Anda di halaman 1dari 13

Laporan Resmi

Praktikum Teknologi Bahan Alam

Pembuatan Ekstrak dan Uji Mutu

Disusun Oleh :

Kelompok

: A2-2

Anggota

Opnam Agustiningrum
Puspa Citraloka
Radityo Rachmad Mas
Resa Nolia
Resandy Triatmadji
Rianitah
Rike Yulianingtyas
Rio Susanto
Tanggal Praktikum :

(2013210181)
(2013210183)
(2013210188)
(2013210194)
(2013210195)
(2013210198)
(2013210204)
(2013210207)
Senin, 15 Maret 2016

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016

I.

JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Ekstrak dan Uji Mutu


NAMA SIMPLISIA
: Piperis Nigri Fructus.

II.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Memisahkan zat-zat esensial yang terkandung dalam simplisia dari zat-zat lain
yang dianggap kurang bermanfaat.
2. Mengetahui dan memahami tahapan dalam pembuatan ekstrak.
3. Mampu melakukan pengujian mutu pada ekstrak yang dihasilkan untuk
memastikan kualitas ekstrak sesuai standar mutu yang telah ditetapkan.

III.

DASAR PENETAPAN
Simplisia diekstrak dengan pelarut universal secara maserasi kinetik, ekstrak
dipekatkan dengan rotavapor dan dikeringkan untuk mendapatkan crude ekstrak.

IV.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Stiter dan magnetik stirrer
Gelas piala
Rotavapor
Erlenmeyer
Beaker glass
Batang pengaduk
Cawan penguap
Tangas air
B. Bahan
Lada Hitam
Etanol 96%

V.

TEORI DASAR
A. Tentang Simplisia

Lada hitam
Piperis Nigri Fructus
Lada hitam adalah buah Piper nigrum L. yang belum masak. Kadar minyak
atsiri tidak kurang dari 1% b/v.
Pemerian :
Bau aromatik khas, rasa pedas.
Makroskopik. Buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam
kecoklatan, garis tengah 2,5 mm sampai 6 mm, permukaan berkeriput kasar,
dalam, berupa jala, pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak
bertangkai, pada irisan membujur tampak seperti perikarp yang tipis, sempit dan
berwarna gelap menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal, perikarp
melekap erat pada biji. Hampir seluruh inti biji tediri dari perisperm berongga,
bagian ujung perisperm mwnywlubungi endosperm yang kecil, embtio sangat
kecil, terbenam dalam endosperm.
Mikroskopik. Epikarp ersusun dari satu lapis sel epidermis yang sel-selnya
berbentuk persegi empat membulat, berisi hablur kecil berbentuk prisma dan zat
berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman.
Kadar abu : tidak lebih dari 60%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam : Tidak lebih dari 1%
Kadar sari yang larut dalam air : tidak kurang dari 2,5%
Kadar sari yang larut dalam etanol : tidak kurang dari 8%
Bahan organik asing : tidak lebih dari 2%
Penetapan kadar : lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada
penetapan kadar minyak atsiri.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Isi simplisia
Minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin,
limonen, alkaloida piperina dan kavisina.
B. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara
ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium
pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan menurut
beberapa cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu
tanaman obat dinamakan micella. Micella ini dapat diubah menjadi bentuk obat
siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinktura atau sebagai produk/bahan antara yang
selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering.
Dalam pembuatan ekstrak untuk keperluan farmasi, hal berikut harus jelas dan
diperhatikan:
1. Jumlah simplisia yang akan di ekstraksi.
2. Derajat kehalusan simplisia
3. Jenis pelarut yang digunakan
4. Suhu
5. Lama waktu penyarian
6. Proses Ektraksi
Ekstrak dalam terminologi umum dapat dikelompokkan dalam:
1. Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai air sebagai cairan pengekstraksi. Hasil
ekstraksi dalam bentuk ekstrak ini dapat digunakan langsung atau digunakan
setelah waktu tertentu.

Pembuatan dilakukan menurut cara-cara berikut :


1) Dekok
Penyari menggunakan simplisia dengan perbandingan dan derajat
kehalusan tertentu. Cairan penyari air digunakan suhu 90oC - 95oC selama
30 menit.
2) Infus
Sama seperti dekok, hanya saja di sini waktu penyarian selama 15 menit.
Pada umumnya penyari dalam bentuk infus zat larut air dari simplisia
tanaman.
3) Penggodokan
Penyarian dengan cara menggodok tanaman obat/jamu menggunakan api
langsung. Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat
secara keseluruhan atau hanya dimanfaatkan cairan hasil godokannya saja
tanpa memanfaatkan ampasnya. Cara ini sering digunakan dalam
konsumsi jamu tradisional.

4) Seduhan
Menggunakan air mendidih, simplisia direndam dalam air panas selama
waktu tertentu (5 10 menit) seperti halnya membuat the seduhan. Yang
dikonsumsi adalah hasil seduhan tersubut.
5) Maserasi
Penyarian simplisia menggunakan bermacam pelarut dalam suhu kamar
selama beberapa waktu.
6) Perkolasi
Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai semua bahan
aktif terekstraksi secara keseluruhan.
Pelarut air masih luas digunakan karena caranya mudah.tetapi hasil ekstrak
perlu diperhatikan karena ekstrak kerig yang dihasilkan sering bersifat
higroskopis, dan presentase ekstrak kering terhadap simplisia harus jelas untuk
dapat menghitung dosis obat secara akurat.
2. Tinktura
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia.
Sediaan ini merupakan ekstrak yang dibuat dari simplisia tanaman obat
dengan penyari berbagai konsentrasi etanol dengan bahan tambahan
sedimikian rupa.
3. Ekstrak cair
Seperti halnya tinktura, ekstrak cair merupakan sediaan cair. Perbedaannya
adalah ekstrak lebih kental, sesuai dengan ketentuan Farmakope.
4. Ekstrak encer
Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair, hanya
terdapat perbedaan antara konsentrasi simplisia yang disari dengan konsentrasi
akhir ekstrak.
5. Ekstrak kental
Merupakan ekstrak yang kental. Pada suhu kamar, apabila hangat, tidak
berbentuk cair. Ekstrak diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan larutan
penyarinya secara hati-hati. Ekstrak kental merupakan massa kental yang
mengandung bermacam konsentrasi sisa kelembapan dan kekuatan bahan
berkhasiat.

Karena

stabilitasnya

rendah

dan

mudah

ditumbuhi

mikroorganisme, pemakaian ekstrak kental secara luas telah digantikan oleh


ekstrak kering.
Beberapa tipe ekstraksi yaitu:
1. Ekstraksi padat-cair
Dapat dilakukan secara maserasi, perkolasi, atau ekstraksi pelarut otomatis
pada industri.
2. Ekstraksi cair-cair

Merupakan isolasi bahan aktif dari partikel halus ekstrak . kemungkinan


memiliki dua tipe:
a. Ekstraksi dengan pelarut yang lebih berat dari air, misalnya dengan
kloroform.
b. Ekstraksi dengan pelarut yang lebih ringan dari air, misalnya dengan eter.
1.
2.
3.
4.

Parameter yang mempengaruhi ekstraksi


Pengembangan/ pemelaran bahan tanaman
Difusi, pH, ukuran partikel, dan suhu
Pilihan pelarut ekstraksi
Alkaloid sebagai model zat aktif

Pembuatan Ekstrak
Secara garis besar, tahapan pembuatan ekstrak meliputi pembuatan serbuk
simplisia, pemilihan pelarut atau cairan penyari, proses ekstraksi atau pemilihan
cara ekstraksi, separasi dan pemurnian, penguapan atau pemekatan, pengeringan
ekstrak dan penentuan rendemen ekstrak.
a) Pembuatan serbuk simplisia
Pembuatan serbuk simplisia dimaksudkan untuk memperluas permukaan
kontak simplisia dengan cairan penyari. Proses penyerbukan dilakukan sampai
derajat kehalusan serbuk yang optimal sesuai persyaratan.
b) Pemilihan pelarut atau cairan penyari
Pelarut atau cairan penyari menentukan senyawa kimia yang akan terekstraksi
dan berada dalam ekstrak. Dengan diketahuinya senyawa kimia yang akan
diekstraksi akan memudahkan proses pemilihan cairan penyari.
Faktor utama dalam pertimbangan pemilihan cairan penyari antara lain :
Selektivitas
Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut
Ekonomis
Ramah Lingkungan
Keamanan
c) Proses ekstraksi atau pemilihan cara ekstraksi
Cara ekstraksi yang dipilih juga menentukan kualitas ekstrak yang diperoleh.
Dalam memilih cara ekstraksi harus diperhatikan prinsip ekstraksi yaitu
menyari senyawa aktf sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya sehingga
diperoleh efisiensi ekstraksi.
d) Separasi dan pemurnian

Separasi atau pemisahan dan pemurnian merupakan salah satu proses yang
diperlukan terhadap ekstrak untuk meningkatkan kadar senyawa aktifnya.
Separasi dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti dekantasi,
penyaringan, sentrifugasi, destilasi, dan lain-lain. Pemurnian ekstrak dapat
dilakukan dengan cara mengekstraksi zat-zat yang tidak diinginkan dalam
ekstrak agar terpisah dari zat-zat yang diinginkan.

e) Penguapan dan pemekatan


Penguapan atau pemekatan merupakan proses untuk meningkatkan jumlah zat
terlarut dalam ekstrak dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya dengan cara
penguapan tetapi tidak sampai kering.
f) Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak umumnya dilakukan untuk membuat sediaan padat
seperti tablet, kapsul, pil, dan sediaan padat lainnya. Pengeringan ekstrak
dapat dilakukan dengan penambahan bahan tambahan (non-native herbal drug
preparation) atau tanpa penambahan bahan tambahan (native herbal drug
preparation).
g) Penentuan rendemen ekstrak
Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat
digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak pada tiap bets produksi
maupun parameter ekstraksi.
Standardisasi Ekstrak
Standardisai ekstrak merupakan proses pengaturan sejumlah tertentu senyawa
aktif atau golongan senyawa tertentu yang diketahui aktivitas terapeutiknya dalam
ekstrak dengan cara menambahkan bahan tambahan atau emncampur sediaan ekstrak
yang satu dengan lainnya.
Pada dasarnya ada empat cara standardisasi ekstrak, yaitu:
1. Ekstrak yang diproduksi dengan proses produksi dan cara ekstraksi sesuai kondisi
yang telah ditetapkan/ standardisasi dilakukan dengan memastikan konsistensi
dari setiap bets produksi, kemudian dilakukan uji klinis terhadap ekstrak, sehingga
diperoleh data klinis khasiat dan keamanannya.
2. Ekstrak yang telah atau belum terbukti efektif secara klinis, dimana standardisasi
dilakukan terhadap potensi keseluruhan ekstrak.

3. Ekstrak yang distandardisasi menggunakan kandungan kimia yang menjamin


identitas ekstrak (senyawa identitas) dan konsistensi mutu produk tiap bets
produksi. Ekstrak secara keseluruhan belum memiliki data uji klinis, senyawa
marker dan aktivitas farmakologi yang relevan.
4. Ekstrak herbal yang distandardisasi dengan menambahkan bahan kimia hasil
isolasi ke dalam matriks ekstrak dan dijual sebagai Standardized extract.
Faktor yang Berpengaruh Pada Mutu Ekstrak
Faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak secara garis besar ada dua,
yaitu faktor biologi dan faktor kimia.
1. Faktor biologi
Identitas jenis (species)
Lokasi tumbuhan asal
Periode pemanenan hasil tumbuhan
Penyimpanan bahan tumbuhan
Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan
2. Faktor kimia
a. Faktor internal
Jenis senyawa aktif dalam simplisia
Komposisi kualitatif senyawa aktif
Komposisi kuantitatif senyawa aktif
Kadar total rata-rata senyawa aktif
b. Faktor eksternal
Perbandingan ukuran alat ekstraksi
Ukuran, kekerasan dan kekeringan simplisia
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
Kandungan logam berat
Kandungan pestisida
C. Maserasi
Istilah meceration berasal dari bahasa latin macerare yang artinya
merendam. maserasi adalah

proses pengekstrakkan simplisia denagn

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada


temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan

dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan.
D. Pemekatan Ekstrak
Pemekatan ekstrak dilakukan dengan tujuan mendapatkan komponen tertentu.
Pemekatan merupakan tahap yang sering menimbulkan masalah karena banyak
komponen kimia tidak stabil atau terurai karena pengaruh suhu. Karena alasan ini,
beberapa alat pemekat berkinerja tinggi digunakan untuk melakukan proses pada
suhu cukup rendah (25-30C) atau pada suhu tinggi untuk waktu singkat.
Parameter dan Metode Uji Ekstrak
Parameter dan metode uji ekstrak bermanfaat untuk menjamin mutu ekstrak
pada tiap bets produksi, harus ada parameter yang diukur dan dijamin dalam keadaan
konstan. Namun berbeda dengan obat kimia yang kadar zat aktifnya tertentu,
penjaminan mutu ekstrak belum dapat dilakukan terhadap bahan aktifnya. Parameter
yang dapat ditentukan antara lain:
1.

Parameter spesifik
Parameter spesifik merupakan parameter yang sedapat mungkin disusun
hanya dimiliki oleh ekstrak tanaman yang bersangkutan, meliputi:

2.

Densitas ekstrak
Organoleptik ekstrak
Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Parameter non spesifik
Parameter non spesifik merupakan pengujian fisika, kimia, dan
mikrobiologi yang dilakukan terhadap ekstrak untuk menjamin mutu ekstrak pada
tiap bets produksi, meliputi:

Susut pengeringan
Bobot jenis
Kadar air
Kadar abu
Sisa pelarut
Residu pestisida
Cemaran logam berat
Cemaran mikroba (ALTB, MPN coliform, uji anga kapang khamir dan uji
cemaran aflatoksin).

VI.

PROSEDUR KERJA
Cara Pembuatan Ekstrak dengan Maserasi

A. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (FHI)


Buat ekstrak dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan
pelarut sesuai, bila tidak dinyatakan lain gunakan etanol 70%.
1. Dimasukkan satu bagian serbuk simplisia kering ke dalam maserator,
tambahkan 10 bagian pelarut.
2. Direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan
selama 18 jam.
3. Maserat dipisahkan.
4. Diulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama.
5. Dikumpulkan semua maserat, kemudian diuapkan dengan rotavapor.
6. Ekstrak yang diperoleh, kemudian dihitung rendemennya yaitupersentase
bobot (b/b) antara rendemen bobot serbuk simplisia yang digunakan dengan
penimbangan. (FHI hal 174-175).
B. Menurut Prosedur Laboratorium
1. Sejumlah 50 g bahan/simplisia diekstraksi dengan 500 ml etanol 96% dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
2. Maserasi dilakukan tiga kali berturut-turut dengan cairan penyari lebih kurang
4 bagian (200 ml), 3 bagian (200 ml) dan 3 bagian (100 ml) volume dari etanol
96% yang digunakan.
3. Setiap selesai ekstraksi cairan disaring dan dikumpulkan dalam suatu wadah.
4. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotavapor hingga konsistensi kental.

VII.

HASIL PERCOBAAN
Data Penimbangan :
Bobot Simplisia Utuh
Bobot Cawan kosong
Bobot cawan + ekstrak
Bobot ekstrak

VIII. PERHITUNGAN
DER native

: 50 g
: 29.6450 g
: 34.6414 g
: 4.8255 g

bobot simplisia
bobot ekstrak

50

4.8255
=

Rendemen

IX.

10.3616

bobot ekstrak x 100 %


bobot simplisia

4.8255 x 100 % = 9.651 %


50

9.65 %

PEMBAHASAN
1. Pada umumnya sebelum suatu senyawa dapat diidentifikasi dan diukur
kadarnya perlu dilakukan pemisahan. Dalam analisis kimia terdapat beberapa
tehnik pemisahan kimia yang digunakan baik itu ditujukan untuk isolasi,
pemurnian zat ataupun untuk menghilangkan interferensi dari suatu zat,
2. Salah satu tehnik pemisahan yang paling sering digunakan adalah ekstraksi.
Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan kimia ntuk memisahkan atau
menaruh suatu komponen-komponen kimia yang berada dalam suatu sampel
dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi didasarkan pada perbedaan sifat
kelarutan suatu senyawa organik di dalam suatu cairan pelarut yang tidak
saling bercampur. senyawa yang berada dalam bentuk ion (bersifat polar)
umumnya dapat larut dalam air, sementara senyawa organik yang bersifat non
polar umumnya tidak dapat larut dalam pelarut air atau pelarut polar. Sifat ini
dikenal dengan istilah like dissolve like sehinggga suatu zat atau senyawa
dalam campurannya dapat dialarutkan dalam kombinasi pelarut yang tidak
saling bercampur. Jenis-jenis ekstraksi terbagi dua yaitu ekstraksi dingin atau
maserasi dan ekstraksi panas misalnya dengan ekstraksi soxhlet. Perbedaan
dari kedua jenis ekstraksi ini adalah terletak pada tekhniknya saja dimana
untuk ekstraksi dingin tidak menggunakan proses pemanasan pada sampel
melainkan dengan cara merendam sampel dalam pelarut pada suhu ruang.
Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemanasan.
3. Pada percobaan ini, Sampel yang digunakan berupa serbuk simplisia Piperis
Nigri Fructus yang diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi.
Metode maserasi dipilih sebagai metode dalam mengekstraksi karena maserasi

merupakan cara penyarian yang sederhana, cairan penyari akan menembus


dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat
aktif ini akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam dengan di luar sel menyebabkan larutan yang terpekat keluar hingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar sel.
4. Untuk mendapatkan simplisia dengan derajat kehalusan serbuk yang optimal,
maka simplisia yang sudah di blender, kemudian diayak dengan pengayak no.
4 dimana semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut,
kemudian serbuk yang sudah diayak dengan no. 4 kemudian diayak kembali
dengan no. 18 dimana tidak lebih dari 40% serbuk simplisia yang dapat
melalui pengayak no. 18. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
serbuk dengan derajat kehalusan yang optimal untuk memperluas permukaan
kontak simplisia dengan cairan penyari supaya lebih mudah larut. Karena, jika
serbuk simplisia semakin halus maka proses penyaringan akan semakin sulit
akibat tersumbatnya alat penyaring dengan serbuk tersebut.

5. Pada percobaan ini, maserasi dilakukan tiga tahap berturut-turut dengan cairan
penyari/pelarut yang sama yaitu etanol 96% lebih kurang 4 bagian (200 ml), 3
bagian (200 ml) dan 3 bagian (100 ml) volume dari etanol 96% yang
digunakan. hal ini dilakukan untuk mengefektifkan proses ekstraksi sehingga
hasil yang didapat akan lebih akurat dan hasil ekstraksi yang didapat lebih
banyak dibandingkan dengan maserasi menggunakan seluruh volume pelarut
sekaligus dalam satu kali penyarian/ekstraksi.
6. Untuk menghasilkan ekstrak dengan konsistensi kental dilakukan pemekatan
hasil ekstraksi menggunakan rotavapor dengan suhu dan tekanan yang diatur
agar zat aktif di dalam ekstrak sesedikit mungkin terkena panas untuk
mencegah kerusakan kandungan senyawa kimia zat aktif.
7. Cairan penyari yang digunakan dalam proses maserasi ini adalah etanol 96%.
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena:

Selektivitasnya tinggi,
Kapang sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas,
Tidak beracun,
Netral,
Absorbsinya baik,
Etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan,
Memerlukan panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan, dan
Zat pengganggu yang larut terbatas.

8. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: ekstrak
etanol 96% buah lada hitam adalah berbentuk kental, berwarna cokelat agak
kehitaman, dan berbau khas. Parameter organoleptik ekstrak bertujuan
memberikan pengenalan awal ekstrak secara objektif berupa bentuk, warna,
bau, dan rasa. Data ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menguji
simplisia secara fisis selama penyimpanan yang dapat mempengaruhi
khasiatnya.

X.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa 50 g simplisia Piperis Nigri
Fructus yang telah diekstraksi menggunakan etanol 96% dengan metode maserasi
menghasilkan 10.3616 g ekstrak atau 9.65 % dari bobot simplisia yang
diekstraksi.

XI.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1980. Materia Medika
Indonesia Jilid IV. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Agus, Goeswin. Teknologi Bahan Alam Edisi Revisi dan Perluasan.
ITB : Bandung
Harborne, J.B.,Metode Fitokimia Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. ITB:Bandung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal
Indonesia.Edisi I. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai