Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


APOTEK KIMIA FARMA 250 RATULANGI

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kurikulum dalam menyelesaikan


Diploma 3 (A.Md) Pada Program Studi Diploma 3 Farmasi

DI SUSUN OLEH:

STIFA D III 2020

ULFA DEWI YANTI 20023018


AFIFA FARDINATUL NUR FALQIAH M. 20023035

PEMBIMBING : apt. Saldi Hapiwati, S.Farm., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN APOTEK KIMIA FARMA 250


RATULANGI

Oleh:

ULFA DEWI YANTI 20023018

AFIFA FARDINATUL NUR FALQIAH M. 20023035


Laporan ini telah distujui oleh:

Pembimbing I (Eksternal) Pembimbig II (Internal)

apt. Agusriadi, S.Farm apt. Saldi Hapiwati., S.Farm., M.Kes.


NIP: NIDN: 0904078802

Mengetahui
Ketua Prodi Diploma III Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar

Dr.apt. Abd. Halim Umar, S.Farm.,M.Si


NIDN: 0908118502
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

I.1 Latar Belakang ...................................................................................................

I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ..........................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

II.1 Definisi Apotek ..................................................................................................

II.2 Tugas dan Fungsi Apotek..................................................................................

II.3 Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan...............................

II.4 Standar Pelayanan Kefarmasian .....................................................................

BAB III TINJAUAN KHUSUS .................................................................................

III. Sejarah Apotek ..................................................................................................

III.2 Visi dan Misi Apotek .......................................................................................

III.3 Struktur Organisasi Apotek ...........................................................................

BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................................

BAB V PENUTUP ......................................................................................................

V.I KESIMPULAN ..................................................................................................

V.2 SARAN ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di apotek tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan
dan pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan PKL.
Tujuan dari PKL ini diharapkan agar mahasiswa/i Diploma III Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Makassar mampu menerapkan teori yang telah diperoleh pada
saat kuliah, sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil dalam bidang pelayanan di
bidang kefarmasian khususnya di Apotek.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. apt. H. Sahibudin A. Gani dan Dra. apt. Hj. Aisyah Fatmawaty,
M.Si. Selaku pemilik yayasan Al Marisah Madani yang telah memberikan
kesempatan serta memberikan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
2. Ibu Dr. Nursamsiar, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar, Bapak Dr. apt. Abd. Halim Umar, S.Farm,. M.Si selaku Ketua Prodi
Diploma III Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Bapak apt. Saldi
Hapiwati, S.Farm., M. Kes selaku dosen pembimbing laporan yang telah
membimbing penulis selama pembuatan laporan berlangsung.
3. Ibu Apt. Sitti Hasnawati, S.Farm selaku Apoteker penanggung jawab apotek
kimia farma 250 ratulangi yang telah membimbing penulis selama di Apotek.
4. Bapak apt. Agusriadi S.Farm, selaku Apoteker Pendamping Apotek Kimia
Farma Ratulangi 250 yang telah membimbing penulis selama di Apotek.
5. Seluruh staf pengajar dan staf kepegawaian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar atas segala jerih payah dan bantuannya selama penulis mengikuti
perkuliahan hingga penyelesaian laporan ini.
6. Panitia Pelaksana Program PKL. yang telah bekerja keras agar Program PKL
ini terlaksana dengan baik.

1
7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
bantuan dan saran-sarannya.
Semoga atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat limpahan rahmat oleh Allah SWT.Semoga laporan PKL Apotek ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan menambah wawasan
dalam bidang kefarmasian di Apotek.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan selama kegiatan PKL
dan penulisan laporan PKL di Apotek.

Makassar, Maret 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan
dalam pembangunan UUD 1945 melalui pembangunan-pembangunan nasional yang
berkesinambungan salah satu tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang
kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut
keputusan Menkes Nomor 1202 Tahun 2003 tentang indikator masyarakat sehat
bahwa keberhasilan kesehatan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas
sumber daya kesehatan. Sumber fasilitas penunjang kesehatan salah satunya adalah
bidang kefarmasian, karena merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu
kimia yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektifitas dan keamanan
penggunaan obat (Permenkes, 2003). Farmasi sebagai tenaga kesehatan mempunyai
lingkup pekerjaan yang meliputi semua aspek tentang obat, dalam arti luas, membuat
sediaan jadinya sampai dengan pelayanan kepada pemakai obat atau pasien
(Permenkes, 2016). Tenaga kefarmasian merupakan salah satu tenaga kesehatan
yang dibentuk untuk melaksanakan upaya kesehatan secara baik dan profesional.
Tenaga teknis kefarmasian yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian salah satunya adalah ahli madya farmasi. Pekerjaan kefarmasian
dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan
perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat.
Setiap tenaga kefarmasiaan yang menjalankan pekerjaan kefarmasiaan wajib
memiliki surat tanda registrasi yang berupa Surat tanda registrasi STRA bagi
Apoteker dan STRTTK bagi tenaga Teknis Kefarmasiaan. Ahli madya farmasi harus
memiliki kompetensi yang tinggi serta memiliki keterampilan.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang farmasi yang
memenuhi kualitas yang baik dan dapat bersaing, maka perlu dilakukan bekal
pengalaman kepada mahasiswa dalam praktek kerja lapangan (PKL) untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan serta
menambah pengetahuan di bidang pekerjaan farmasi, pengalaman dan sikap
prefosional dalam melakukan pekerjaan di bidang farmasi khususnya di Apotek.

3
Dengan diadakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) dapat menjadi salah satu cara
atau upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai tugas tanggung jawab
sebagai tenaga teknis kefarmasian dan dapat meningkatkan kemampuan dalam
bidang kefarmasiaan.
I.2 Tujuan PKL
1. Untuk memahami peran dan fungsi Ahli Madya Farmasi di Apotek
dalam pelayanan kefarmasian
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengelolaan obat di Apotek
kimia farma

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Apotek
Menurut perundang-undangan yang berlaku definisi apotek yang berlaku
antara lain ialah:
1. PP 25 tahun 1980, apotek adalah tempat pengabdian profesi apoteker dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan dan tempat menyalurkan obat dan
perbekalan farmasi kepada masyarakat.
2. Menurut menteri kesehatan No. 1027/Mankes/SK/IX/2004, Apotek adalah
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
3. Kepmenkes RI No.1332 /SK/X/2002 apotek adalah tempat melakukan pekerjaan
kefarmasiaan dan penyaluran perbekalan farmasi, yaitu obat, bahan obat, obat
asli Indonesia/obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetika.
II.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Adapun Tugas dan Fungsi Apotek menurut peraturan pemerintah No.25 Tahun
1980 adalah
a) Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan
b) Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat
c) Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang menyebutkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata.
II.3 Ketentuan Umum dan Praturan Perundang-undangan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan Kebutuhan hukum.

5
Pengaturan apotek ini bertujuan untuk:
1. Mengingkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek
2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kefarmasian di apotek, dan
3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di Apotek.
II.4 Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang digunakan sebagai
pedoman bagi tenaga teknis kefarmasian dalam menyelanggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan kefarmasian meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi Klinik. Kegiatan tersebut harus
didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana ( PERMENKES, 2016).
II.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku meliputi:
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan perlu memperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyaraka.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan maka pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur resmi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan
Untuk menjamin kesesuaian maka kegiatan penerimaan harus memperhatikan
kesesuaian yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik kecuali jika harus
dipindahkan kewadah lain maka wadah baru harus memuat informasi obat.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi sesuai.

6
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d. Penyimpanan dilakukan secara alfabetis dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat.
e. Pengeluaran obat memiliki sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first
expired first out).
5. Pemusnahan
a. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk
sediaan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat dimusnahakan oleh
apoteker dengan disaksikan oleh petugas lain di Apotek
c. Pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
d. Penarikan sediaan farmasi yang ridak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar.
e. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terrhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan, penyimpanan,
penyerahan dan pencatatan lainnya sesuai kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manjemen Apotek yang meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.

7
Pelaporan eksternal merupakan peraturan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
II.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Kegiatan farmasi klinik diapotek meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
3. Pelayanan Informasi Obat
Pelayan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat kepada masyarakat atau profesi
kesehatan lain.
4. Konseling
Konseling adalah proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga
pasien untuk meningkatkan kepatuhan, kesaran, pengetahuan dan pemahaman
sehingga terjadi perubahanperilaku dalam menggunakan obat.
5. Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker diharapkan dapat memberikan layanan kunjungan rumah khususnya
untuk lansia dan pasien dengan pengobatan kronis.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Proses pemastian bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan pemnatauan setiap respon obat pada dosis normal yang merugikan
atau tidak di harapkan.

8
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III.1 Sejarah Apotek
Kimia farma adalah perusahaan industri Farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, pemerintah Republik Indonesia melakukan
pelaburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negeri
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan
berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero), sebuah perusahaan farmasi negara
yang bergerak dalam bidang Industri Farmasi, distribusi, dan apotek.
(KimiafarmaApotek.co.id)
Pada tanggal 4 Juli 2001 PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut
perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Sampai dengan tahun
2002, apotek merupakan salah satu kegiatan usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk
sebagai SBU Perapoteken yang selanjutnya pada awal tahun 2003 di-spin-off
menjadi PT Kimia Farma Apotek.
Pada tanggal 4 Januari 2003 SBU perapotekan menjadi anak perusahaan PT
Kimia Farma (Persero) Tbk dengan nama PT Kimia Farma Apotek berdasarkan
akta pendirian Nomor 6 Tahun 2003 dengan persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan hak asasi manusia Republik Indonesia Nomor C-09648 HT.01.01 tahun 2003
tanggal 1 Mei 2003. Selama tahun 2003, perusahaan membangun sistem informasi

9
manajemen keuangan dan akuntansi yang terintegrasi dari Apotek pelayanan
sampai ke kantor pusat PT.Kimia Farma apotek.
PT Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek
Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Bisnis Manajer
(BM) dan Apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang
dilakukan, Manajemen PT.Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur
organisasi (restrukturisasi) organisasidan sistem pengelolaan SDM dengan
pendekatan efisiensi, produktivitas kompetensi dan komitmen dalam rangka
mengantisipasi perubahan yang ada, Pada tahun 2010 perusahaan mendirikan anak
usaha yang bergerak di bidang laboratorium klinik dengan nama PT.Kimia Farma
Diagnostika. (KimiafarmaApotek.co.id)
PT Kimia Farma Apotek terus berbenah. Apotek Kimia Farma bertransformasi
dari jaringan ritel Farmasi menjadi jaringan Health Care Provider. Perusahaan
melakukan launching Apotek dengan konsep One Stop Health Care Solution
(OSHCS). PT Kimia Farma Apotek meraih berbagai penghargaan antara lain
Superbrand Award Indonesia Brand Champion Award, Consummer Choice, Re-bi
sebagai Apotek terbanyak di Indonesia. (KimiafarmaApotek.co.id)
III.2 Visi dan Misi Apotek Kimia Farma
III.2.1 Visi Apotek Kimia Farma
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang termuka dan mampu
memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
III.2.2 Misi Apotek Kimia Farma
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkelanjutan berbasis
teknologi, informasi, komunikasi, melalui:
a). Pengembangan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek, klinik,
laboratorium klinik, optik, alat kesehatan, dan layanan kesehatan lainnya.
b). Distribusi utama produk sendiri dan pilihan utama saluran distribusi produk
principal.
c). SDM yang memiliki kompetensi komitmen dan integritas tinggi.
d). Pengembangan bisnis baru.
e). Peningkatan pendapatan lainnya (fee based income).

10
III.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma

11
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Kegiatan yang dilakukan
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di Apotek
kimia farma 250 Ratulangi dari tanggal 27 februari 2023 sampai 11 Maret 2023
yaitu pelayanan resep baik resep umum, resep BPJS dan resep racikan. Pelaksanaan
praktek kerja lapangan di Apotek kimia farma dibagi menjadi 2 pembagian shift,
yaitu shitf pagi dimulai dari pikul 08:00 hingga pukul 15:00 WITA, shift siang
dimulai pukul 15:00 hingga pukul 22:00 WITA
IV.2 Pembahasan
Dalam suatu perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di Apotek kimia farma 250 Ratulangi berdasarkan pola penyakit
(epidomologi penyakit), dan berasarkan histori penjualan tiga bulan terakhir
(Sistem Pareto)
Sistem pareto terbagi 3
1. Pareto A 20% obat, dapat menghasilkan 80% omset
2. Pareto B 45% obat, dapat menghasilkan 55% omset
3. Pareto C 80% obat, hanya menghasilkan 20% omset
Perencanaan harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya yaitu anggaran
yang tersedia,penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang
lalu, waktu tunggu pemesanan dan rencana pengembangan. Perencanaan
pengadaan obat di Apotek ini berasal dari sumber distributor resmi yaitu PBF
Nasional dan PBF lokal.
Pengadaan obat dilakukan dengan cara melakukan sistem forkes atau
pemesanan langsung kepada distributor resmi yaitu PBF, kemudian dibuatkan surat
pesanan 2 rangkap (satu rangkap untuk PBF dan satu rangkap untuk Apotek kimia
farma 250 ratulangi). Pemesanan untuk obat narkotika, obat psikotropika, dan obat-
obat wajib apotek dilakukan dengan membuat surat pemesanan oleh Apoteker ke
distributor. Sedangkan untuk pemesanan obat keras dilakukan dengan membuat
surat pesanan oleh apoteker ke distributor dengan pengadaan barang menggunakan
sistem pareto.

12
Setelah pengadaan, barang yang sudah dipesan oleh apotek akan diantarkan
oleh PBF atau seles kemudian diterima oleh petugas Apotek kimia farma 250
Ratulangi dengan memeriksa faktur yang diterima. Pada saat menerima faktur hal-
hal yang harus diperhatikan adalah nama obat yang dipesan, bentuk sediaan dan
jumlah obat, nomor bacth, kemesan, expired date, serta harga yang telah disepakati
dan program diskon.
Penyimpanan sediaan farmasi di Apotek kimia farma 250 Ratulangi, telah
sesuai dengan peraturan penyimpanan yang berlaku di Apotek. Penyimpanan obat
kardiovaskular disimpan berdasarkan terapi farmakologisnya. Penyimpanan obat
keras dan obat wajib Apotek di simpan di gondola berdasarkan efek farmakologi
dan alfabetis, berdasarkan FIFO dan FEFO, serta berdasarkan LASA. Untuk obat
narkotika dan obat psikotropika di simpan dalam lemari khusus yang memiliki dua
pintu dan kunci dipegang oleh apoteker serta apoteker pendamping yang bertugas.
Pengendalian obat-obatan dilakukan agar mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, melalui sistem pesanan atau
pengadaan penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan
serta pengembalian pesanan.
Pemusnahan pada sediaan Farmasi yang telah kadaluarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat yang
mengandung narkotikan atau psokotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh Dinas Kesehatan/Kota. Selain obat,resep juga yang telah disimpan melebihi
jangka 5 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pencatatan dan pelaporan. Pencatan dilakukan terhadap barang yang masuk
dari pembelian dan barang yang keluar sehingga kejelasan obat dapat terpantau.
Pencatatan dilakukan pada kartu stok manual. Setiap barang yang masuk dan keluar
dicatat pada kartu stok sehingga akan diketahui sisa stok dari barang tersebut.

13
Pencatatan ini berguna untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan
barang dan kebutuhan masing-masing obat dan faktur juga dicatat dalam buku
untuk mempermudahkan pengawasan obat bila ada obat yang rusak dan obat retur.
Untuk pelaporan obat narkotika apotek wajib membuat laporan pemasukan dan
penyerahan serta penggunaaan narkotika dan psikotropika setiap bulan kepada
kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat. Pelaporan
obat narkotika dan psikotropika terdiri atas nama, bentuk sediaan dan kekuatan
narkotika, jumlah persediaan awal dan akhir bulan, jumlah yang diterima, jumlah
yang diserahkan. Laporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan
berikutnya dengan cara mengirim file yang didownload dari aplikasi sipnap
(www.sipnap.kemkes.go.id) atau ke email pemdik_bppommksr@yahoo.com.

14
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja lapangan di Apotek kimia farma 250
Ratulangi dapat memberikan gambaran nyata mengenai kegiatan pelayan kesehatan
yang dilakukan di Apotek.
V.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya dilakukan pengecekkan
kembali terhadap kartu stok serta obat-obat yang kurang.

15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI, 2003. Evaluasi pengelolaan dan pencatatan obat
digudang farmasi: Jakarta direktorat jenderal bina pelayanan 16edic.
Keputusan Menteri Kesehatan, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Inonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.
Menteri Kersehatan Republik Indonesia.(2002). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Cara Pemberian Izin
Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.

16
LAMPIRAN
1. Rak/Gondola/Lemari Penyimpanan Obat di Ruang Penyimpanan

Obat BPJS

17
2. Resep

3. Lemari penyimpanan obat narkotika/psikotropika

4. Proses peracikan 5. Penulisan etiket 6. Penyerahan obat


obat

18
19

Anda mungkin juga menyukai