Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI SEDIAAN SALEP YANG BAIK

Oleh :

Welem Salombe (18340049)

Devi Paramitha Yuliana Sari (18340050)

PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan penulisan

Makalah ini sebagai tugas Mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi. Kami telah

menyusun Tugas Makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.

Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik lagi

dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah

Teknologi sediaan farmasi atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan

kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat

waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan pula

kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran

sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sediaan Salep............................................................ 3
B. Aspek CPOB............................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
A. Produksi Sediaan Salep Berdasarkan CPOB................................ 11
B. Alur Produksi Sediaan Salep....................................................... 13
C. In Process Controll (IPC) ........................................................... 17
D. Qulaity Control & (QA).............................................................. 18
E. Evaluasi Mutu Sediaan Sediaan Salep ………………………... 19
F. Sertifikasi CPOB ……………………………………………… 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industri farmasi berperan dalam menjamin dan memperbaiki kesehatan
masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai penyakit, meminimasi
risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang sustainable bagi generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam menjamin ketersediaan produk
obat di masyarakat, industri farmasi harus mampu menyediakan obat yang berkualitas
bagi masyarakat. Obat berkualitas mencakup 3 aspek: khasiat (efficacy), keamanan
(safety), dan kenyamanan (acceptability) dalam dosis yang digunakan sesuai tujuan
penggunaannya.
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan
berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri farmasi untuk menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan
pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama
keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari
personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi
dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat
kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (Dirjen POM, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan dengan konsistensi
semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak mengandung air dan
mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan dalam suatu pembawa

1
I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah ini yang bagaimana cara memproduksi sediaan


salep yang baik di pabrik industri farmasi.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui cara memproduksi salep yang baik sesuai CPOB

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SEDIAAN SALEP

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan dengan
konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak mengandung air dan
mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan dalam suatu pembawa.
Pembawa atau basis salep digolongkan dalam 4 tipe yaitu basis hidrokarbon, basis
serap, basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis larut air.

Persyaratan Salep Menurut FI III

a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.


b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras
atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas
terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun
secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi
oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain
sebagainya.
b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit
yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk
dioleskan.
c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi
yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit

3
dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah mengalir/meleleh ke
bagian lain dari kulit.
d. Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka
harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari
pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat
pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan
efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga
diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur
merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi
setelah salep diaplikasikan

2.2 ASPEK CPOB


1. MANAJEMEN MUTU
Unsur dasar manajemen mutu:
a. suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Pemastian Mutu)
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu = CPOB (produksi & pengawasan mutu)
ditambah faktor lain (desain & pengembangan produk).

2. PERSONALIA
SDM sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yg memuaskan dan pembuatan obat yg benar. Industri farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yg terkualifikasi dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan

4
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yg berkaitan dengan
pekerjaannya.

3. BANGUNAN DAN FASILITAS


Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi
yang benar.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain
dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
4. PERALATAN
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar:
1. mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets
2. memudahkan pembersihan serta perawatan shg dapat mencegah kontaminasi
silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk .
5. SANITASI DAN HIGIENE
Ruang lingkup: personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan
produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu
yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene
yang menyeluruh dan terpadu
6. PRODUKSI
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan. Memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar
7. PENGAWASAN MUTU

5
Bagian esensial dari CPOB dimana memberikan kepastian bahwa produk
secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Pengawasan Mutu mencakup:
a. pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
b. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN
PEMASOK
Mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif
Audit mutu dimana sebagai pelengkap inspeksi diri. Pemeriksaan dan
penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan
spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh
spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk
hal ini oleh manajemen perusahaan.
Audit dan Persetujuan Pemasok. Kepala Bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang
terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok
bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan.

6
9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN
KEMBALI PRODUK
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Macam-macam dokumen antara lain :
a. Spesifikasi
Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk antara dan
produk ruahan
b. Dokumen Produksi
Dokumen Produksi Induk
Prosedur Produksi Induk (Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk)
Catatan Produksi Bets (Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan
Bets)
c. Prosedur dan Catatan
11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus
dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap
bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

7
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi
yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan
proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Kegiatan
validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, sistem dan instrumen),
kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur dan proses). Kualifikasi terdiri atas :
a. Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
b. Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan baru atau yang dimodifikasi
c. Kualifikasi Operasional (KO)
d. Kualifikasi Kinerja (KK) Misal, kualifikasi kinerja mesin cetak tablet
dilakukan untuk membuktikan kinerja mesin cetak tablet antara lain
kekerasan dan keseragaman bobot tablet

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Produksi Sediaan Salep Berdasarkan CPOB

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah


ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
1. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
2. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
3. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana
perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai. Kerusakan wadah dan masalah
lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah
diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
4. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk
pemakaian atau distribusi.
5. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
6. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi
yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur sedemikian agar ada
pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.
7. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah
ditetapkan.

9
8. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya
campur baur ataupun kontaminasi silang.
9. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
10. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama
dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan
sensitisasi.
11. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada)
dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan
tahapan proses produksi.
12. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali sangat
membantu untuk menunjukkan status (misalnya: karantina, diluluskan,
ditolak, bersih dan lain-lain).
13. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain
untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan
benar.
14. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan.
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari
kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan
Mutu.
15. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.

10
3.2 Alur Produksi Sediaan Salep Berdasarkan CPOB
Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada
proses pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim
Quality controll dengan mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang
dilakukan oleh tim Quality Controll meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam,
dan bilangan penyabunan, dari hasil uji tersebut tim Quality Controll dapat
memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan
CPOB atau tidak. Lalu petugas yang bertanggung jawab terhadap bahan baku
menimbang bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi
sediaan krim dan salep. Penimbangan bahan dilakukan untuk produksi sediaan per
satu bets. Setelah bahan baku ini dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut
dicampur dan diolah menjadi produk antara. Kemudian petugas bagian produksi
mengambil bahan baku yang telah ditimbang dengan melakukan serah terima
yang disertai dengan dokumen CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah
melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya
air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam
proses produksi menggunakan air Aquadem (Aqua demineralisasi). Air yang
dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang
mana sebelumnya air ini telah melewati serangkaian proses pernyaringan.
Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot, tangki ini berfungsi untuk melebur
fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses pencampuran bahan dengan
menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses pencampuran
dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di
tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di
lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,
koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk tersebut
dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan krim/salep operator
melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali, proses ini bertujuan untuk
memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan dari kemasan.
kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk ruahan

11
untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi
pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi
dan keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil
pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat
beberapa aspek, diantaranya :
 Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah system
tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk hampir tidak
terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali melibatkan operator.
Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank melalui pipa sebelum
produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya (misal botol dan tube) dan
ditutup.
 Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan hendaklah
tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup. Hendaklah
menggunakan jenis katup diafragma atau katup kupu-kupu dan bukan katup
bola.
 Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan minimal
kualitas Air Murni (Purified Water). Parameter kimia dan mikrobiologi
hendaklah dipantau secara teratur, minimal seminggu sekali, sedangkan pH
dan konduktivitas hendaklah dipantau tiap hari. Terhadap data hasil
pemantauan hendaklah dilakukan analisis kecenderungan (trend analysis).
Lihat Persyaratan Air Untuk Produksi :
Sanitasi Sistem Pengolahan Air dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemanasan, atau
b. Kimiawi.
 Pemeriksaan mutu bahan yang diterima sebelum dipindahkan ke dalam tangki
penyimpanan adalah untuk mencegah agar bahan yang masih tersisa di dalam
tangki penyimpanan (yang sudah memenuhi persyaratan mutu) tidak
tercampur dengan bahan yang sama dari tangki pemasok yang belum diketahui
mutunya.
 Tiap pipa transfer hendaklah diberi penandaan yang jelas dengan
mencantumkan identitas produk.

12
 Homogenitas hendaklah dipertahankan selama pengisian dengan pengadukan
terus-menerus sejak awal sampai akhir proses pengisian.
 Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah disesuaikan
untuk menghindarkan perubahan mutu produk. Jangka waktu dan kondisi
penyimpanan produk antara hendaklah divalidasi.

ALUR PEMBUATAN SEDIAAN SALEP

3.3 In Process Control


Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal
yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman
bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan

13
sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari
tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya
dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab
variasi karakteristik produk selama proses berjalan.
Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi.
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus
diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.
Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak
terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:
1. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;
dan
2. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan
selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan
spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.
Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama
proses produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan
pada tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim, misal :
a. Mixting Process : pH, homogenitas, kehalusan
b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan,termasuk pencetakan expired
date dan nomor bets.

3.4 Kontrol Kualitas (Quality Control)


Produk yang berkualitas dihasilkan dengan melakukan serangkaian
pengujian yang dilakukan oleh bagian Quality Control (QC). QC merupakan
bagian yang esensial pada proses pembuatan produk obat agar produk yang
dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Bagian QC

14
memiliki kewenangan khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu
obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.
QC dilakukan sejak barang datang, selama proses, pada produk yang
dihasilkan, serta pada masa penyimpanan produk. QC berperan dalam
pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan selama proses produksi dan pemeriksaan
produk jadi. QC memastikan bahwa bahan, produk, dan metode dalam proses
produksi telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat
memenuhi persyaratan secara konsisten. Selain itu juga dilakukan kalibrasi dan
kualifikasi alat serta validasi terhadap metode analisa dan proses produksi.
Namun, tidak ada jaminan bahwa produk yang dihasilkan akan memiliki
kualitas sebagaimana yang diinginkan. Kualitas produk harus dibangun sejak
awal dan dijamin oleh Quality Assurance (QA).
Kontrol kualitas dari salep meliputi :
1. Pemeriksaan kestabilan fisik
2. Sediaan salep diamati organoleptis untuk mengetahui homogenitas,
warna, dan bau.
3. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya.
4. Uji proteksi.
5. Uji daya lekat.
6. Uji menyebar.

3.5 Evaluasi Mutu Sediaan Salep


1. Uji bahan aktif
Pengujian bahan aktif meliputi, uji bobot jenis, uji rotasi optic, uji
indeks bias, uji titik lebur, dan uji titik didih.
2. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
3. Daya serap air
Daya serap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk
mengkarakterisasi basis absorpsi. Bilanagn air dirumuskan sebagai jumlah
air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu

15
tertentu (umumnya 15-20°) secara terus menerus atau dalam jangka waktu
terbatas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual.
Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang diserap dilakukan melalui
perbedaan bobot penimbangan (system mengandung air – sitem bebas air )
atau dengan penentuan kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya
serap air akan berubah, jika larutan turut digabungkan didalamnya. Dapat
menurunkan bilangan airnya.
4. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air
dari salep. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Kandungan air
digunakan ukuran kehilangan masa maksimal (%) yang dihitung pada saat
pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100 - 110°C) cara tersebut
merupakan metode konvensional. Cara ini tidak dapat digunakan, jika bahan
obat atau bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak atsiri, fenol dan
sebagainya).
5. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan
hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat
lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur.
Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode berikut,
penetrometer.
6. Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada
kulit. Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
7. Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian ukuran partikel
dalam salep suspensi, melainkan hanya membatasi penggunaan serbuk halus
atau serbuk yang sangat halus. Pada salep mata suspense harus
diperhitungkan adanya persyaratan yang lebih ketat, meskipun berbagai
farmakope melakukan pembatasan tapi syaratnya berbeda-beda.(Akfar,
PIM/2010)

16
3.6 Tata Cara Memperoleh Sertifikat

Menurut PERATURAN KEPALA BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937


Tahun 2011 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik pada
Pasal 7 (1) “Sertifikat CPOB/CPBBAOB diterbitkan berdasarkan permohonan
tertulis kepada Kepala Badan”. (2) “Permohonan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan menggunakan contoh Formulir 3
sebagaimana terlampir”.

Pada pasal 8 (1) “Terhadap permohonan Sertifikasi CPOB dikenakan biaya


sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan Pengawas
Obat dan Makanan”. (2) “Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali”.
a. Sertifikat Baru
Pasal 9 (1) “Dalam rangka Sertifikasi baru, Pemohon menyampaikan
permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala
Badan”. (2) “Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
permohonan dilakukan evaluasi kesesuaian RIP dengan persyaratan CPOB”.
(3) “Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat” (2),
“Kepala Badan menerbitkan: a. persetujuan RIP, apabila dinyatakan
memenuhi syarat; atau b. surat permintaan perbaikan RIP, apabila dinyatakan
belum memenuhi syarat”. (4) “Kepala Badan melimpahkan wewenang
pemberian persetujuan RIP kepada Direktur”. (5) “Pemohon melaporkan
kemajuan pembangunan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur
dengan menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir”.

Pasal 11 (1) “Setelah pembangunan selesai dan dilakukan kualifikasi,


pemohon mengajukan permohonan Sertifikasi dengan menggunakan contoh
Formulir 5 sebagaimana terlampir”. (2) “Paling lama dalam waktu 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Kepala Badan melakukan Inspeksi”. (3) “Berdasarkan hasil Inspeksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Badan menyampaikan evaluasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Pemohon”.

17
b. Penerbitan Sertifikat

Pasal 12 (1) “Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB berdasarkan evaluasi hasil inspeksi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2), Kepala Badan menerbitkan:
a. rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB sebagai kelengkapan dalam
rangka permohonan izin industri farmasi; atau b. Sertifikat CPOB”. (2)
“Khusus dalam rangka permohonan izin industri farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, Sertifikat CPOB akan diterbitkan setelah
Industri Farmasi memperoleh izin industri farmasi”.

Pasal 13 “Sertifikat berlaku untuk 5 (lima) tahun selama yang


bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan”.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menerapkan prinsip-prinsip CPOB dalam aspek kegiatan produksinya untuk
menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi standar penjaminan
mutu dan kepuasan konsumen, untuk suatu hal memperkecil resiko kesalahan dalam
memproduksi obat serta mempermudah pengawasan proses produksi.

Alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses
pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim Quality controll
dengan mengambil sampel di ruang sampling. Lalu petugas yang bertanggung
jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan
dalam proses produksi sediaan salep. Penimbangan bahan dilakukan untuk produksi
sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini dinyatakan lulus uji kriteria, bahan
baku tersebut dicampur dan diolah menjadi produk antara. Kemudian petugas
bagian produksi mengambil bahan baku yang telah ditimbang, Proses produksi
dilanjutkan di ruang pencampuran. Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan
dalam wadah kemudian di tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara.
Produk yang telah jadi di lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan
pemerian, pH, homogenitas, koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan
lulus maka produk tersebut pengemasan dimasukkan ke dalam wadah.

B. Saran

Untuk menyempurnaan pembuatan Makalah ini, kedepannya kami


mengharapkan adanya saran dan kritikan dari semua pihak baik dosen, maupun
seluruh mahasiswa yang membaca Makalah ”Cara Pembuatan Obat Yang Baik
pada Sediaan Salep” terdapat kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1984. Peraturan Pemerintah 18/99 pasal 1 dan Undang-Undang No.5 Tahun
1984 tentang Perindustrian. Pemerintah RI ; Jakarta.

Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia ; Jakarta.

Anonim, 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1010/MenKes/Per/XI/2008


Tentang Registrasi Obat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia ; Jakarta.

Anonim, 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta.

Anonim, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta

Anonim, 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat


Yang Baik 2012. Badan POM RI; Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai