Anda di halaman 1dari 1

Search

Suppositoria
Download !

Uploaded by Indah Diantika on Mar 30, 2014

" 100% (5) · 6K views · 26 pages


Document Information #
Suppositoria
Date uploaded
Mar 30, 2014

Copyright
Download !
© © All Rights Reserved

Available Formats
DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
BAB I

Share this document PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit

Facebook Twitter
yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam
bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli
farmasi dan industri.

$
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,

Email
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu, mudah dibawa, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk
memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit tubuh.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
Did youdiantaranya
find this yaitudocument useful?
mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.
TUJUAN

Is this content inappropriate?


Mengetahui Report this
tentang pengertian suppositoria, syaratDocument
suppositoria, kekurangan dan
kelebihan suppositoria.
Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan tepat
dan mengetahui metode evaluasi sediaan suppositoria.
MANFAAT
Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria.
Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.
Untuk menambah wawasan dan ketrampilan.

Improve Your Experience '


Rating will help us to suggest even better
related documents to all of our readers!

% Useful

& Not useful

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUPPOSITORIA
a. Menurut FI edisi III hal 32
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
b. Menurut FI edisi IV hal 16
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh.
c. Menurut R.Voight hal 281
Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk
mantap yang ditetapkan untuk dimasukan kedalam rektum, sediaan ini melebur pada
suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.
d. Menurut Ilmu Meracik Obat hal 158
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk terpedo,
dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh.
e. Menurut Ansel hal 576
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengaan cara
memasukkan kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur,
melunak atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
f. Menurut Lachman hal 1147
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya dimaksudkan untuk
dimasukan kedalam rektum, vagina, dan jarang digunakan untuk uretra. Suppositoria
rektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh, atau melunak
pada temperatur tubuh, sedangkan suppositoria vaginal kadang-kadang disebut
pessaries, juga dibuat dengan tablet kompressi yang hancur dalam cairan tubuh.

Jadi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo
yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh,
sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan
cepat.

B. BENTUK-BENTUK SUPPOSITORIA DAN UKURANNYA


a. Menurut Ansel hal 576-577

1. Suppositoria untuk rectum (rectal)


Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo atau jari-jari kecil.
Ukuran panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan beratnya 2 gram untuk
orang dewasa bila oleum cacao yang digunakan sebagai vasis. Sedangkan untuk bayi
dan anak-anak ukuran dan beratnya ½ dari ukuran dan berat orang dewasa, bentuknya
kira-kira seperti pensil.
2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut sesuai dengan kompendik resmi,
beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, sebab lagi tergantung pada macam basis
dan masing-masing pabrik yang membuatnya.
3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Bentuk ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukan kedalam lambung
urine/saluran urine pria atau wanita 1 garis tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm.
Walaupun ukuran ini masih bervariasi antar yang satu dengan yang lain apabila basisnya
dari oleum cacao, maka beratnya ± 4 gram untuk wanita panjang dan beratnya ½ dari
ukuran untuk pria. Panjang kurang lebih 78 mm dan beratnya 2 gram ini pun bila oleum
cacao sebagai basisnya.
b. Menurut FI edisi IV hal 16 – 17

1. Suppositoria rektal
Untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot
± 2 gram.
2. Suppositoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot ± 5 gram.

c. Menurut Lachman hal. 564


1. Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria rektal untuk dewasa berbobot sekitar 2 gram dan biasanya diruncingkan
bentuk torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan menyerupai bentuk
torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan mempunyai ukuran kecil.
2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria vaginal berbobot sekitar 3 sampai 5 gram dan biasanya dicetak globular
atau bentuk oval atau dikempa sebagai tablet menjadi bentuk kerucut atau adifikasi.
3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria uretra kadang disebut bougies, berbentuk pensil dan dituliskan untuk
maksud tertentu. Suppositoria uretra untuk pria berbobot sekitar 4 gram tiapnya dan
panjangnya 100-150 mm, untuk wanita 2 gram tiapnya dan biasanya 60-75 mm.

C. PERSYARATAN SUPPOSITORIA
Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
(persyaratan kerja obat).
2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, pewarnaan,
penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadai
dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

D. EFEK TERAPI SUPPOSITORIA


a. Menurut Ansel hal 16 – 17
1. Aksi lokal
Begitu dimasukKan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkan
bahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa
dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga
dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal
dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakaan untuk menghilangkan
konstipasi dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau

kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal,
digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene wanita dan sebagai zat khusus untuk
memerangi dan menyerang penyebab penyakit.
2. Aksi sistemik
Untuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina memungkinkan absorbsi dan
kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat
absorbsi secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk
mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum mempunyai beberapa
kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :
1) Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dan
lambung.
2) Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.
3) Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah, dan lain
sebagainya.
b. Menurut Lachman hal 1184 – 1186
1. Suppositoria untuk efek sistemik
Pemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus dibuat misalnya dengan
memilih basis-basis yang disarankan. Avaibilitas dan harga basis suppositoria harus
diperhitungkan sebelum pengerjaan formulasi digunakan.
2. Suppositoria untuk efek lokal
Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak diabsorbsi misalnya
obat-obat untuk wasir, anastetik lokal, antipiretik, basis-basis, yang digunakan untuk
obat ini sebenarnya tidak diabsorbsi. Lambat meleleh dan lambat melepaskan obat-obat
sistemik. Efek lokal umumnya terjadi terjadi dalam waktu ½ jam (30 menit) paling
sedikit empat.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


a. Menurut Ansel hal 579
1. Faktor Fisiologi
Rectum manusia panjangnya ± 15 – 30 cm. Pada waktu kosong, rectum hanya berisi 2 –
3 ml cairan mukosa yang inert. Dalam keaadan istirahat, rectum tidak ada gerakan vili
dan microvili pada mukosa rectum. Akan tetapi terdapat vaskularisasi adsorbsi obat dan

rectum adalah kandungan kolon, jalur sirkulasi dan pH serta tidak adanya kemampuan
mendapat cairan rectum.
! Kandungan Kolon
Apabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung obat absorbsi
yang lebih besar, lebih banyak terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang
dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi dimana tidak ada fases.
! Jalur Sirkulasi
Obat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang diabsorbsi setelah
pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi porta, sewaktu didalam perjalanan
sirkulasi yang lazim. Dalam hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.
! pH
Tidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena cairan rectum pada
dasarnya pada pH 7 – 8 dan kemampuan mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang
digunakan lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum.
2. Faktor Fisika – Kimia
! Kelarutan lemak – air
Suatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis. Suppositoria berlemak dengan
konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang kurang untuk melepaskan diri dari
kedalam cairan sekelilingnya. Dibandingkan jika tidak ada bahan hidrofilik pada
bahan/basis berlemak dalam batas-batas untuk mendekati jenuhnya.
! Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin mudah larut dan lebih besar kemungkinan
untuk lebih cepat diabsorbsi.
! Sifat basis
Basis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya pelepasan kandungan
obatnya untuk diabsorbsi. Apa bila terjadi interaksiantara basis dengan lelehan lepas,
maka adsorbsi akan terganggu atau malah dicegah.

b. Menurut Lachman hal 1184 – 1186


1. Faktor fisiologis
! Sirkulasi darah
Sejumlah obat tidak dapat dibiarkan secara oral oleh karena obat-obat tersebut
dipengaruhi oleh getah pencernaan atau aktivitas terapeutiknya diubah oleh hati
setelah diabsorbsi. Setelah obat diabsorbsi dari usus halus akan dibawah oleh vena
porta hepatika ke hati. Hati mengubah sebagian besar obat yang sama dapat
diabsorbsi dalam daerah anarektal dengan nilai terapeutiknya masih dipertahankan.
Vena hemoroid yang lebih atas tidak berhubung dengan porta yang menuju hati.
Dilaporkan bahwa lebih separuh 50-70% obat yang diberikan secara rektal
tarabsorbsi secara langsung ke dalam sirkulasi umum.
! pH
Mempunyai peranan dalam mengendapkan laju absorbsi obat yang berarti schaneler
melaporkan bahwa kolon tikus mempunyai pH kira-kira 6,3 suatu pH yang sedikit
lebih asam dari semula. Hal ini mengakibatkan obat-obat yang terlarut menentukan
pH di daerah anorectal. Schaneler mengatakan bahwa asam dan basa yang lebih akan
lebih lemah , akan lebih mudah terionisasi.
! Keadaan fisiologi kolon
Jumlah dan sifat kimia cairan-cairan dan padatan-padatan yang ada mempengaruhi
absorbsi obat. Jika kandungan dubur banyak diabsorbsi obat akan lambat.
! Keadaan membran mukosa rektal
Dinding membran diselubungi oleh lapisan mukosa yang relatif kontinyu/tebal yang
bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori dimana
terjadi absorbsi melalui usus kecil dan usus besar hampir tidak berbeda dengan obat
yang diabsorbsi obat melalui usus kecil dan besar , rasanya tidak memungkinkan
suatu obat yang telah melewati usus kecil dan akan diabsorbsi secara bermakna
melalui kolon.
2. Faktor fisika-kimia
Urutan peristiwa menuju absorbsi obat melalui daerah anorectal adalah obat dalam
pembawa masuk dalam obat dalam cairan hal ini cairan kolon kemudian diabsorbsi oleh
mukosa rectal. Agar obat dapat diabsorbsi obat tersebut harus dilepas dari suppositoria

dan didistribusikan oleh cairan disekitarnya pada tempat-tempat absorbsi dengan


melarutkan dalam cairan maka terdapat kontak yang luas dan obat dengan dinding
lumen sehingga shingga meningkatkan kontak obat dengan sebagian besar tempat-
tempat absorbsi.
! Sifat basis
Suppositoria yang dipengaruhi oleh adsorbsi obat.
! Bahan penambahan
Didalam formula suppositoria dapat mempengaruhi adsorbsi obat melalui perubahan
sifat reologi dari basis tersebut pada temperatur kamar. Atau dengan mempengaruhi
disolusi obat dalam dalam media sedian obat tersebut, dalam basis tipe emulsi,
terlihat bahwa pelepasan sejumlah obat yang larut dalam air meningkat dengan
meningkatnya kandungan air dari basis tersebut. Dan bahwa laju obat yang
dilepaskan dapat diperpanjang dengan penambahan suatu polimer, air, penambahan
koloid silikon, oksida yang hidrofilik pada Suppositoria dengan basis berlemak.
Mengubah sifat reologi massa tersebut. Salisilat ternyata dapat memperbaiki adsorbsi
rectal dari antibiotika yang larut dalam air dalam basis hidrofilik.

F. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN


a. Menurut Ansel hal 578
Dalam berbagai obat terdapat bahan yang dirusak oleh lambung sehingga tidak dapat
memberi efek.
b. Menurut Ansel 579 – 581
Bahan obat yang masuk tidak mengalami metabolisme dihati.
c. Menurut Lachman hal 1148 – 1149
1. Sediaan Suppositoria memberikan lebih cepat.
2. Sediaan ini mengiritasi saluran pencernaan.

G. PEMBAGIAN BASIS
Menurut Ansel hal 582 – 589
1. Basis berminyak atau berlemak

Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya
olium cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan
basis-basis lainya. Diantara bahan berminyak atau berlemak lainya yang biasa
digunakan sebagai basis Suppositoria. Macam-macam asam lemak yang dihidrogenesis
dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas, juga kumpulan basis
lemak yang mengandung gabungan minyak gliserin dan asam lemak dengan berat
molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basisi
Suppositoria berlemak. Campuran yang dimikian seperti gliserol dan monostearat
merupakan contoh dari kelompok ini.
2. Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air
Air merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin dan gliserin
dan basis policahenilikol, basis gelatin, gliserin paling sering digunakan dalam
pembuatan Suppositoria vagina dimana memang diharapkan efek setempat yang cukup
lama usus.
3. Basis lainya
Dalam kelompok basis ini termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak yang larut
dalam air dan bercampur dengan air, bahan-bahan ini mungkin memebentuk zat kimia
atau campuraan fisika.beberapa diantaranya berebentuk emulsi, umumnya dan tipe air
dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan besar. Salah satu dari bahan
ini adalah polioksil 40 starat suatu zat aktif pada permukaan digunakan dalam sejumlah
basis Suppositoria dalam perdaganggan.
Menurut Lachman hal 1168 – 1172
1. Minyak coklat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan, minyak
coklat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran baha-bahan obat bila
basisnya tidak dinyatakan apa-apa, sebagian besar sejak minyak coklat memenuhi
persyaratan basis ideal karena minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif, serta
meleleh pada temperatur tubuh. Minyak coklat merupakan trigliserida dengan rantai-
rantai trigliserida utama yaitu oleoval mitosfearin dan oleo distearin, minyak coklat
berwarna putih kekuningan, padat, merupakan lemak antara 30 ºC dan 35 ºC (85–95ºF).
Angka idealnya antara 34 – 38 ºC harus disimpan ditempat dingin, kering dan terlindung

dan angka asamnya lebih dari 4 karena minyak coklat mudah mencair dan menjadi
tengik maka harus terlindung dari cahaya.
2. Pengganti Minyak Coklat
Mekanisme pembuatan suppositoria seperti kelemahan yang menjadi sifat coklat, telah
merangsang penelitian pengganti minyak coklat yang sesuai memuaskan dapat
mempertahankan sifat minyak coklat yang dikehendaki dan melakukan upaya untuk
menghapuskan kelemahannya.
3. Basis Suppositoria Khusus
Karakteristik tertentu yang biasanya dipertimbangkan dalam memilih suatu basis
suppositoria adalah :
a) Interval yang sempit, antara titik leleh dan titk memadat.
b) Kisaran leleh yang tinggi ( 37 ºC – 41 ºC).
c) Kisaran meleleh lebih rendah ( 30 ºC – 34 ºC) bila zat tersebut ditambahkan dengan
basis suppositoria atau sejumlah besar zat padat lokal yang merupakan karakteristik
yang penting bagi suppositoria dengan shelf-life yang lama.
4. Basis Suppositoria Hidrofilik
a) Suppositoria Gliserin
Formula ini sering kali digunakan dalam suppositoria vaginal. Yang dimaksudkan
untuk penggunaan efek lokal dari zat anti mikroba suppositoria melarut perlahan
untuk memperpanjang aktifitas obat tersebut karena gliserin bersifat higroskopik,
maka suppositoria dikemas dalam bahan yang dapat melindunginya dari kelembaban
disekelilingnya. Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu
pertumbuhan bakteri atau jamur, karena itu suppositoria disimpan dalam tempat
dinggin dan sering kali mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan
mikroba.
b) Berbagai Polietilenglikol
Suppositoria Polietilenglikol dapat dibuat dengan pencetakan maupun metode
kompressi dengan suatu campuran 6% Heksatiesol 1.2.6 dengan polietilenlikol 1540
dan 12 % polimer. Polietilen oksida 4000 merupakan basis yang sesuai terutama
untuk teknik kompressi dingin.

10

Improve Your Experience '


Rating will help us to suggest even better
related documents to all of our readers!

% Useful

& Not useful

H. TUJUAN PENGGUNAAN SUPPOSITORIA


1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap
oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat
per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat
diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).

I. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUPPOSITORIA


Keuntungan Supositoria:
1. Menurut R.Voight hal 282
a. Tidak merusak lambung
b. Tanpa rasa yang tidak enak (kemualan)
c. Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit menelan dan
sebagainya.
d. Pemakaian suppositoria pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
2. Menurut Ansel hal 579
a. Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim dalam lambung
atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam lingkungan merusak ini.
b. Obat yang merangsang lambung dapat dibiarkan tanpa menimbulkan perangsangan.
c. Obat yang dirusak dalam partal dapat melewati hati setelah diabsorbsi pada rectum.
d. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat
atau tidak mau menelan obat.
3. Menurut FI edisi IV hal 16
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung-pelindung ditempat sebagai pembawa
zat terapeutik yang bersifat lokal dan sistemik.

11

Improve Your Experience '


Rating will help us to suggest even better
related documents to all of our readers!

% Useful

& Not useful

What is Scribd? (

Millions of titles at your fingertips


Share this
Home Only document
Rp70,000/month.
Books Cancel anytime.Documents
Audiobooks

Anda mungkin juga menyukai