x 40 mL
= 32 mL
Aseton =
x 40 mL
= 8 mL
NaOH untuk pembasaan = 25 tetes
HCL untuk pengasaman = 15 tetes
Diasamkan dengan beberapa tetes HCL pekat hingga PH 3-4
Di ekstraksi dengan 20ml kloroform sebanyak 3kali
Ekstrak diuapkan diatas waterbath ad kering sisanya dilarutkan dengan etanol
96%
Deskripsi pelat silica:
Ukuran pelat = 10 cm x 10 cm
Batas atas = 1 cm
Batas bawah = 2 cm
Jarak elusi = 7 cm
Sampel yang digunakan
Kelompok 1 = sampel A ( jamu tolak angin sidomuncul)
Kelompok 2 = sampel B ( jamu brastomoto)
Kelompok 3 = sampel C ( jamu cikungunya)
Kelompok 4 = monitor A ( jamu tolak angin sidomuncul + parasetamol)
Kelompok 5 = monitor B ( jamu brastomoto + parasetamol)
Kelompok 6 = monitor C (jamu cikungunya + kafein)
1.4. Hasil Pengamatan
a. Cahaya Tampak
A MA B MB C MC PCT K
b. Sinar UV gelombang pendek (254 nm)
c. Sinar UV gelombang panjang (366 nm)
Keterangan:
A MA B MB C MC PCT K
A MA B MB C MC PCT K
A = Jamu merk Sidomuncul
MA = Jamu merek Sidomuncul + parasetamol
B = Jamu merk Brastomolo
MB = Jamu merk Brastomolo + parasetamol
C = Jamu merk cikungunya
MC = Jamu merk Cikungunya + kafein
PCT = Larutan Baku Parasetamol
K = Larutan Baku Kafein
Perhitungan Rf
Rf =
Rf =
= 0,32
Rf =
= 0,42
Rf =
= 0,44 cm
Rf =
= 0,64 cm
Rf =
= 0,67 cm
Rf =
= 0,74 cm
Rf =
= 0,88 cm
Tabel pengamatan
a. Table Jarak Bercak
No. Cahaya tampak Sinar UV 254 nm Sinar UV 366 nm
1. 4,2 4,5 3,5
4,6 - 4,3
4,7
2. 2,2 2,2 1,8
3,8 4,1 3,2
4,1 4,5 4,1
4,5 5 4,5
5 - 6,1
3. 2,1 2,1 3,7
4,1 4,1 4,1
4,4 4,5 4,4
4,8 4,9 4,7
4. 4,3 4,1 3,8
4,5 4,5 4,2
4,8 4,7 4,5
- - 4,8
5. 2,3 3,1 3
3,1 4,5 4,7
4,5 - 5,2
- - 6,2
6. 4,4 4,5 2,2
3,3
4
4,1
5,8
7. - - -
8. - - 2,5
b. Tabel Rf
No. Rf Sinar tampak Sinar UV 254 nm Sinar UV 366 nm
1. 0,54 - - b. kuning stabilo
0,6 Kuning pudar - -
0,61 - - Berpendar kuning
0,64 - Kuning pudar -
0,65 Coklat pudar - -
0,67 - - Berpendar orange
2. 0,25 - - Ungu
0,31 Coklat pudar Coklat pudar -
0,45 - - b. kining stabilo
0,54 Kuning pudar - -
0,58 Kuning pudar Kuning pudar Berpendar kuning
0,64 Kuning pekat Kuning cerah Berpendar orange
0,71 Coklat pudar Coklat pudar -
0,87 - - Berpendar orange
3. 0,3 Coklat pudar Coklat pudar -
0,52 - - b. kuning cerah
0,58 Kuning pudar Kuning Berpendar kuning
0,62 Kuning pudar - Berpendar coklat
0,64 - Kuning pekat -
0,67 - - b. hijau lumut
0,68 Orange pudar - -
0,7 - Coklat pudar -
4. 0,54 - - b. ungu pudar
0,58 - Kuning pudar -
0,6 - - B. kuning pudar
0,61 Kuning pudar - -
0,64 Kuning pekat Kuning Coklat
0,67 - - b. hijau lumut
0,68 Kuning pudar - B. hijau lumut
5. 0,32 Coklat pudar - -
0,42 - - Hijau stabilo
0,44 Kuning pekat Kuning cerah -
0,64 Kuning pudar Kuning pudar -
0,67 - - b. hijau lumut
0,74 - - Berpendar biru
0,88 - - Berpendar pink
6. 0,31 - - b. kuning pudar
0,47 - - b.kuning pudar
0,58 - - b. kuning pudar
0,62 Kuning pudar - b. hijau lumut
0,64 - Kuning pudar -
0,82 - - -
7. - - - -
8. 0,35 - - b. kuning pudar
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk identifikasi senyawa kimia yaitu
kafein dan parasetamol yang mungkin terkandung dalam sediaan obat tradisional.
Sediaan obat tradisional tidak boleh mengandung senyawa kimia lain untuk
meningkatkan khasiatnya. Pada praktikum ini sampel obat tradisional yang
digunakan ada 3 yaitu jamu pegalinu merk sidomuncul, jamu bratomolo dan jamu
cikungunya.
Langkah awal dari serangkaian praktikum ini adalah mempersiapkan
sampel yang akan digunakan. Metode yang digunakan adalah analisa kualitatif
menggunakan kromatografi lapis tipis. Prinsip percobaannya adalah berdasarkan
penuntuan tinggi noda untuk menentukan harga Rf. Hal yang harus kita lakukan
adalah melakukan pembuatan eluen dengan cara mencampur 32 ml kloroform dan
8 ml aseton. Kemudian dilakukan pembuatan sampel, terlebih dahulu sampel
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml aquadest. Kemudian
dibasakan dengan NaoH 1 N hingga pH 9 mencapai 10. Hal ini dilakukan karena
untuk menggarami larutan uji agar mudah terjadi pemisahan ketika ekstraksi
dengan menggunakan cairan penyari, dikocok 30 menit. Pengocokan tidak boleh
terlalu kuat karena jika terlalu kuat akan membentuk emulsi sehiggan susah untuk
terjadi pemisahan. Kemudian disaring dengan menggunakan kain flanel dan
disaring lagi dengan kertas saring. Hal ini dimaksudkan untuk mengecilkan
kemungkinan serbuk dari sampel jamu ikut tersaring dan ikut serta dalam proses
ekstraksi yang pastinya akan mengganggu proses ekstraksi itu sendiri. Kemudian
larutan uji diasamkan dengan HCL 0,1 N hingga pH 3 sampai 4. Diektraksi
sebanyak 4 kali dengan cara dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambah 20
ml kloroform dikocok selama 5 atau 10 menit sambil sesekali gas yang terbentuk
didalam corong pisah dikeluarkan lalu dibuka kran dan diambil bagian yang
bawahnya atau bagian kloroformnya. Setelah diektraksi 4 kali, larutan uji
diuapkan hingga kering. Setelah kering dilarutkan dengan 3 ml metanol lalu
dimasukkan kedalam pot yang telah diberi label.
Setelah pembuatan sampel, dilakukan pembuatan monitor dengan cara
dimasukkan satu bungkus sampel kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 20 mg
paracetamol atau kafein. Ditambahkan 50 ml aquades kedalam masing-masing
erlenmeyer. Lalu dibasakan dengan NaOH 1 N hingga pH 9 sampai 10 dan
dikocok 30 menit. Disaring dengan kain flanel dan dilanjutkan dengan kertas
saring. Diasamkan dengan HCL 0,1 N hingga pH 3 sampai 4. Diekstraksi
sebanyak 4 kali. Hasilnya diuapkan lalu didinginkan dan ditambah 2 ml metanol.
Lalu dimasukkan kedalam pot plastik dan diberi label.
Untuk pengamatan maka disiapkan plat silika untuk penotolan dengan
ukuran 10 X10 cm. Diberi batas bawah 2 cm dan batas atas 1 cm, sehingga
diperoleh jarak eluen 7 cm. Tanda penotolan dilakukan dengan menggunakan
pensil, hal ini dilakukan karena warna pada pensil tidak akan terbawa oleh eluen
dan menjadi spot sedangkan bila kita menggunakan pulpen atau alat tulis
berwarna lain maka zat warnanya akan ikut merambat bersama eluen dan akan
mempengaruhi nilai Rf yang akan kita amati. Langkah selanjutnya adalah
melakukan penotolan sampel dan monitor pada batas bawah plat silika. Batas atas
plat silika dibuat hanya untuk memudahkan kita mengamati jarak rambat dari
eluen sehingga memudahkan kita untuk menghitung harga Rf pada masing-msing
sampel. Tanda batas bawah diukur sedemikian rupa agar penotolan sampel yang
kita lakukan jangan sampai terkena pelarut yang akan sangat mempengaruhi pada
jarak rambat dan harga Rf yang didapat. Setelah dilakukan penotolan sampel dan
monitor pada plat silika dan bercak dari masing-masing mengering, tempatkan
lempengan plat kedalam chamber. Sampel A adalah jamu sidomuncul, MA adalah
jamu sidomuncul ditambah 5 tablet paracetamol, Sampel B jamu Brastomolo, MB
jamu Brastomolo ditambah 5 tablet parasetamol, sampel C adalah jamu
cikungunya, MC adalah cikungunya ditambah 100mg cofein, PCT adalah larutan
baku parasetamol dan K adalah larutan baku kafein. Hal yang harus diperhatikan
adalah pelarut tidak boleh menyentuh batas penotolan dimana posisi bercak
sampel berada karena, hal itu akan mmepengaruhi dari jarak dan spot yang
terbentuk. Gunakan pinset ketika memindahkan atau memasukkan plat silika
kedalam chamber. Jangan sekali-kali bagian depan dari plat silika tersentuh
tangan praktikan, hal ini dilakukan untuk menghindari plat silika dari lemak-
lemak, keringat serta kotoran yang menempel ditangan praktikan. Karena hal ini
juga akan mempengaruhi dari spot yang terbentuk dan ditakutkan lemak atau atau
kotoran yang tertempel akan bergerak selayaknya krromatogram yang terbentuk.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak
sebagai perbedaan bercak warna. Namun, sampel yang digunakan berwarna yaitu
berwarna coklat kekuningan maka bercak yang timbul dipermukaan plat akan
tampak jelas.Kemudian dilakukan pengamatan pada sinar tampak, sinar UV
gelombang panjang dan pendek. Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan
terdapat harga Rf melebihi rentang 0,2-0,8. Hal ini terjadi karena pada saat
praktikum terjadi kesalahan pada saat penotolan. Pemisahan kromatografi lapis
tipis yang optimal akan diperoleh jika hanya menotolkan sampel dengan ukuran
bercak sampel dan sesempit mungkin, sebagaimana dalam prosedur kromatografi
yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan
resolusi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran
dalam pelarut yang sesuai.
2. Dilakukan 4 kali pengulangan ekstraksi agar pelarut terdistribusi sempurna.
3. Proses ekstraksi dengan pengocokan yang kuat dapat menyebabkan emulsi
pada cairan.
4. Metode pemisahan yang digunakan adalah kromatografi lapis tipis.
5. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.
6. Fase gerak yang digunakan dalam praktikum ini adalah kloroform dan aseton
7. Harga Rf yang baik berkisar antara 0,2 sampai 0,8
8. Hasil yang didapat dari perhitungan Rf masing-masing adalah:
a. Cahaya tampak, Rf = 0,32; 0,44; 0,64
b. Cahaya UV 254, Rf = 0,44; dan 0,64
c. Cahaya UV 366, Rf = 0,42; 0,67; 0,74 dan 0,88
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002, Tanaman Obat Indonesia, Cakrawala Iptek, Jakarta,.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005, Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik, Jakarta.
Maryani, H. 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usila, Agro
Media, Jakarta,.
Muchtadi, D. 1992, Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. PAU
Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. halaman 565
Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak. Penebar Swadaya,
Jakarta