Anda di halaman 1dari 11

29 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a

Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-Eklampsia


Rawat Inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode
Januari 2015-Juni 2016

Drug Use Evaluation of Antihypertensive in Pre-Eclampsia In-Patients in


Dr. Margono Soekarjo General Hospital Purwokerto Period of January
2015-June 2016
ABSTRAK

Dorothea Dwi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan dan kesesuaian
Andriana, penggunaan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia rawat inap RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian dilakukan secara retrospektif dan sampel diambil
Esti Dyah Utami*, secara simple random sampling pada pasien rawat inap periode Januari 2015-Juni 2016 yang
Nia Kurnia memenuhi kriteria inklusi. Analisa dilakukan secara deskriptif dan dibandingkan dengan
Sholihat standar Queensland Clinical Guideline tahun 2015 untuk menilai ketepatan indikasi, obat
dan dosis serta acuan BNF tahun 2015 untuk menilai ketepatan pasien. Hasil penelitian dari
Jurusan Farmasi, 85 sampel menunjukkan mayoritas pasien pre-eklampsia berusia 21-35 tahun (57,65%)
Fakultas Ilmu-Ilmu dengan usia kehamilan pada 36-43 minggu (68,24%), dengan diagnosis pre-eklampsia berat
Kesehatan, (69,41%). Antihipertensi yang banyak digunakan berupa monoterapi nifedipin (64,71%).
Universitas Jenderal Persentase kesesuaian antihipertensi menghasilkan 91,76% tepat indikasi; 87,18% tepat
Soedirman, obat; 98,72% tepat pasien dan 100% tepat dosis, dengan persentase kerasionalan
Purwokerto penggunaan antihipertensi adalah 77,65%.
Email:
estinesia@gmail.com

Kata kunci :
pre-eklampsia,
antihipertensi,
evaluasi penggunaan
obat, Purwokerto
Keywords : This study aimed to find out the characteristics, usage patterns and drug use
pre-eclampsia, evaluation of antihypertensive therapy in pre-eclampsia patients in Dr. Margono Soekarjo
antihypertensive, General Hospital Purwokerto. A simple random sampling was conducted in patients’ data
of the period January 2015 to June 2016. The analysis was conducted descriptively to assess
drug use evaluation,
the accuracy of the indication, drugs, and doses compare with the standard of Queensland
Purwokerto Clinical Guideline 2015 and to assess the accuracy of patient compare with British National
Formulary 2015. The results of this study showed that of 85 patients, 57.65% were aged 21-
35 years old, 68.24% were in 36-43 weeks of gestation, and 69.41% diagnosed with severe
pre-eclampsia. The most frequently used antihypertensive was nifedipine (64.71%). The
percentage of antihypertensive conformity yielded 91.76% of appropriate indication;
87.18% of appropriate medication; 98.72% of appropriate patients and 100% of appropriate
dosage, with the percentage rate of rational use of antihypertensive was 77.65%.
30 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

Pendahuluan direkomendasikan pada pasien pre-


Angka kematian ibu di Indonesia eklampsia berdasarkan Queensland
masih sangat tinggi dimana tahun 2012 Clinical Guideline (2015) dan British
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia National Formulary (2015) berupa
adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup, metildopa dan labetalol sebagai pilihan
sedangkan angka kematian bayi (AKB) pertama, serta hidralazin, nifedipin,
adalah 32 per seribu kelahiran hidup prazosin dan clonidine sebagai pilihan
(BPPN, 2010). Penyebab kematian ibu kedua. Penelitian yang dilakukan oleh
sebagian besar dikarenakan perdarahan, Amri (2015) menunjukkan bahwa
eklampsia, infeksi dan pre-eklampsia. 49,19% tepat indikasi, 81,35% tepat obat,
Kejadian pre-eklampsia di Indonesia 86,44% tepat dosis dan 40,67% tepat
yaitu 128.273/tahun atau sekitar 5,3% pasien dan persentase kasus pengobatan
(POGI, 2015), sedangkan di instalasi rasional adalah 40,67%. Sedangkan
rawat inap RSUD Prof Dr. Margono penelitian Cahyo (2010) menunjukkan
Soekarjo Purwokerto periode Januari kerasionalan pengobatan terapi pre-
2015 hingga Juni 2016 terdapat kasus eklampsia berat (termasuk tindakan
pre-eklampsia sebanyak 689 pasien. obstetrik, antianemia, antibiotik,
Pre-eklampsia didefinisikan analgesik, anestesi lokal dan vitamin)
sebagai hipertensi yang disertai adalah 57,14 %; 98,37% tepat indikasi,
proteinuria, terjadi setelah usia 81,43% tepat obat, 90% tepat pasien dan
kehamilan 20 minggu. Menurut 78,57% tepat dosis, serta penelitian yang
Queensland Clinical Guideline (2015) dilakukan Nugraheni (2010)
dibagi menjadi pre-eklampsia moderat menunjukkan persentase kasus yang
(140-160/90-100 mmHg) dan berat pengobatannya rasional adalah 37,04%.
(≥160/110 mmHg). Pre-eklampsia Hasil penelitian tersebut menunjukkan
merupakan salah satu bentuk dari bahwa masih terdapat kasus
hipertensi yang terjadi pada kehamilan ketidakrasionalan penggunaan obat
sehingga membutuhkan terapi antihipertensi pada pasien pre-eklampsia.
antihipertensi (ACOG, 2013). Pembagian Tujuan penelitian ini adalah untuk
klasifikasi akan menentukan pilihan mengetahui karateristik, pola
terapi antihipertensi yang tepat. Akan penggunaan dan kesesuaian penggunaan
tetapi, terapi antihipertensi pada obat antihipertensi pada pasien pre-
kehamilan membutuhkan perhatian eklampsia rawat inap RSUD Prof. Dr.
khusus karena dapat mempengaruhi baik Margono Soekarjo Purwokerto periode
ibu maupun janinnya, serta dapat Januari 2015-Juni 2016, berdasarkan
berkembang menjadi eklampsia (pre- kriteria ketepatan indikasi, obat, dan
eklampsia disertai kejang) (Uzan et al., dosis dibandingkan dengan Queensland
2011). Clinical Guideline (2015), serta
Terapi antihipertensi diperlukan ketepatan pasien dibandingkan dengan
agar tekanan darah menurun (130-150 British National Formulary (2015).
mmHg untuk sistolik dan 80-90 mmHg
untuk diastolik) dan terkontrol dengan Bahan dan Metode
baik (QCG, 2015). Obat yang digunakan Penelitian ini merupakan jenis
harus aman, efektif dan rasional untuk penelitian non eksperimental dengan
mencapai terapi yang diinginkan berdasar desain observasional deskriptif. Populasi
tingginya tekanan darah yang dialami. penelitian adalah semua pasien pre-
Terapi antihipertensi yang eklampsia yang menjalani rawat inap di
31 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo menilai ketepatan pasien berupa data
Purwokerto periode Januari 2015-Juni kuantitatif (persentase) dan kualitatif
2016. Sampel penelitian adalah semua (uraian atau deskriptif). Perhitungan
populasi yang memenuhi kriteria inklusi persentase tiap ketepatan berdasarkan
(memiliki data rekam medik yang rumus berikut (Kusumaningtyas, 2015) :
lengkap (no rekam medik, umur, usia 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡
% 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑥100%
kehamilan, diagnosa, tanda vital (nilai 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠
% 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
tekanan darah) dan data laboratorium 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖, 𝑜𝑏𝑎𝑡, 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
= 𝑥100%
(nilai proteinuria) hari pertama, riwayat 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
penyakit atau alergi, serta daftar obat
(dosis, durasi, dan frekuensi). Sedangkan Hasil dan Pembahasan
kriteria eksklusi yaitu nilai proteinuria Kasus pre-eklampsia di RSUD
negatif dan diagnosis bukan pre- Prof. Dr. Margono Soekarjo periode
eklampsia. Pengambilan sampel Januari 2015-Juni 2016 yaitu berjumlah
dilakukan dengan cara simple random 689 kasus. Dari 689 kasus, data yang
sampling sejumlah 100 pasien. diambil secara simple random sampling
Instrumen penelitian yang sebanyak 137 kasus. Kemudian sejumlah
digunakan pada penelitian ini meliputi 85 pasien dari 137 kasus termasuk dalam
lembar pengumpulan data, guideline kriteria inklusi dan dijadikan sampel
Queensland Clinical Guideline (2015) dalam penelitian ini. Sebanyak 52 kasus
dan British National Formulary (2015), termasuk dalam kriteria ekslusi karena
serta rekam medik (medical report) didiagnosa eklampsia atau superimposed
pasien. Data yang dikumpulkan yaitu no pre-eklampsia, terdapat data dengan
rekam medik, umur, usia kehamilan, tahun 2014 serta memiliki nilai
diagnosa, tanda vital (nilai tekanan proteinuria negatif.
darah), data laboratorium (nilai Data yang dikumpulkan berupa
proteinuria, serum kreatinin, SGPT, umur, usia kehamilan, diagnosa, tanda
SGOT, hematokrit, dan Hb), nilai klirens vital (nilai tekanan darah hari pertama),
kreatinin, riwayat penyakit (gangguan data laboratorium (nilai proteinuria hari
hati, depresi, gangguan saluran cerna, pertama, serum kreatinin, SGPT, SGOT,
gangguan kardiovaskular dan lainnya) hematokrit, dan Hb), nilai klirens
atau alergi, dan daftar obat (dosis, durasi, kreatinin, riwayat penyakit atau alergi,
dan frekuensi. dan daftar obat antihipertensi (nama obat,
Data yang telah diperoleh dosis, durasi, dan frekuensi). Data yang
kemudian diklasifikasikan berdasarkan telah dikumpulkan kemudian dianalisa
karakteristik pasien, meliputi umur, untuk mengetahui karateristik pasien pre-
diagnosa penyakit (klasifikasi pre- eklampsia rawat inap RSUD Prof. Dr.
eklampsia), usia kehamilan, dan riwayat Margono Soekarjo, pola penggunaan
penyakit yang ditampilkan dalam bentuk obat antihipertensi pada pasien pre-
tabel. Pola penggunaan obat eklampsia dan mengevaluasi penggunaan
antihipertensi juga disajikan dalam obat antihipertensi pada pasien pre-
bentuk persentase (%) dan dianalisis eklampsia dilihat dari kriteria ketepatan
secara deskriptif. indikasi, obat, pasien serta dosis.
Evaluasi penggunaan obat
antihipertensi dibandingkan dengan Karateristik Pasien
guideline Queensland Clinical Guideline Karakteristik dibedakan
(2015) untuk menilai ketepatan indikasi, berdasarkan usia pasien, usia kehamilan,
obat dan dosis, serta guideline British klasifikasi pre-eklampsia dan riwayat
National Formulary (2015) untuk penyakit. Hasil analisa karateristik pasien
32 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

pre-eklampsia instalasi rawat inap di 35 tahun atau menjelang 40 tahun


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dapat (Anonim, 2015).
dilihat pada tabel 1. Karakteristik pasien berdasarkan
Tabel 1. Karateristik pasien yang terdiagnosa usia kehamilan, didapatkan kejadian pre-
pre-eklampsia di instalasi rawat inap RSUD eklampsia banyak terjadi pada pasien
Prof. Dr. Margono Soekarjo periode Januari-
Desember 2015
dengan usia kehamilan 36-43 minggu
Karateristik Jumlah Persentase yang berjumlah 58 pasien (68,24%). Hal
Pasien tersebut sesuai dengan pengertian pre-
(n= 85) eklampsia sendiri dimana terjadi pada
Usia pasien usia kehamilan di atas 20 minggu
≤ 20 tahun 6 7,06%
(ACOG, 2013). Hasil penelitian ini
21-35 tahun 49 57,65%
> 35 tahun 30 35,29% sesuai dengan hasil penelitian Karima et
Usia kehamilan al., (2015) yang menyatakan bahwa usia
20-27 minggu 0 0% kehamilan ≥ 37 minggu memiliki risiko
28-35 minggu 27 31,76% kejadian pre-eklampsia berat lebih besar
36-43 minggu 58 68,24% dibanding usia kehamilan 20-36 minggu
Klasifikasi pre-eklampsia
Pre-eklampsia ringan (TD 26 30,59%
dengan nilai odd ratio 1,375. Menurut
140-160 mmHg/90-100 Manuaba (1998) kejadian pre-eklampsia
mmHg) semakin meningkat dengan semakin
Pre-eklampsia berat (TD ≥ 59 69,41% tuanya usia kehamilan yang disebut
160/100 mmHg) sebagai teori iskemik implantasi plasenta.
Riwayat penyakit
Gangguan saluran cerna 4 4,71%
Hal ini dikarenakan pada kehamilan
Gangguan Kardiovaskular cukup bulan kadar fibrinogen meningkat,
a. Hipertensi 31 36,47% kadar tersebut lebih meningkat lagi pada
b. Pre-eklampsia 3 3,53% pre-eklampsia, waktu pembekuan lebih
Depresi 1 1,18% pendek dan kadang-kadang ditemukan
Diabetes Melitus 3 3,53%
kurang dari 1 menit pada eklampsia.
Obesitas 1 1,18%
Total 85 100% Klasifikasi pre-eklampsia di
pasien instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo berdasarkan QCG
Berdasarkan tabel 1 usia pasien tahun 2015 didapatkan hasil pasien
pre-eklampsia di instalasi rawat inap dengan diagnosa pre-eklampsia berat
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo paling banyak terjadi yaitu berjumlah 59
paling besar pada pasien berusia 21-35 pasien (69,41%). Pre-eklampsia moderat
tahun yaitu 49 pasien (57,65%) dan menurut QCG (2015) sama dengan pre-
distribusi terkecil pada pasien berusia eklampsia ringan yang disebutkan
kurang dari 20 tahun yang berjumlah 6 peneliti dimana tekanan darah 140-
pasien (7,06%). Hasil penelitian ini 160/90-100 mmHg. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan sesuai dengan hasil penelitian Amri
Hutabarat et al., (2016) dan Estina et al., (2015) dan Marendeng (2007) yang
(2010) yang menyatakan kejadian pre- menyatakan bahwa diagnosa pre-
eklampsia paling sering terjadi pada usia eklampsia berat paling banyak terjadi.
21-35 tahun. Usia tersebut merupakan Jarangnya pasien dengan pre-eklampsia
usia produktif untuk merencanakan suatu ringan di instalasi rawat inap karena
kehamilan (Hutabarat et al., 2016). Pada sebagian besar dapat dilakukan di rawat
usia 21-35 tahun banyak yang memiliki jalan. Menurut panduan praktek klinik
rencana untuk kehamilan karena pada RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
usia tersebut merupakan puncak Purwokerto, pasien pre-eklampsia ringan
kesuburan dibandingkan usia lebih dari cukup dengan rawat jalan saja.
33 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

Riwayat penyakit pada pasien 78 pasien (91,76%) yang mendapat terapi


pre-eklampsia di instalasi rawat inap antihipertensi, sebanyak 71 pasien
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang (83,54%) mendapat obat antihipertensi
paling banyak terjadi adalah gangguan tunggal, sebanyak 3 pasien (3,53%)
kardiovaskular meliputi hipertensi mendapat kombinasi dua obat
berjumlah 31 pasien (36,47%) dan pre- antihipertensi dan 4 pasien (4,71%)
eklampsia berjumlah 3 pasien (3,53%). mendapat kombinasi tiga obat
Hasil penelitian yang dilakukan Dewi antihipertensi. Obat tunggal yang sering
(2014) menyatakan bahwa terdapat diberikan berupa nifedipin, metildopa
hubungan antara riwayat hipertensi yang atau amlodipin saja.
diderita dengan munculnya pre-
eklampsia pada ibu hamil karena
hipertensi yang diderita sejak sebelum Tabel 2. Distribusi penggunaan obat
hamil sudah mengakibatkan gangguan antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di
instalasi rawat inap RSUD.Prof. Dr. Margono
atau kerusakan pada organ penting tubuh Soekarjo
dan ditambah lagi dengan adanya Antihipertensi Jumlah Persentase
kehamilan maka kerja tubuh akan Pasien
bertambah berat sehingga timbulnya 1. Monoterapi
odem dan proteinuria. Obesitas juga a. Nifedipin 55 64,71%
b. Metildopa 15 17,65%
menjadi faktor resiko pre-eklampsia. c. Amlodipin 1 1,18%
Semakin meningkatnya indeks massa 2. Kombinasi 2 obat
tubuh (IMT) maka semakin a. Kombinasi metildopa 3 3,53%
meningkatnya resiko mengalami pre- dan amlodipin
eklampsia (Duckitt dan Harrington, 3. Kombinasi 3 obat
a. Kombinasi nifedipin, 2 2,35%
2005). metildopa dan
nicardipin
Pola Penggunaan Antihipertensi b. Kombinasi nifedipin, 1 1,18%
Pola penggunaan obat pada metildopa dan
penelitian ini untuk melihat jenis amlodipine
c. Kombinasi nifedipin, 1 1,18%
antihipertensi yang digunakan pada
metildopa dan
pasien pre-eklampsia di instalasi rawat captopril
inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo 4. Tidak mendapat 7 8,24%
Purwokerto. Sebanyak 85 pasien pre- antihipertensi
eklampsia yang menjadi sampel, 78 Total 85 100%
pasien mendapat obat antihipertensi dan pasien
Keterangan : dosis Nifedipin 10 mg (tiap 8 jam),
7 pasien tidak mendapat obat Metildopa 500 mg (tiap 8 jam), amlodipin 10 mg
antihipertensi. Tujuh pasien yang tidak (tiap 24 jam), captopril 250 mg (12 jam),
mendapatkan obat antihipertensi karena nicardipin 9cc/jam.
usia kehamilan pasien sudah > 39 minggu
sehingga diindikasikan untuk diakhiri Berdasarkan tabel 2 penggunaan
kehamilannya dengan induksi oksitoksin monoterapi nifedipin paling banyak
dan salah satu pasien sudah mengalami digunakan pada pasien pre-eklampsia
ketuban pecah dini sehingga harus rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono
dilakukan terminasi kehamilan. Soekarjo. Banyak guideline yang lebih
Distribusi pola penggunaan obat menyarankan penggunaan nifedipin
antihipertensi dapat dilihat pada tabel 2. dinilai aman untuk pasien pre-eklampsia
Obat antihipertensi yang (Firoz et al., 2014). Hasil penelitian ini
diberikan pada pasien pre-eklampsia sesuai dengan hasil penelitian Amri
berupa monoterapi atau kombinasi. Dari (2015) dimana penggunaan nifedipin
34 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

paling banyak digunakan. Penggunaan standar QCG (2015) yang menyatakan


terapi antihipertensi berdasarkan derajat tidak adanya penggunaan kombinasi
pre-eklampsia dapat dilihat pada tabel 3. antihipertensi pada pre-eklamsia.
Tabel 3. Distribusi penggunaan obat Salah satu pasien diberikan
antihipertensi berdasarkan derajat pre- kombinasi antihipertensi yang berisi
eklampsia.
Derajat pre-
captopril dimana dalam indeks keamanan
eklampsia (TD) termasuk golongan D yang memunculkan
(n=78) efek teratogenik pada trimester 2 dan 3
Nama PER kehamilan berupa timbulnya gagal ginjal
obat (140- PEB fetus atau kematian fetus. Sehingga jika
160/90- (≥160/110
pasien dalam kondisi trimester 2 dan 3
110 mmHg)
mmHg) kehamilan maka penggunaan obat
9 46 golongan ACE-I segera dihentikan
N
(11,76%) (54,12%) (DFFK, 2011). Adapun pasien yang
14 diberikan kombinasi antihipertensi
M 1 (1,18%)
(16,47%) dengan amlodipin atau nicardipin. Kedua
1
A 0 (0%) obat antihipertensi tersebut memiliki
(1,18%)
2 kesamaaan yaitu termasuk dalam
M+A 1 (1,18%)
(2,35%) golongan C dalam indeks keamanan bagi
N+M+Ni 0 (0%) 2 (2,35%) ibu hamil. Akan tetapi catatan mengenai
N+M+A 0 (0%) 1 (1,18%) manfaat jika digunakan bagi ibu hamil
N+M+C 0 (0%) 1 (1,18%)
26
masih kurang. Pemberian nicardipin
52 pasien dianjurkan menjadi pilihan kedua atau
Total pasien
(69,41%)
(30,59%) pilihan alternatif jika pilihan pertama
Keterangan : N=nifedipin, M=metildopa, tidak memberikan hasil (James dan
A=amlodipin, Ni=nicardipin, C=captopril, Piercy, 2004; Bijvank dan Duvekot,
PEB=pre-eklampsia berat, PER=pre-eklampsia
ringan
2010). Menurut Davis et al. (2011)
antihipertensi golongan CCB bila
Berdasarkan hasil penelitian yang diberikan pada ibu hamil dapat
didapatkan monoterapi antihipertensi meningkatkan resiko kejadian kejang
yang banyak digunakan adalah nifedipin pada neonatal yang berada di
(54,12%) untuk pasien pre-eklampsia kandungannya. Kejang pada neonatal
berat dan metildopa (16,47%) untuk dapat menjadi serius karena berhubungan
pasien pre-eklampsia ringan. Hasil dengan perkembangan saraf bayi
penelitian ini sesuai dengan hasil (Novotny, 1994). Sehingga ketika
penelitian Amri (2015), Cahyo (2010) diberikan 2 jenis antihipertensi dalam
dan Qoyimah (2016) yang menyatakan satu golongan dapat meningkatkan resiko
bahwa pasien pre-eklampsia berat terjadinya kejang tersebut.
antihipertensi yang sering digunakan
adalah nifedipin. Hasil penelitian ini juga Evaluasi Penggunaan Obat
sesuai dengan guideline QCG (2015) Penggunaan obat dikatakan
yang menyatakan bahwa pada pasien rasional bila pasien menerima obat yang
dengan pre-eklampsia berat digunakan sesuai dengan kebutuhannya, untuk
monoterapi berupa nifedipin, labetalol, periode waktu yang adekuat dan dengan
atau hidralazin, sedangkan untuk pasien harga yang paling murah untuk pasien
pre-eklampsia ringan menggunakan dan masyarakat. Sebanyak 85 pasien
monoterapi berupa metildopa, labetalol, dilakukan analisa ketepatan indikasi
hidralazin, atau prazosin. Akan tetapi terlebih dahulu. Dari 85 pasien sebanyak
terapi kombinasi tidak sesuai dengan 78 pasien dapat dilakukan analisa untuk
35 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

kriteria tepat obat, pasien dan dosis. kehamilan. Menurut QCG (2015) pasien
Sedangkan 7 pasien tidak dapat yang perlu dilakukan terminasi
dilakukan analisa ketepatan lainnya kehamilan yaitu usia kehamilan ≥ 37
karena termasuk dalam tidak tepat minggu, status janin yang tidak menentu,
indikasi. Hasil evaluasi untuk tiap plasenta meluruh, oedem akut pada paru-
ketepatan dapat dilihat pada tabel 4. paru atau tidak terkontrolnya hipertensi.
Tabel 4. Persentase kesesuaian penggunaan Sehingga proses terminasi kehamilan
obat antihipertensi pada pasien pre- sesuai dengan syarat menurut guideline
eklampsia di instalasi rawat inap RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo
QCG tahun 2015. Sebaiknya ketujuh
Tepat Tidak Tepat pasien tersebut sudah mendapatkan terapi
Kriteria antihipertensi baik waktu hamil dan
Jumlah % Jumlah %
Ketepatan Indikasi 78 91,76 7 8,24 postpartum agar tidak memperparah
(n= 85) kondisi menjadi eklampsia (QCG, 2015).
Ketepatan Obat 68 87,18 10 12,82 Ketepatan obat yang
(n= 78)
Ketepatan Pasien 77 98,72 1 1,28
dimaksudkan peneliti adalah ketepatan
(n= 78) pemilihan obat antihipertensi sesuai
Ketepatan Dosis 68 100 0 0 dengan diagnosis yang ditegakkan.
(n= 68) Untuk menilai ketepatan obat peneliti
Persentase 66 pasien melihat dari nilai tekanan darah, nilai
kerasionalan (77,65 %)
proteinuria dan obat antihipertensi yang
(n=85)
digunakan. Berdasarkan tabel 4,
penggunaan obat antihipertensi yang
Ketepatan indikasi merupakan
dikatakan tepat obat berjumlah 68 pasien
kesesuaian pemberian obat yang dilihat
(87,18%), sedangkan sebanyak 10 pasien
dari diagnosis dokter yaitu pre-
(12,82%) tidak tepat obat. Hasil
eklampsia. Untuk menilai ketepatan
penelitian ini tidak berbeda jauh dengan
indikasi dilihat dari diagnosis, nilai
hasil penelitian Amri (2015) yang
tekanan darah, nilai proteinuria dan obat
menyatakan sebanyak 81,35% tepat obat.
antihipertensi yang digunakan. Seseorang
Ketidaktepatan obat tersebut
didiagnosa pre-eklampsia ditandai
karena penggunaan antihipertensi
dengan tekanan darah yang meningkat
amlodipin pada 1 pasien, kombinasi dua
setelah usia kehamilan 20 minggu dan
antihipertensi berupa metildopa dengan
adanya protein dalam urin (QCG, 2015).
amlodipin sebanyak 3 pasien, serta
Berdasarkan analisa yang
kombinasi tiga obat (nifedipin +
dilakukan sebanyak 78 pasien (78%)
metildopa + captopril sebanyak 1 pasien,
tepat indikasi (tabel 4). Hasil penelitian
nifedipin + metildopa + nicardipin
ini berbeda dengan hasil penelitian
sebanyak 2 pasien dan nifedipin +
Kusumaningtyas (2015) yang
metildopa + amlodipin sebanyak 1
menunjukkan 100% tepat indikasi
pasien). Pemilihan terapi kombinasi
dimana semua pasien memiliki tekanan
antihipertensi tidak menjadi pilihan pada
darah >140mmHg dan menerima
guideline QCG (2015) sehingga
antihipertensi. Tujuh (7) pasien
dikatakan tidak tepat obat. Pemberian
dikategorikan tidak tepat indikasi karena
kombinasi antihipertensi pada beberapa
memiliki tekanan darah yang tinggi
pasien pre-eklampsia rawat inap di
(>140 mmHg) dan disertai adanya
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
proteinuria, serta usia kehamilan >39
dikarenakan sebagian pasien memiliki
minggu, akan tetapi tidak mendapatkan
tekanan darah ≥170/100 mmHg. Menurut
terapi antihipertensi. Ada satu pasien
Shi et al. (2016) pada pre-eklampsia berat
sudah mengalami kodisi ketuban pecah
dapat digunakan labetalol secara
dini sehingga harus dilakukan terminasi
36 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

intravena atau nifedipin secara oral dianjurkan bagi ibu hamil (Medscape,
karena kedua obat tersebut dinilai efektif 2017).
dan aman. Perbandingan nifedipin secara Ketepatan dosis adalah ketepatan
oral dengan hidralazin secara intravena pemberian dosis pada pasien agar
juga menunjukkan efektifitas yang sama tercapainya target terapi. Berdasarkan
(Rezaei et al., 2011). Oleh karena itu, hasil penelitian yang dilakukan sebanyak
pada pasien pre-eklampsia berat dapat 68 pasien (100%) termasuk dalam
diberikan hidralazin atau labetalol secara ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel
intravena, atau nifedipin secara oral 4.4. Hasil penelitian ini berbeda jauh
daripada penggunaan kombinasi obat dengan hasil penelitian Cahyo (2010)
antihipertensi. Ketidaktepatan juga yang menunjukkan 78,57% tepat dosis.
karena beberapa pasien mendapatkan Antihipertensi yang sering digunakan
amlodipin, nicardipin atau captopril. adalah nifedipin dan metildopa. Menurut
Dalam penanganan antihipertensi pada QCG (2015) nifedipin dosis 20-30
kehamilan penelitian mengenai mg/hari, sedangkan metildopa dosis 500
keamanan pada ibu hamil yang mg 4 kali sehari dengan dosis maksimal 2
dibutuhkan masih kurang sehingga untuk gram/hari. Pada pasien pre-eklampsia di
golongan CCB lebih disarankan instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr.
menggunakan nifedipin (James dan Margono Soekarjo sudah tepat dan sesuai
Piercy, 2004). Captopril menurut FDA dengan QCG (2015) karena nifedipin
(2011) termasuk dalam kategori D untuk diberikan 10 mg tiap 8 jam yang berarti
kehamilan sehingga tidak aman 30 mg/hari, sedangkan metildopa
digunakan ibu hamil. diberikan dosis 500 mg tiap 8 jam
Respon individu terhadap efek sehingga dikatakan sudah tepat dosis
obat sangat beragam. Ketepatan pasien karena maksimal penggunaan metildopa
yang dimaksud adalah ketepatan dalam dalam sehari adalah 2 gram.
pemberian antihipertensi yang tidak Rasionalitas penggunaan
kontraindikasi dengan kondisi fisiologis antihipertensi pada pre-eklampsia rawat
dan patologis pasien seperti adanya inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
penyakit penyerta. Berdasarkan hasil merupakan pasien yang memenuhi
penelitian yang dilakukan sebanyak 76 kriteria tepat indikasi, obat, pasien dan
pasien (97,44%) termasuk tepat pasien dosis. Berdasarkan hasil penelitian yang
dapat dilihat pada tabel 4. Hasil dilakukan, pasien 66 pasien atau 77,65%
penelitian ini tidak berbeda jauh dengan menerima terapi antihipertensi yang
hasil penelitian oleh Amri (2015) yang rasional (tabel 4). Hasil penelitian ini
menunjukkan 93,22% tepat pasien dan agak berbeda dengan hasil penelitian
penelitian yang dilakukan Cahyo (2010) Nugraheni (2010) yang menunjukkan
sebanyak 90% tepat pasien. Satu (1) bahwa hanya 37,04% penggunaan
pasien (1,28%) dikatakan tidak tepat antihipertensi rasional dan hasil
pasien karena memiliki riwayat penyakit penelitian Cahyo (2010) yang
jiwa berupa depresi. Sebab pasien dengan menunjukkan 57,14% kasus pre-
riwayat penyakit depresi tidak eklampsia dengan penggunaan
diperkenankan menerima antihipertensi antihipertensi yang rasional. Akan tetapi
terutama metildopa. Metildopa dikontra- masih ada 22,35% pasien yang
indikasikan bagi pasien yang mengalami mendapatkan terapi antihipertensi tidak
depresi, phaechromocytoma dan rasional, sehingga perlu dilakukan
porphyria akut (BNF, 2015). Adapun evaluasi kembali oleh tenaga kesehatan
pasien yang diberikan captopril sebab dalam pemberian obat antihipertensi pada
captopril tergolong D sehingga tidak pasien pre-eklamsia, menghindari
37 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

penggunaan kombinasi antihipertensi,


dan menghindari pemberian obat Daftar Pustaka
antihipertensi yang tidak American College of Obstetriciand and
direkomendasikan bagi ibu hamil, Gynecologist (ACOG), 2013,
misalnya kaptopril dan amlodipin. Hypertension in Pregnancy,
Tidak adanya data penggunaan obat American College of
per harinya menjadi kendala untuk Obstetricians and Gynecologist,
menilai antihipertensi yang digunakan. Washington.
Peneliti memberikan saran bagi rumah Amri, M.U., 2015, Studi Penggunaan
sakit untuk melengkapi data rekam Obat Antihipertensi Pada Pasien
medik yang seharusnya agar riwayat Preeklampsia Berat di Instalasi
pengobatan masing-masing pasien dapat Rawat Inap Rumah Sakit X
terdokumen dengan baik. Komunikasi Surakarta Tahun 2014, Skripsi,
aktif antara dokter dan apoteker perlu Fakultas Farmasi Universitas
dilakukan guna memberikan informasi, Muhamadiyah Surakarta,
saran dan keputusan yang terbaik bagi Surakarta.
pengobatan pasien. Diharapkan hasil Anonim, 2015, Kapan Usia Terbaik
penelitian ini dapat menjadi salah satu Untuk Hamil?,
sumber informasi ilmiah bagi pihak http://nationalgeographic.co.id/b
rumah sakit untuk melakukan erita/2015/05/kapan-usia-
monitoring dan evaluasi kembali terbaik-untuk hamil, diakses 8
terhadap penggunaan dan peresepan Juni 2017.
antihipertensi bagi pasien pre- Badan Perencanaan dan Pembangunan
eklampsia. Nasional (BPPN), 2010, Report
on the achievement of millennium
development goals Indonesia,
Simpulan Bappenas, Jakarta.
Bijvank, S.W.A., dan Duvekot, J.J.,
Pola penggunaan obat 2010, Nicardipine for the
antihipertensi di RSUD Prof. Dr. Treatment of Severe
Margono Soekarjo Purwokerto untuk Hypertension in Pregnancy: A
pasien pre-eklampsia berat rawat inap Review of the Literature,
yang paling banyak adalah monoterapi Obstetrical and Gynecology
nifedipin (54,12%), sedangkan untuk pre- Survey, 65(5): 341-347.
eklampsia ringan adalah monoterapi British National Formulary, 2015, BNF
metildopa (16,47%). 68, BMJ Group, London.
Persentase kesesuaian Cahyo, R.S., 2010, Penatalaksanaan
penggunaan antihipertensi pada pre- Terapi Pasien Preeklampsia
eklampsia menunjukkan 91,76% tepat Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji
indikasi; 87,18% tepat obat; 98,72% tepat Tirtonegoro Klaten Tahun 2009,
pasien dan 100% tepat dosis. Skripsi, Fakultas Farmasi
Persentase kerasionalan Universitas Muhamadiyah
penggunaan obat antihipertensi pada Surakarta, Surakarta.
pasien pre-eklampsia rawat inap di Davis, R.L., Eastman, D., McPhillips, H.,
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Raebel, M.A., Andrade, S.E.,
Purwokerto periode Januari 2015-Juni Smith, D., Yood, M.U., Dublin,
2016 adalah 77,65%. S., dan Platt, R., 2011, Risks of
congenital malformations and
perinatal events among infants
38 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

exposed to calcium channel and pregnancy, Heart, 90 (12):1499-


beta-blockers during pregnancy, 1504.
Pharmacoepidemiol Drug Saf, Jasaputra, D.K., dan Slamet, S., 2008,
20(2): 138–145. Metodologi Penelitian Biomedis,
Departemen Farmakologi dan Fakultas PT. Danamartha Sejahtera
Kedokteran (DFFK), 2011, Utama, Bandung.
Farmakologi dan Terapi edisi 5, Karima, N.M., Machmud, R., dan
Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Yusrawati, 2015, Hubungan
Dewi, V.K., 2014, Hubungan Obesitas Faktor Risiko dengan Kejadian
Dan Riwayat Hipertensi Dengan Pre-Eklampsia Berat di RSUP Dr.
Kejadian Preeklamsi Di M. Djamil Padang, Jurnal
Puskesmas Rawat Inap Danau Kesehatan Andalas, 4(2).
Panggang, An-Ndaa, 1 (2): 57-61. Kusumaningtyas, Y.D., 2015, Evaluasi
Duckitt, K., dan Harrington D., 2005, Penggunaan Antihipertensi Pada
Risk factors for preeclampsia at Ibu Hamil Di Instalasi Rawat Inap
antenatal booking: systematic Rumah Sakit X Tahun 2014,
review of controlled studies, Skripsi, Fakultas Farmasi
BMJ, 330:549-50. Universitas Muhammadiyah
Estina, V.C., Delima, E.R., Gunanegara, Surakarta, Surakarta.
R.F., 2010, Karakteristik Manuaba, I.D.B, 1998, Penyakit
Penderita Preeklamsi dan Kandungan dan Keluarga
Eklamsi yang Dirawat Inap di Berencana Untuk Pendidikan
Rumah Sakit Immanuel Bandung Bidan, EGC, Jakarta.
Periode Tahun 2006 – 2008, Marendeng, B., 2007, Profil Peresepan
JKM, 9(2):150-154. Obat Antihipertensi pada Pasien
Firoz, T., Magee, L.A., MacDonell, K., Pre-eklampsia di Instalasi Rawat
Payne, B.A., Gordon, R., Vidler, Inap Rumah Sakit Panti Rapih
M., Dadelzen, et al., 2014, Oral Yogyakarta Tahun 2005, Skripsi,
antihypertensive therapy for Fakultas Farmasi Universitas
severe hypertension in pregnancy Sanata Dharma, Yogyakarta.
and postpartum: a systematic Medscape, 2017, Captopril,
review, BJOG, 121(10):1210– www.medscape.com, diakses 2
1218. April 2017.
Food and Drug Administration (FDA), Novotny E, 1994, Principles and
2011, Capoten (captopril) Practice of Pediatrics,
Tablets, Philadelphia: JB Lippincott
https://www.fda.gov/Safety/Med Company.
Watch/SafetyInformation/ucm25 Nugraheni, E.S., 2010, Evaluasi
8784.htm, diakses 3 April 2017. Penggunaan Obat Antikejang
Hutabarat, R.A., Suparman, E., dan Dan Antihipertensi Pada Pasien
Wagey, F., 2016, Karakteristik Preeklampsia Berat Di Instalasi
pasien dengan pre-eklampsia di Rawat Inap Rumah Sakit Umum
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Daerah Dr. Moewardi Surakarta
Manado, Jurnal e-Clinic (eCl), Tahun 2009, Skripsi, Fakultas
4(1). Farmasi Universitas
James, P.R., dan Piercy, C.N., 2004, Muhamadiyah Surakarta,
Management of hypertension Surakarta.
before, during, and after Persatuan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI), 2015,
39 | A c t a P h a r m a c i a e I n d o n e s i a
Maret 2018, 6(1) 29-39 ; ISSN: 2337-8433

Pedoman Nasional Pelayanan


Kedokteran Diagnosis dan Tata
Laksana Pre- Eklampsia,
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Qoyimah, U.N., 2016, Evaluasi
Penggunaan Obat Antihipertensi
pada Pasien Pre-eklampsia Berat
Rawat Inap di RS PKU
Muhammadiyah Bantul Periode
Januari-Desember 2015, Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, 1(2):192-20.
Queensland Clinical Guideline (QCG),
2015, Maternity and Neonatal
Clinical Guideline Hypertension
disorders of pregnancy,
Queensland Clinical Guideline
Steering Committee, Queensland.
Rezaei, Z., Sharbaf, F., Pourmojieb, M.,
Fard, Y., Motevalian, M.,
Khazaeipour, Z., dan Esmaeili, S.,
2011, Comparison of the Efficacy
of Nifedipine and Hydralazine in
Hypertensive Crisis in Pregnancy,
Acta Medica Iranica, 49(11):
701-706.
Shi, D., Yang, Z., Zhou, L., dan Wang,
N., 2016, Oral nifedipine vs.
intravenous labetalol for
treatment of pregnancy-induced
severe pre-eclampsia, Journal of
Clinical Pharmacy and
Therapeutics, 41(6):657-661.
Uzan, J., Marie, C., Olivier, P., Roland,
A., dan Jean-Marc, A., 2011, Pre-
eclampsia: pathophysiology,
diagnosis, and management,
Vascular Health and Risk
Management, 7 : 467–474.

Anda mungkin juga menyukai