“EMULSI”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
YARLENORIA NABUT
FARMASI A SEMESTER II
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Emulsi” ini.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Farmasi Fisika II. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai emulsi.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca
untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................4
2. 1 DEFINISI EMULSI...............................................................................................................4
2. 2 TEORI TERJADINYA EMULSI..........................................................................................5
2. 3 BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)...........................................................................9
2. 4 MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA.................................................................11
2. 5 METODE PEMBUATAN EMULSI..................................................................................12
2. 6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN EMULSI.................................................12
2. 7 METODE UNTUK MEMBEDAKAN TIPE EMULSI.......................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari emulsi
2. Untuk mengetahui teori terjadinya emulsi
3. Untuk mengetahui bahan pengemulsi
4. Untuk mengetahui mekanisme secara kimia dan fisika
5. Untuk mengetahui metode pembuatan emulsi
6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian emulsi
7.Untuk mengetahui metode membedakan tipe emulsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 DEFINISI EMULSI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, emulsi adalah system dua fase yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi
merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium
pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua
lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator)
yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh
emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain.
Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi
spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping
minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief,
2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi,
berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan
volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat
setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan
fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).
(x−HLBb)
A% B = × 100
HLBa−HLBb
%
B % a = (100% - A %)
Keterangan :
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB Tinggi
B = Harga HLB Rendah
( 12−8,6 )
% Tween = ×100 % = 42%
( 16,7−8,6 )
42
× 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100% - 42 % = 58%
58
× 5 gram = 2,9 gram
100
b. Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan
Contoh:
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :
70
Tween 80 = × 15 = 10,5
100
30
Span 80 = × 4,5 = 1,35 +
100
HLB Campuran = 11,85
c. Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah:
Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
partikel dengan segera.
d. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi
oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan
menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi
setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesame partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan
bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah
ini:
Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya
Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya.
Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe
o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator
tipe w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3. Span 20 : 40 : 80
Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya. Ada 6 cara untuk mengetahui tipe emulsi
yaitu
a) Penampakan Visual
• Emulsi O/W berwarna putih dan agak creamy
• Emulsi W/O berwarna lebih gelap dan menunjukkan tekstur minyak
b) Metode Dilusi
• Emulsi O/W jika penyebarannya sempurna
• Emulsi W/O jika tidak terjadi perubahan dan tetesan emulsi tadi mengapung
dipermukaan air
c) Metode Pewarnaan
• Jika digunakan zat warna larut air:
• Emulsi dan zat warna tercampur merata adalah tipe O/W
• Emulsi dan zat warna tdk tercampur dengan merata adalah tipe W/O
• Jika zat warna yang digunakan larut minyak
• Emulsi yang tercampur merata adalah tipe W/O
• Emulsi yang tidak tercampur merata adalah tipe O/W
d) Metode Penyerapan
• Digunakan kertas filter berdasarkan sifat kapilaritas air yang lbih tinggi
daripad minyak, contoh: COCl2
• Benda dengan permukaan licin digunakan dengan mengamati kecepatan alir
emulsinya
• Tetesan emulsi tersebar adalah tipe O/W, jika tidak tersebar merata adalah tipe
W/O
e) Metode Konduktivitas
• Dengan menggunakan dasar bahwa air memiliki resistensi yang rendah dan
konduktivitas yang tinggi, emulsi tipe O/W menunjukkan nilai seperti diatas
• Untuk emulsi tipe W/O maka akan menunjukkan nilai resistensi tinggi dan
konduktivitas lebih kecil
f) Metode Flourensi Cahaya
• Metode berdasarkan sifat cairan dalam memfluoresensi cahaya
• Tipe W/O yaitu apapbila cahaya yang dilalui oleh emulsi terfluoresensi
dengan jelas
• Tipe O/W yaitu jika cahaya tidak dapat terfluoresensi dengan jelas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair
dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera
(emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah,
dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat
seperti putih telur.
Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi,
stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil
sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat
menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen
berfungsi sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga
minyak dapat mudah lepas dari pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya
pembuatan saus salad, saus salad dari asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat
pengocokan namun setelah pengocokan dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga
dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
DAFTAR PUSTAKA