KESTABILAN LOTION
Oleh:
Nita Puspitasari
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah nya
penulis dapat menyelesaikan proposal metodologi penelitian tentang OPTIMASI
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ABSTRAK ............................................................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang...................................................................................................... 2
1.2 IdentifikasiMasalah ............................................................................................. 3
1.3RumusanMasalah ................................................................................................. 3
1.4BatasanMasalah .................................................................................................... 3
1.5Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3
1.6Hipotesis ............................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Soft Wax ............................................................................................................. 5
2.2 Bahan Baku Soft Wax................................................................................................. 5
2.3 Parameter Pengecekan Soft Wax .............................................................................. 7
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 9
3.1 AlatdanBahan ............................................................................................................... 9
3.2 ProsedurKerja ................................................................................................................... 9
3.3 VariabelPercobaan ........................................................................................................... 9
3.4 RancanganPercobaan .................................................................................................... 10
3.5 ProsedurPengujian Parameter UntukLilin (Candle) ............................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
Nita Puspitasari
NamaPembimbing : Dr Ir Enjarlis, MT
1.1 LatarBelakang
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh yang memainkan peran penting dalam
melindungi tubuh terhadap kuman dan kehilangan air yang berlebihan, pengaturan
suhu, sensasi, dan sintesis vitamin D. Kulit yang tidak terawat ataupun tidak
terlindung akan rusak, kerusakan kulit yang parah akan menyebabkan terbentuknya
jaringan parut, menyebabkan kulit berubah warna (misal:spot ages), dan depigmentasi
yang bervariasi antar populasi. Oleh karena itu kosmetik adalah salah satu cara untuk
mencegah hal tersebut (Proksch et al, 2008).
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1176 tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetik)
Lotion adalah Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat
luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan bahan
pensuspensi yang cocok.
Kegunaan Lotion :
Menjaga kulit tetap lembab.
Melembutkan kulit.
Mencegah kapalan.
Meremajakan kulit.
Mencegah kulit besisik dan kusam.
Melindungi kulit dari bahaya sinar UVA dan UVB.
Lotion dibuat dari campuran fase air dan fase minyak yang dicampurkan dengan
kecepatan mixing tertentu dan dalam waktu tertentu atau disebut dengan tahap
emulsifikasi. Diperlukan produk lotion yang stabil yang diproduksi agar saat sudah di
jual ke masyarakat luas produk tersebut tidak mengalami perubahan baik kondisi
fisiknya maupun fungsi dan kegunaan lotion itu sendiri.
Stabilitas didefinisikan sebagai kemapuan suatu produk obat atau kosmetik untuk
bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas dan kemurnian produk
tersebut.
Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas
yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana
sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.
Pencampuran adalah titik kritis dalam pembuatan lotion, dengan pencampuran yang
optimal akan menghasilkan sediaan yang homogen dan memiliki sifat fisis yang baik.
Pada proses pembuatan lotion, yang perlu diperhatikan adalah metode untuk
mencampurkan fase-fasenya, baik dari segi kecepatan putar mixer, suhu
pencampuran, maupun waktu pencampuran selama pencampuran. Ketiga faktor
tersebut dapat berpengaruh terhadap distribusi ukuran droplet, viskositas, dan
stabilitas dari emulsi yang dihasilkan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh Ayu Asmoro Ningrum, Jurusan
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2011 dalam laporan
skripsinya yang berjudul Optimasi Proses Pencampuran Hand Lotion dengan Kajian
Kecepatan Putar Mixer, Suhu dan Waktu Pencampuran dengan menggunakan metode
Desain Faktorial, dilakukan pengadukan saat emulsi sediaan lotion dengan kecepatan
rendah 300-500 rpm. Oleh Karena itu, untuk mengoptimasi prosedur kerja yang telah
eksis yaitu dengan menggunakan kecepatan mixing yang tinggi (2000 2500 rpm)
maka dilakukan variasi terhadap variable ini yaitu ( 500 rpm, 1000 rpm 1500 rpm,
2000 rpm dan 2500 rpm). Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan variasi
terhadap waktu pengadukan saat emulsifikasi yan g bertujuan untuk menoptimalkan
waktu yang digunakan agar lebih efisien. Variasi waktu mixing yang digunakan
adalah sebagai berikut : 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit dan 15 menit.
Setelah dilakukan trial percobaan maka akan dilakukan pengecekan atas pengaruh
kecepatan dan waktu mixing terhadap viskositas dan kestabilan emulsi. Viskositas
akan diukur dengan menggunakan viscometer Brookfield dan kestabilan emulsi dapat
dilihat dari ukuran droplet di bawah mikroskop.
1.2 IdentifikasiMasalah
Dibutuhkan daya yang cukup besar untuk tahap emulsifikasi karena kecepatan
pengadukan nya tinggi (2000 2500 rpm)
1.3 RumusanMasalah
1.4 BatasanMasalah
1. Range Kecepatan mixing 500 2500 rpm
2. Range waktu mixing 3 12 menit
3. Suhu dibuat tetap
4. Spesifikasi produk lotion mengacu pada standar internal PT. Paragon Tech
and Innovation
1.6 Hipotesis
Semakin besar kecepatan dan waktu mixing maka viskositas semakin rendah
sehingga emulsi tidak stabil. Jadi diperlukan optimasi kecepatan dan waktu dalam
proses mixing ( emulsifikasi ).
TINJAUAN PUSTAKA
Lotion adalah emulsi encer yang di design untuk penggunaan luar. Biasamya lotion
digunakan pada daerah-daerah yang sering mengalami gosokan seperti daerah antar jari,
dan pada lengan. Lotion memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada
permukaan kulit setelah diaplikasikan. Penggunaan lotion memberikan kesan halus, lembut
dan tidak berminyak (Ansel,1989; Wilkinson and More, 1982)
Emulsi terdiri dari fase dispers, medium dispers dan emulsifying agent. Emulsi
merupakan campuran dari dua fase yang tidak saling bercampur, karena perbedaan
polaritas. Fungsi dari emulsifying agent adalah untuk menurunkan tegangan permukaan
antara fase dispers dan medium dispers, sehingga fase dispers dapat terdispersi merata di
dalam medium dispers (Allen, 2002a).
Ketika fase terdispersi adalah minyak (senyawa nonpolar) dan medium pendispersi
adalah air (senyawa polar) maka disebut sebgai emulsi minyak dalam air (O/W). Emulsi O/W
dapat bercampur dengan air dan dapat dibilas dengan air. Sedangkan ketika fase terdispersi
adalah air (senyawa polar) dan medium pendispersi adalah minyak (senyawa nonpolar)
maka disebut sebgai emulsi air dalam minyak (W/O). Emulsi W/O tidak dapat bercampur
dengan air dan tidak dapat dibilas dengan air (Allen, 1999). Salah satu factor yang dapat
mempengaruhi tipe emulsi yang dihasilkan adalah tipe emulgator ysng digunakan (Aulton,
1991).
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; makin tinggi
viskositas, maka semakin besar tahanannya (Martin, Swarbrick, Cammarata, 1993).
Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan
menurunkan daya sebar (Garg, Aggarwal, Garg, Singla 2002).
Dalam proses pencampuran diperlukan energi untuk dapat mendispersikan dua fase
yang tidak saling campur untuk dapat membentuk emulsi yaitu energi kimia (emulgator),
energi panas (suhu), maupun energi mekeanik (pencampuran). (Anonim.2011:Setyaningsih
2010)