Anda di halaman 1dari 40

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI
RSUD HAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
HARIANI 19023004
LERIM RARUK 19023022
NUR ANNISA AISYAH 19023027
NANDA DWI ASTER 19023036
NATALIA DESLIANTI 19023045
RIKA AMALIYAH PUTRI 19023056
JUYUSTIKA 18054
FIKAFIDIA 18035

Dosen Pembimbing: apt. AKBAR AWALUDDIN, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU
FARMASI MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI RSUD HAJI MAKASSAR
PERIODE 21 FEBRUARI S/D 19 MARET 2022

DISETUJUI OLEH:

Koordinator PKL Pembimbing PKL

Dr. Apt. Budiman Yasir, S.Si apt. Akbar Awaluddin, S.Si., M.Si.
NIDN 0927039403 NIDN 0927078804

Mengetahui:
Ketua Prodi Diploma III Farmasi

apt. Asril Burhan, S.Farm.,M.Si


NIDN 0931058802
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek kerja lapangan (PKL) pada waktunya. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data selama mahasiswa
melakukan kegiatan PKL.
Tujuan dari PKL ini adalah diharapkan agar mahasiswa/i sekolah
tinggi ilmu farmasi makassar mampu menerapkan teori yang telah
diperoleh pada saat kuliah. Sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil
dalam bidang pelayanan di bidang kefarmasian khususnya di RSUD Haji
Makassar.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan
diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Apt. H. Sahibudin A.gani dan ibu Dra.Apt. Hj. Aisyah

fatmawati, M.Si. selaku pemilik yayasan AL-Marisah Madani yang

telah memberikan kesempatan serta memberikan fasilitas sarana dan

prasarana pendidikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

sekolah tinggi ilmu farmasi makasaar.

2. Ibu Dr. Apt. Nursamsiar, M.Si selaku ketua sekolah tinggi ilmu farmasi

Makassar

3. Bapak Dr. Apt. Budiman Yasir, S.Si selaku koordinator pelaksana

praktek kerja lapangan sekolah tinggi ilmu farmasi Makassar

4. Bapak apt. Akbar Awaluddin, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing

laporan yang dengan ketekunan dan kesabaran membimbing dan

3
mengarahkan kami selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) dan dalam penyusunan laporan ini.

5. Seluruh staf pengajar dan staf kepegawaian Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi Makassar atas bantuannya selama penulis mengikuti

perkuliahan hingga penyelesaian laporan ini.

6. Panitia pelaksana program PKL yang telah bekerja keras agar

program PKL ini terlaksana dengan baik.

7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas

segala bantuan dan saran-sarannya.

Semoga atas bantuan dan bimbinngan yang telah diberikan kepada

penulis, mendapat limpahan rahmat Allah SWT. Semoga laporan PKL

rrumah sakit dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membacanya dan medambah wawasan dalam bidang kefarmasian.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabilah ada kesalahan selama

kegiatan PKL dan penulisan laporan PKL rumah sakit.

Makassar, 25 April 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................3
BAB I............................................................................................................6
PENDAHULUAN..........................................................................................6
I.1 Latar Belakang.....................................................................................6
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit...........................6
I.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit.........................7
BAB II...........................................................................................................8
URAIAN UMUM............................................................................................8
II.1.1 Rumah Sakit....................................................................................8
II.1.2 Organisasi Instansi Rumah Sakit..................................................10
II.1.3 Personalia......................................................................................11
II.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit....................................................11
II.1.5 Kegiatan-Kegiatan Instansi............................................................12
BAB III........................................................................................................22
TINJAUAN KHUSUS..................................................................................22
III.1 Sejarah RSUD Haji Makassar.........................................................22
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana RSUD Haji Makassar.....................24
III.3 Struktur Organisasi RSUD Haji Makassar.......................................26
III.4 Instalasi Farmasi RSUD Haji Makassar..........................................27
BAB IV........................................................................................................29
PEMBAHASAN..........................................................................................29
BAB V.........................................................................................................35
PENUTUP..................................................................................................35
VI.1 Kesimpulan......................................................................................35
VI.2 Saran...............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................36
LAMPIRAN.................................................................................................37

5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Keselamatan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap


pelayanan kesehatan, sehingga dapat dikatakan bahwa keselamatan
merupakan tanggung jawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan di setiap unit
perawatan baik akut maupun lanjutan harus berfokus pada keselamatan
pasien baik dalam tatanan rumah sakit, komunitas maupun perawatan di
rumah. Keselamatan pasien sudah merupakan prioritas dalam aspek
pelayanan di rumah sakit dan sudah menjadi tuntutan kebutuhan dalam
pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit. Rumah sakit
merupakan pusat pelayanan kesehatan yang melayani rujukan dari
berbagai pelayanan kesehatan tingkat pertama baik puskesmas maupun
klinik. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan rawat gawat darurat.
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai
penunjang untuk melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan, dan
sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat
merupakan sarana yang mutlak diperlukan, bagian farmasi bertanggung
jawab atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan obat harus cukup,
penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal kadaluarsanya, karena sangat
mempengaruhi dalam pelayanan kesehatan khususnya bagi pasien yang
akan menggunakan obat tersebut.
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit
1. Mengetahui cara melakukan dan memberikan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Mengetahui peran, fungsi, dan tanggung jawab Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit.

6
3. Mengetahui manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit.
I.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit
1. Untuk mengetahui apakah teori yang diberikan sesuai dengan apa
yang dikerjakan langsung di lapangan.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peserta
PKL mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja.

7
BAB II
URAIAN UMUM
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Permenkes 30 tahun 2019).
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan
keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik
spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,
pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance,
pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah (Permenkes
340 tahun 2010).
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah harus berbentuk unit pelaksana teknis dari
Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit
yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum. yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang. Perumahsakitan (Permenkes 30
tahun 2019).
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit dikategorikan:
A. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Permenkes
340 tahun 2010).

8
Klasifikasi Rumah Sakit Umum (Permenkes 30 tahun 2019)
1. Rumah Sakit umum kelas A
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar,
lima penunjang medik spesialis, dua belas spesialis lain selain
spesialis dasar, dan tiga belas subspesialis.
2. Rumah Sakit umum kelas B
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar,
empat penunjang medik spesialis, delapan spesialis lain selain
spesialis dasar, dan dua subspesialis dasar.
3. Rumah Sakit umum kelas C
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar
dan empat penunjang medik spesialis.
4. Rumah Sakit umum kelas D
Merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua spesialis dasar.
B. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit
(Permenkes 340 tahun 2010).
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (Permenkes 30 tahun 2019)
1. Rumah Sakit umum kelas A
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis
lain yang menunjang kekhususannya secara lengkap.

9
2. Rumah Sakit umum kelas B
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis
lain yang menunjang kekhususannya yang terbatas.
3. Rumah Sakit umum kelas C
Merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususanya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis
lain yang menunjang kekhususannya yang minimal.
II.1.2 Organisasi Instansi Rumah Sakit
Organisasi Rumah Sakit disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan
beban kerja Rumah Sakit. Struktur organisasi Rumah Sakit harus
membagi habis seluruh tugas dan fungsi Rumah Sakit.
Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan
mekanisasi di dalam lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit
lainnya (Permenkes 77 tahun 2015).
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit
b. Unsur pelayanan medis
c. Unsur keperawatan
d. Unsur penunjang medis
e. Unsur administrasi umum dan keuangan
f. Komite medis
g. Satuan pemeriksaan internal.
Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau
direktur Rumah Sakit dapat berupa direktorat, departemen, divisi,
instalasi, unit kerja, komite atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan
beban kerja Rumah Sakit. Unsur organisasi dapat digabungkan sesuai
kebutuhan, beban kerja, atau klasifikasi Rumah Sakit.

10
II.1.3 Personalia
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit umum berupa tenaga tetap
meliputi: tenaga medis (Permenkes 30 tahun 2019):
- Tenaga medis - Tenaga gizi
- Tenaga psikologi klinis - Tenaga keterapian fisik
- Tenaga keperawatan - Tenaga keteknisian medis
- Tenaga kebidanan - Teknik biomedika
- Tenaga kefarmasian - Tenaga kesehatan lain
- Tenaga kesehatan masyarakat - Tenaga non kesehatan
- Tenaga kesehatan lingkungan
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit khusus berupa tenaga
tetap meliputi: (Permenkes 30 tahun 2019):
- Tenaga medis
- Tenaga keperawatan dan/atau tenaga kebidanan
- Tenaga kefarmasian
- Tenaga kesehatan lain
- Tenaga nonkesehatan
II.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas Rumah Sakit
mempunyai fungsi (Permenkes 44 tahun 2009):
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan

11
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.
II.1.5 Kegiatan-Kegiatan Instansi
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi (Permenkes 72 tahun 2016):
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai ini berdasarkan:formularium dan standar pengobatan/pedoman
diagnosa dan terapi
a) Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang telah ditetapkan
b) Pola penyakit
c) Efektifitas dan keamanan
d) Pengobatan berbasis bukti
e) Mutu
f) Harga
g) Ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

12
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:anggaran yang
tersedia
a) Penetapan prioritas
b) Sisa persediaan
c) Data pemakaian periode yang lalu
d) Waktu tunggu pemesanan
e) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan
yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain
di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu
yang dapat dipertanggung jawabkan.

13
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan. Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai
dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu
Obat.
2) Persyaratan pemasok.
3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
4) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan
waktu.
b. Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus
4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking
5) Kemasan Sediaan Farmasi untuk penelitian
6) Sediaan yang lebih stabil penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus)
c. Sumbangan / Dropping / Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan
pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan / dropping / hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara
sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi

14
yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis. Pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan
kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat
memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk
mengembalikan / menolak sumbangan / dropping / hibah Rumah
Sakit untuk sumbangan / dropping / hibah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat
bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan

15
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan khusus dan dapat
diidentifikasi. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodik.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang harus disimpan terpisah yaitu:
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya.
b) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada. isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan
prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

16
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang
telah ditetapkan
b) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan
lain
c) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
d) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa
e) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

17
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis. Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat
jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat
inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila:
a) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b) Telah kadaluwarsa
c) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan
d) Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a) Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan
b) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan

18
c) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d) Menyiapkan tempat pemusnahan
e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a) Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b) Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving)
b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock)
c) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu Kegiatan
administrasi terdiri dari:

19
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM
2) Dasar akreditasi Rumah Sakit
3) Dasar audit Rumah Sakit
4) Dokumentasi farmasi
Pelaporan dilakukan sebagai:
1) Komunikasi antara level manajemen
2) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan
di instalasi farmasi
3) Laporan tahunan
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,
penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua
kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

20
Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

21
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III.1 Sejarah RSUD Haji Makassar
Berdirinya Rumah Sakit Haji di Indonesia, berawal dari
hibah pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebagai kompensasi Musibah
Terowongan Mina yang menyebabkan gugurnya 631 jemaah haji asal
Indonesia, termasuk jemaah yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan.
Didirikan sebagai monument hidup dalam mengenang dan mengambil
hikmah terjadinya musibah terowongan Al Muaisim di Mina tanggal 2 Juli
1990. Selain Provinsi Sulawesi Selatan, RSUD Haji juga dibangun di tiga
kota lain di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Surabaya. Rumah Sakit
Haji Makassar di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 16 Juli Tahun 1992. Pengelolaan Rumah Sakit oleh Pemerintah
Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor :
802/VII/1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit,
serta Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 1314/IX/1992
tentang tarif pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Haji Makassar.
Seiring berjalannya waktu, RSUD Haji Makassar mengalami
perkembangan berturut-turut sebagai berikut:
1. Menjadi Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan dengan Klasifikasi C berdasarkan Keputusan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 762/XII/1993;
memiliki surat izin pelayanan rumah sakit berdasarkan Surat
Keputusan Nomor: 07375/Yankes-2/V/2010 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan RSUD Haji Makassar yang berlaku 5 (lima) tahun dari
tanggal 27 Mei 2010 s/d 27 Mei 2015.
2. Menjadi rumah sakit kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226/Menkes/SK/VII/2010 tentang penetapan status rumah sakit Haji
Makassar dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan pada tanggal
27 Agustus tahun 2010.

22
3. Menerapkan sistem manajemen ISO 9001 : 2008 tahun 2010.
4. Lulus tingkat lanjutan akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan
sertifikat nomor : KARS-Sert/31/VII/2011.
Seiring berjalannya waktu, RSUD Haji Makassar mengalami
perkembangan berturut-turut sebagai berikut:
1. Menjadi Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan dengan Klasifikasi C berdasarkan Keputusan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 762/XII/1993;
memiliki surat izin pelayanan rumah sakit berdasarkan Surat
Keputusan Nomor: 07375/Yankes-2/V/2010 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan RSUD Haji Makassar yang berlaku 5 (lima) tahun dari
tanggal 27 Mei 2010 s/d 27 Mei 2015.
2. Menjadi rumah sakit kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226/Menkes/SK/VII/2010 tentang penetapan status rumah sakit Haji
Makassar dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan pada tanggal
27 Agustus tahun 2010.
3. Menerapkan sistem manajemen ISO 9001 : 2008 tahun 2010.
4. Lulus tingkat lanjutan akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan
sertifikat nomor : KARS-Sert/31/VII/2011.
5. Menjadi rumah sakit umum daerah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
berdasarkan surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor :
2131/VIII/2012 tentang penetapan RSUD Haji Makassar sebagai
satuan kerja perangkat daerah untuk menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara penuh tanggal 8
Agustus 2012.
6. Menerapkan ISO terintegrasi : ISO 9001 : 2008 (Manajemen Mutu),
ISO 18001 : 2007 (OHSAS), ISO 14001 : 2004 (Sistem Manajemen
Lingkungan) sejak tahun 2012-2014.

23
7. Lulus dan mendapat Predikat PARIPURNA dengan sertifikat nomor:
KARS- SERT/793/VIII/2017.
Diresmikan di Makassar pada tanggal 16 Juli 1992 ditandai
dengan Penandatanganan Prasasti Pendirian Rumah Sakit dilakukan
oleh Bapak Presiden Soeharto sebagai kelanjutan surat keputusan
bersama tiga menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, dan Menteri
Kesehatan) tentang pembentukan panitia pembangunan Rumah Sakit Haji
di empat Embarkasi termasuk Makassar.
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana RSUD Haji Makassar
III.2.1 Lokasi
RSUD Haji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah
satu rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang
berlokasi di Jln. Daeng Ngeppe No.14 Kelurahan Jongaya, Kecamatan
Tamalate, Kota Makassar. Berdiri diatas tanah seluas 1,34 HA milik
pemerintah Daerah Sulawesi Selatan terletak di ujung selatan Kota
Makassar yang pembangunannya ditetapkan di daerah bekas lokasi
Rumah Sakit Kusta Jongaya.
III.2.2 Sarana
Saat ini RSUD Haji Makassar menyediakan layanan kesehatan
sebagai berikut:
1) Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik) yang terdiri dari :
a. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
b. Poliklinik Spesialis Bedah
c. Poliklinik Spesialis Anak
d. Poliklinik Spesialis Obsetri & Genekologi
e. Poliklinik Spesialis Kebidanan
f. Poliklinik Spesialis Syaraf
g. Poliklinik Spesialis THT
h. Poliklinik Spesialis Mata
i. Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
j. Poliklinik Spesialis Gigi & Mulut

24
k. Poliklinik Jiwa
l. Poliklinik Spesialis Paru
m. Poliklinik Konsultan Gizi
n. Poliklinik Khusus Geriatri
o. Poliklinik Medical Check Up
p. Poliklinik Bedah Vasculer & Bedah Digestive
q. Poliklinik Ortopedi
2) Instalasi Rawat Inap
3) Instalasi Rawat Darurat
4) Instalasi Perawatan Intensif (ICU/NICU)
5) Instalasi Bedah Sentral
6) Instalasi Rehabilitasi Medik
7) Instalasi Laboratorium
8) Instalasi Radiologi
9) Instalasi Farmasi
10) Instalasi Gizi
11) Instalasi PS-RS
12) Instalasi Laundry
13) Unit PKRS
14) Unit Rekam Medik
III.2.3 Prasarana
Dalam menunjang pemeriksaan diagnostic di RSUD Haji Makassar
telah disediakan layanan sebagai berikut:
1. CT Scan 7. Elektro Ensephalografi
2. Panoramic X-Ray 8. Optik Test
3. Dental X-Ray 9. Spirometri
4. Brochoscopy 10.Audiometri
5. Treadmill dan stress test 11.Lab Diagnostik
6. USG 2 dan 4 Dimensi 12.Patologi
Diagnosti

25
Layanan kesehatan di RSUD Haji juga dilengkapi penunjang medis
sebagai berikut :
1) FECO
2) FESS
3) Ventilator
4) Brochoscopy
5) Laparascopy
6) NSK Primado
7) Cutera Aesthetic
8) Mesin HD
9) SWD
10) Ultra Sound
11) Electric Stimulation
III.3 Struktur Organisasi RSUD Haji Makassar

26
III.4 Instalasi Farmasi RSUD Haji Makassar
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah
sakit tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan
kefarmasian yang dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut
pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan
farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan (Rusli,
2016).
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah
pimpinan seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional,
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di
rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinis (Rusli, 2016)
Instalasi farmasi di RSUD Haji Makassar terdiri dari:
1. Ruang Gudang Farmasi
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan
yang merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan
farmasi yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan,
barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat,
barang aman, dan mempermudah pengawasan stok. Gudang farmasi
merupakan tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan lainnya. Gudang farmasi berperan sebagai pusat

27
dari menjemen logistik karena sangat menetukan kelancaran dari
pendistribusian.
2. Ruang Apotek Rawat Jalan
Apotek rawat jalan adalah apotek yang hanya menerima resep untuk
pasien yang telah menerima perawatan medis. Pasien di apotek rawat
jalan dilayani oleh apoteker dan beberapa TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian). Apotek rawat jalan melayani pasien BPJS dan pasien
umum. Pasien BPJS yang mengambil obat bulanan biasanya memiliki
kartu kontrol dan wajib dibawa apabila mengambil obat untuk bulan
berikutnya. Jam kerja di apotek rawat jalan hanya terdiri dari satu shift,
yaitu mulai dari pukul 08.00-14.00.
3. Ruang Apotek Rawat Inap
Apotek rawat inap merupakan apotek yang melayani keperluan
pasien yang menjalani rawat inap (opname) atau pasien yang
membutuhkan perawatan yang cukup lama. Apotek rawat inap melayani
keperluan obat dari poli rawat inap, IGD, dan ICU. Sama halnya dengan
apotek rawat jalan, apotek rawat inap juga melayani pasien umum dan
pasien BPJS. Jam kerja di apotek rawat inap dibagi menjadi tiga shift, shift
pertama mulai dari jam 08.00-14.00, shift kedua mulai dari jam 14.00-
21.00 dan shift ketiga mulai dari jam 21.00-08.00. Untuk peserta PKL di
rawat inap hanya diberikan shift pertama dan kedua.

28
BAB IV
PEMBAHASAN
Rumah sakit adalah Lembaga pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang
menyediakan pelayaynan rawat ina, rawat jalan, dan gawat darurat yang
pelayananya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan
lainya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit haji
dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin
oleh seorang apoteker sebagai penanggung jawab. Ruang farmasi
merupakan tempat atau sarana penunjang pelayanan kefarmasian.
Ruang farmasi yang ada pada rumah sakit haji Kota Makassar
mencakup:
1. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep pada rumah sakit haji Kota Makassar
meliputi tempat penerimaan resep, satu set meja dan dua kursi, serta satu
set komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling
depan dan mudah terlihat oleh pasien. Pada ruang penerimaan resep ini,
yang bertanggung jawab dalam menerima resep dan yang melakukan
skrining resep yang meliputi skrining administrasi dan skrining farmasetika
dilakukan oleh apoteker atau petugas yang ditugaskan. Pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat di rumah sakit Haji Kota
Makassar dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin
dan berat badan pasien, nama dan paraf dokter, tanggal resep,

29
ruangan/unit asal resep, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah
obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara penggunaan obat.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan pada rumah sakit Haji kota
Makassar meliputi rak obat dan meja peracikan. Di bagian peracikan
disediakan peralatan peracikan seperti blender untuk meracik obat yang
akan dibuat dalam bentuk kapsul maupun puyer, bahan pengemas obat,
lemari pendingin, etiket dan label obat, buku catatan mutu pelayanan, dan
buku covid. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup. Penyerahan (dispensing) obat dimulai dari tahap
menyiapkan atau meracik kemudian memberikan label/etiket lalu
diserahkan dengan informasi yang memadai. Adapun yang melakukan
penyiapan atau peracikan obat dan menulis etiket adalah asisten apoteker
atau TTK. Pada peracikan obat, obat yang paling sering di racik adalah
psikotropika golongan IV yaitu Diazepam yang biasa dikombinasi dengan
Paracetamol. Tablet Diazepam dan tablet Paracetamol dibuat menjadi
serbuk menggunakan blender kemudian dimasukkan ke dalam cangkang
kapsul. Pengubahan bentuk sediaan tablet menjadi serbuk untuk
dimasukkan ke dalam kapsul dapat menimbulkan perubahan fisik dan
kimia dan penggunaan racikan kapsul Paracetamol dan Diazepam
diprediksi beresiko menimbulkan hepatotoksik dan ketergantungan fisik
maupun psikis serta obat kapsul racikan yang dibuat tidak memenuhi
kriteria yang di tetapkan oleh FDA (Rahman dan Dyah, 2019). Selain
resep yang berisi diazepam dan paracetamol, obat diazepam tidak boleh
diracik dengan obat lain. Contohnya apabila dalam resep yang akan
diracik terdapat obat diazepam, paracetamol, dan ranitidin, yang dapat
diracik hanya paracetamol dan diazepam kemudian ranitidin dipisahkan
dari obat yang akan diracik tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam
meracik.

30
Adapun beberapa jenis obat yang tidak dapat diblender atau digerus,
seperti:
a. Sediaan Salut Enterik
Formulasi sediaan salut enterik dimaksudkan agar zat aktif akan
dilepaskan dan diabsorbsi atau dikehendaki berkhasiat dalam usus
halus. Tujuannya adalah mencegah iritasi lambung atau mencegah
rusaknya obat karena tidak stabil di lambung. Oleh karena itu
penggerusan akan berakibat iritasi lambung atau hilangnya potensi
obat. Contohnya Ranitidin, Cardioaspirin, Kalium Diklofenak,
Miniaspi, Molaflam, dll. (IAI, 2014).
b. Sediaan Lepas Lambat
Sediaan ini diformulasikan khusus agar bahan aktif dilepaskan dari
sediaan secara bertahan, terkendali, atau dalam waktu panjang
atau lama. Contohnya Kaditic, Rhinos, Mucopect, dll. (IAI, 2014).
c. Sediaan Sublingual atau Bukal
Pemberian sediaan melalui sublingual (bawah lidah) atau bukal
(diantara pipi dan gusi) biasanya berisi hormone steroid,
dimaksudkan agar obat diabsorpsi segera melalui aliran darah
disekitar bawah lidah atau antara gusi dan pipi. Oleh karena itu,
penggerusan akan menjadi tidak efektif atau jauh kurang
efektifitasnya. Contohnya Cedocard, Isorbid, Isoket, Farsorbid,
Isosorbid dinitrate, dan Nitral (IAI, 2014).
d. Sediaan yang mengandung bahan yang hogroskopis
Bahan higroskopis merupakan bahan yang dapat menyerap
lembab dari udara sehingga campuran menjadi cair. Contohnya
Ammonium Chloride, natrium Iodide, Alkaloid Pilokarpin, dll. (IAI,
2014).
e. Sediaan yang mengandung air kristal
Sediaan yang mengandung air kristal adalah sediaan yang dapat
menjadi lembab apabila digerus. Contohnya Asam Sitrat, Kalii
Bromida, Natrium Karbonat, dll. (IAI, 2014).

31
f. Antibiotik
Pencampuran antibiotik dalam bentuk sediaan puyer maupun
kapsul bukan merupakan peresepan yang ideal karena antibiotik
merupakan obat yang di minum sampai habis. Contohnya
amoxicillin, ampicillin, dll. (IAI, 2014).
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat pada rumah sakit haji Kota Makassar
meliputi konter penyerahan Obat yang terdapat rak obat serta komputer.
Ruang penyerahan Obat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
Sebelum obat diserahkan kepada pasien hal yang di lakukan adalah
pemeriksaan ulang atau dilakukan kembali skrining apakah obat yang
disiapkan sudah sesuai dengan resep seperti kesesuaian obat dan
kesesuaian jumlah obat yang diminta dan apabila obat yang diminta
merupakan obat yang tidak di tanggung BPJS, maka dilakukan
pengecekan kesesuaian harga obat. Setelah semua obat sudah sesuai,
obat diserahkan kepada pasien oleh apoteker dengan memberikan
informasi obat.
4. Gudang atau Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
Ruang penyimpanan pada rumah sakit Kota Makassar dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin dan
lemari penyimpanan Obat khusus. Selain itu juga terdapat rak
penyimpanan dokumen yang diarsipkan yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai. Kepala ruang farmasi di
rumah sakit haji mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin
terlaksananya pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai yang baik.
Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai pada rumah
sakit haji Kota Makassar meliputi: Kegiatan pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai pada rumah sakit haji Kota Makassar meliputi:

32
a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di rumah
sakit haji Kota Makassar dilakukan satu kali setahun setiap awal
tahun. Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan
secara berjenjang, rumah sakit haji diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota akan melakukan analisa terhadap kebutuhan obat
rumah sakit di wilayah kerjanya menyesuaikan pada anggaran yang
tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer
stock, serta menghindari stok berlebih.
b. Pengadaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengadaan obat dan bahan medis habis pakai di rumah sakit Haji
kota Makassar dilakukan oleh instalasi farmasi berdasarkan
Formularium Rumah Sakit yang mengacu pada Formularium
Nasional.
c. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai di rumah sakit Haji
Kota Makassar melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan
medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan,
jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen
(LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui oleh
Kepala instalasi farmasi.
d. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai di rumah sakit Kota
Makassar sesuai dengan alfabetis, stabilitas, bentuk dan jenis
sediaan, serta FEFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First
Out).
e. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai di rumah sakit
Kota Makassar terdiri dari pendistribusian kepada pasien melalui

33
resep dan pendistribusian kepada sub unit yang ada di rumah sakit
haji seperti apotek rawat inap, apotek rawat jalan, UGD, ICU, dan
Kamar Operasi.
f. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai di rumah sakit
Kota Makassar dilakukan agar obat dan bahan medis habis pakai
tidak terjadi kekosongan dan kelebihan serta memantau masa
kadaluarsa obat.
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan di rumah sakit Kota
Makassar untuk pencatatan dilakukan setiap hari,pada buku
pengeluaran obat, setiap bulan pada dokumen LPLPO, dan setiap
tahun pada dokumen RKO. Pelaporan dilakukan saat penerimaan
barang masuk dari Gudang farmasi dan pengeluaran untuk setip unit
sedangkan pengarsipan pada rumah sakit dilakukan setiap minggu
sekali.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit Kota Makassar dilakukan agar semua obat dan
bahan medis habis pakai tidak mengalami kekosongan. Pemantauan
obat dan BMHP di Gudang farmasi RS Haji Makassar dilakukan
dengan pemantauan expired dengan memberikan label penanda
yaitu label hijau untuk obat yang kadaluarsa di atas 1 tahun, label
kuning untuk obat yang kadaluarsa diatas 6 bulan atau sampai 1
tahun, dan label warna merah untuk obat yang kadaluarsa di bawah
6 bulan.

34
BAB V
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan

Setelah kami melaksanakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan Di


Rumah Sakit Umum Haji Makassar selama 4 minggu, yang dimulai pada
tanggal 21 Februari sampai 19 Maret 2022, kami banyak mempelajari
tentang bagaimana cara memberikan pelayanan-pelayanan kefarmasian
yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Makassar yang meliputi :
- Bagaimana melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
- Sistem pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Haji Makassar berjalan
dengan baik sehingga semua kegiatannya saling berhubungan dan
saling mempengaruhi terhadap kegiatan lainnya, sehingga data
efisiensi obat yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Makassar
- Sistem pengadaan obat di Rumah Sakit Umum Haji Makassar melalui
PBF.
VI.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu, diharapkan Rumah Sakit
dapat mempertahanan kualitas mutu pelayanan kefarmasian yang telah
diterapkan dan lebih memperhatikan sisa stok obat yang tersedia agar
tidak terjadi kekosongan dan pelayanan resep dapat berjalan dengan
lancar tanpa kendala.

35
DAFTAR PUSTAKA
IAI. Indeks Spesialite Obat Indonesia Volume 49 Tahun 2014. Jakarta: IAI;
2014
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Rahman, H. dan Dyah Ayu. 2019. Kajian Penggunaan Obat dan Evaluasi
Sediaan Kapsul Racikan Paracetamol-Diazepam. Politeknik
Harapan Bersama Tegal: Vol.8 (2).
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.

36
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

Penyimpanan Obat

Lemari Khusus Obat


Narkotika Di Apotek Rawat
Inap RSUD Haji Makassar

37
3

Peracikan Obat
Menggunakan Belender

Peracikan Obat Dalam


Bentuk Kapsul

Hasil Peracikan Obat Dalam


Bentuk Kapsul

38
6

Pengemasan Obat

Gudang Farmasi RSUD Haji


Makassar

Lemari Khusus Obat


Narkotika Di Gudang Farmasi
RSUD Haji Makassar

Pelabelan High Alert Pada


Sediaan Insulin

39
40

Anda mungkin juga menyukai