Askes, BPJS atau pasien
Umum. Jika pasien tersebut termasuk pasien Umum berarti pasien harus membayar
obat yang ada di resep tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan di gudang, di antaranya mengecek
perbekalan farmasi yang diperlukan disetiap unit yang membutuhkan dan menarik
perbekalan farmasi yang tidak digunakan lagi atau sudah expired date di setiap unit
yang ada di rumah sakit. Petugas gudang wajib membuat amprahan obat dan alkes
untuk diberikan ke setiap unit yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Makassar.
Kegiatan di gudang farmasi meliputi pengelolaan sediaan farmasi yang
terdiri dari: perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran atau
distribusi dan membuat laporan-laporan untuk kepentingan administrasi.
Perencanaan di gudang farmasi Rumah Sakit Umum Haji Makassar menggunakan
dua metode yakni metode konsumsi dan metode epidemiologi dimana metode
konsumsi di lihat dari kebutuhan pemakaian sebelumnya, sedangkan metode
epidemiologi dilihat dari pola penyakit. Pengadaan yang dilakukan didalam gudang
farmasi yaitu melakukan pembelian langsung ke PBF dengan menggunakan surat
pesanan untuk memesan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Penerimaan barang
beberapa hal yang diperiksa adalah jumlah barang, tanggal kadaluarsa dan keadaan
fisik barang. Kemudian barang diangkut kegudang untuk didokumentasikan lalu
disusun pada tempatnya. Penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum
Haji Makassar berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expired first out). Pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan
pada gudang farmasi di Rumah Sakit Umum Haji Makassar di distribusikan ke
Apotek rawat jalan, rawat inap dan pelayanan lainnya. Pengawasan yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Haji Makassar oleh kepala Instalasi dengan melakukan
pengawasan dan bimbingan kepada petugas/ pelaksana Instalasi farmasi dan

25
memberikan informasi kepada direktur Rumah Sakit setiap bulannya atas
terlaksananya kegiatan kefarmasian. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI no.72
tahun 2016 pasal 10. Pelaporan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar ada banyak
format pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh petugas di Instalasi
Farmasi baik laporan harian, bulanan maupun tahunan. Laporan-laporan yang
dilaksanakan antara lain, yaitu stock opname, buku induk sebagai alat kontrol dari
mutasi obat setiap bulan, laporan pengadaan obat dan laporan penggunaan narkotik
dan psikotropika. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI no.72 tahun 2016 pasal 8
dimana Rumah Sakit wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara
berjenjang.

26
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan Di Rumah
Sakit Umum Haji Makassar selama 2 minggu, yang dimulai pada tanggal 30
januari sampai 11 Februari 2023, kami banyak mempelajari tentang bagaimana
cara memberikan pelayanan-pelayanan kefarmasian yang ada di Rumah Sakit
Umum Haji Makassar yang meliputi :
- Bagaimana melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
- Sistem pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Haji Makassar berjalan dengan
baik sehingga semua kegiatannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi
terhadap kegiatan lainnya, sehingga data efisiensi obat yang ada di Rumah Sakit
Umum Haji Makassar
- Sistem pengadaan obat di Rumah Sakit Umum Haji Makassar melalui
PBF.
VI.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu, diharapkan Rumah Sakit dapat
mempertahanan kualitas mutu pelayanan kefarmasian yang telah diterapkan dan
lebih memperhatikan sisa stok obat yang tersedia agar tidak terjadi kekosongan
dan pelayanan resep dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala.

27
DAFTAR PUSTAKA
IAI. Indeks Spesialite Obat Indonesia Volume 49 Tahun 2014. Jakarta: IAI; 2014
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Rahman, H. dan Dyah Ayu. 2019. Kajian Penggunaan Obat dan Evaluasi Sediaan
Kapsul Racikan Paracetamol-Diazepam. Politeknik Harapan Bersama
Tegal: Vol.8 (2).
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.

28
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan

1 Penyimpanan Obat

2 Lemari Khusus Obat


Narkotika Di Apotek Rawat
Inap RSUD Haji Makassar

3 Peracikan Obat Menggunakan


Belender

4 Peracikan Obat Dalam


Bentuk Kapsul

29
5 Hasil Peracikan Obat Dalam
Bentuk Kapsul

6 Pengemasan Obat

7 Gudang Farmasi RSUD Haji


Makassar

8 Lemari Khusus Obat


Narkotika Di Gudang Farmasi
RSUD Haji Makassar

9 Pelabelan High Alert Pada


Sediaan Insulin

30

Anda mungkin juga menyukai