Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI


PERCOBAAN 3
ANALISIS KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN TETES TELINGA

KELOMPOK 2
Syntia Apdajuna Putri

(G1F012012)

Dilla Wendistia

(G1F012014)

Pramita Putri Mega R.

(G1F012016)

Rizky Tris Irianto

(G1F012018)

Novianti Dian Lestari

(G1F012020)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

ANALISIS KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN TETES TELINGA

I.

Tujuan
Memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis obat sediaan cair.

II. Dasar Teori


Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi suatu zat atau
campuran yang merupakan informasi kualitatif mengenai ada atau tidak adanya
suatu unsur atau komponen dalam sampel. Selain itu, juga untuk mengukur
jumlah atau banyaknya unsur yang diteliti atau untuk mengetahui data kuantitatif
suatu zat dalam sampel (Triyati, 1985). Dikenal berbagai metode dan instrumen
yang digunakan dalam analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Salah
satu metode yang sering digunakan adalah metode spektrofotometri UV
(Watson, 2007).
Spektrofotometri UV merupakan suatu metode analisis yang berdasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan pada
panjang gelombang 200-380 nm dengan menggunakan monokromator
prisma/kisi difraksi dengan detektor fototube (Day dan Underwood, 1989).
Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah spektrofotometer UV, yaitu
alat yang digunakan untuk menganalisa suatu senyawa baik kualitatif maupun
kuantitatif dengan cara mengukur absorban suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi (Basset dkk., 1994). Gugus molekul yang dapat mengabsorbsi
cahaya dinamakan gugus kromofor, yaitu gugus yang memiliki ikatan rangkap
atau ikatan rangkap terkonjugasi. Intensitas absorbsi suatu molekul sebanding
dengan jumlah kromofor yan ada pada molekul tersebut (Triyati, 1985).
Senyawa-senyawa yang dapat diukur dengan metode ini harus memenuhi hukum
Lambert-Beer, yaitu (Basset dkk., 1994):
1. Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorpsi,
maka berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding
dengan intensitas cahaya tersebut.
2. Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding
lurus dengan intensitas cahaya.

Analisis kadar obat dalam sediaan cair tentunya melibatkan suatu pelarut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pelarut antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senywa yang dianalisis.
3. Kemurniannya harus tinggi atau untuk derajat analisis (Pro Analyze).
(Mulja dan Suharman, 1995)
Salah satu senyawa obat yang dapat dianalisis kadarnya dengan
menggunakan spektrofotometri UV adalah kloramfenikol. Kloramfenikol adalah
antibiotik yang merupakan agen bakteriostatik

yang diproduksi oleh

Streptomyces venezuelae, diisolasi pertama kali oleh David Gottlieb dan pertama
kali diperkenalkan ke dunia klinik pada tahun 1949. Kloramfenikol merupakan
antibiotik pertama yang disintetis dalam skala besar. Kloramfenikol merupakan
antibiotik

spektrum

luas

yang

digunakan

untuk

mengatasi

berbagai

mikroorganisme. Kloramfenikol memiliki struktur bangun asimetris dengan


cincin benzena yang merupakan gugus kromofor (gambar 1). Mekanisme kerja
kloramfenikol sebagai antibiotik berifat stereospesifik, karena hanya D(-)treoisomer yang memiliki aktivitas anti bakteri. Mekanisme kerjanya melalui
penghambatan biosintesis protein pada siklus perpanjangan rantai asam amino,
yaitu dengan membentuk ikatan peptida. Kloramfenikol biasa digunakan pada
tetes mata, salep mata, dan tetes telinga untuk mengatasi infeksi bakteri (Rimawi
dan Kharoaf, 2011).

