Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I

DISUSUN OLEH :

NAMA : BELA AZKIANA

NIM : G1C018013

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ACARA III

ANALISIS UNSUR

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Memahami analisis kualitatif unsur-unsur penyusun suatu senyawa
organik.
b. Memahami reaksi-reaksi yang digunakan untuk uji kualitatif unsur-
unsur penyusun suatu senyawa organik.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 27 September 2019.
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Senyawa organik sering disebut dengan istilah senyawa karbon,
walaupun istilah senyawa karbon ini tidak sepenuhnya benar karena selain
unsur c atau karbon banyak unsur lain yang berkombinasi seperti n,s,o,p
dan halogen. Perbedaan karakteristik dari senyawa organik bahwa
sebagian besar mengandung unsur karbon. Karbon mempunyai nomer
atom 6, terletak pada golongan IV A, periode 2. Karbon mempunyai
kemampuan yang sangat unik untuk berikatan satu sama lain membentuk
rantai yang panjang atau ring. Karbon terdiri sendiri adalah sebuah unsur,
dan dapat membentuk berbagai ragam molekul dari yang sangat sederhana
yang luar biasa kompleks (Sudama, 2014 : 7).
Unsur-unsur utama dalam tabel periodik mempunyai konfigurasi
elektron kulit terluar yang sama, yakni ns2np6, sehingga unsur-unsru pada
golongan yang sama sering menunjukkan sifat kimia dan sifat fisik yang
mirip. Informasi yang lebih berguna dari tabel periodik adalah
kecendrungan sistematis sifat-sifat unsru, baik dalam golongan yang sama
maupun dalam periode yang sama. Sifat energi seperti, energi ionisasi,
afinitas elektron, keelektronegatifa, dan sifat-sifat lain berubah dari unsur
ke unsur berikuya secara berkala. Unsur-unsur golongan I A yang dikenal
sebagai logam alkali merupakan unsur logam yang reaktif, dapat
melepaskan elektron valensi pada kulit ns1, senyawa utamanya adalah
ionik dan larut dalam air (Sunarya, 2011 : 380).
Analisis kandungan unsur runut (Trace Elemenis) pada minyak
kelapa sawit, solar, biosolar komersial A, biosolar komersial B, biosolar
B5, B10, B15, B20, dan B25 dilakukan dengamenggunakan KP-CES
karena kemampuan mengidentifikasi dan mengukur semua elemen yang
diukur dengan bersamaan dalam waktu yang singkat, dan tingkat ukuran
yang tinggi. Adapun hasil analisis kandungan unsur runut (Trace
Elemenis) tersebut pada dilihat pada unsur-unsur alkali, alkali tanah, unsur
transaksi juga logam berat ditemukan dalam minyak kelapa sawit,
biodiesel, solar. Kandungan logam Pb, Rb dan Mn juga terdapat pada
formulasi blending solar dan biosolar B5, B10, B20, dan B25 (Nurdin,
dkk, 2016).
CTPBD (CTF) dengan stabilitas kimiawi superior dan luas
permukaan yang besar diterapkan sebagai sorben ekstraksi fase padat ion
jejak melalui injeksi aliran diikuti dengan spektometri massa plasma
induktif ditambah (ICP-MS). Deteksi COFs CTpBD yang dipersiapkan
degan baik dan penuh karakteristik diisi dengan kartid ekstraksi fase padat
sebagai adsorben yang baru dan kuat untu anlisis elemen (unsur).
Pemisahan dan pengayaan Cr(III), Mn(II), CO(II), Ni(II), Cd(II), V(V),
Cu(II), As(III), Se(IV), dan Mo(VI) kemudian dilakukan, dan diisi serta
diukur oleh (ICP-MS) (Liu, dkk, 2018).
Identifikasi pengaruh keberadaan gas sulfur dioksida bagi
kesehatan manusia dilakukan dengan mengobservasi keberadaan korosi
logam yang terbentuk oleh gas tersebut. Metode yang digunakan berupa
analisis pada sampel lumpur dan air yang dilakukan di lapangan yang di
laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi sifat fisik, sifat kimia, sifat
korosif logam serta data sekunder pendukung dari karakter lumpur yang
sejenis. Dengan mengenali kondisi geologi medis berikut identifikasi
korosi logam, diperoleh manfaat menganalisis potensi gangguan kesehatan
berikut arahan penanganannya (Rakhman, 2016).
Fixed-bed reactors telah dianggap sebagai alternatif yang
menjanjikan untuk produksi hidrogen karena konsentrasi sederhananya
dan peningkatan resensi biomassa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyelidiki produksi biologis hidrogen dalam fixed-bed reactors
anaerobik dengan air limbah pati ubi kayu yang digunakan sebagai
substrat. Bahan-bahan pendukung yang berbeda dan pengaturan fixed-bed
reactors digunakan untuk mengevaluasi produksi biologis hidrogen dalam
fixed-bed reactors anaerobik (Torres, 2017).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Dongkrak
c. Gelas arloji
d. Kertas saring
e. Klem
f. Korek api
g. Krus porselin
h. Pembakar spiritus
i. Penjepit besi
j. Penjepit kayu
k. Pipa U
l. Pipet tetes
m. Rak tabung reaksi
n. Statif
o. Tabung reaksi
p. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. DCM (Diklorometana) (CH3Cl2(aq))
c. Larutan Asam Nitrat Encer (HNO3)
d. Larutan Pb-Asetat (Pb(CH3COO)2) 1%
e. Larutan kapur (Ca(OH)2)
f. Logam Cu
g. Padatan Naftalena (C10H8)
h. Serbuk Tembaga (II) Oksida (CuO)
i. Serbuk Belerang (S)
j. Urea (CO(NH2)2)

D. SKEMA KERJA
1. Identifikasi Unsur Karbon
a. Reaksi Pengarangan
0,5 gram Naftalena
o Dimasukkan ke dalam cawan porselen
o ∆ dengan api kecil
o ∆ dengan api besar

Hasil
o Diamati warna nyalanya

Hasil (terdapat jelaga)

o ∆ dengan suhu tinggi


o + HNO3 encer
o Diamati jelaga

Hasil

b. Percobaan Penfield
0,5 gram urea
o + 0, 5 gram CuO
o Dimasukkan dalam tabung reaksi yang dilengkapi pipa
U
o ∆

Terbentuk gas

o Dialirkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air kapur

Hasil

2. Identifikasi Unsur Hidrogen


a. Percobaan Penfield
0,5 gram urea
o + 0, 5 gram CuO
o Dimasukkan dalam tabung reaksi yang dilengkapi pipa
U
o ∆

Terbentuk gas

o Dialirkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air kapur

Hasil
b. Pirolisis dengan Sulfur
Sedikit urea
o Dimasukkan dalam tabung reaksi
o + 50 mg sulfur
o Tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang telah
dibasahi dengan Pb-asetat 1 %
o ∆

Hasil

3. Percobaan Lassaigne (Tidak Dilakukan)


Sepotong logam Na
o Dimasukkan ke dalam ampul
o ∆ hingga melebur

Hasil

o + 5 mg urea + sukrosa
o ∆ sampel merah membara

Hasil

o Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diisi 20


ml air sampai ampul pecah
o ∆ sampai mendidih
o Disaring
o Filtrat disimpan

Hasil

4. Identifikasi Unsur Nitrogen


3 ml filtrat lassaigne
o + beberapa tetes FeSO4
o + 1-3 tetes FeCl3
o Diasamkan dengan H2SO4 (jika perlu)

Hasil
5. Percobaan Kjeidhal
10 gram urea
o Dimasukkan dalam tabung reaksi
o 10 tetes H2SO4 pekat
o ∆

Hasil (terbentuk larutan jernih)

o + 1 ml air
o Dibasahkan dengan NaOH

Hasil

o + beberapa tetep reaksi nessler

Hasil

6. Identifikasi unsur Sulfur


3 ml sampel lassaigne
o Diasamkan dengan asam asetat
o Beberapa tetes pb-asetat

Hasil

3 ml sampel lassaigne
o Diasamkan dengan HCl
o + beberapa tetes FeSO4

Hasil

3 ml sampel lassaigne
o + beberapa tetes Na-nitriprasida

Hasil

7. Identifikasi unsur Fosfor (Tidak Dilakukan)


3 ml sampel lassaigne
o + HNO3 pekat beberapa tetes
o ∆
o + beberapa tetes NH4-Molibdat
Hasil

3 ml sampel lassaigne
o + beberapa tetes pereaksi magnesium mixture

Hasil

8. Identifikasi unsur Halogen


a. Percobaan Beilstein
Logam Cu
o ∆ sampai tidak ada nyata hijau
o + beberapa DCM
o ∆

Hasil

3 ml filtrat lassaigne
o Diasamkan dengan HNO2
o ∆
o + beberapa tetes AgNO3

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Identifikasi Unsur Karbon
Perlakuan Hasil Pengamatan
a. Reaksi Pengarangan
 Naftalena dimasukkan ke Warna awal naftalena = putih
dalam cawan porselen Bentuk naftalena = padatan/ kristal

 ∆ dengan api kecil Naftalena meleleh

 ∆ dengan api besar Terbentuk jelaga hitam, bau


menyengat seperti bau kapur barus

 + HNO3 encer Asap berwarna putih dan Jelaga


menghilang

b. Percobaan Penfield
 0,5 gram urea + 0,5 gram Warna awal urea = putih
CuO Warna awal CuO = hitam

 ∆ dengan tabung reaksi Campuran CuO + urea meleleh dan


yang dilengkapi dengan berubah menjadi warna kehitaman
pipa U dan dialirkan ke Terbentuk gelembung pada air
dalam tabung reaksi berisi kapur
air kapur Terbentuk uap pada tabung reaksi

2. Identifikasi Unsur Hidrogen


Perlakuan Hasil Pengamatan
a. Percobaan Penfield Terdapat titik air pada pipa U dan
terbentuk gelembung pada air kapur

b. Pirolisis dengan Sulfur


 Urea + 50 mg sulfur Warna awal urea = putih
Warna awal sulfur = kuning

 Dipanaskan dengan tabung Ketika dipanaskan terbentuk


reaksi ditutup dengan gelembung berwarna kuning dan
kertas saring yang telah endapan berwarna merah
ditetesi larutan Pb-asetat Pada kertas saring terdapat noda
hitam

3. Identifikasi Unsur Halogen


Perlakuan Hasil Pengamatan
a. Percobaan Beilstein
 Logam Cu dibakar Warna awal Cu = merah maroon,
ketika dibakar terbentuk warna
hijau samar-samar

 + beberapa tetes DCM, Langsung berubah warna menjadi


dipanaskan kembali warna hijau kebiruan

F. ANALISIS DATA
1. Identifikasi Unsur Karbon
a. Reaksi Pengarangan
C10H8(s) + 2O2 → 10C2(s) + H2O(l)
C(s) + 2HNO3(aq) → CO2(g) + 2HNO2(aq)
b. Percobaan Penfield
CuO(s) + CO(NH2)2(s) + 2O2(g) → CO2↑ + 2H2O(l) + 2NO↑ +Cu(s)
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) → CaCO3↓ + H2O(l)

2. Identifikasi Unsur Hidrogen


a. Percobaan Penfield
CuO(s) + CO(NH2)2(s) + 2O2(g) → CO2↑ + 2H2O(l) + 2NO↑ +Cu(s)
Ca(OH)2(aq) + CO2(g) → CaCO3↓ + H2O(l)
b. Pirolisis dengan Sulfur
2CO(NH2)2(s) + 4S(s) + 3O2(g) → 4H2S↑ + 2CO2↑ + 4NO↑
H2S(g) + (CH3COO)2Pb(aq) → PbS↓ + 2CH3COOH(aq)

3. Percobaan Lassaigne
Na(s) → Na(l) → Na (merah) + C2H5OH(aq) +H2O → Na2P(aq) + Na2S(aq)
+ NaCN(aq) + Na-halogenida (aq)
4Na(s) + O2 → 2Na2O(s)
C2H5OH(aq) + Na2O(g) → C2H5Na(aq) + NaOH(aq)

4. Identifikasi Unsur Nitrogen


2NaCN(aq) + FeSO4(aq) → Fe(CN)2(aq) + Na2SO4(aq)
3Fe(CN)2(aq) + 2FeCl3(aq) → 2Fe(CN)3(aq) + 3FeCl2(aq)
2Fe(CN)3(aq) + 3H2SO4(aq) → Fe2(SO4)3(aq) + 3HCN(aq) + 3/2H2(g)

5. Percobaan Kjeidhal
CO(NH2)2(s) + H2SO4(aq) → Fe(CN)2(aq) + Na2SO4(aq)
(NH4)2SO4(aq) + 2NaOH(aq) → 2NH3(g) + 2H2O(l) + Na2SO4(aq)
NH4+(aq) + 2(HgI4)-2 + 2OH- → HgOHg(NH2)I↓ + 7I-(aq) + H2O(l)

6. Identifikasi unsur Sulfur


Na2S(aq) + 2CH3COOH(aq)→ 2CH3COONa(aq) + H2S(g)
H2S + (CH3COO)2Pb(aq)→ PbS↓ (Hitam) +CH3COOH(aq)
Na2S(aq) + 2HCl(aq)→ 2NaCl(aq) + H2S
H2S + FeSO4(aq) → Fe↓ + H2SO4(aq)
Na2S(aq) + Na-nitroprusida(aq) → warna violet

7. Identifikasi unsur Fosfor


Na3P(aq) + 3HNO3(aq) → 3NaNO3(aq) + H3P(aq)
H3P(aq) + O2(g) → H2O(l) + P2O3(aq) + 2H2(g)
P2O3(aq) + (NH4)2M2O4(aq) → (NH4)2P2O3MoO3↓ (kuning)

8. Identifikasi unsur halogen


a. Percobaan Beilstein
2Cu(s) + O2(g) → 2CuO↓
CuO(s) + CH2Cl2(aq) → Cu↓ + Cl2↑ + CH2O
b. Na-halogenida(aq) + HNO3(aq) → NaNO3(aq) + H-halogenida(aq)
(Filtrat Lassaigne)
NaCl(aq) + HNO3(aq) → NaNO3(aq) + HCl(aq)
HCl(aq) + AgNO3(aq) → HNO3(aq) + AgCl↓
AgCl(s) + NH4OH(aq) → AgOH(aq) + NH4Cl(aq)
NH4Cl (aq) + HNO3(aq) → NH4NO3(aq) + HCl(aq)
G. PEMBAHASAN
Analisis kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk
mencari susunan prenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu
sampel. Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami analisis kualitatif
unsur-unsur penyusun suatu senyawa organik dan memahami reaksi-reaksi
yang digunakan untuk uji kualitatif unsur-unsur penyusun suatu senyawa
organik. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut, dilakukan beberapa
percobaan.
Percobaan pertama, yaitu identifikasi unsur karbon yang dilakukan
dengan dua cara, pengarangan dan percobaan penfield. Pada reaksi
pengarangan digunakan naftalena. Agar naftalena lebih mudah bereaksi,
dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk meningkatkan energi disosiasi
agar ikatannya putus. Pada pemanasan dengan api kecil, melelehnya
naftalen dari padat menjadi cair. Pada pemanasan dengan api besar,
naftalen memperoleh energi disosiasi yang lebih besar karena adanya
peningkatan suhu sehingga reaksinya berlangsung cepat. Pada pemanasan
ini, naftalen bereaksi dengan oksigen (terbakar) menimbulkan warna nyala
merah dan adanya bau yang menyengat seperti bau kapur barus yang
menunjukkan adanya unsur karbon. Adanya unsur karbon juga
ditunjukkan dengan adanya jelaga berwarna hitam pada cawan porselen.
Jika pada pemanasan yang lebih kuat masih terdapat jelaga, maka perlu
ditambahkan larutan HNO3 untuk menghilangkan jelaga karena HNO3
menyebabkan karbon lebih reaktif sehingga terjadi pembakaran sempurna
dengan hasil gas CO2 dan air. Terbentuknya CO2 ditandai dengan
hilangnya jelaga saat pemanasan naftalen.
Kemudian, pada cara kedua yaitu percobaan penfield, digunakan
0,5 gram pupuk urea sebagai sampel yang dicampurkan dengan 0,5 gram
bubuk CuO. Warna awal dari urea yaitu berwarna putih, sedangkan warna
awal CuO yaitu berwarna hitam. Campuran kemudian dipanaskan hingga
campuran tersebut meleleh dan berubah warna menjadi warna kehitaman.
Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi urea dengan CuO.
Pada saat rekasi berlangsung, terdapat gelombang serta adanya uap. Uap
yang terbentuk merupakan gas CO2. Selain gelombang, terdapat juga titik-
titik air pada dinding tabung reaksi dan pipa U. Titik-titik air inilah yang
mengidentifikasikan adanya unsur hidrogen. Dengan demikian, percobaan
penfield selain dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsut karbon, juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur hidrogen.
Pada percobaan kedua, dilakukan identifikasi unsur hidrogen
dengan dua car, yaitu percobaan penfield seperti yang telah dijelaskan
diatas. Cara kedua yaitu pirolisis dengan sulfur. Pirolisis adalah
dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana material mentah akan
mengalami perubahan strukur kimia menjadi fase gas. Pada
percobaan ini campuran urea dengan sulfur dipanaskan hingga mencair,
ketika dipanaskan terbentuk gelembung berwarna kuning dan endapan
berwarna merah. Pada kertas saring terdapat noda hitam, noda hitam
tersebut menandakan adanya keberadaan unsur hidrogen.
Percobaan ketiga atau percobaan terakhir adalah identifikasi unsur
halogen. Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada
golongan 7 (VII atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik. Halogen
juga merupakan golongan dengan keelektronegatifan tertinggi, jadi ia juga
merupakan golongan paling nonlogam. Dilakukan dengan cara yaitu
percobaan Belstein. Pada percobaan Belstein, digunakan logam Cu yang
dipanaskan dengan spiritus. Ketika logam Cu dipanaskan timbul warna
nyala hijau samar-samar, dikarenakan reaksi yang terjadi antara logam
Cu dan oksigen. Kemudian diteteskan dengan DCM (Diklorometana)
Diklorometanaatau metilena klorida adalah senyawa organik dengan
rumus kimia CH₂Cl₂. Senyawa ini merupakan senyawa tak berwarna
beraroma manis yang banyak digunakan sebagai pelarut.
Diklorometana tidak larut sempurna dengan air, tetapi dapat larut
dengan pelarut organik lainnya. Setelah diteteskan dengan DCM lalu
dipanaskan kembali dan menghasilkan warna nyala hijau kebiruan.
Warna nyala ini mengidentifikasi adanya unsur halogen yang
menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan
logam.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Analisis unsur kualitatif penyusun senyawa organik dapat dilakukan
dengan mengamati warna nyala, melihat terbentuknya endapan dan
warna endapan yang dihasilkan.
2. Reaksi-reaksi yang digunakan untuk identifikasi unsur-unsur senyawa
organik yaitu reaksi penjarangan dan penfield untuk mengidentifikasi
unsur karbon, identifikasi hidrogen dengan pirolisis dengan sulfur dan
dengan percobaan penfield, percobaan lassaigne, identifikasi unsur
nitrogen dan sulfur dan fosfor menggunakan filtrat lassaigne,
percobaan kjehdahl, dan identifikasi unsur halogen menggunakan
percobaan Belstein dan filtrat lassaigne.
DAFTAR PUSTAKA

Liu, Jing Min, Xing Zhi Wang, Chao Yue Zhao, JiaLiaHao, Gio Zhen Fang, Shuo
Wang. 2018. Fabrication Of Porous Covalent Organic Frameworks as
Selective and Advanced Adsorbents for the On-Line Preconcentration of
Trace Elements Against the Complex Sample Matrix. Journal of
Hazardous Materials. Vol 1, No. 1 : 1.

Nurdin, Nurdianti, A. Noor, M. Zakir. 2016. Penentuan Kualitas Biosolar Melalui


Analisis Konsentrasi Unsur Runut (Trace Elements) Menggunakan
Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICD OES).
Jurnal Teknik Kimia. Vol. 1. No. 2 : 1-7.

Rakhman, Arte Noor. 2016. Peranan Sulfur Dioksida pada Pembentukan Korosi
Logam dan Implikasinya bagi Kesehatan Manusia di Gunung Lumpur,
Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa
Tengah. Jurnal Teknologi Technoscientia. Vol. 8, No. 2.
Sudarma, I Made. 2017. Kimia Organik Jilid 1. Universitas Mataram : Mataram.

Sunarya. Yayan. 2011. Kimia Dasar 2. Yrama Widya : Jakarta.

Torres, Douglas G.B., Lucas, Shaiane Dal’ Maso, Andreani, Cristiane L.,
Carvalho, Karina Q. DE, Coelho, Silvia R. M., Gomes Simone D. 2017.
Hydrogen Production and Performance of Anaerobic Fixed-Bed Reactors
Using Three Support Arrangements From Cassava Starch Wastewater.
Journal of the Brazilian Association of Agricultural Engineering. Vol. 37,
No. 1, 160 -172.

Anda mungkin juga menyukai