Disusun Oleh :
Rikmal Maulana (18330038)
Indri Yulianti Hidayah (18330039)
Dian Febriyanti (18330040)
Suci Amalia (18330041)
Elin Fransiska (18330043)
Citra Rahmawati (18330047)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
JL.Moh. Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan 12640
Telpon Office: 021-7270090. Fax:021-78666955
Website : www.istn.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan praktek Teknologi Sediaan Semisolid &
Liquid dengan baik meskipun ada kekurangan di dalamnya.
Kami berterimakasih kepada semua dosen pembimbing yang telah memberi
kesempatan untuk menyelesaikan laporan praktek Teknologi Sediaan Semisolid & Liquid ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya keritik dan saran mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tampa adanya saran yang membangun.
Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun semua yang
membacanya. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Kami mohon maap apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
• Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu (Anief,
1994):
1) Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps
lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak
dengan logam bervalensi 2, misal Ca.
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2) Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
✓ Zat berkhasiat
✓ Minyak
✓ Air
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat
digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol,
trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
• Bahan bahan tambahan dalam sediaan krim agar peningkatan penetrasi pada kuli,
antara lain :
2) Zat pengawet
3) Pendapar
4) Pelembab
5) Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan,
timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang
baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
6) Anti Oksidan
7) Peningkat Penetrasi
Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada
dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat
bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang
digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan banyaknya pelarut yang
harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan. Pada kulit yang
tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena
kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah
dibasahi oleh minyak daripada oleh air.
Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah
mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan
preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi
minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk
absorpsi, abnsorpsi melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah dengan
mengurangi ukuran partikel dari fase dalam.
• Persyaratan Krim
Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
Lunak, Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang
dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama,
tujuan pemeriksaan semata mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia
pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya
meningkatkan standard dan spesifikasi yang telah ada (Lachman, 1994).
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,
tekstur sediaan, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden
(dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam
dan item), menghitung presentase masing-masing kriteria yang di peroleh,
pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi ph
Evaluasi ph menggunakan alat ph meter, dengan cara perbandingan 60g :
200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga
homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan ph
meter, catat hasil yang tertera pada alat ph meter.
3. Evaluasidaya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya,
dan di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur
pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu
tertentu secara teratur).
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan
ketentuan USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Depkes RI.
Persyaratan mutu:
a. Aman
Aman artinya sediaan yang dibuat harus aman secara fisiologis maupun
psikologis dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih
toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi. Bahan sediaan farmasi
merupakan senyawa kimia yang mempunyai karakteristik fisikokimia yang
berhubungan dengan efek farmakologis. Perubahan sedikit saja pada
karakterisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan farmakokinetika,
farmakodinamika suatu senyawa.
b. Efektif
Efektif dapat diartikan sebagai sejumlah kecil obat yang diberikan pada
pasien mampu memberikan efek yang maksimal dan optimal. Jumlah atau
dosis pemakaian sekali pakai, sehari, dan selama pengobatan (kurun waktu)
harus mampu untuk mencapai reseptor dan menimbulkan respons
farmakologis. Sediaan efektif adalah sediaan bila digunakan sesuai aturan
yang disarankan dengan aturan pakai menghasilkan efek farmakologis yang
optimal untuk tiap bentuk sediaan dengan efek samping minimal.
c. Stabil
Stabilitas fisika : Sifat sifat fisika seperti organoleptis, keseragaman,
kelarutan, dan viskositas tidak berubah.
Stabilitas kimia : Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan
perubahan warna, ph, dan bentuk sediaan.
Stabilitas mikrobiologi : Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme
selama waktu edar. Jika mengandung pengawet, harus tetap efektif selama
waktu edar.
Stabilitas toksikologi : Pada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh
ada kenaikan toksisitas.
Stabilitas farmakologis : Selama penyimpanan dan pemakaian, efek
terapetiknya harus tetap sama
• Pembentukan Krim
Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol
yang digunakan biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari gelas buram dan
berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya.
Tube biasa saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi
tambahan kemasan bila krim akan digunakan untuk penggunaan khusus. Tube dari
krim kebanyakan dikemas dalam tube kaleng dan dapat dilipat yang dapat
menampung sekitar 8,5 gram krim. Tube krim untuk pemakaian topikal lebih sering
dari ukuran 5 sampai 15 gram (Ansel, 1989).
- Nama sediaan
- Kadar bahan
aktif
- Indikasi
- Cara
pemakaian
- Cara
penyimpanan
- Tanggal
produksi
- No. Batch
- Tanggal
kadaluarsa
- Nama pabrik
- Lingkaran
merah dengan
garis tepi
bewarna hitam
dan huruf K
besar bewarna
hitam
METODE PRAKTIKUM
7 Dosis -
Nama Bahan Tambahan : Nipagin atau Methylis Paraben (FI IV Hal 551)
No. Parameter Data
7 Dosis -
10 PH
8. PH
10 PH
7 Dosis -
10 PH
A. In Process Control
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal... dari hal ...
Tgl : Tgl : Tgl : No : / /
Penanggung Jawab
PROSEDUR TETAP
:
I. PERSIAPAN
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan,
bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan
seperti gelas ukur, gelas piala, corong, erlenmeyer, dll
2. Sterilisasi alat-alat dan wadah ampul yang
akan digunakan
3. Praktikum menyiapkan IK pembuatan sediaan
krim
4. P r a k t i k u m m e l a k u k a n k e g i a t a n s e s u a i
dengan IK
Hal...
Disetujui dari
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh :
Oleh : hal ...
Tgl : Tgl :
Tgl : No :
/ /
Paraf
No INSTRUKSI KERJA Waktu Asisten
Dosen
Dosen
1.
I. Persiapan
1. Persiapan alat – alat yang akan digunakan dan bersihkan
terlebih dahulu alat – alat yang akan digunakan
2. Kalibrasi tube yang akan digunakan sebagai wadah
sediaan
II. Penimbangan
Tujuan : Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan
jumlah yang sesuai dengan formula.
Pengamatan pH
sediaan
7–9
6. Uji Sifat Aliran
a. Siapkan alat viskometer Brookfield
b. Pasang spindel 1
c. Masukkan cream pada wadah penampung
d. Turunkan spindel sampai garis batas,
spindel tepat pada permukaan cream
e. Baca skala pada alat setelah alat berputar
f. Ulangi pembacaan pada alat tiap rpm
g. Catat hasil pengamatan pada tabel
150
100
CPS
50
CPS
0
20 30 50 30 20
RPM
Wadah Persentase
1 100%
2 100%
3 100%
4 106%
5 90%
6 98%
7 97%
8 100%
9 100%
10 99%
PEMBAHASAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI, 1979). Dua cairan yang tida
saling bercapur cenderung membentuk tetesan-tetesan jika diaduk secara mekanik. Jika
pengadukan itu dihentikan, akan menyebabkan kedua cairan tersebut memisah kembali,
pemsiahan cairan tersebut dapat dicegah dengan emulgator (Reigner, 1994). Alasan
pembuatan sediaan krim untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari
preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Zat obat yang akan mengiritasi kulit
umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung
dengan kulit.
Pada praktikum ini akan digunakan Eritromycin sebagai zat aktiv. Dalam praktikum ini
sediaan akan dibuat dalam bentuk krim. Krim eritromisin berguna sebagai antibiotik terutama
pengobatan pada jerawat. Eritromisin adalah golongan antibiotik makrolid yang dapat
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi kulit, mata, telinga,
infeksi saluran kemih dan pernafasan. Obat ini juga dapat mengatasi gangguan kulit jangka
panjang seperti jerawat atau rosacea. Formula yang dipakai pada praktikum ini adalah
eritromisin 5%, BHT 1%, TEA 4%, asam stearat 10%, vaselin album 25%, gliserin 20%,
nipagin 0,3% dan aquadest ad 10 gram.
Basis krim yang digunakan pada formula yaitu asam stearat dan vaselin album serta TEA
yang berfungsi pengemulsi atau babsis krim. Gliserin merupakan humektan yang berperan
mengatur kelembapan kulit (Doddy, 2016). Penambahan humektan dimaksudkan agar
eritromisin dapat masuk dengan lebih mudah ke dalam mukosa karena kelembapan yang
cukup pada kulit. Untuk menghidari dari reaksi oksidasi ditambahkan BHT sebagai
antioksidan. Krim eritromisin 5% akan dibuat menjadi sediaan ganda yang akan disimpan
dalam jangka waktu yang lama dan sediaan mengandung air, dengan demikian sediaan rentan
terkontaminasi mikroba, maka ditambahkan pengawet, yaitu nipagin 0,3%.
Pada pembuatan krim bahan yang digunakan akan dilebihkan sebanyak 10%. Fungsi dari
perlebihan bahan ini untuk mempertahankan kuantitas sediaan akhir tidak selalu tepat 100%
akibat adanya bahan yang melekat pada alat yang dipakai selama formulasi. Pelebihan bahan
ini juga akan digunakan pada saat evaluasi krim. Sediaan dibuat dengan melarutkan bahan
fase air dan melebur bahan fase minyak. Bahan fase minyak yang telah melebur lalu
ditambahkan bahan fase air sampai terbentuk corpus emulsi, lalu ditambahkan dengan sisa
aquadest. Krim eritromisin yang telah jadi lalu dikemas dalam wadah tube. Wadah tube
dipilih karena lebih higienis daripada pot salep.
Setelah sediaan jadi selanjutnya akan dilakukan evaluasi pada sediaan. Evaluasi pada
sediaan krim bertujuan untuk mengetahui kestabilan dan kelayakan. Evaluasi yang akan
dilakukan pada krim eritromisin 5% berupa uj iorganoleptis, uji bobot jenis, uji tipe emulsi,
uji pH, uji volume terpindahkan dan uji viskositas.
Pada uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan yang
meliputi bentuk, warna dan bau (Doddy, 2016). Berdasarkan hasil yang didapt bentuk sediaan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang diperoleh , disimpulkan bahwa :
1. Pada pengujian organoleptis sediaan krim warna, bau dan rasa sudah sesuai
dengan persyaratan.
2. Pada pengujian pH sediaan krim sudah sesuai dengan persyaratan.
3. Pada pengujian bobot jenis sediaan krim sudah sesuai dengan persyaratan.
4. Pada pengujian tipe emulsi diperoleh hasil pengamatan yaitu tipe a/m, tidak sesuai
dengan persyaratan yang mana yang diinginkan adalah tipe m/a.
5. Pada pengujian uji volume terpindahkan sediaan krim tidak sesuai dengan
persyaratan karena ada 1 wadah yang volumenya dibawah 95%
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi krim yang akan dibuat, carilah
informasi sebanyak - banyaknya tentang bahan - bahan yang digunakan agar
nantinya didapatkan hasil krim yang baik sesuai dengan persyaratan krim yang telah
ditetapkan dan mahasiswa/i diharapkan lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, tipe krim maupun cara pembuatan dan penyimpanan dari sediaan krim.
- Anief, M. 1988. Ilmu Meracik obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta.
Indonesia
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta.
Indonesia
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta.
Indonesia
- Howard C. Ansel. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta :
Universitas Indonesia
- Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 49. 2015. Jakarta : Isfi Penerbitan
- Raymond C. Rowe, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition.
USA : RPS Publishing
- Tim Dosen Praktikum Semi Solid. 2019. Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan
Semi Solid Dan Liquid. Jakarta : Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi
Nasional
- Lund, W. (1994). The Pharmaceutical Codex Principles & Practice of Pharmaceutics.
12th Edition.London : The Pharmaceutcal Press
- Lachman, L., Lieberman, H.A., dkk. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Jakarta: UI – Press
- Widodo, Hendra. (2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker, D-Medika, Jogjakarta
- Wade, A. dan Waller, P. J., 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Second
Edition, 231, 310-313, The Pharmaceutical Press, London.
- Munson, J.W., 1991, Analisis Farmasi, diterjemahkan oleh Harjana, 231-235,
Univeresitas Air Langga, Surabaya.
- Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
• Wadah
• Etiket
KOMPOSISI INDIKASI
Tiap gram krim mengandung : Mengobati akne vulgaris
Erythromycin…………. 500 mg dengan inflamasi, papula dan
DOSIS DAN ATURAN PAKAI ERYDERM® cream pustula.
Sehari 1x pada tempat ERYTHROMYCIN 5%
jerawat. Diproduksi oleh :
PT. HEXA PHARMA
Oleskan pada daerah yang lesi. JAKARTA – INDONESIA
Reg. No : DKL1700600129A1
Harus Dengan Resep Dokter. Batch No: K18003
Netto : 10 gram Mfg. No : JULI 2020
Keterangan Lengkap Lihat
Exp. Date: JULI 2024
Brosur.
HET Rp : Rp. 23,620
• Kemasan dus
ERYDERM® cream
cream
ERYTHROMYCIN 5%
NETTO : 10 GRAM
ERYDERM® cream
ERYDERM®
cream
ERYTHROMYCIN 5%
NETTO : 10 GRAM
ERYDERM 5%
ERYTROMYCIN 5%
KOMPOSISI:
Tiap 10 gram mengandung:
Erytromycin 500 mg
FARMAKOLOGI:
ERYDERM 5% mengandung eritromisin yang mempunyai mekanisme
dalam membunuh bakteri dengan menembus membran sel bakteri
dan mengikat sub unit ribosom 50s dan 70s atau dekat dengan area
donor tRNA sehingga tidak dapat melakukan translasi tRNA.
INDIKASI:
Pengobatan jerawat
KONRAINDIKASI:
Kehamilan pada trisemester pertama, ibu menyusui, sedang
mengonsumsi vitamin A
EFEK SAMPING:
Dapat menyebabkan alergi dan reaksi hipersensitivitas
ATURAN PAKAI:
Oleskan 1 x sehari pada jerawat terutama yang terinfeksi
Atau menurut petunjuk dokter
CARA PENYIMPANAN:
Pada tempat sejuk, terhindar matahari langsung
Simpan pada suhu dibawah 30°C
Reg. No. :
DKL1700600129A1
HET, Batch No., Exp. Date, Mfg.
Date:
Lihat tube
HEXA
PHARMA
Diproduksi:
PT. HEXA PHARMA
JAKARTA-INDONESIA