Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASI FISIKA II

“EMULSI”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

ANIDA PRIMA DA SILVA

DIAN CHRISNAWATI NDOLU

JAQUALIN WILHEMINA ANGGI DARA

MEIDY TRINICE PUTRI HOLO

YARLENORIA NABUT

FARMASI A SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Emulsi” ini.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Farmasi Fisika II. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai emulsi.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang


telah membantu dan mendukung kami selama proses penyelesaian makalah ini. Kami
juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiaap pembaca.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca
untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami
ini.

Kupang, 13 Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................4
2. 1 DEFINISI EMULSI...............................................................................................................4
2. 2 TEORI TERJADINYA EMULSI..........................................................................................5
2. 3 BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)...........................................................................9
2. 4 MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA.................................................................11
2. 5 METODE PEMBUATAN EMULSI..................................................................................12
2. 6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN EMULSI.................................................12
2. 7 METODE UNTUK MEMBEDAKAN TIPE EMULSI.......................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam


kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid
yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau
dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah
satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air.
Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.
Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair
namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja
diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan
persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana definisi dari emulsi?
2. Apa saja teori terjadinya emulsi?
3. Apa saja bahan pengemulsi?
4. Bagaimana mekanisme secara kimia dan fisika?
5. Bagaimana metode pembuatan emulsi?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian emulsi?
7. Bagaimana metode membedakan tipe emulsi?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari emulsi
2. Untuk mengetahui teori terjadinya emulsi
3. Untuk mengetahui bahan pengemulsi
4. Untuk mengetahui mekanisme secara kimia dan fisika
5. Untuk mengetahui metode pembuatan emulsi
6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian emulsi
7.Untuk mengetahui metode membedakan tipe emulsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 DEFINISI EMULSI

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, emulsi adalah system dua fase yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi
merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium
pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua
lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator)
yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh
emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain.
Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi
spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping
minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief,
2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat
setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan
fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).

Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :

1) Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak


Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang
hidrofobik.
2) Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air
Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik

Sedangkan bentuk – bentuk ketidakstabilan dari emulsi sendiri ada beberapa


macam yaitu sebagai berikut :

 Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak


tertutupi oleh lapisan pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau
sebuah agregat
 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul
sehingga terjadi pencampuran
 Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada
daerah permukaan dan dasar
 Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya
perubahan viskositas
 Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga
hilang karena pengaruh suhu.
(Ladytulipe, 2009)

Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami kerusakan


(Demulsifikasi) dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor suhu, rusaknya
emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini akan dapat
menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk
krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna
pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam asetat.
(Nuranimahabah,2009)

2. 2 TEORI TERJADINYA EMULSI


Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori
tersebut ialah:
a. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang
disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik
antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan
tegangan permukaan “surface tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble
liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang
batas. “interface tension”.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk tercampur.
Tegangan yang terjadi dapat air akan bertambah dengan penambahan garam-
garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan
penambahan senyawa organic tertentu antara lain sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
b. Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka
minyak atau muudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua :
 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
 Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam
minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara
minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan
membuat suatu kesetimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya
tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B, (Hydrophyl
Lipophyl Belance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil.
Semakin besal HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada
air itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator
ditinjau dari harga HLB-nya.

Tabel Harga HLB

HARGA HLB KEGUNAAN


1-3 Anti foaming agent
4-6 Emulgator tipe w/o
7-9 Bahan Pembasah (wetting agent)
8 - 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 - 18 Kelarutan (solubilizing agent)
Table 2.1 harga HLB
Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai
HLB yang dikehendaki dan menentukan nilai HLB campuran dapat dilakukan
perhitungan seperti tersebut dibawah ini.
a. Menentukan komposis campuran emulgator
Contoh:
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe w/o ditentukan emulgator sesuai
dengan nilai HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB
8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Bahan gram masing-
masing berat span 20 dan Tween 20?
Jawab:

(x−HLBb)
A% B = × 100
HLBa−HLBb
%

B % a = (100% - A %)
Keterangan :
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB Tinggi
B = Harga HLB Rendah
( 12−8,6 )
% Tween = ×100 % = 42%
( 16,7−8,6 )
42
× 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100% - 42 % = 58%
58
× 5 gram = 2,9 gram
100
b. Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan
Contoh:
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :
70
Tween 80 = × 15 = 10,5
100
30
Span 80 = × 4,5 = 1,35 +
100
HLB Campuran = 11,85
c. Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah:
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
partikel dengan segera.
d. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi
oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan
menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi
setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesame partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan
bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah
ini:
 Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
 Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya

2. 3 BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)


 Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang  rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga  golongan yaitu :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri.
Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah
bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat
dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
 kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
 terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi). 
b. Tragacantha
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10
kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.                                        
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum  dipakai agar-agar  tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila 
suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai  untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa 
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

2. Emulgator alam dari hewan


a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin  (golongan  protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.
Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak  menguap dua kali  beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe  w/o dan
banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering
dapat menyerap air 2 X beratnya.

3. Emulgator alam dari tanah mineral.


a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
Merupakan senyawa  anorganik  yang terdiri dari garam - garam magnesium
dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi
tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak  1 %. Emulsi ini
khusus untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel.
Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

 Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya.
Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe
o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator
tipe w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3. Span   20 : 40 : 80

2. 4 MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA


a) Mekanisme secara kimia
Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air
dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan
dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut
dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik
yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan
berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga
terbentuklah emulsi yang stabil.
b) Mekanisme secara fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya
dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya
akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Ian, 2009)
2. 5 METODE PEMBUATAN EMULSI
a) Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan
metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang
kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan
pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara
bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
b) Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat
pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus
emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan
sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya
suatu emulsi yang baik.
c) Metode botol
Teknik metode ini disebut pula metode forbes. Metode ini digunakan untuk
emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan
rendah. Emulsi dibuat dgn pengocokan kuat kemudian diencerkan dengan fase
luar.

2. 6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN EMULSI


 Keuntungan emulsi:
1. Sifat teurapetik dan kemampuan menyabar konstituen lebih meningkat
2. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi
3. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol
4. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar
5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emulsi
 Kerugian emulsi:
1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet
karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti

2. 7 METODE UNTUK MEMBEDAKAN TIPE EMULSI

Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya. Ada 6 cara untuk mengetahui tipe emulsi
yaitu

a) Penampakan Visual
• Emulsi O/W berwarna putih dan agak creamy
• Emulsi W/O berwarna lebih gelap dan menunjukkan tekstur minyak
b) Metode Dilusi
• Emulsi O/W jika penyebarannya sempurna
• Emulsi W/O jika tidak terjadi perubahan dan tetesan emulsi tadi mengapung
dipermukaan air
c) Metode Pewarnaan
• Jika digunakan zat warna larut air:
• Emulsi dan zat warna tercampur merata adalah tipe O/W
• Emulsi dan zat warna tdk tercampur dengan merata adalah tipe W/O
• Jika zat warna yang digunakan larut minyak
• Emulsi yang tercampur merata adalah tipe W/O
• Emulsi yang tidak tercampur merata adalah tipe O/W
d) Metode Penyerapan
• Digunakan kertas filter berdasarkan sifat kapilaritas air yang lbih tinggi
daripad minyak, contoh: COCl2
• Benda dengan permukaan licin digunakan dengan mengamati kecepatan alir
emulsinya
• Tetesan emulsi tersebar adalah tipe O/W, jika tidak tersebar merata adalah tipe
W/O
e) Metode Konduktivitas
• Dengan menggunakan dasar bahwa air memiliki resistensi yang rendah dan
konduktivitas yang tinggi, emulsi tipe O/W menunjukkan nilai seperti diatas
• Untuk emulsi tipe W/O maka akan menunjukkan nilai resistensi tinggi dan
konduktivitas lebih kecil
f) Metode Flourensi Cahaya
• Metode berdasarkan sifat cairan dalam memfluoresensi cahaya
• Tipe W/O yaitu apapbila cahaya yang dilalui oleh emulsi terfluoresensi
dengan jelas
• Tipe O/W yaitu jika cahaya tidak dapat terfluoresensi dengan jelas.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair
dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera
(emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah,
dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat
seperti putih telur.
Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi,
stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil
sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat
menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen
berfungsi sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga
minyak dapat mudah lepas dari pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya
pembuatan saus salad, saus salad dari asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat
pengocokan namun setelah pengocokan dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga
dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
DAFTAR PUSTAKA

 Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://jurnal.kita.info/tag/emulsi/ (diakses 23-10-


2014)
 Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry
http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Ladytulipe,4januari 2009 , Emulsi
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)
 Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,
Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai