Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH FITOFARMAKA

“PERATURAN TENTANG PELARUT, BAHAN PEWARNA, BAHAN PEMANIS


DAN BAHAN PENGAWET YANG DI IZINKAN PENGGUNAANNYA DALAM
OBAT TRADISIONAL/OBAT BAHAN ALAM DAN SUPLEMEN KESEHATAN”

Dosen pengampu: Dr. apt. Tiah Rachmatiah, M. Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Amadhea Rabbani Kapaha 18330012
2. Nanti Refizha Vona 18330024
3. Rifki Maulana Hifna 18330025
4. Indri Yulianti Hidayah 18330039

KELAS A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “Peraturan Tentang Pelarut, Bahan Perwarna, Bahan
Pemanis Dan Bahan Pengawet Yang Di Izinkan Penggunaannya Dalam Obat
Tradisional/Obat Bahan Alam Dan Suplemen Kesehatan” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Fitofarmaka.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun agar dalam penulisan makalah bisa lebih baik lagi dimasa mendatang.

Jakarta, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1 Definisi ................................................................................................................... 3


2.1.1 Obat Tradisional 3
2.2.1 Obat Bahan Alam 3
2.3.1 Suplemen Kesehatan 3
2.2 Bahan Tambahan Makanan (BTM) ........................................................................ 3
2.2.1 Jenis – jenis Bahan Tambahan Pangan 4

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

3.1 Bahan Tambahan .................................................................................................... 6


3.2 Pelarut ..................................................................................................................... 6
3.3 Pewarna .................................................................................................................. 9
3.4 Pemanis ................................................................................................................... 11
3.5 Pengawet ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan adalah suatu hal yang sangat berharga dalam hidup. Seseorang rela
melakukan apapun demi menjaga kesehatan tubuhnya. Salah satu yang dilakukan untuk
menjaga tubuh mereka tetap sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi.
Dewasa ini banyak makanan dan minuman yang dapat meningkatkan kesehatan
tubuh dari minuman yang dijual di toko-toko maupun minuman tradisional, namun
dalam proses pembuatannya terkadang masih menggunakan bahan-bahan yang
seharusnya tidak mereka gunakan dalam proses pembuatannya misalnnya bahan
pengawet dan pemanis buatan (sintesis). Selain bahan dasar dari pembuatan jamu
seringkali pengolahannya ditambah dengan zat-zat bahan tambahan makanan yang
berupa pengawet dan pemanis buatan. Zat additif tersebut berfungsi untuk
memperpanjang daya simpan dan menambah rasa manis tanpa harus mengeluarkan
biaya produksi yang cukup mahal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier (1988),
yaitu zat additive adalah bahan pangan merupakan substansi bukan bergizi yang
ditambahkan kedalam bahan pangan dengan sengaja, yang pada umumnya dalam
jumlah kecil, untuk memperbaiki cita rasa, tekstur dan sifat-sifat penyimpanannya. Zat
pengawet juga berhubungan dengan masa simpan suatu pangan, semakin banyak
pengawet yang digunakan dalam minuman maka akan semakin lama masa simpan
minuman tersebut.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah asam atau garam benzoat (Na
Benzoat). Bahan pemanis yang digunakan oleh masyarakat baik dalam bahan minuman
dapat berupa pemanis alamai dan pemanis buatan atau sintesis. Dewasa ini penggunaan
pemanis buatan/sintesis semakin luas karena ditunjang oleh kemudahan untuk
mendapatkan dan harganya relatif murah.
Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemanis buatan yang kini banyak
berkembang dan paling sering digunakan di Indonesia adalah sakarin, siklamat dan
aspartam, tetapi yang lebih dikenal masyarakat adalah sakarin dan siklamat.
Perlu diingat bahwa sampai saat ini masih diperdebatkan mengenai bahaya
pemakaian pemanis buatan, terutama masalah sifat karsinogenik yang sudah terbukti

1
bahwa pemakaian yang cukup banyak dan terus menerus dalam percobaan binatang
dapat menimbulkan kanker, karena itu penambahan pemanis buatan dalam minuman
selalu diatur dalam surat keputusan yang berwenang/pemerintah (Tranggono dkk,
1990).
Di Indonesia penggunaan bahan tambahan untuk obat tradisional masih
dibolehkan dan diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 32
Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional.
Jamu merupakan obat tradisional yang sudah tidak asing lagi di kalangan
masyarakat, baik di tingkat pedesaan maupun perkotaan. Keberadaan jamu sudah ada
sejak lama dan merupakan suatu warisan leluhur yang sampai saat ini masih tersisa.
Penggunaan bahan tambahan pangan dalam minuman perlu diawasi bersama.
Penggunaan bahan tambahan pangan mampu memberikan dampak yang positif maupun
negatif bagi kesehatan, tergantung dari penggunaannya. Untuk bisa memberikan
dampak yang positif dan mampu mengambil banyak manfaat dari penggunaan bahan
tambahan pangan, seseorang harus mampu mengetahui bahan tambahan pangan secara
lebih dalam. Meskipun banyak penggunaan bahan tambahan pangan yang sudah
diperbolehkan yaitu dalam batas atau kadar tertentu, penyelewengan penggunaan bahan
tambahan pangan masih bisa dilakukan (Wisnu Cahyadi, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Peraturan apa yang mengatur tentang bahan pelarut, bahan perwarna, bahan pemanis
dan bahan pengawet yang di izinkan penggunaannya dalam obat tradisional/obat bahan
alam dan suplemen Kesehatan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peraturan tentang pelarut, bahan perwarna, bahan pemanis, bahan
pengawet yang di izinkan penggunaannya dalam obat tradisional/obat bahan alam dan
suplemen Kesehatan sesuai dengan Peraturan BPOM No. 32 Tahun 2019.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Obat Tradisional
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenika) atau campuran dari bahan – bahan tersebut, yang secara turun –
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat
tradisional yang telah dikembangkan melalui uji klinik dikelompokan sebagai
fitofarmaka. Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai fitofarmaka
dengan PERMENKES RI Nomor 760/Menkes/Per/IX/1992.

2.1.2 Obat Bahan Alam


Obat bahan alam (herbal) adalah obat yang mengandung bahan aktif yang
berasal dari tanaman dan atau sediaan obat dari tanaman. Tanaman obat atau
sediaannya secara keseluruhan dipandang sebagai bahan aktif (Agoes G, 2007).

2.1.3 Suplemen Kesehatan


Menurut Peraturan BPOM No. 17 Tahun 2019 tentang persyaratan mutu
suplemen kesehatan. Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan
untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau
memperbaiki fungsi Kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek fisiologis,
mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino dan/atau
bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan.

2.2 Bahan Tambahan Makanan (BTM)


Menurut definisi PERMENKES No. 772/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan
tambahan makanan, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan,

3
perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan atau pengangkutan makanan
untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

2.2.1 Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan


Beberapa bahan tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan
menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 diantaranya sebagai berikut:
a. Pelarut (Solvent)
Pelarut (Solvent) adalah suatu zat yang melarutkan zat terlarut (cairan, padat
atau gas yangberbeda secara kimiawi), menghasilkan suatu larutan. Pelarut
biasanya berupa cairantetapi juga bisa menjadi padat, gas, atau fluida
superkritis. Kuantitas zat terlarut yangdapat larut dalam volume pelarut
tertentu bervariasi terhadap suhu.
b. Pewarna (Color)
Pewarna (Color) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan
pewarna sintetis, yang Ketika ditambahkan atau diaplikasikamn pada pangan,
mampu memberi atau memperbaiki warna.
1) Pewarna alami (Natural Color)
Pewarna alami (Natural Color) adalah pewarna yang dibuat melalui
proses ekstraksi, isolasi, atau derivate sasi (sintesis parsial) dari
tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain, termasuk pewarna
identik alami.
2) Pewarna sintetis (Synthetic Color)
Pewarna sintetis (Synthetic Color) adalah pewarna yang diperoleh secara
sintesis kimiawi.
c. Pemanis (Sweetener)
Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami
dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
1) Pemanis alami (Natural Sweetener)
Pemanis alami (Natural Sweetener) adalah pemanis yang dapat
ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintentik
maupun fermentasi.

4
2) Pemanis buatan (Artificial Sweetener)
Pemanis buatan (Artificial Sweetener) adalah pemanis yang diproses
secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
d. Pengawet (Preservative)
Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan
lainnya terhadap pamgan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bahan Tambahan


Menurut PerBPOM No. 32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu
Obat Tradisional, bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam obat
tradisional untuk mempengaruhi sifat atau bentuk obat tradisional yang terbukti aman
dan tidak memberikan efek farmakologis. Dalam hal produk jadi menggunakan bahan
tambahan, selain harus memenuhi parameter uji, produk jadi juga harus memenuhi
persyaratan bahan tambahan.

3.2 Pelarut
Dalam rangka penyempurnaan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka serta
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen
Makanan, dengan ini disampaikan bahwa:
1. Dalam pembuatan ekstrak dan/atau fraksi diperbolehkan menggunakan pelarut
selain etanol dan air.
2. Pada penggunaan pelarut selain etanol dan air harus melampirkan pengujian sisa
pelarut yang digunakan pada produk jadi dengan nilai residu sebagai berikut:

No Pelarut Paparan per hari Batas Kadar


yang diperbolehkan (ppm)*
(mg/kg)*
1 Acetonitrile 4.1 410
2 Chlorobenzene 3.6 360
3 Chloroform 0.6 60
4 Cumene 0.7 70
5 Cyclohexane 38.8 3880
6 1,2-Dichloroethene 18.7 1870
7 Dichloromethane 6.0 600
8 1,2-Dimethoxyethane 1,0 100
9 N,N-Dimethylacetamide 10.9 1090
10 N,N-Dimethylformamide 8.8 880
11 1,4-Dioxane 3.8 380

6
12 2-Ethoxyethanol 1.6 160
13 Ethyleneglycol 6.2 620
14 Formamide 2.2 220
15 Hexane 2.9 290
16 Methanol 30.0 3000
17 2-Methoxyethanol 0.5 50
18 Methylbutyl ketone 0.5 50
19 Methylcyclohexane 11.8 1180
20 Methylisobutylketone 45 4500
21 N-Methylpyrrolidone 5.3 530
22 Nitromethane 0.5 50
23 Pyridine 2.0 200
24 Sulfolane 1.6 160
25 Tetrahydrofuran 7.2 720
26 Tetralin 1.0 100
27 Toluene 8.9 890
28 Trichloroethylene 0.8 80
29 Xylene** 21.7 2170
30 Acetic acid 50 5000
31 Aceton 50 5000
32 Anisole 50 5000
33 1-Butanol 50 5000
34 2-Butanol 50 5000
35 Butyl acetate 50 5000
36 Tert-Butylmethyl ether 50 5000
37 Dimethyl sulfoxide 50 5000
38 Ethyl acetate 50 5000
39 Ethyl ether 50 5000
40 Ethyl formate 50 5000
41 Formic acid 50 5000
42 Heptane 50 5000
43 Isobutyl acetate 50 5000
44 Isopropyl acetate 50 5000
45 Methyl acetate 50 5000
46 3-Methyl-1-butanol 50 5000
47 Methylethylketone 50 5000
48 Methylisobutylketone 50 5000
49 2-Methyl-1-propanol 50 5000
50 Pentane 50 5000
51 1-Pentanol 50 5000
52 1-Propanol 50 5000
53 2-Propanol 50 5000
54 Propyl acetate 50 5000
55 Triethylamine 50 5000

3. Penggunaan pelarut selain yang disebutkan dalam Surat Edaran ini tidak di izinkan untuk
digunakan.

7
3.3 Pewarna
Dapat menggunakan pewarna alami dan/atau pewarna lainnya sebagaimana tercantum
pada Tabel.
No. Pewarna Alami Batas Maksimum
1. Riboflavin (Riboflavins); 150 mg/kg produk
Riboflavin (sintetik) (Riboflavin,
synthetic)
Riboflavin 5’-natrium fosfat
(Riboflavin 5’- phosphate sodium)
Riboflavin dari Bacillus subtilis
(Riboflavin Bacillus subtilis)
2. Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 300 mg/kg produk
75470
(Carmines and cochineal extract);
Karmin CI. No. 75470 (Carmines)
Ekstrak cochineal No. 75470
(Cochineal extract)
3. Klorofil CI. No. 75810 (Chlorophyll) 500 mg/kg produk
4. Klorofil dan klorofilin tembaga 500 mg/kg produk
kompleks CI. No. 75810
(Chlorophylls and chlorophyllins,
copper complexes)
5. Karamel III amonia proses (Caramel 20000 mg/kg produk
III – ammonia process)
6. Karamel IV amonia sulfit proses 20000 mg/kg produk
(Caramel IV – sulphite ammonia
process)
7. Beta-karoten (sayuran) CI. No. 75130 600 mg/kg produk
(Carotenes, beta (vegetable))
8. Karotenoid (Carotenoids) 300 mg/kg produk
Beta-karoten (sentetik) CI. No. 40800
(betaCarotenes, synthetic).
Beta-karoten (sintetik) CI. No. 40800
(betaCarotenes (Blakeslea trispora)
Beta-apo-8’-karotenal CI. No. 40820
(beta-Apo8’-Carotenal)

8
Etil ester dari beta-apo-8’asam
karotenoat CI. No. 40825 (beta-apo-
8’-Carotenoic acid ethyl ester)
9. Ekstrak kulit anggur (Grape Skin 500 mg/kg produk
Extract)

No Pewarna Sintetik Batas Maksimum


1. Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF) 300 mg/kg produk
2. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R) 300 mg/kg produk
3. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red) 300 mg/kg produk
4. Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine) 300 mg/kg produk
5. Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue 300 mg/kg produk
FCF)
6. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF) 300 mg/kg produk
7. Besi oksida 7500 mg/kg produk
Besi oksida merah No. 77491
Besi oksida hitam No. 77499
Besi oksida kuning No. 77492
8. Vegetable black, INS No. 153 (Vegetable Carbon) Quantum satis

Contoh penggunaan campuran pewarna:


Pewarna Batas Penggunaan Perhitungan
Maksimum pada Produk
(mg/kg) (mg/kg)
Klorofil CI. No. 500 X X/500
75810
Biru berlian FCF 300 Y Y/300
CI No. 42090
(X/500)+(Y/300)

3.4 Pemanis
Menurut PerBPOM No. 32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu
Obat Tradisional, dapat menggunakan pemanis alami dan/atau pemanis lainnya
sebagaimana tercantum pada Tabel.
Pemanis alami (natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam
bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.

No Pemanis Alami

9
1. Gula tebu (gula pasir), gula aren, gula kelapa, gula bit, daun stevia, daun saga,
kayu legi, dan pemanis alami lainnya
2. Sorbitol (Sorbitol)
Sorbitol Sirup (Sorbitol syrup)
3. Manitol (Mannitol)
4. Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/ Isomaltitol)
5. Glikosida steviol (Steviol glycosides) dengan batas maksimal setara steviol
2.500 mg/kg produk
6. Maltitol (Maltitol)
Maltitol sirup (Maltitol syrup)
7. Laktitol (Lactitol)
8. Silitol (Xylitol)
9. Eritritol (Erythritol)

Rumus Perhitungan Ekivalensi Steviol


[SE] = Σ([SG] x CF)
Keterangan:
[SE] = Kadar Ekivalen steviol (Steviol Equivalents)
[SG] = Kadar jenis Glikosida steviol (Steviol Glycoside)
CF = Faktor konversi Glikosida steviol (Conversion Factor)

Faktor Konversi Glikosida Steviol (CF)


Jenis Glikosida Steviol Faktor Konversi Glikosida Steviol
Dulkosida A 0,40
Rebaudiosida A 0,33
Rebaudiosida B 0,40
Rebaudiosida C 0,33
Rebaudiosida D 0,28
Rebaudiosida F 0,34
Rubusosida 0,50
Steviol 1,00
Steviolbiosida 0,50
Steviosida 0,40

No Pemanis Buatan Batas Maksimal


1. Asesulfam-K (Acesulfame potassium) 2000 mg/kg produk
2. Aspartam (Aspartame) 5500 mg/kg produk
3. Asam siklamat (Cyclamic acid) 1250 mg/kg produk
Natrium siklamat (Sodium Cyclamate) (sebagai asam siklamat)
Kalsium siklamat (Calcium Cyclamate)
4. Kalium sakarin (Potassium saccharin) 1200 mg/kg produk

10
Natrium sakarin (Sodium saccharin) (sebagai sakarin)
Kalsium sakarin (Calcium Saccharin)
5. Sukralosa (Sucralose/ 2400 mg/kg produk
Trichlorogalactosucrose)
6. Neotam (Neotame) 90 mg/kg produk

Penggunaan pemanis buatan dalam kombinasi mengikuti ketentuan rasio penggunaan kurang
dari atau sama dengan 1 (satu).

Contoh penggunaan campuran pemanis:

Pemanis Batas Penggunaan Perhitungan


Maksimum pada Produk
(mg/kg) (mg/kg)
Aspartam 5500 X X/5500
Sukralosa 2400 Y Y/2400
(X/5500)+(Y/2400)

3.5 Pengawet
Serbuk dengan bahan baku simplisia tidak boleh mengandung pengawet. Sediaan
yang diperbolehkan mengandung pengawet adalah serbuk dengan bahan baku ekstrak,
sediaan obat dalam lainnya dan sediaan obat luar. Untuk obat tradisional yang diizinkan
mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka perhitungan hasil bagi masing-
masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh
lebih dari 1 (satu).
No
Pengawet Batas maksimum
.
1. Asam Benzoate, Kalium Benzoate, 2000 mg/kg produk sediaan oral
Kalsium Benzoat, Natrium Benzoat dihitung sebagai asam benzoate
(benzoic acid)
2. Asam Sorbat, Natriumn Sorbat, 2000 mg/kg produk sediaan oral
Kalium Sorbat, Kalsium Sorbat dihitung sebagai asam sorbat (sorbic

11
acid)
3. Asam Propionate, Natrium 10000 mg/kg produk sediaan oral
Propionate, Kalsium Propionate, dihitung sebagai asam propionate
Kalium Propionat (propionic acid)
4. Metil Para -Hidroksibenzoat
- Larutan Dan Suspensi Oral 2000 mg/kg produk sediaan oral
- Kapsul Lunak 2000 mg/kg (dihitung sebagai produk
jadi)
5. Propil Para – Hidroksibenzoat
- Sediaan Topikal 6000 mg/kg produk sediaan topikal
6. Butil Para-Hidroksibenzoat
- Sediaan Topikal 4000 mg/kg produk sediaan topical
7. Etil Para-Hidroksibenzoat
- Larutan dan suspense oral 2000 mg/kg produk sediaan oral
- Kapsul lunak 2000 mg/kg produk jadi
- Sediaan topikal 3000 mg/kg produk sediaan topikal
8. Bronopol 1000 mg/kg produk sediaan topikal
9. Cetrimide 50 mg/kg untuk sediaan topikal

Contoh penggunaan campuran pengawet:

Batas maksimum Penggunaaan pada


Pengawet Perhitungan
(mg/Kg) produk (mg/Kg)
Asam benzoat 2000 X
X 2000

Asam sorbat 2000 Y


Y 2000

X Y
( )+( )
2000 2000

12
DAFTAR PUSTAKA

- Agoes, G. 2007. Teknologi bahan alam. Bandung: Penerbit ITB


- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Mutu Suplemen
Kesehatan.
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019.
- Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.
- Tranggono, Dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additives). Yogyakarta: Pusat
Antar Universitas Pangan Dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
- Winarno, F.G Dan Rahayu, Titi Sulistyowati. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan
Dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
- Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2017. Surat Edaran No. HK.
04.02.42.421.12.17.1673. Pelarutan yang Diizinkan DIgunakan dalam Proses
Ekstraksi/Faksinasi Tumbuhan dalam Produk Obat Bahan Alam dan Sumplemen
Kesehatan beserta Batasan Residunya. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai