TUGAS 3
Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoida (Ekstrak Psidium guajava)
1.1 Tujuan
Kingdom : Plantae
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Jenis akar pada Psidium guajava adalah jenis tunggang yang bercabang dan
panjang meruncing, berwarna coklat muda hingga coklat tua. Batang tanaman ini
keras, bentuknya bulat memanjang dan memiliki permukaan halus serta licin.
Memiliki diameter kurang lebih 10-20 cm, ruas pendek dan dilengkapi dengan
adanya percabangan yang banyak. Daun tanaman jambu biji ini memiliki bentuk
bulat oval dengan warna yang kehijauan muda hingga tua, bagian tepinya merata
dan berdiameter hingga 3 cm. Dilengkapi dengan adanya pertulangan daun kira-
kira sebanyak 5-10 dalam satu daun. Tergolong daun yang tidak lengkap karena
daunnya hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja. Bunga berwarna putih
menerahan dan juga terdiri dari dua buah mahkota yang terdiri dari 4-5 daun
berkelopak dengan jumlah mahkotanya yang sama. Buah berbentuk buat
memanjang dan sedikit oval dengan warna hijau kekuningan, termasuk buah
tunggal (Pusat Info Pertanian).
Buah jambu biji mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi terutama vitamin dan
mineral. Senyawa-senyawa lainnya yaitu limonene, pinena, bisabolena, humelena,
salinena, kadinena dan hapaena. Bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tu uh
terhadap serangan penyakit, meningkatkan kesehatan gusi, gigi, dan pembuluh
kapiler serta membantu penyerapan zat besi dan penyembuhan luka. Buah jambu
biji juga dapat dikonsumsi dengan berbagai bentuk seperti pasta, jeli, selai, jus dan
dodol. Daun jambu biji memiliki kandungan Flavonoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, untuk
mengobati diare, disentri, haid tidak lancar, pencernaan tidak baik pada anak,
radang usus dan maag. Bunga, kulit batang dan buah mentah jambu biji juga
bermanfaat sebagai antiseptik, penyembuhan diare dan sakit perut. Kandungan
polifenolnya bermanfaat sebagai antioksidan. Akar jambu biji mengandung beta
sitosterol yang dapat menurunkan kolesterol darah dan quercetin sebagai
antioksidan. Ekstrak daun, kulit akar, air buah jambu biji mempunyai efek
antihistamin. Sari buah jambu biji dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Senyawa
galokatekin dari senyawa fenol dalam daun jambu biji mempunyai aktivitas
antimutagenik. Tanin dan polifenol mempunyai aktivitas antidiare dan antimikroba.
Kandungan minyak atsiri dalam daun jambu biji mempunyai aktivitas antiinflamasi
dan analgesik (Hardiman, 2014).
Kandungan
I.2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas pada
tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya,
yangtersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkanoleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga. Senyawa flavonoid dalam tumbuhan dapat terikat dengan gula atau
tanpagula. Flavonoid yang terikat dengan gula disebut glikosida, sedangkan
flavonoid yang tidak terikat dengan gula disebut aglikon. Flavonoid dapat
berkhasiatsebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Harborne, 1987).
Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid
ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoid yng
terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.
Dalam sayap kupu-kupu dengan anggapan bahwa flavonoid berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam
tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang tersebar
yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita.
Fungsi Flavonoid
Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Fungsi tersebut seperti diantaranya :
Golongan
Penyebaran Ciri khas
Flavonoid
Antosianin Pigmen bunga merah marak, Larut dalam air, maks 515-
merah senduduk, dan biru, juga 545 nm
dalam daun dan jaringan lain
Proantosianidin Terutama tak berwarna, dan Menghasilkan antosianidin
daun tumbuhan berkayu (warna dapat diekstraksi
dengan amil alkohol) bila
jaringan dipanaskan dalam
HCl 2 N selama setengah jam
Flavonol Terutama ko-pigmen tak warna Setelah dihidrolisis, berupa
dalam bunga sianik dan asianik, bercak kuning murup pada
tersebar luas dalam daun kromatogram forestall bila
disinari dengan sinar UV,
maksimal spektrum pada 30-
386 nm
Flavon Seperti flavonol Setelah dihidrolisis, berupa
bercak coklat redup pada
kromatogram forestall,
maksimal spektrum pada
330-350 nm
Glikoflavon Seperti flavonol Pada kromatogram BAA
berupa bercak redup dengan
RF tinggi
Biflavonil Tak warna, hampir seluruhnya Pada kromatogram BAA
terbatas pada gimnospermae berupa bercak redup dengan
RF tinggi
Khalkon & Auron Pigmen bunga kuning, kadang Dengan amonia berwarna
terdapat juga dalam jaringan merah, maksimal spektrum
lain 370-410 nm
Flavanon Tak warna; dalam daun dan Berwarna merah kuat dengan
buah (terutama dalam citrus) Mg/HCl; kadang sangat pahit
Isoflavon Tak warna; seringkali dalam Bergerak pada kertas dengan
akr; hanya terdapat dalam satu pengembang air; tak ada uji
suku, Leguminosae warna yang khas
Adanya gugus fenol pada flavonoid memberikan reaksi positif dengan pereaksi untuk
fenol, misalnya dengan besi (III) klorida dan pereaksi asam sulfat akan memberi warna
spesifik. Karena reaksi tidak spesifik, maka tidak dapat digunakan membedakan masing-
masing golongan dan harus diikuti oleh uji warna lainnya.
Pereaksi aluminium klorida dapat membentuk kompleks dengan flavonoid
menimbulkan warna kuning. Kompleks dari flavonoiv dengan gugus hidroksil
berkedudukan orto tidak stabil dengan asam dan akan terurai kembali. Akan tetapi
flavonoid dengan gugus hidroksil yang berkedudukan dekat gugus karbonil akan stabil
dengan penambahan asam.
Lazimnya identifikasi flavonoid diawali dengan reaksi warna menggunakan
pereaksi-pereaksi, seperti natrium hidroksida, asam sulfat, besi (III) klorida, logam
magnesium dan asam klorida. Kelarutan dari flavonoid menjadi dasar dalam ekstraksi dan
pemisahan secara kromatografi, sifat-sifatnya dengan pereaksi-pereaksi tertentu menjadi
dasar analisis spektrofotometri UV-tampak.
Setyaningsih (2010) menjelaskan bahwa jika sampel terdapat senyawa flavonoid,
maka setelah penambahan logam Mg dan HCl akan terbentuk garam flaviilium berwarna
merah atu jingga. Penambahan HCl pekat dalam uji flavonoid pada metode Wilster
dimaksudkan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergnatikan oleh H+ dari asam karena sifatnya
yang elektrofilik. Glikofsida berupa gula yang bisa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan
ramnosa. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat ini menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavanolol dan xanton.
Reaksi Warna
Jenis Flavonoid
Larutan NaOH H2SO4 Mg-HCl
Kalkon Orange-merah Orange, merah, -
magenta
Tidak berwarna- Tidak berwarna-
Dihidroksikalkon -
kuning muda kuning muda
Auron Merah-ungu Merah-magenta -
Kuning/orange
Flavonon atau (dingin), Merah, magenta,
Orange-merah tua
dihiroflavonol merah/ungu ung, biru
(panas)
Flavon Kuning Kuning-orange Kuning-merah
Flavonol Kuning-orange Kuning-orange Kuning-magenta
Kuning muda jadi Kuning
Flavanonol Kuning-magenta
cokelat kemerahan
Leukoantosianin Kuning Merah tua Pink
Antosianin dan
Biru-ungu Kuning-orange Merah-pink
antosianidin
Kuning, merah,
Katekin Merah -
cokelat
Isoflavon Kuning Kuning Kuning
Isoflavanon Kuning Kuning -
Pengujian flavonoid juga dapat dilakukan dengan beberapa pereaksi berikut (Geissman,
1962) :
Uji Wilstatter
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan pada pemisahan zat secara cepat,
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata
pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom
kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau
gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat
penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada
kromatografi lapis tipis, tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada
kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari
zart pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang
lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk
memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat dilakukan dengan cara
densitometri atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian
disari dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada
kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang telah dieluasi diputar 90 dan
dieluasi lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain (Materia
Media hal : 313)
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi
kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa
secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk
pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-
pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Alat yang digunakan adalah lempeng
kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap, alat pembuat lapisan, bejana
kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot pereaksi, pelarut, dan lampu
ultraviolet.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
a. Preparasi Sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam tabung reaksi
sampai ekstrak n-heksan tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam 20 ml etanol dan dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing
disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID.
b. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
1) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 ml HCl pekat dan
diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan diatas penangas
air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi.
2) Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan
adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko)
2. Uji Wilstater
1) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4
potong magnesium
2) Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2ml air suling,
kemudian ditambah 1 ml butanol
3) Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol,
merah tua menunjukkan adanya flavanon
td
lu
m
1
h
a
b
L
D
w
C
o
4
c
k
2
a. Preparasi Sampel
b.
Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
2. Uji Wilstater
in
L
p
A
td
b
D
I
jv
o
ly
m
g
u
k
a
w
r
f
s
e
h
c
-
N
S
c. Kromatografi Lapis Tipis
Skema Kerja
a. Preparasi Sampel
b. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
Larutan IIIB 0,5 ml HCl pekat amati perubahan warna, lalu dipanaskan
diatas penangas air, amati perubahan
warna yang terjadi
Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan adanya
senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko IIIA)
2. Uji Wilstater
flavanon
Plat KLT setelah penotolan dan Plat KLT setelah penotolan dan
dilihat pada sinar UV 254 nm untuk dilihat pada sinar UV 365 nm
mengetahui totolan sudah cukup
terlihat atau belum
Hasil plat KLT setelah dieluasi dan Hasil plat KLT setelah dieluasi dan
dilihat pada sinar UV 254 nm dilihat pada sinar UV 365 nm.
Tampak noda berwarna kuning
intensif pada plat KLT
Hasil plat KLT setelah diberi Hasil plat KLT setelah diberi
penampak noda uap amoniadan penampak noda uap amonia dan
dilihat pada sinar UV 365 nm. dilihat secara visual terdapat 1 spot
noda berwarna kuning intensif.
I.5 Pembahasan
Uji Wilstater
Larutan IIIC ditambah dengan 0,5 ml HCl pekat dan serbuk magnesium.
Penambahan ini berfungsi untuk reaksi reduksi dimana menjadikan suatu flavonol,
flavanon dan flavon. Penambahan asam akan menyebabkan perubahan warna ketika
reduksi berlangsung. Kemudian diencerkan dengan 2 ml air suling dan 1 ml butanol
(warnanya berubah bila ditambahkan basa). Kemudian diamati terbentuknya warna pada
setiap lapisan. Secara teori, perubahan warna jiingga menunjukkan adanya flavon, merah
pucat menunjukkan adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavanon.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, pada larutan IIIC diperoleh berbagai
lapisan berwarna, pada lapisan atas berwarna jingga yang menunjukkan ekstrak Psidium
guajava memiliki senyawa flavon dan lapisan ditengah berwarna merah pucat yang
menunjukkan ekstrak Psidium guajava juga memiliki senyawa flavonol.
Uji KLT
Uji ini dilakukan dengan melakukan penotolan larutan IIID pada plat KLT. Pada
Plat KLT terdapat 2 noda yaitu hasil tampungan 1 dan 2 yang telah diuapkan serta larutan
IIID. Kemudian plat KLT tersebut dieluasi dengan fase gerak
klorofom:aseton:asamformiat (6:6:1 tetes). Kemudian plat KLT dilihat dibawah sinar UV
254 dan 365. Untuk lebih memperjelas noda, digunakan penampak noda uap amonia
dimana noda kuning yang ditimbulkan oleh uap amonia akan hilang secara perlahan ketika
amonianya menguap meninggalkan noda. Secara teori, adanya flavonoid ditunjukkan
dengan timbulnya noda berwarna kuning intensif.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, terdapat 1 titik noda
berwarna kuning intensif pada totolan hasil tampungan 1 dan 2 dengan nilai rf 0,32.
Sedangkan pada totolan IIID tidak terdapat noda kuning intensif. Hal ini dapat terjadi
mungkin dikarenakan masih terdapatnya zat pengganggu sehingga tidak memunculkan
hasil yang positif. Sehingga dari hasil ini dapat kita ketahui bahwa ekstrak Psidium
guajavamengandung senyawa flavonoid.
I.6 Kesimpulan
Hardiman, Intarina. 2014. Sehat Alami dengan Herbal, Pusat Studi Biofarmaka
LPPM IPB. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Jambu Batu (Psidium guajava)http://plantamor.com/species/info/psidium/guajavaDiakses
pada 15 Maret 2019
Kar, Ashutosh. 2013. Farmakognosi dan Farmakobioteknologi Edisi 2.
Terjemahan : July Manurung dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pusat Informasi Pertanian. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jambu
Bijihttps://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-jambu-biji-merah/
Diakses pada 16 Maret 2019
Rahayu, dkk. 2015. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Limbah
Kulit Bawang Merah Sebagai Antioksidan Alami. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
Zuhra, C.F., Juliarti, B.T., & Herlince, S. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatra.
Departemen Kimia FMIPAUSU