Gambar 1. Struktur bangun kloramfenikol

III. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pipet volume 1 mL, 2
mL, 3 mL, dan 5 mL; 9 buah labu ukur 10 mL; 50 mL; filler; 2 buah beaker
glass 500 mL; spektrofotometer UV; kuvet kuarsa.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat tetes telinga
kloramfenikol , 50 mL etanol, dan 150 mL aquadest
IV. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Induk dan Penetapan Panjang Gelombang
Maksimum
Kloramfenikol
- Ditimbang 50 mg
- Dilarutkan dalam 50 ml ethanol
Larutan induk 1000 ppm
- Diambil 1 mL
- Ditambah aquadest hingga 10 mL
Larutan 100 ppm
- Diambil 2 mL
- Di tambah aquadest hingga 10 ml
Larutan 20 ppm
- Diukur serapannya pada rentang
panjang gelombang 200-400 nm
Hasil

b. Pembuatan Larutan Baku

Larutan Induk 1000 ppm


- Diambil 1 ml
- Di tambah aquadest
hingga 10ml
Larutan 100 ppm
- Diambil 5 ml
- Diambil 1 ml
- Diambil 1 ml
- Ditambah aquadest
- Di tambah aquadest
- Di tambah aquadest
hingga 10 ml
hingga 10 ml
hingga 10ml
Larutan 10 ppm
Larutan 20 ppm
Larutan 50 ppm
- Diambil 5 ml
- Diambil 3 ml
- Ditambah aquadest
- Ditambah aquadest
hingga 10 ml
hingga 10 ml
Larutan 15 ppm
Larutan 25 ppm
- Diambil 5 ml
- Diambil 5 ml
- Ditambah aquadest
- Ditambah aquadest
hingga 10 ml
hingga 10 ml
Larutan 7,5 ppm
Larutan 12,5 ppm

Larutan 7,5; 10; 12,5; 15; 20; 25 ppm diukur serapannya pada max
Dibuat kurva baku absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh
persaamaan regresinya

c. Penetapan Kadar Sampel


Sampel tetes telinga
kloramfenikol 1%
- Diambil 1 ml
- Ditambah aquadest hingga 10 ml
Sampel teoritik 1000
ppm
- Diambil 1 ml
- Ditambah aquadest hingga 10 ml
Sampel teoritik 100 ppm
- Diambil 5 ml
- Ditambah aquadest hingga 10 ml
- Dibuat 3 kali replikasi
Sampel teoritik 20 ppm
- Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum
- Dihitung kadar kloramfenikol dalam tetes telinga
- Dibandingkan dengan kadar teoritik
Hasil

V. Data Pengamatan dan Perhitungan


Data pengamatan
1. Penimbangan Standar
W+Z
W+S
Z

= 448 mg
= 398 mg
= 50 mg

2. Pembuatan Larutan Stok


Bobot Zat
= 50
mg
Volume
= 50
ml
Konsentrasi
= 1000 ppm
3. Pengenceran Larutan Baku
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Cawal
1000
100
100
100
50
15
50
25

Volume
1 ml
1 ml
2 ml
5 ml
3 ml
5 ml
5 ml
5 ml

Cakhir
100
10
20
50
15
7.5
25
12.5

4. Pembuatan Kurva Baku


Panjang gelombang maksimum = 252 nm
No.
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
(A)
1
7.5
0.220
2
10
0.300
3
12.5
0.359
4
15
0.476
5
20
0.525
6
25
0.761
Persamaan Regresi
Y = a+bx
= 0.003 + 0.029

r2 = 0.968

5. Penetapan Kadar Sampel


No. Volume
1
1ml
2
1ml
3
1ml

Fp
500 kali
500 kali
500 kali

Absorbansi
0.686
0.644
0.512

%kadar
117.7586
110.5172
87.75862

Volume
10
10
10
10
10
10
10
10

% kadar =

b x fp (500)

X 100 %

a x 1000 x kadar (mg/ml)


Perhitungan
1. Tetes telinga kloramfenikol rentang konsentrasi = 0,2 0,8
= 298
Rentang konsentrasi = 0,2 0,8
Dimana 1 % = 10000 ppm

x 10.000 = 6,7 ppm

x 10.000 = 26,8 ppm

2. Larutan stok dan larutan baku

Larutan baku 100 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 100 x 10
V1=
V1= 1 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

Larutan baku 10 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 10 x 10
V1=
V1= 1 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

Larutan baku 20 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 20 x 10
V1=
V1= 2 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

Larutan baku 50 ppm


M1 x V1 = M2 x V2

100 x V1 = 50 x 10
V1=
V1= 5 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml
-

