“EFEK DIURETIKA
(UJI POTENSI DIURETIKA)”
DISUSUN OLEH :
Nama : Indri Yulianti Hidayah
Nim : 18330039
Kelas : B
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua
zat asing dan sisa metabolisme dalam darah. Disamping itu, ginjal juga berperan dalam
memelihara homeostatis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstraselular, serta
memelihara volume total dan susunan cairan ekstra sel.
Proses diuresis dimulai dengan proses filtrasi yang terjadi di glomerulus, yang hasilnya berupa
utltra filtrate (mengandung air, dan elektrolit) dan ditampung pada kapsul bowman yang terdapat
disekeliling glomerulus. Kemudian ultra filtrate tersebut disalurkan ke kandung kemih dengan
melintasi saluran – saluran seperti tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal dan saluran
pengumpul (duktus colligens). Pada setiap saluran yang dilewati, terjadi reabsorbsi zat tertentu.
Penggolongan diuretic. Diuretic dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pengujian obat – obat yang berkhasiat sebagai diuretik.
Diuretic adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin sehingga mempercepat
pengeluaran urin dari dalam tubuh. Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat
dibagi dua golongan besar yaitu diuretic osmotic yaitu yang bekerja dengan cara menarik air ke
urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbs ion dalam ginjal dan penghambat mekanisme
transport elektrolit dalam tubuli ginjal, seperti diuretiktiazid (menghambat reabsobsi natrium dan
klorida pada ansa Henle parsacendens), Loop diuretic (lebih poten dari pada tiazid dan dapat
menyebabkan hypokalemia), diuretic hemat kalium (meningkatkan ekskresi natrium sambil
menahan kalium).
Obat – obatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah, Furosemide, Spironolakton,
dan control negatifnya menggunakan CMC Na. sebagaimana halnya yang diketahui bahwa
furosemide merupakan obat diuretic golongan diuretic kuat. Spironolakton merupakan golongan
diuretic hemat kalium dengan mekanisme kerjanya berkompetisi dengan aldosterone pada reseptor
di tubulus ginjal distal, meningkatkan natrium klorida dan eksresi air selama konversi ion kalium
dan hydrogen, juga dapat memblok efek aldosteronpada otot polos asteriolar.
CMC Na sebagai control dengan jumlah frekuensi urin komulatif selama 2 jam yaitu 2,9
ml dan 2,6 ml dengan potensi diuretiknya 58% dan 52%. Furosemide menghasilkan volume urin
komulatif 9,3 ml dan 8,6 ml dengan potensi diuretiknya 186% dan 172%. Sementara spironolakton
menghasilkan jumlah urin 5,5 ml dan 5,3 ml. dengan potensi diuretikanya 110% dan 146%.
Sebenarnya diantara keempat sediaan yang paling baik digunakan yaitu furosemide. Karena
furosemide bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na pada lengkung henle. Mekanisme
kerja furosemide adalah inhibisi reabsorbsi natrium dan klorida pada lengkung henle menaik dan
tubulus distal ginjal, mempengaruhi sistem konstranspor ikatan klorida, selanjutnya meningkatkan
eksresi Na-, Cl-, Mg, kalsium dan air.
Seharusnya tikus yang diberikan furosemide secara per oral memberikan efek yang diuresis
yang lebih besar daripada tikus yang diberikan hidroklortiazid dan spironolakton. (Mycek, 1997).
Pertanyaan :
3. Berdasarkan hasil pada tabel pengamatan, tentukanlah uji (CMC-Na, Furosemide, dan
Spironolakton) tersebut apakah positif atau negatif memiliki efek diuretika!
Jawab : uji pada CMC Na negatif memiliki efek diuretika karena digunakan sebagai control
negative. Uji pada Furosemide dan Spironolakton positif memiliki efek diuretika karena
memiliki potensi diuretika diatas 100%.
4. Interpretasikan data hasil percobaan berdasarkan tabel pengamatan dan bandingkan dengan
teori yang ada!
Jawab : dari hasil data pengamatan praktikum, potensi diuretika yang paling kuat adalah
Furosemide daripada Spironolakton, hal ini membuktikan sesuai dengan teori bahwa
furosemide memiliki efek yang lebih kuat daripada spironolakton.
BAB V
PENUTUP
1. Efek utama dari obat diuretic ialah meningkatkan volume urin yang di produksi serta
meningkatkan jumlah pengeluaran zat – zat terlarut dan air.
2. Mekanisme kerja obat diuretic yaitu menghambat reabsorbsi elektrolit Na+ pada bagian –
bagian nefron yang berbeda, akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam
julmah yang banyak dibandingkan bila dalam keadaan normal bersama – sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic sehingga
meningkatkan volume urin.
3. Obat spironolakton efeknya lebih lemah dibanding furosemide.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Nila, Aster, S. Si., M. Farm., Apt., Dkk. 2016. Farmakologi Bidang Keahlian Kesehatan Jilid II.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Adi Permadi. 2006. Tanaman obat Pelancar Air Seni. Depok : Penebar Swadaya. p5-15, 23-24
Mycek, M. J., Harvey, R. A., Champe, P. C. 1997. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi Kedua.
Jakarta : Penerbit Widya Medika.
Tan hoan, tjay. Kirana rahardja. 2007. Obat – Obat Penting Edisi 6. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
Tim Dosen Praktikum Farmakologi. 2018. Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi.
Jakarta : Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional.