AMPUL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meyakinkan bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Cara kerja
yang acak tidak boleh karena obat menyangkut jiwa dan menjaga kesehatan
akan berada ditempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke
pembuluh darah disekitarnya secara difusi pasif, baru masuk ke sirkulasi. Cara
ini sesuai untuk bahan obat, baik yang bersifat lipofilik maupun hidrofilik.
Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis
maupun secara kimia., bahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi
bukan air, melainkan yang non polar juga dapat. Hanya saja apabila berupa
kompartemen tubuh yang paling dalam. Ampul adalah wadah gelas yang
tertutup rapat biasanya dalam dosis tunggal padat dan atau larutan obat jernih
Obat ranitidin merupakan salah satu obat yang digunakan untuk masalah
50% sekresi asam lambung) sehingga tidak tepat digunakan pada kasus parah
secara tunggal, kecuali digunakan secara kombinasi bersama obat lain untuk
saling menguatkan.
untuk pasien rawat inap dirumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis
atau ulkus usus 12 jari yang sulit diatasi sebagai penggolongan alternatif
jangka pendek pemberiaan oral pada pasien yang tidak bisa diberi ranitidin
oral.
tersebut yaitu untuk memberi bantuan kepada para pasien yang dalamkeadaan
tidak sadar yang tidak dapat diberikan obat secara peroral. Sehingga diberikan
pemberian obat secara injeksi ampul. Disisi lain, pengguanaan injeksi ampul
bertujuan untuk memberikan kerja obat yang lebih cepat, maka efek yang
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ampul adalah wadah takaran tinggi, oleh karena itu jumlah cairannya
ditentukan dalam satu kali pemakaian untuk satu kali injeksi (Voight,1994).
Ranitidin adalah obat yang dapat digunakan untuk menangani gejala atau
(Alodokter).
4. Harus steril
1. Keuntungan
a. Bekerja cepat
2. Kerugian
D. Rute Injeksi
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis
dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit.
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas
terhadap mikroorganisme.
b. Intramuskular
normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena
ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan
d. Subkutan
IM.
e. Rute intra-arterial
f. Intrakardial
g. Intraserebral
neuroligia.
h. Intraspinal
leukemia.
rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
j. Intra-artikular
teriritasi.
l. Intrakutan (i.c)
m. Intratekal
spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat
diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal
a. Intravena
daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif
lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari
lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik,
b. Subkutan
E. Komposisi Ampul
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
BAB III
FORMULA
R/ Tiap 2 ml mengandung :
Ranitidin HCL 50 mg
Na2EDTA 0, 05%
Na2HPO4 8 ml
NaH2PO4 2 ml
Nacl 0,9%
A.P.I ad 2 ml
A. Master Formula
B. Rancangan Formula :
Ranitidin®
Kode
Nama bahan Kegunaan Perdosis Perbatch
bahan
(mg) (mg)
Sediaan yang akan dibungkus dengan wadah berwarna coklat atau gelap.
Dikemas dalam botol warna coklat agar sediaan tidak terurai atau teroksidasi
oleh cahaya dan tetap stabil. Selain itu sediaan dalam bentuk injeksi ampul
lebih mudah diberikan kepada pasien sehingga dapat memberikan efek terapi
yang cepat.
coklat,agar sediaan tidak terurai atau teroksidasi oleh cahaya dan tetap stabil.
1. Bahan Aktif
mulas, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, kehilangan libido, dan impoten.
sebaiknya diberikan dengan selang waktu 1 jam. Dosis deasa injeksi IN, IV,
dan intermiten 50 mg setiap 6-8 jam, dosis tidak lebih dari 400 mg sehari.
2. Bahan Tambahan
1. Na-EDTA
bentuk tidak stabil. Maka digunakan zat tambahan, yaitu agen pengkhelat
untuk mengikat ion logam tersebut sehingga tidak bereaksi dengan zat
aktif.
E. Uraian bahan
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, cukup larut dalam etanol
dan kloroform.
lambung.
organic meningkat
Khasiat : Pelarut
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air dalam 2,7 bagian air
matahari
F. Perhitungan
1. Perhitungan tonisitas
𝑁𝑎2𝐻𝑃𝑂4 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
b. x gram
𝑁𝑎2𝐻𝑃𝑂4 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
159,96
x 0,98
141,96
E = 0,48
= 0,9% - 0,55
= 0,35%
V = ( n x v) + 6
= ( 3x11) + 6
= 3,3 + 6
= 9,3ml
2. Perhitungan bahan
1,5𝑥 9,3
c. KH2Po4 = x 1 = 13,95 mg = 0,0139 gr
1
0,05
d. Na. EDTA = 𝑥 1= 0,0005 gram
100
= 93 – (0,2866) = 9,01 ml
a. Sterilisasi Alat
5. Kertas saring 1 -
6. Kertas perkamen 2 -
7. Sendok tanduk 1 -
8. Spoit 10 cc - -
9. Corong - -
hingga homogen
proses terbaik
BAB IV
Evaluasi
B. Pembahasan
obat yang digunakan untuk mengobati tukak lambung, duodenum, tukak pasca
akan lebih stabil dengan pelarut air. Pembawa air yang digunakan adalah a.p.i
(aqua pro injeksi). Aqua pro injeksi dibuat dengan didihkan agua bides selama
30 menit dihitung dari setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan.
Setelah itu ditambahkan karbon aktif 0,1% dari volume, dipanaskan. Kemudian
di sterilisasi bahan yang digunakan adalah wadah vial kaca gelap tipe 1 di
karenakan zat aktif dapat rusak oleh cahaya dan pada wadah tipe 1 mempunyai
derajat yang paling tinggi dimana disusun ekslusif dan resisten secara kimia
Formulasi sediaan injeksi ranitidine sebagai zat aktif stabil dalam rentang
darah serta memiliki titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh yaitu -0,52.
Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmosis lebih besar dari larutan nacl
0,9% disebut hipotonis. Jika larutan injeksi yang hipotonis di suntikkan, air
dalam sel aan keluar dari sel sehingga sel akan mengkerut tetapi keadaan ini
bersifat reversible atau sementara karena tidak adanya kerusakan pada sel.
Larutan yang hipotonis, tidak boleh di masukkan kedalam tubuh karena selain
Penggunaan bahan aktif ranitidin HCL dalam injeksi merupakan zat aktif
digunakan untuk mengobati gejala akut untuk lambung dan delodenum refluks
ampul dapat mengkatalis reaksi peruraian ranitidin HCL menjadi bentuk tidak
stabil. Maka digunakan zat tambahan, yaitu agen pengkhelat untuk mengikat
ion logam tersebut sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif, dan A.P.I
digunakan karena air steril untuk injeksi pada temperature ekstrim (tinggi) akan
19).
Sterilisai uap air ini lebih efektif dibandingkan denga sterilisasi panas kering.
Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperature yang
NaCl dengan aqua pro injeksi kemudian ranitidin dilarutkan dalam larutan
periksa pHnya, apabila zat terlalu aam makan dapat di tambahkan dengan
Hasil yang diperoleh dari sediaan antara lain, uji organoleptik di peroleh
bau obat, bening dan cair. Pada uji kejernihan diperoleh sediaan yang jernih,
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
tambahan dengan demikian sebelum itu zat aktif yang digunakan Ranitidine
yang mana mudah teroksidasi dengan itu perlu penambahan zat tambahan yang
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. ETIKET
RANITIDIN
Ranitidin HCL 27,9 mg
1 ml
Mengandung
Ranitidin HCL 27,9 gram
2. KEMASAN
KOMPOSISI
Tiap vial mengandung
ranitidine ……………50 mg
AMPUL 2 ML RANITIDIN 1 ML
AMPUL 2 ML RANITIDIN 1 ML
3. BROSUR
RANITIDIN HCL®
Ranitidin 50 mg/ml
KOMPOSISI
Tiap 1ml mengandung :
Ranitidine HCL 50 mg
CARA SUNTIK
Intravena
INDIKASI
Maag ,lukalambung,dangangguanpencernaanbagianatas (kerongkongan),
KONTRAINDIKASI
1. Riwayatalergiterhadap ranitidine
2. Ibu yang sedangmenyusui
3. Pemberian ranitidine juga perludiawasi pada kondisigagalginjal.
EFEK SAMPING
Sakitkepala,sulitbuangair,diare,mual,nyeriperut,gatal-gatal pada kulit.
KEMASAN
Box 3 ampul @ 1 ml
CARA PENYIMPANAN
Simpan di tempatsejuk dan terlindungdaricahayamatahari.