Larutan baku 25 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
50 x V1 = 25 x 10
V1=
V1= 5 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

Larutan baku 15 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
50 x V1 = 15 x 10
V1=
V1= 3 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

Larutan baku 7,5 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
15 x V1

= 7,5 x 10

V1=
V1= 5 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml
-

Larutan baku 12,5 ppm


M1 x V1 = M2 x V2
25 x V1 = 12,5 x 10
V1=
V1= 5 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml

3. Penetapan Kadar Sampel


Sampel tetes telinga kloramfenikol 1 % =
a. Larutan sampel 1000 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
10000 x V1 = 1000 x 10
V1=

V1= 1 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml


b. Larutan sampel 100 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 100 x 10
V1=
V1= 1 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml
c. Larutan sampel 20 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 20 x 10
V1=
V1= 2 ml, ditambah aquadest hingga 10 ml
4. Perhitungan Persen Kadar Sampel
sampel 1 :
x 100 % = 117.7586 %

sampel 2 :
% kadar

x 100 % = 110.5172%

Sampel 3 :
% kadar =

x 100 % = 87.7586 %

X = 105.3448
SD = 15.65456
Kadar = X sd
= 105.3448 15.65456

VI. Pembahasan
Cara Kerja dan fungsi perlakuan
Pada praktikum kali ini, sampel yang dianalisis adalah kloramfenikol dalam
sediaan tetes telinga dengan menggunakan metode spektrofotometri uv. Alasan
pemilihan analisis tetes telinga dengan spektrofotometri UV adalah :

1. Penggunaan spektrofotometri dapat digunakan secara luas


2. Memiliki kepekaan yang tinggi
3. Keselektifannya cukup baik
4. Tingkat ketelitian tinggi
Kloramfenikol adalah suatu antibiotika berspektrum luas yang aktif
terhadap mikroorganisme. Kloramfenikol dijumpai dalam bentuk sediaan kapsul,
tetes mata dan tetes telinga baik produk generik maupun bermerek (Sari, 2009).
Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan
jalan meningkatkan ribosom subunit 50 S yang merupakan langkah penting
dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob
gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif (Sari, 2009).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan pada panjang
gelombang 200-380 nm dengan menggunakan monokromator prisma/kisi
difraksi dengan detektor fototube (Day dan Underwood, 1989).

Prosedur

percobaan meliputi pembuatan larutan induk dan pengukuran panjang


gelombang maksimal, pembuatan larutan baku serta penetapan kadar sampel.
Pembuatan larutan induk dan penetapan panjang gelombang maksimum
Dalam proses analisis obat dalam sediaan cair diperlukan persiapan alat dan
bahan yang akan digunakan. Kemudian membuat larutan stok baku, yaitu larutan
yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti dan digunakan sebagai larutan
induk. Setelah itu kloramfenikol standar ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan
dalam 50 ml etanol sehingga dihasilkan larutan baku konsentrasi 1000 ppm,
kemudian larutan baku 1000 ppm tersebut diambil sebanyak 1 mL dengan
menggunakan pipet volume dan di tambahkan 10 mL aquadest sehingga
dihasilkan larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Pemilihan etanol sebagai pelarut
dikarenakan sifat kloramfenikol yang mampu terlarut dalam etanol sebesar 95 %
(Dirjen POM, 1979). Kemudian larutan baku 100 ppm diambil sebanyak 2 ml
lalu ditambahkan aquadest hingga 10 ml sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi

20

ppm.

Kemudian

dibaca

absorbansinya

menggunakan

spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200 400 nm. Pengenceran


dilakukan agar konsentrasi tidak terlalu tinggi, karena konsentrasi larutan

berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang diserap. Absorban yang terbaca
pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70%
jika dibaca sebagai transmitan, agar kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005
atau 0,5% (Mathias, 2005). Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang
maksimal, yaitu :
Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada
panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap
satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan
pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.
Jika dilakukan pengukuran berulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan
panjang gelombang maksimal (Gandjar, 2007).
Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 252
nm dimana panjang gelombang ini akan digunakan untuk mengukur absorbansi
kadar kloramfenikol selanjutnya. Panjang gelombang maksimum pada sediaan
kloramfenikol tetes telinga seharusnya 278 nm dengan absorbansi 0,5-0,6
sehingga hasil yang didapat hampir sesuai dengan literatur
Pembuatan larutan baku
Pembuatan kurva baku kloramfenikol dilakukan dengan cara larutan baku
1000 ppm diambil sebanyak 1 ml lalu ditambahkan aquadest hingga 10 mL
sehingga didapatkan konsentrasi 100 ppm setelah itu dibuat 3 larutan dengan
konsentrasi masing-masing 10, 20 dan 50 ppm dengan masing masing larutan
diambil sebanyak 1 ml, 1 ml, dan 5 ml setelah itu ditambahkan aquadest hingga
10 ml. Larutan 50 ppm diencerkan menjadi 2 larutan konsentrasi yang pertama
yaitu dengan larutan 15 ppm dengan cara diambil larutan sebanyak 3 ml,
ditambahkan aquadest hingga 10 ml lalu yang kedua diencerkan dengan larutan
25 ppm dengan cara diambil larutan sebanyak 5 ml, ditambahkan aquadest
hingga 10 ml sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 15 ppm. Larutan
15 ppm diencerkan kembali menjadi larutan 7,5 ppm dengan cara diambil

larutan sebanyak 5 ml, ditambahkan aquades hingga 10 ml. Sedangkan larutan


25 ppm diencerkan menjadi larutan 12,5 ppm dengan cara diambil 5 ml lalu
ditambahkan aquades hingga 10 ml sehingga didapatkan hasil yang diinginkan.
Kemudian

larutan

baku

diukur

absorbansinya

dengan

menggunakan

spektrofotometer. Penggunaan spektrofotometer digunakan kuvet yang terbuat


dari kuarsa yang berbentuk persegi panjang. Di dalam proses pengukuran
absorbansinya diperlukan pembilasan dengan aquades setelah maupun sebelum
digunakan. setelah dibilas dikeringkan dengan tissue dan dimasukkan larutan
baku yang akan diukur. Setelah terisi kira-kira 10 cm, cairan yang keluar
dibersihkan dengan tissue kering dan jangan sampai tersentuh oleh tangan yang
mampu mengganggu proses absorbansi. Larutan baku dibuat dalam beberapa
konsentrasi

untuk

mendeteksi

rentang

absorbansinya

dalam

berbagai

konsentrasi.
Pembuatan kurva kalibrasi atau kurva standar bertujuan untuk mengetahui
linieritas hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansinya.
Masing masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi yang telah
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dan konsentrasi (x) pada panjang gelombang maksimum 252 nm. Bila hukum
Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus (Gandjar, 2007).
Selanjutnya ditentukan kelinieritasnya dengan menggunakan koefisien korelasi
dimana kurva dikatakan linier apabila nilai koefisien korelasinya mendekati 1.

Kurva Baku Kloramfenikol


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

y = 0.0291x + 0.0034
R = 0.968

Kurva Baku
Kloramfenikol
0

10

20

30

Gambar 2. Kurva Baku Kloramfenikol

Hasil yang didapat dari kurva diatas adalah linier dimana nilai koefisien
korelasinya mendekati 1 namun, grafik yang terbentuk kurang lurus. Hal ini bisa
disebabkan karena adanya kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu, serta
reaksi ikutan yang terjadi. Dari kurva baku didapatkan persamaan y = 0,0291x +
0,0034 dengan nilai R = 0,968. Dimana nilai a= 0,0034 , b= 0,0291. Persamaan
ini akan digunakan untuk mengukur kadar larutan sampel.
Penetapan Kadar Kloramfenikol
Penetapan kadar kloramfenikol dilakukan dengan diambilnya larutan sampel
tetes telinga kloramfenikol 1 % sebanyak 1 ml lalu ditambahkan aquadest hingga
10 ml sehingga di dapatkan sampel teoritik dengan konsentrasi 1000 ppm.
Kemudian diambil 1 ml dari larutan sampel teoritik konsentrasi 1000 ppm dan
ditambahkan aquades hingga 10 ml, sehingga didapatkan larutan sampel teoritik
sebesar 100 ppm. Kemudian larutan sampel teoritik sebesar 100 ppm diambil
sebanyak 2 ml ditambahkan aquadest hingga 10 ml sehingga, didapatkan larutan
sampel teoritik dengan konsentrasi 20 ppm dan dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Untuk sampel teoritik dengan konsentrasi 20 ppm diukur serapannnya pada
panjang gelombang maksimum yaitu 252 nm dengan menggunakan blanko
aquades. Setelah itu dihitung kadar kloramfenikol dalam tetes telinga dan
dibandingkan dengan

kadar teoritik

sehingga didapatkan hasil

kadar

kloramfenikol.
Hasil penetapan kadar sampel kloramfenikol pada replikasi pertama dengan
volume 1 ml dan faktor pengenceran 500 kali didapatkan nilai absorbansi
sebesar 0,686 A dan persentase kadar sebesar 117,7586 %. Kemudian untuk
replikasi kedua dengan volume 1 ml dan faktor pengenceran 500 kali didapatkan
nilai absorbansi 0,646 A dan persentase kadar sebesar 110,5172 %. Sedangkan
untuk replikasi ketiga dengan volume 1 ml dan faktor pengenceran 500 kali
menghasilkan nilai absorbansi 0,512 A dengan persentase kadar 87,75%. Hasil
absorbansi yang didapat apabila dibandingkan dengan literatur dari Farmakope
Indonesia edisi ketiga (1979) menyatakan bahwa tetes telinga kloramfenikol
harus memiliki serapan sekitar 0,58-0,61 diukur pada panjang gelombang 280
nm. Pengukuran ini akan menghasilkan kadar senyawa kloramfenikol di dalam

sediaan adalah tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105% dari jumlah
yang tertera pada etiket.
Berdasarkan literatur yang ada nilai absorbansi pada replikasi kesatu dan
kedua terlalu tinggi, sedangkan nilai absorbansi pada replikasi ketiga terlalu
rendah. Persentase kadar yang didapat juga menunjukkan nilai yang sama
dengan absorbansi. Perbedaan hasil ini dikarenakan adanya ketidaktepatan
dalam pengambilan sampel oleh praktikan yang menyebabkan sampel yang
diambil terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kesalahan yang lain mungkin
dikarenakan ketidaktepatan praktikan dalam mengencerkan sampel sehingga
sampel terlalu encer atau terlalu pekat yang mampu mempengaruhi nilai serapan
sampel. Faktor lain yang dapat menyebabkan hasil serapan menjadi terlalu besar
adalah adanya partikel-partikel halus yang terdispersi dalam larutan. Salah satu
persyaratan analisis kadar suatu senyawa dengan menggunakan spektrofotometri
UV adalah larutan yang dianalisis harus jernih dan bebas dari partikel-partikel
yang tidak larut sebab keadaan tersebut dapat memberikan hasil serapan yang
besar tapi palsu (Basset, 1994). Kemungkinan partikel yang mempengaruhi
serapan adalah adanya cemaran dari luar serta kurang bersihnya alat-alat yang
digunakan sehingga mengganggu proses absorbansinya.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., R.C. Denney, G.H. Jeffrey, dan J. Mendhom, 1994, Buku Ajar Vogel
Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Day, R.A. dan J.R. Underwood, 1989, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Gandjar, I.G. dan A. Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Mulja, M. dan Suharman, 1995, Validasi Metode Analisa Instrumental, Airlangga
University Press, Surabaya.
Rimawi, F.A. dan Maher K., 2011, Analysis of Chloramphenicol and Its Related
Compound 2-Amino-1-(4-nitrophenyl)propane-1,3-diol by Reversed-Phase
High

Performance

Liquid

Chromatography

with

UV

Detection,

Chromatography Research International, 2011: 1-6.


Sari, Febriyanti D.P., 2009, Penetapan Kadar Kloramfenikol Dalam Tetes Mata
Pada Sediaan Generik Dan Merk Dengan Metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi, Pharmacy, Vol. 06 : 1-7.
Triyati, E., 1985, Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya Dalam Oseanologi, Oseanografi LIPI, 10 (1): 39-47.
Watson, D.G., 2007, Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai