Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI LEMBAGA FARMASI TNI ANGKATAN LAUT


Drs. MOCHAMAD KAMAL JAKARTA PUSAT
PERIODE 18 AGUSTUS01 SEPTEMBER 2016

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :

Fahrudiansya
h 1543700088
Maryam Muddin
1543700016
Nova Astria 1543700155
Ayu gladistya pradini
1543700023
Suwarni Pomanto 1543700171
Martha marni
1543700031
Diana Frimauli Sidabutar 1543700202
Yunny Pricilia Stefanus
1543700074
Erlan Sugianto 1543700204

1
St. Rahma
1543700205

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan
obat mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat
untuk didistribusikan.
Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi
dan alat kesehatan (Anonim, 2012). Untuk menjaga mutu obat yang
dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses produksi selalu dilakukan pen
gawasan mutu In Process Control (IPC). Setiap penerimaan bahan awal baik
bahan baku dan bahan kemas terlebih dahulu diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasinya. Bahan-bahan tersebut harus selalu disertai dengan
Certificate of Analisis (CA) yang dapat disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan. Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa dapat
menjamin produk obat jadi dan memenuhi ketentuan izin pembuatan serta
izin edar (registrasi) sesuai dengan spesifikasinya (BPOM, 2006).
Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan
untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief,1991)
Valsartan merupakan obat golongan antagonis reseptor angiotensin II,
sifatnya mirip dengan penghambat ACE, cara kerjanya menghambat produksi
senyawa angiotensin II, sehingga pembuluh darah kembali normal dan beban
jantung menjadi berkurang, bila jantung dan pembuluh darah sudah kembali
normal maka resiko penyakit seperti stroke dan pecah pembuluh darah dapat
berkurang (BPOM,2008)
1.2 Tujuan
Tujuan dari
a. Untuk mengetahui formula yang cocok dengan bahan baku valsartan.
b. Untuk mengetahui cara pembuatan dan produksi tablet dengan metode
granulasi basah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet
Dapat didefinisikan sebagai sediaan solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang
meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat
kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan
mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (FI III, 1979).

2.2 Keuntungan dan Kerugian Tablet


Tablet ini memiliki bebarapa keuntungan yang meliputi (Lachman, 1994):
a) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
b) Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
c) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
d) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan mudah
untuk dikemas dan dikirim.
e) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet yang paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetakan yang bermonogram atau
berhiasan timbul.
f) Tablet paling mudah ditelan serta paling kemungkinan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
g) Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
h) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang baik.

Adapun Kerugian tablet yaitu (Lachman, 1994):


a) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak;
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat
jenis.
b) Obat yang sukar dibasahkan, lama melarut, dosisnya cukupan atau
tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui cerna atau setiap kombinasi
dari sifat diatas, akan sukar tidak mungkin diformulasi dan di fabrikasi
dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat
cukup.
c) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan
atau obat yang peka terhadap oksigen atau lembab perlu pengkapsulan
atau penyelubung dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau
memerlukan penyalutan dulu.
2.3 Metode Pembuatan Tablet
2.3.1 Kempa Langsung
Istilah kempa langsung telah lama digunakan digunakan
untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal
(biasanya garam anorganik dengan struktur kristal bubuk, seperti
natrium klorida, natrium bromida, dan kalium bromida) menjadi
suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Sekarang istilah kempa
langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa
langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai
(termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir
dengan seragam kelubang kempa dan membentuk suatu padatan
yang kokoh(Siregar, 2007).
Pengisian yang dapat langsung dikompresi adalah zat netral
yang dapat dikompakkan dengan sedikit kesukaran dan dapat
dikempa walau sejumlah obat dicampur. Kapasitas kempa tetap,
dipertahankan pada saat bahan tablet lain yang perlu untuk
pengaliran, disintegran dan sebagainya dicampurkan ke dalamnya.
Zat pembawa dan bahan-bahan dikempa langsung, disamping baik
alirannya dan kompresibilitas, juga harus inert, tidak berasa, dapat
dikerjakan kembali, bila pecah dan murah (Lachman, 1994).
Kempa langsung akan memerlukan lagi penambahan
sejumlah besar pengisi untuk mempermudah pengempaan, tetapi
mengakibatkan tablet menjadi tidak layak karena akan menghasilkan
peningkatan ukuran tablet. Kesederhanaan proses kempa langsung
jelas. Akan tetapi, kesederhanaan ini menyebabkan banyak
kegagalan awal dalam mengganti dari granulasi basah menjadi
kempa langsung (Siregar, 2007).
2.3.2 Granulasi Kering
Granulasi adalah suatu proses pembesaran ukuran ketika
partikel-partikel kecil dibentuk menjadi gumpalan (aglomerat) yang
lebih besar, kuat secara fisik, kuat secara fisik, sedangkan partikel-
partikel orisinil masih dapat diidentifikasi. Tujuan metode granulasi
kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas
untuk pembuatan tablet (Siregar, 2007).
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin
digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas
dan/atau lembab atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi
tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dan/atau dosis
efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung.
Granulasi kering dilakukan pada campuran seluruh
ingredient dalam suatu formulasi tablet tanpa menggunakan cairan
penggranulasi. Granulasi kering dibuat dengan mengempa langsung
seluruh campuran ingredient formulasi dengan tekanan tinggi
menggunakan suatu mesin pembuat bongkah (slugging machine)
atau mesin kompaktor (Siregar, 2007).
2.3.3 Granulasi Basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada
suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang
dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi
atau granul. Kemungkinan pembasahan serbuk dengan beraneka
ragam cairan, yang juga dapat bertindak sebagai suatu pembawa
bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik dan sifat-sifat
fisik granulasi yang baik dan mempunyai banyak keuntungan.Dalam
granulasi basah, sifat kohesif pengikat cair yang disiapkan, biasanya
cukup untuk menghasilkan ikatan dengan zat tambahan yang
minimal.Alasan utama memilih menggunakan granulasi basah untuk
memastikan keseragaman kandungan tablet dengan mendispersikan
dosis kecil zat aktif dan/atau zat tambahan pewarna dengan
melarutkannya dalam pengikat cair (Siregar, 2007).

2.4 Evaluasi Granul


Parameter yang diamati adalah kadar lembab, uji sifat alir dan uji
kompresibilitas.

2.4.1 Penetapan Kadar Lembab


Lembab di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat
basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari
suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah,
sedangkan berdasarkan berat kering, air dinyatakan sebagai persen
berat dari bahan kering. Di bidang farmasi, istilah susut saat
pengeringan umumnya disebut LOD (loss on drying), yaitu suatu
pernyataan kadar lembab berdasarkan berat basah. LOD dari suatu
zat padat basah sering ditentukan dengan menggunakan neraca
lembab, yang mempunyai sumber panas untuk pemanasan cepat dan
skala kalibrasi dalam % LOD. Suatu Sampel yang telah ditimbang
diletakkan pada neraca dan dibiarkan kering sampai beratnya
konstan. Air yang hilang karena penguapan dibaca langsung pada
skala LOD %. Dianggap tidak ada bahan lain yang menguap(9).
Granul sebanyak 5 gram dimasukkan kedalam lemari pengering
sampai bobot konstan.

W0 - W1 X 100% Keterangan :

W0 W0 = bobot granul awal


W1 = bobot setelah pengeringan
Persyaratan : 2- 4%

2.4.2 Uji Waktu Alir


Granul ditempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam
keadaan tertutup. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar
dan ditampung pada bidang datar. waktu alir di catat menggunakan
stopwatch sebanyak 3 kali. Syarat waktu alir adalah 100 gram/10
detik merupakan batas yang masih memberikan laju alir baik.
Tabel 3. Syarat waktu alir
Nilai (g/detik) Gambaran alir
>10.0 Mengalir bebas
4.0-10.0 Mudah mengalir
1.6-4.0 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif

2.4.3 Uji Kompresibilitas


Pengukuran dari suatu serbuk yang bebas mengalir adalah
kompresibilitas. Granul sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam
gelas ukur dari alat jouling volumeter catat volume, kemudian
granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji,
dicatat volume uji sebelum dimampatkan (P1) dan volume setelah
dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (P0). Dihitung dari
kerapatan serbuk dengan persamaan(28) :

Tabel 4.Kompresibiltas dan daya alir (flowablity)(30)


Kompresibilitas Daya alir
5-15 % Baik sekali
12-16 % Baik
18-21 % Sedang dapat lewat
23-35 % Buruk
33-38 % Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali

2.5 Evaluasi Tablet


Evaluasi terhadap sediaan tablet meliputi: uji visual tablet, uji
keragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan tablet, uji
kerenyahan tablet, uji bioadhesif, uji wash off, uji penetapan kadar dan uji
disolusi.

2.5.1 Uji Visual


Dilakukan pengamatan terhadap penampilan umum fisik
tablet yaitu bentuk, tekstur permukaan, warna tablet, ada tidaknya
bau dan ada tidaknya rasa dari tablet.

2.5.2 Uji Keragaman bobot


Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keragaman
bobot yang ditetapkan sebagai berikut : timbang 20 tablet, dihitung
bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang mutu permutu, tidak boleh
lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B, jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom
B.
Tabel 5. Syarat keragaman bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300mg 7,5% 15%
Lebih dari 300mg 5% 10%

2.5.4 Uji Keseragaman Ukuran


Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya selama
produksi dan di antara produksi untuk formula yang sama, harus
dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan
tekanan yang diberikan tetap sama.
Dilakukan pengukuran terhadap tablet, diameter dan tebal
tablet dengan menggunakan jangka sorong(28). Syarat : kecuali
dinyatakan lain, tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.

2.5.5 Uji Kekerasan Tablet


Pengujian kekerasan tablet dengan alat yang bernama
pengetesan kekerasan hardness tester. Dalam alat logam kecil
diletakan sebuah tablet dan tekanannya diatur sedemikian rupa,
sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum petunjuk berada pada
skala 0. Besarnya tekanan dibaca langsung pada skala (18). Persyaratan
kekerasan tablet adalah ukuran yang didapat untuk tablet biasa
minimal 4 kg/cm2.

2.5.6 Uji Keregasan Tablet


Alat penguji friabilitas adalah friabilator. Memperlakukan
sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan
dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit dengan menjatuhkan tablet sejauh
enam inci pada setiap putaran.
Persyaratan : Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai
1% masih dapat dibenarkan. Bila terlihat adanya capping pada uji
keregasan, tablet itu tidak boleh dijual, berapapun persentase
kehilangannya.
Perhitungan : % Loss = Initial weight Final weight X 100

Initial weight

2.6 Masalah-masalah dalam Pembuatan Tablet


2.6.1 Variasi Bobot
Faktor yang mempengaruhi variasi bobot dari suatu tablet
adalah keseragaman dari ukuran dan bentuk dari granul yang
dibuat dalam proses granulasi. Penyebab variasi bobot terlalu besar
yaitu sifat alir granul yang jelek, terjadi pemisahan granul karena
kurang meratanya cairan pengikat pada waktu proses granulasi atau
kekeringan granul yang tidak merata dan adanya perbedaan
ukuran, pada penempatan dengan mesin rotary, serta adanya
variasi bobot tablet juga disebabkan karena pemasangan punch
yang kurang tepat.

2.6.2 Penempelan (Binding)


Kerusakan pada tablet menempel di dinding punch
dikarenakan adanya ketidaksesuaian pada pengaturan pencetakan
dan dapat juga disebabkan oleh granul yang terlalu lembab atau
dapat juga disebabkan kurang atau tidak cocoknya
akanpenambahan suatu bahan pelincir atau anti lengket.

2.6.3 Terbelah (Capping)


Kerusakan pada tablet dimana terbelahnya lapisan atas dan
bawah tablet sebagian atau menyeluruh yang disebabkan karena
granul yang terlalu kering. Hal ini dapat diatasi dengan cara
menambah air pada granul yang terlalu kering kembali. Selain itu
ada faktor lainpenyebab capping yaitu kurangnya pengikat, terlalu
banyak fines dari granul ataupun karena bentuk tablet yang
bervariasi.

2.6.4 Retak (Cracking)


Kerusakan pada tablet dimana granul yang terlalu lembab
yang dapat diatasi dengan pengeringan kembali dari granulat,
ketidaksesuaian penggunaan lubrikan yang dapat diatasi dengan
mengganti lubrikan, secara faktor mekanik yang terjadi akibat
ketidaksesuaian punch.

2.6.5 Sticking
Kerusakan pada tablet dimana ada sebagian masa tablet
yang melekat pada stempel, dapat disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya pengaruh dari lingkungan yang diatasi dengan
mengeringkan granul atau memperbaiki kondisi udara diruangan,
penurunan titik lebur yang diperbaiki dengan perbaikan granulat
sesuai komposisi, penurunan kohesi komposisi tunggal diperbaiki
dengan perbaikan granulat sesuai komposisi, penurunan kohesi
komposisi tunggal diperbaiki dengan menaikan tekanan sedikit
demi sedikit.

2.6.6 Picking
Kerusakan pada tablet dimana terjadi penempelan sebagian
kecil dari permukaan tablet, penyebab picking adalah granulat yang
lembab, terlalu banyak fines, kurangnya bahan antiadheren,
penandaan yang terlalu rapat serta punch yang permukaannya
rusak.

2.6.7 Mottling
Keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata
dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelappada
permukaan yang seragam. Penyebab mottling ialah berbedanya
warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil uraian obatnya
berwarna yang dapat diatasi dengan pemberian zat warna dengan
pencampuran yang merata dan homogeny (Lachman, 1994).
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VALSARTAN

3.1 Alat
Alat-alat gelas, alat-alat bedah, pengayak (12 mesh dan 16 mesh),
Timbangan manual, Alat uji kelembaban/Moisture balance tester, Alat uji laju
alir/Flow tester, Alat uji kompresibilitas/High density bulk, Alat uji
kekerasan/Hardness tester, Alat uji keragaman bobot/Timbangan analitik,
Alat uji keseragaman ukuran/Tekloc, Alat uji keregasan/Friabilator, Alat uji
waktu hancur/Disintegration tester, Oven tekanan tinggi, Mesin pencetakan
tablet/rotary, Alat disolusi tipe II, Spektrofotometer UV, Shaker, Ultrasonik.

3.2 Bahan
Valsartan, PVP/ Pollyvinnylpirolidon, Laktosa, Primojel,
Methylparaben, Propylparaben, Talk, Mg. Stearat dan Alkohol.

3.3 URAIAN BAHAN


1. Valsartan (USP 36,COA Valsartan)
Nama Resmi : Valsartan
Pemerian : Kristal putih/ serbuk putih
Kelarutan : larut dalam chloroform, mudah larut dalam etanol
dan methanol dan sukar larut dalam air
Identifikasi : invrared, ultraviolet
LOD : 1%
Titik lebur : 116-117
Penetapan kadar : HPLC, valsartan mengandung tidak kurang dari
98% dan tidak lebih dari 102%. Struktur
C24H29N5O3, dihitung terhadap zat anhidrat
BM : 435,52
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 25o
2. PVP (Excipients,581)
Nama resmi : Pollyvinnylpirolidon
Nama lain : polidon, plasdon
Pemerian : putih/hampir putih, tidak berbau/hampir tidak
berbau dan serbuk higroskopis
Khasiat : pengikat
Konsentrasi : 0,5-5%
Kelarutan : mudah larut dalam air, hampir 60%. Sangat mudah
larut dalam pelarut organic, termasuk etanol,
methanol, asam, ester, keton, chloroform dan etil
asetat
Incompabilitas : garam inorganic, rasin, dan sintetik
3. Amylum Maydis (FI Edisi IV, hal. 108)
Nama Resmi : AMYLUM MAYDIS
Nama Lain : Pati jagung
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Range : 10-20% (Ansel, hal.284)
Incompabilitas : Tidak ada yang menimbulkan aplikasi Excipients,
hal.293)
4. Primojel (Raymond C Rowe dkk,2009 : 663)
Nama Resmi : Sodium starchgliycolat
Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, bebas mengalir
dan sangat higroskopis
Kelarutan : tidak larut dalam metilen clorida
Khasiat : Zat penghancur
Range : 2-8%
Incompabilitas : Dengan Asam asorbat
5. Mg Stearat (Excipients,404)
Nama Resmi : Magnesium Stearat
Pemerian : serbuk putih terang, tidak berasa, bulk yang
memiliki BJ rendah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95%
Khasiat : Lubrikan
Range : 0,25-5%
Inkompabilitas : asam kuat, basa kuat dengan garam besi
6. Talkum ( FI Edisi III, hal. 391 )
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran, warna putih/putih
kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Incompabilitas : Tidak bercampur dengan bagian campuran
ammonium ( Excipients, hal. 555 )
Range : 0,1-5,0% ( Ansel, hal. 266)
7. Laktosa Laktosa ( FI Edisi IV, hal.489 )
Nama resmi : SACCHARUM LACTIS
Nama Lain : Laktosa
Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem, tidak berbau dan sedikit manis, stabil di
udara tapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah (pelan) larut dalam air, dan lebih mudah
larut dalam air mendidih, sangat sukar larut
dalam etanol tidak larut dalam kloroform dan
eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
Incompabilitas :Laktosa tidak kompatibel dengan asam askorbat
salicylmide, pyrilamine maleat dan phenylaphire
hidroksida. ( PDF 2, hal. 177)

3.4 Formulasi Tablet Valsartan


Tabel 1. Persentase bahan yang digunakan
Persentas Satu Tablet Satu Bets
Bahan Fungsi
e (%) (125 mg) 100.000 tablet
Zat Aktif
Valsartan Zat aktif 80 mg 80mg 8000g
Fase Dalam
PVP Pengikat 3% 3,75 mg 375g
Laktosa Pengisi Ad 100% 22,26 25mg 2226,25g
Amilum Maydis Penghancur dalam 10% 12,5 mg 1250 g
Methylparaben Pengawet 0,18% 0,225 mg 22,5 mg
Propylparaben Pengawet 0,01% 0,0125 mg 1,25 mg
Alkohol Pelarut 0,026% 0,0325ml 3250 ml
Face Luar
Primojel Penghancur luar 3% 3,75 mg 375 g
Talkum Glidan 1% 1,25 mg 125g
Mg Stearat Lubrikan 1% 1,25 mg 125g

3.5 Perhitungan pertablet:


Zat Aktif
Valsartan = Tiap tablet mengandung 80 mg
Zat Tambahan
1. PVP = 3% X 125 mg = 3,75 mg
2. Amylum Maydis = 3% X 125 mg = 12,5 mg
3. Methylparaben = 0,18% X 125 mg = 0,225%
4. Propylparaben = 0,01% X 125 mg = 0,0125%
5. Alkohol = 0,026% X 125 mg = 0,0325 ml
6. Primojel = 3% X 125 mg = 3,75 mg
7. Talkum = 1% X 125 mg = 1,25 mg
8. Mg. Stearat = 1% X 125 mg = 1,25 mg
9. Laktosa
= 125 mg (80+3,75+12,5+0,225+0,0125+3,75+1,25+1,25) mg
= 22,2625 mg

3.6 ALASAN PENAMBAHAN BAHAN


1. Valsartan (Zat Aktif)
Valsartan antagonis reseptor Angiotensin II (ARB) yang kuat,
spesifik dan aktif dengan pemberian secara oral. Valsartan memberikan
efek langsung sebagai antagonisme pada reseptor angiotensin II (AT2),
berbeda dengan ACE inhibitor.Valsartan menggeser angiotensin II dari
reseptor AT1 dan menghasilkan efek penurunan tekanan darah melalui
mengantagonis vasokonstriksi yang diinduksi AT1, pembebasan
aldosteron, katekolamin, vasopresin arginin, pengambilan air dan respon
hipertropik.
2. PVP (Pengikat)
Mampu berdispersi dengan mudah ke dalam massa Jika
berinteraksi dengan zat aktif, bentuk kristal dapat berubah menjadi bentuk
amorf dalam dispersi padat, Konsentasi yang digunakan lebih kecil bila di
bandingkan dengan Avicel dan Lebih murah dibandingkan dengan Avicel.
3. Amilum Maydis (Penghancur Dalam)
Bahan baku mudah didapat termasuk penghancur yang baik dengan
harganya yang murah.
4. Primojel (Penghancur Luar)
Sifat kompresibilitas yang baik memiliki daya mengembang yang
baik dalam air yaitu 200-300%. Primojel termasuk super disentegran dan
bahan baku mudah didapat.
5. Mg Stearat (Lubrikan)
Mengurangi gesekan antara partikel-partikel meningkatkan aliran

6. Laktosa (Pengisi)
Bahan pengisi yang baik sifat kompresibilitas dan laju alir yang
sangat baik. Cocok digunakan pada metode kompresi langsung dan
granulasi, harganya murah dibandingkan pengisi yang lain dan bahan baku
mudah didapat.

3.7 CARA KERJA


A. FASE DALAM
1. Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Timbang bahan aktif dan bahan tambahan
3. Pembuatan Larutan Pengikat
a. Timbang PVP (Polyvinnylpirolidone)
b. Campurkan dengan alkohol
c. Aduk hingga PVP (Polyvinnylpirolidone) larut sempurna
4. Proses Mixing
a. Mixing bahan aktif Valsartan, dan bahan tambahan laktosa,
Amilum maydis, Methylparaben, Propylparaben hingga homogen
5. Proses Granulasi
a. Campurkan bahan yang sudah di mixing dengan larutan pengikat
sedikit demi sedikit sampai terbentuk granulat
6. Proses pengayakan
a. Granulat yang sudah jadi diayak menggunakan ayakan no 12
7. Proses pengeringan
a. Keringkan granulat yang sudah di ayak dengan mesh no 12
menggunakan FBD
8. Proses Evaluasi
a. Setelah dilakukan pengeringan Evaluasi kadar lembab dan susut
pengeringan, dimana range kadar lembab 2-4%, dan susut
pengeringan 2-3%
b. Apabila memenuhi syarat evaluasi granul, granulat yang sudah
kering di ayak dengan mesh no 16.
c. Setelah di ayak dengan mesh no 16, campurkan primojel dan talk.
d. Setelah tercampur semua, tambahkan Mg.Stearat
e. Mixing hingga homogen
f. Evaluasi granul sifat air dan komprebilitas
g. Bila memenuhi syarat granul siap dicetak menggunakan mesin
cetak tablet.
h. Selama proses pencetakan, lakukan evaluasi cetak awal dilakukan
oleh IPC (In Processing Control) meliputi :
Pemerian, Keragaman bobot, Keseragaman ukuran, Keregasan,
kekerasan, Kerenyahan, dan Waktu hancur
BAB IV

PEMBAHASAN

Lafial adalah salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Angkatan
Laut (Diskesal). yang berkedudukan langsung dibawah Kepala Dinas Kesehatan
TNI AL. Lafial mempunyai tugas pokok dalam memproduksi obat-obatan,
khususnya untuk anggota TNI Angkatan Laut beserta keluarganya dan instansi
lain yang terkait. Produksi yang dilaksanakan Lafial menggunakan dana APBN
dan 2% dari gaji masing-masing anggota TNI AL, oleh sebab itu Lafial
merupakan industri farmasi yang tidak berorientasi pasar. Obat-obatan yang
diproduksi Lafial merupakan me too product yaitu dengan mencontoh sediaan
yang telah beredar di pasaran. Dengan keterbatasan yang ada, Lafial sebagai
lembaga farmasi yang tetap berusaha untuk melaksanakan seluruh kegiatan
produksinya yang berpedoman pada CPOB, akan tetapi minimnya dana yang
tersedia menjadi kendala tersendiri sehingga sampai sekarang penerapan CPOB
belum terlaksana secara optimal.
Namun, semenjak adanya sistem Badan Penyelenggara jaminan Sosial
(BPJS), maka Lafial hanya memproduksi untuk kebutuhan Perbekalan TNI AL
saja, tidak didistribusikan ke Rumah Sakit milik TNI AL. Dengan adanya sistem
Badan Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS) ini maka Lafial sekarang sedang
melaksanakan penerapan CPOB secara optimal, agar kegiatan produksinya
kembali berjalan, dan bisa bekerjasama dengan Badan Penyelenggara jaminan
Sosial (BPJS) dalam pendistribusian obat ke rumah sakit TNI AL

Valsartan merupakan prototipe ARB dan keberadaannya cukup mewakili


seluruh ARB. Valsartan bekerja pada reseptor AT1 secara selektif, sehingga
diindikasikan untuk mengatasi hipertensi. Valsartan memiliki rumus kimia
C24H29N5O3 dengan berat molekul 435,519 g/mol. Bioavailabilitas valsartan
adalah sebesar 25% dengan 95% terikat protein. Waktu paruh valsartan adalah 6
jam, dan kemudian diekskresikan 30% melalui ginjal dan 70% melalui
bilier.22,23
Valsartan terdapat dalam kemasan tablet 40 mg, 80 mg, 160 mg, dan 320
mg, menyesuaikan rentang dosis harian yang direkomendasikan, yaitu 40 320
mg per hari. Nama dagang valsartan, antara lain diovan dan valtan. Pada tahun
2005, diovan telah digunakan lebih dari 12 juta orang di Amerika Serikat saja.
Studi yang dipublikasikan oleh Journal of Clinical Investigation menunjukkan
adanya efek pencegahan dan pengobatan terhadap alzheimer, meskipun hal itu
masih sebatas penelitian. Obat ini dapat menurun efektivitasnya hingga 40% bila
diberikan bersama makanan.22-24. Valsartan : antagonis reseptor Angiotensin II
(ARB) yang kuat, spesifik dan aktif dengan pemberian secara oral. Valsartan
memberikan efek langsung sebagai antagonisme pada reseptor angiotensin II
(AT2), berbeda dengan ACE inhibitor.Valsartan menggeser angiotensin II dari
reseptor AT1 dan menghasilkan efek penurunan tekanan darah melalui
mengantagonis vasokonstriksi yang diinduksi AT1, pembebasan aldosteron,
katekolamin, vasopresin arginin, pengambilan air dan respon hipertropik.
Mekanisme ini menghasilkan blokade yang lebih efisien terhadap efek angiotensin
II jantung dengan efek samping lebih sedikit dibandingkan inhibitor ACE.
Farmakokinetik dan farmakodinamik Bioavaibilitas = 25% (10-35)% ,
Volume. Distribusi (VD) = 17 L (dewasa). Ikatan protein = 95% terutama
albumin, Metabolisme = menjadi bentuk metabolit inaktif, T Eliminasi = 6 jam,
Waktu untuk mecapai kadar puncak serum = 2-4 jam, Ekskresi = Feses (83%) dan
Urin (13%) dalam bentuk obat yang tidak berubah, Onset efek antihipertensi = 2
minggu (maksimal 4 minggu), Valsartan tidak memiliki kompresibilitas yang baik
dan sifat alir yang baik serta tahan akan pemanasan sehingga metode yang cocok
untuk pembuatan sediaan tablet Valsartan adalah metode Granulasi Basah .
Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium
klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga
memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi (Ansel,
1989). Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses
ketika tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang
sesuai (termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan
seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh.
Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan
pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010). Metode ini digunakan pada
keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka
terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al., 1994). Setelah
penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi menjadi
tablet yang besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus
cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran.
Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang
yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi
dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50C. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Alasan pemilihan PVP yaitu PVP mampu berdispersi dengan mudah ke
dalam massa, Jika berinteraksi dengan zat aktif bentuk kristal dapat berubah
menjadi bentuk amorf dalam dispersi padat, Konsentasi yang digunakan lebih
kecil bila di bandingkan dengan Avicel dan Lebih murah dibandingkan dengan
Avicel.
Alasan pemilihan Laktosa yaitu Laktosa merupakan bahan pengisi yang
baik, Sifat kompresibilitas dan laju alir yang sangat baik, Cocok digunakan pada
metode kompresi langsung dan granulasi, Harganya murah dibandingkan pengisi
yang lain selain itu bahan baku mudah didapat
Alasan pemilihan Primojel yaitu Sifat kompresibilitas yang baik, Memiliki
daya mengembang yang baik dalam air yaitu 200-300%, Primojel termasuk
superdisentegran dan bahan baku mudah didapat.
Alasan pemilihan Amylum Maydis yaitu bahan baku mudah didapat dan
termasuk penghancur yang baik selain itu juga harganya relatif murah.
Alasan pemilihan Talk, karena Talk berfungsi sebagai pemacu aliran serbuk
atau granul dan mencegah pelekatan pada permukaan (antiadheren)
Alasan pemilihan Magnesium stearat karena dapat mengurangi gesekan
antara partikel-partikel dan dapat meningkatkan aliran
Daftar pustaka

Ansel, C. howard. 2006. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas


Indonesia Press
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.2012. Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik.Jakarta : BPOM RI
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes, Permenkes RI, No 1799/MENKES/PER/XII/2010, tentang industri
farmasi (Jakarta : Depkes RI, 2010)Anief, M., 1991, Apa yang Perlu
Diketahui Tentang Obat, Gajah Mada University Prss, Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi
III.Jakarta : Direktorat Jendral POM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009.Peraturan Pemerintaah
Republik Indonesia No. 51tentang Pekerjaan Tenaga Kefarmasian.Jakarta
Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I
Khairunnisya. Formulasi Sediaan Granul Mucoadhesif Kombinasi Ekstrak Kulit
Batang Mimba (Azadira chita indica A.Juss) Dan Kunyit (Curcuma
domestica Val.). Skripsi. Universitas Indonesia : Depok. 2011.
Lachman, Leo. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.Jakarta : Universitas
Indonesia Press
Siregar, C.J.P. Teknologi Sediaan Farmasi Tablet. UniversityIndonesia
Press,Jakarta. 2007.
Tjay, H.T., Rahardja, K. Obat-obat Penting. Edisi VI. PT Alex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. Jakarta. 2010.
Voight, Rudolf. 1975. Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai