Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FITOKIMIA TENTANG

JALUR BIOSINTESIS dan METODE


ANALISIS

Kelompok 5 :

Desna Amelliya (1601058)


Fajri Maimora1 (1601063)
Karin Ayu Adinda (1601072)
Lotinoris Cardo (1601074)
Ratih Nur Ramadhan (1601083)
Jalur Biosintesis

 Biosintesis: pembentukan senyawa kimia secara alami oleh


jazad hidup.
 Secara umum biosintesis bahan alam melalui jalur asam
shikimat, asetat dan kombinasi asam asetat – shikimat.
(1) Jalur asam shikimat (+ khorismat)
jalur biosintesis asam amino aromatis dari karbohidrat
melalui asam shikimat.
(2) Jalur asam asetat (poliketida & isoprenoid)
jalur biosintesis dari senyawa alam tertentu atau
prekursornya melalui pembentukan kondensasi unit
asetat.
Metabolit Jalur asetat, propionat
JALUR ASETAT
 Unit C2 dari molekul asam asetat merupakan bahan pembangun
yang secara umum digunakan oleh organisme hidup untuk
pembentukan senyawa dengan molekul yang kompleks. Selain
digunakan pada pembentukan asam-asam lemak, asam asetat dan
bentuk teraktivasi-nya (asetil koenzim A) dan malonil koenzim A
merupakan atom karbon yang penting dalam pembentukan senyawa
alam golongan poliketida dan terpen-terpen.
I. Unit asam asetat, asam propionat
 a. asam lemak II. Asam poliketo (poliketida)
1). asam lemak jenuh a. Antrakinon (tipe emodin)
b. Tetrasiklin
2). asam lemak tidak jenuh
3). asam lemak siklopropan
4). senyawa asetilena
 b. Prostaglandin
Metabolit jalur as.asetat & kerangka
lain
FLAVONID
Metabolit yg dibentuk lewat isoprena
A. Terbentuk isopren aktif (1,2,3,4,6,8; > unit-
poliprenol, politerpen) –unit isoprena

B. Pembentukan terpenoid dari :


 1). 2 unit isoprena: monoterpen asiklik &
siklik
 2). 3 unit isoprena (seskuiterpen siklik)
 3). 4 unit isoprena (pembentukan fitol)
JALUR ASETAT; MEVALONAT
Pembentukan terpenoid dari :

1) 6 unit isoprena
a. Diterpena tetrasiklik
◦ produk siklisasi primer (lanosterin)
◦ pembentukan β-amirin
◦ pembentukan kolekalsiferol (vit. D), steroid, asam empedu
b. Pembentukan STEROID
2) 8 unit isoprena (Tetraterpen)
a. cis-trans Fitoen
b. β-Karoten
3) Lebih dari 8 unit isopren
a. Polifenol
b. Gutta percha
Jalur metabolit sekunder
Jalur Asam Malonat Asetat
 Senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan melalui jalur asam malonat
diantaranya: asam lemak (laurat, miristat,
palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenic),
gliserida, poliasetilen, fosfolipida, dan
glikolipida. Tanaman yang menghasilkan
senyawa ini antara lain: Jarak pagar, kelapa
sawit, kelapa, jagung, kacang tanah, zaitun,
bunga matahari, kedelai, wijen, kapas,
coklat, dan alpukat.
Jalur Asam Mevalonat Asetat
 Senyawa metabolit sekunder dari jalur ini
diantaranya adalah Essential oil,
Squalent, Monoterpenoid, Menthol,
Korosinoid, Streoid, Terpenoid, Sapogenin,
Geraniol, ABA, dan GA3.
Jalur Asam Shikimat
 Metabolit sekunder yang disintesis melalui
jalur asam shikimat diantaranya adalah
Asam Sinamat, Fenol, Asam benzoic, Lignin,
Kumarin, Tanin, Asam amino benzoik dan
Quinon.
Metode analisis fitokimia
dapat dilakukan pada simplisia kering dan
ekstrak yang diperoleh. Pengujian fitokimia ini
bertujuan untut mengetahui secara kualitatif
kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam sampel. Sampel tumbuhan
dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 40
oC hingga kadar airnya kurang dari 10 %. Setelah
kering sampel dihaluskan hingga berukuran 100
mesh. Sampel telah halus dan menjadi serbuk
selanjutnya diuji fitokimia. Uji fitokimia terdiri dari
alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan
steroid/triterpenoid.
Analisis kualitatif fitokimia
 Identifikasi Alkaloid
ditimbang 500 mg serbuk simplisia, ditambahkan 1 mL
asam klorida 2 N dan 9 mL air, dipanaskan di atas penangas air
selarna 2 menit, didinginkan dan disaring. Dipindahkan 3 ml filtrat
pada kaca arloji kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi
Dragendorrf, jika terjadi endapan coklat maka simplisia tersebut
mengandung alkaloid. Jika dengan pereaksi Mayer terbentuk
endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut
dalam methanol maka ada kemungkinan terdapat alkaloid.
 Identifikasi Flavonoid
1 mL larutan diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1-2 mL
etanol (95%) P, ditambahkan 500 mg serbuk seng dan 2 ml, asam
klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit, ditambahkan 10 tetes
asam klorida pekat, jika dalarn 2-5 menit terbentuk warna merah
berarti mengandung flavonoid.
 Identifikasi Tanin
ditimbang 500 mg serbuk simplisia, ditambahkan 50 mL aquadest,
dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan. Dipindahkan 5 mL filtrat pada
tabung reaksi, diteteskan pereaksi besi (III) klorida, bila terjadi warna hitam
kehijauan menunjukkan adanya golongan senyawa tanin.
 Identifikasi Saponin
ditimbang 1 g serbuk simplisia lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil selama tidak kurang dari 10
menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak
hilang, menunjukkan bahwa dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
 Identifikasi Steroid/Triterpenoid
ditimbang 1 g serbuk simplisia ditambahkan 20 mL eter dan
dimaserasi selama 2 jam, dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, diteteskan
pereaksi Lieberman-Burchard (asam asetat glasial-asam sulfat pekat), bila
terbentuk wama merah menunjukkan senyawa steroid atau hijau menunjukkan
senyawa triterpenoid.
Analisis kuantitatif fitokimia
 Uji fenol
total Sebanyak 2 gram sampel ditambah 300 mL dietileter, lalu disoklet selama 2
jam untuk menghilangkan lemaknya. Setelah itu sampel sampel bebas lemak
tersebut ditambahkan 50 mL dietileter dan dididihkan selama 10 menit, kemudian
disaring. 5 mL ekstraknya ditambahkan 10 mL aquades, 2 mL ammonium
hidroksida pekat, dan 5 mL n-butanol, dikocok lalu didiamkan hingga terbentuk dua
fase dan sampai timbul warna. Kemudian diukur serapannya dengan
spektrofotometer ultraungutampak pada panjang gelombang 255 nm.

 Tanin
Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 50
mL aquades, diaduk dengan menggunakan pengocok mekanik selama 1 jam. Setelah
itu larutan disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan air
hingga tepat tanda batas. Kemudian dipipet 5 mL filtrat ditambah 0,8 mL kalium
heksasianoferrat(III) 0,008 M dalam 0,1 N asam klorida dan 0,8 mL ferriklorida 0,1
M dalam 0,1 N asam klorida. Kemudian didiamkan, setelah itu diukur serapannya
dengan menggunakan spektrofotometer ultraungu-tampak pada panjang
gelombang 420 nm.
 Flavonoid
Dalam Erlenmeyer 10 gram serbuk sampel diekstrak dengan 100
mL metanol-air 80% pada suhu ruang selama 24 jam. Kemudian
seluruh larutan disaring dan dipindahkan ke dalam krusibel. Lalu
diuapkan hingga kering di atas penangas air kemudian ditimbang
beratnya
 Alkaloid
Ke dalam gelas kimia 250 mL, sebanyak 5 gram sampel ditambah
200 mL asam asetat 10% dalam metanol, lalu didiamkan selama
24 jam dan disaring. Kemudian dipekatkan dengan
memanaskannya pada penangas air hingga volume menjadi ¼
volume awalnya. Setelah itu ditambahkan ammonium hidroksida
pekat tetes demi tetes sampai terbentuk endapan sempurna.
Larutan dibiarkan dan endapan tersebut dikumpulkan dan dicuci
dengan ammonium hidroksida encer, lalu disaring dan
dikeringkan lalu ditimbang beratnya.
Daftar pustaka
 Ahmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Penerbit
Karunika Universitas Terbuka. Jakarta. Hal 65-73.
 Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan
Tropika Indonesia dalam Merekayasa Model Molekul
Alami. Makalah Seminar Nasional Kimia VI. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia.Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan. Alih bahasa Kosasih
Padmawinata. ITB Bandung. Hal 1-107.
 H. O. Odeoga, D. E. Okwu, and B. O. Mbaebie,
Phytochemical constituents of some Nigerian
medicinal plants, African Journal of Biotechnology Vol.
4(7), 685-688, 2005.
 Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid.

Anda mungkin juga menyukai