Dorothea Dwi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan dan kesesuaian
Andriana, penggunaan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia rawat inap RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian dilakukan secara retrospektif dan sampel diambil
Esti Dyah Utami*, secara simple random sampling pada pasien rawat inap periode Januari 2015-Juni 2016 yang
Nia Kurnia memenuhi kriteria inklusi. Analisa dilakukan secara deskriptif dan dibandingkan dengan
Sholihat standar Queensland Clinical Guideline tahun 2015 untuk menilai ketepatan indikasi, obat
dan dosis serta acuan BNF tahun 2015 untuk menilai ketepatan pasien. Hasil penelitian dari
Jurusan Farmasi, 85 sampel menunjukkan mayoritas pasien pre-eklampsia berusia 21-35 tahun (57,65%)
Fakultas Ilmu-Ilmu dengan usia kehamilan pada 36-43 minggu (68,24%), dengan diagnosis pre-eklampsia berat
Kesehatan, (69,41%). Antihipertensi yang banyak digunakan berupa monoterapi nifedipin (64,71%).
Universitas Jenderal Persentase kesesuaian antihipertensi menghasilkan 91,76% tepat indikasi; 87,18% tepat
Soedirman, obat; 98,72% tepat pasien dan 100% tepat dosis, dengan persentase kerasionalan
Purwokerto penggunaan antihipertensi adalah 77,65%.
Email:
estinesia@gmail.com
Kata kunci :
pre-eklampsia,
antihipertensi,
evaluasi penggunaan
obat, Purwokerto
Keywords : This study aimed to find out the characteristics, usage patterns and drug use
pre-eclampsia, evaluation of antihypertensive therapy in pre-eclampsia patients in Dr. Margono Soekarjo
antihypertensive, General Hospital Purwokerto. A simple random sampling was conducted in patients’ data
of the period January 2015 to June 2016. The analysis was conducted descriptively to assess
drug use evaluation,
the accuracy of the indication, drugs, and doses compare with the standard of Queensland
Purwokerto Clinical Guideline 2015 and to assess the accuracy of patient compare with British National
Formulary 2015. The results of this study showed that of 85 patients, 57.65% were aged 21-
35 years old, 68.24% were in 36-43 weeks of gestation, and 69.41% diagnosed with severe
pre-eclampsia. The most frequently used antihypertensive was nifedipine (64.71%). The
percentage of antihypertensive conformity yielded 91.76% of appropriate indication;
87.18% of appropriate medication; 98.72% of appropriate patients and 100% of appropriate
dosage, with the percentage rate of rational use of antihypertensive was 77.65%.
30 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo menilai ketepatan pasien berupa data
Purwokerto periode Januari 2015-Juni kuantitatif (persentase) dan kualitatif
2016. Sampel penelitian adalah semua (uraian atau deskriptif). Perhitungan
populasi yang memenuhi kriteria inklusi persentase tiap ketepatan berdasarkan
(memiliki data rekam medik yang rumus berikut (Kusumaningtyas, 2015) :
lengkap (no rekam medik, umur, usia 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡
% 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑥100%
kehamilan, diagnosa, tanda vital (nilai 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠
% 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
tekanan darah) dan data laboratorium 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖, 𝑜𝑏𝑎𝑡, 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
= 𝑥100%
(nilai proteinuria) hari pertama, riwayat 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
penyakit atau alergi, serta daftar obat
(dosis, durasi, dan frekuensi). Sedangkan Hasil dan Pembahasan
kriteria eksklusi yaitu nilai proteinuria Kasus pre-eklampsia di RSUD
negatif dan diagnosis bukan pre- Prof. Dr. Margono Soekarjo periode
eklampsia. Pengambilan sampel Januari 2015-Juni 2016 yaitu berjumlah
dilakukan dengan cara simple random 689 kasus. Dari 689 kasus, data yang
sampling sejumlah 100 pasien. diambil secara simple random sampling
Instrumen penelitian yang sebanyak 137 kasus. Kemudian sejumlah
digunakan pada penelitian ini meliputi 85 pasien dari 137 kasus termasuk dalam
lembar pengumpulan data, guideline kriteria inklusi dan dijadikan sampel
Queensland Clinical Guideline (2015) dalam penelitian ini. Sebanyak 52 kasus
dan British National Formulary (2015), termasuk dalam kriteria ekslusi karena
serta rekam medik (medical report) didiagnosa eklampsia atau superimposed
pasien. Data yang dikumpulkan yaitu no pre-eklampsia, terdapat data dengan
rekam medik, umur, usia kehamilan, tahun 2014 serta memiliki nilai
diagnosa, tanda vital (nilai tekanan proteinuria negatif.
darah), data laboratorium (nilai Data yang dikumpulkan berupa
proteinuria, serum kreatinin, SGPT, umur, usia kehamilan, diagnosa, tanda
SGOT, hematokrit, dan Hb), nilai klirens vital (nilai tekanan darah hari pertama),
kreatinin, riwayat penyakit (gangguan data laboratorium (nilai proteinuria hari
hati, depresi, gangguan saluran cerna, pertama, serum kreatinin, SGPT, SGOT,
gangguan kardiovaskular dan lainnya) hematokrit, dan Hb), nilai klirens
atau alergi, dan daftar obat (dosis, durasi, kreatinin, riwayat penyakit atau alergi,
dan frekuensi. dan daftar obat antihipertensi (nama obat,
Data yang telah diperoleh dosis, durasi, dan frekuensi). Data yang
kemudian diklasifikasikan berdasarkan telah dikumpulkan kemudian dianalisa
karakteristik pasien, meliputi umur, untuk mengetahui karateristik pasien pre-
diagnosa penyakit (klasifikasi pre- eklampsia rawat inap RSUD Prof. Dr.
eklampsia), usia kehamilan, dan riwayat Margono Soekarjo, pola penggunaan
penyakit yang ditampilkan dalam bentuk obat antihipertensi pada pasien pre-
tabel. Pola penggunaan obat eklampsia dan mengevaluasi penggunaan
antihipertensi juga disajikan dalam obat antihipertensi pada pasien pre-
bentuk persentase (%) dan dianalisis eklampsia dilihat dari kriteria ketepatan
secara deskriptif. indikasi, obat, pasien serta dosis.
Evaluasi penggunaan obat
antihipertensi dibandingkan dengan Karateristik Pasien
guideline Queensland Clinical Guideline Karakteristik dibedakan
(2015) untuk menilai ketepatan indikasi, berdasarkan usia pasien, usia kehamilan,
obat dan dosis, serta guideline British klasifikasi pre-eklampsia dan riwayat
National Formulary (2015) untuk penyakit. Hasil analisa karateristik pasien
32 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433
kriteria tepat obat, pasien dan dosis. kehamilan. Menurut QCG (2015) pasien
Sedangkan 7 pasien tidak dapat yang perlu dilakukan terminasi
dilakukan analisa ketepatan lainnya kehamilan yaitu usia kehamilan ≥ 37
karena termasuk dalam tidak tepat minggu, status janin yang tidak menentu,
indikasi. Hasil evaluasi untuk tiap plasenta meluruh, oedem akut pada paru-
ketepatan dapat dilihat pada tabel 4. paru atau tidak terkontrolnya hipertensi.
Tabel 4. Persentase kesesuaian penggunaan Sehingga proses terminasi kehamilan
obat antihipertensi pada pasien pre- sesuai dengan syarat menurut guideline
eklampsia di instalasi rawat inap RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo
QCG tahun 2015. Sebaiknya ketujuh
Tepat Tidak Tepat pasien tersebut sudah mendapatkan terapi
Kriteria antihipertensi baik waktu hamil dan
Jumlah % Jumlah %
Ketepatan Indikasi 78 91,76 7 8,24 postpartum agar tidak memperparah
(n= 85) kondisi menjadi eklampsia (QCG, 2015).
Ketepatan Obat 68 87,18 10 12,82 Ketepatan obat yang
(n= 78)
Ketepatan Pasien 77 98,72 1 1,28
dimaksudkan peneliti adalah ketepatan
(n= 78) pemilihan obat antihipertensi sesuai
Ketepatan Dosis 68 100 0 0 dengan diagnosis yang ditegakkan.
(n= 68) Untuk menilai ketepatan obat peneliti
Persentase 66 pasien melihat dari nilai tekanan darah, nilai
kerasionalan (77,65 %)
proteinuria dan obat antihipertensi yang
(n=85)
digunakan. Berdasarkan tabel 4,
penggunaan obat antihipertensi yang
Ketepatan indikasi merupakan
dikatakan tepat obat berjumlah 68 pasien
kesesuaian pemberian obat yang dilihat
(87,18%), sedangkan sebanyak 10 pasien
dari diagnosis dokter yaitu pre-
(12,82%) tidak tepat obat. Hasil
eklampsia. Untuk menilai ketepatan
penelitian ini tidak berbeda jauh dengan
indikasi dilihat dari diagnosis, nilai
hasil penelitian Amri (2015) yang
tekanan darah, nilai proteinuria dan obat
menyatakan sebanyak 81,35% tepat obat.
antihipertensi yang digunakan. Seseorang
Ketidaktepatan obat tersebut
didiagnosa pre-eklampsia ditandai
karena penggunaan antihipertensi
dengan tekanan darah yang meningkat
amlodipin pada 1 pasien, kombinasi dua
setelah usia kehamilan 20 minggu dan
antihipertensi berupa metildopa dengan
adanya protein dalam urin (QCG, 2015).
amlodipin sebanyak 3 pasien, serta
Berdasarkan analisa yang
kombinasi tiga obat (nifedipin +
dilakukan sebanyak 78 pasien (78%)
metildopa + captopril sebanyak 1 pasien,
tepat indikasi (tabel 4). Hasil penelitian
nifedipin + metildopa + nicardipin
ini berbeda dengan hasil penelitian
sebanyak 2 pasien dan nifedipin +
Kusumaningtyas (2015) yang
metildopa + amlodipin sebanyak 1
menunjukkan 100% tepat indikasi
pasien). Pemilihan terapi kombinasi
dimana semua pasien memiliki tekanan
antihipertensi tidak menjadi pilihan pada
darah >140mmHg dan menerima
guideline QCG (2015) sehingga
antihipertensi. Tujuh (7) pasien
dikatakan tidak tepat obat. Pemberian
dikategorikan tidak tepat indikasi karena
kombinasi antihipertensi pada beberapa
memiliki tekanan darah yang tinggi
pasien pre-eklampsia rawat inap di
(>140 mmHg) dan disertai adanya
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
proteinuria, serta usia kehamilan >39
dikarenakan sebagian pasien memiliki
minggu, akan tetapi tidak mendapatkan
tekanan darah ≥170/100 mmHg. Menurut
terapi antihipertensi. Ada satu pasien
Shi et al. (2016) pada pre-eklampsia berat
sudah mengalami kodisi ketuban pecah
dapat digunakan labetalol secara
dini sehingga harus dilakukan terminasi
36 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433
intravena atau nifedipin secara oral dianjurkan bagi ibu hamil (Medscape,
karena kedua obat tersebut dinilai efektif 2017).
dan aman. Perbandingan nifedipin secara Ketepatan dosis adalah ketepatan
oral dengan hidralazin secara intravena pemberian dosis pada pasien agar
juga menunjukkan efektifitas yang sama tercapainya target terapi. Berdasarkan
(Rezaei et al., 2011). Oleh karena itu, hasil penelitian yang dilakukan sebanyak
pada pasien pre-eklampsia berat dapat 68 pasien (100%) termasuk dalam
diberikan hidralazin atau labetalol secara ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel
intravena, atau nifedipin secara oral 4.4. Hasil penelitian ini berbeda jauh
daripada penggunaan kombinasi obat dengan hasil penelitian Cahyo (2010)
antihipertensi. Ketidaktepatan juga yang menunjukkan 78,57% tepat dosis.
karena beberapa pasien mendapatkan Antihipertensi yang sering digunakan
amlodipin, nicardipin atau captopril. adalah nifedipin dan metildopa. Menurut
Dalam penanganan antihipertensi pada QCG (2015) nifedipin dosis 20-30
kehamilan penelitian mengenai mg/hari, sedangkan metildopa dosis 500
keamanan pada ibu hamil yang mg 4 kali sehari dengan dosis maksimal 2
dibutuhkan masih kurang sehingga untuk gram/hari. Pada pasien pre-eklampsia di
golongan CCB lebih disarankan instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr.
menggunakan nifedipin (James dan Margono Soekarjo sudah tepat dan sesuai
Piercy, 2004). Captopril menurut FDA dengan QCG (2015) karena nifedipin
(2011) termasuk dalam kategori D untuk diberikan 10 mg tiap 8 jam yang berarti
kehamilan sehingga tidak aman 30 mg/hari, sedangkan metildopa
digunakan ibu hamil. diberikan dosis 500 mg tiap 8 jam
Respon individu terhadap efek sehingga dikatakan sudah tepat dosis
obat sangat beragam. Ketepatan pasien karena maksimal penggunaan metildopa
yang dimaksud adalah ketepatan dalam dalam sehari adalah 2 gram.
pemberian antihipertensi yang tidak Rasionalitas penggunaan
kontraindikasi dengan kondisi fisiologis antihipertensi pada pre-eklampsia rawat
dan patologis pasien seperti adanya inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
penyakit penyerta. Berdasarkan hasil merupakan pasien yang memenuhi
penelitian yang dilakukan sebanyak 76 kriteria tepat indikasi, obat, pasien dan
pasien (97,44%) termasuk tepat pasien dosis. Berdasarkan hasil penelitian yang
dapat dilihat pada tabel 4. Hasil dilakukan, pasien 66 pasien atau 77,65%
penelitian ini tidak berbeda jauh dengan menerima terapi antihipertensi yang
hasil penelitian oleh Amri (2015) yang rasional (tabel 4). Hasil penelitian ini
menunjukkan 93,22% tepat pasien dan agak berbeda dengan hasil penelitian
penelitian yang dilakukan Cahyo (2010) Nugraheni (2010) yang menunjukkan
sebanyak 90% tepat pasien. Satu (1) bahwa hanya 37,04% penggunaan
pasien (1,28%) dikatakan tidak tepat antihipertensi rasional dan hasil
pasien karena memiliki riwayat penyakit penelitian Cahyo (2010) yang
jiwa berupa depresi. Sebab pasien dengan menunjukkan 57,14% kasus pre-
riwayat penyakit depresi tidak eklampsia dengan penggunaan
diperkenankan menerima antihipertensi antihipertensi yang rasional. Akan tetapi
terutama metildopa. Metildopa dikontra- masih ada 22,35% pasien yang
indikasikan bagi pasien yang mengalami mendapatkan terapi antihipertensi tidak
depresi, phaechromocytoma dan rasional, sehingga perlu dilakukan
porphyria akut (BNF, 2015). Adapun evaluasi kembali oleh tenaga kesehatan
pasien yang diberikan captopril sebab dalam pemberian obat antihipertensi pada
captopril tergolong D sehingga tidak pasien pre-eklamsia, menghindari
37 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433