Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 terdapat sejumlah uji yang dapat
dilakukan dalam keadaan kering tanpa melarutkan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan :

a. Organoleptis
Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan beberapa di antaranya
menjadi ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan sebagai indikasi dalam identifikasi zat
tersebut. Dengan menggunakan panca indra secara langsung, dapat dikenali beberapa zat
yang mempunyai ciri khas mulai dari wujud, bentuk, bau, warna, serta rasa dari zat tersebut.
Pada umumnya kumpulan dari berbagai karakteristik tersebut ditetapkan dalam daftar
monografi yang dapat dilihat pada farmakope sebagai uji pendahuluan. Dengan adanya uji
pendahuluan maka akan memudahkan identifikasi suatu zat terutama senyawa obat pada
tahapan berikutnya.

b. Pemanasan

Beberapa zat dapat memberikan menunjukkan sifat-sifat tertentu yang muncul saat
zat dipanaskan. Sifat-sifat yang muncul dapat dimanfaatkan untuk mengenali zat tersebut
dalam upaya identifikasi suatu zat. Meskipun tidak semua zat menunjukkan ciri khas saat
dipanaskan, beberapa zat dapat dikenali setelah menunjukkan perubahan warna, wujud, bau
dan sifat-sifat lain seperti dapat terjadi sublimasi, pelelehan, atau penguraian yang disertai
perubahan warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khas
tertentu saat dipanaskan.

Sejumlah zat dimasukkan ke dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang
terbuat dari pipa kaca lunak agar mudah diamati saat dipanaskan, kemudian dipanaskan
dalam sebuah nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kemudian dengan nyala yang
lebih kuat agar perubahan yang terjadi tidak ada yang terlewat. Tabung reaksi kecil, 60-70
mm x 7-8mm, yang mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai.
c. Uji Nyala

Beberapa zat dapat memberikan ciri khas yang unik yaitu memberikan warna nyala
yang tajam pada saat terbakar. Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion
logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam
menghasilkan warna nyala. Untuk senyawa-senyawa Golongan 1 pada sistem periodik
unsur, uji nyala biasanya merupakan cara paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana
yang terdapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya
yang lebih dapat dipercaya, meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat
seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka perlu mengetahui struktur nyala
bunsen tak terang.

Zona m e n g o ksid a ta s (d )

D
Zona m e re d uksia ta s (e )
Ba g ia n terp a na s nya la (b )
E F Zo na m e n g o ksid b a wa h (c )
Zo na m e re d uksi b a wa h (f)
Zo na te m p e ra tur b a wa h (a )
A B

Gambar Struktur Nyala Bunsen

Keterangan:
1. Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk
menguji nyala dari zat-zat atsiri.
2. Bagian terpanas nyala adalah zona pelelehan pada (b), daerah ini dimanfaatkan untuk
menguji kedapat-lelehan zat dan juga melengkapi (a) dalam menguji keatsirian relatif
dari campuran zat-zat.
3. Zat mengoksid bawah terletak ada batas luar (b) dan dapat digunakan untuk
mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak, natrium karbonat atau garam
mikroskopik.
4. Zat mengoksid atas (d), daerah ini digunakan untuk semua proses oksidasi yang tidak
diperlukan temperatur tinggi.
5. Zona mereduksi atas (e) adalah ujung kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk
mereduksi oksida kerak menjadi logam.
6. Zona mereduksi bawah (f) berguna untuk mereduksi boraks lelehan.

Anda mungkin juga menyukai