Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI STRUKTUR PARSIAL GLIKOSIDA FLAVONOID

Nama : Viya Dwi Anggraini


NIM : 1900023083
Kelas/Golongan/Kelompok : 4A/4/2
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 19 April 2021
Dosen : Dr. apt. Nanik Sulistyani, M.Si

Pernyataan Keaslian :
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat
adalah hasil karya sendiri dan atau tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada
bagian yang merupakan hasil meniru karya orang lain dan atau memanipulasi
data, maka saya siap menerima sanksi yang semestinya.

Yang menyatakan,

(Viya Dwi Anggraini )

LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN YOGYAKARTA
2021
PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI STRUKTUR PARSIAL GLIKOSIDA FLAVONOID

I. Tujuan
1. Mampu memahami identifikasi struktur parsial glikosida flavonoid
2. Dapat menerapkan teori dalam elusidasi struktur parsial flavonoid

II. Dasar teori


Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi
oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Pada tumbuhan flavonoid ini berfungsi
sebagai pengaturan tumbuh, fotosintesis, antimikroba dan antivirus. Flavonoid dapat
dijadikan sebagai obat tradisional karena flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor
pernafasan, menghambat aldoreduktase, monoamina oksidase, protein kinase, DNA
polymerase, dan lipooksigenase (Robinson, 1995).
Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon,
terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai lurus yang
terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini ditunjukkan dalam sistem 6 3 6 C − C − C
(Markham, 1988).
Struktur berbagai tipe atau golongan flavonoid bervariasi sesuai dengan
kerangka dasar heterosiklik beroksigen yang dapat berupa gama piron, piran atau
pirilium. Kecuali pada auron dan khalkon, siklisasi terjadi antara atom karbon didekat
cincin benzen (B) dan satu gugus hidroksil cincin A. Kelas-kelas yang berlainan di
flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik oksigen dan juga hidroksil yang
tersebar menurut pola yang berlainan (Robinson, 1991).
Penggolongan flavonoid berdasarkan substituen cincin heterostik yang
mengandung oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil. Perbedaan oksidasi
di bagian atom 3 C menentukan sifat, khasiat, dan golongan atau tipe flavonoid
(Markham, 1988).
Flavonoid dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan substitusi karbon
pada gugus aromatik sentral (C). Subkelompok tersebut adalah: flavon, flavonols,
flavanone, flavanol/ katekin, antosianin dan kalkon (Panche et al., 2016)
1) Flavon
Flavon merupakan flavonoid yang sering ditemukan pada daun, buah dan bunga
dalam bentuk glukosida. Tanaman yang banyak mengandung flavon diantaranya
adalah seledri, kamomil, daun mint, dan ginkgo biloba.
2) Flavonol
Flavonol merupakan flavonoid dengan gugus keton. Senyawa flavonol
diantaranya adalah kuersetin, mirisetin, fisetin, galangin, morin, rutin, dan robinetin.
Tanaman yang banyak mengandung flavonol adalah: tomat, apel, anggur, bawang,
beri, dan lain-lain.
3) Flavanon
Flavanon merupakan flavonoid yang paling banyak terdapat pada famili
Compositae, Leguminosae dan Rutaceae. Ciri dari flavanon ini adalah cincin C yang
saturasi, memiliki katan rangkap diantara posisi 2 dan 3 dan ini yang membedakan
dengan flavon.
4) Flavanol
Flavanol atau disebut juga katekin, merupakan derivat dari flavanone dengan
penambahan gugus hidroksi. Perbedaan yang mencolok yaitu tidak adanya ikatan
rangkap pada posisi 2 dan 3 serta gugus hidroksi yang selalu menempel di posisi 3
pada cincin C. Senyawa flavanol diantaranya adalah katekin, epikatekin, dan
galokatekin yang dapat dibagi lagi menjadi turunan yang lebih kompleks (Brodowska,
2017).
5) Antosianidin
Merupakan pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna pada tumbuhan.
Antosianidin ini banyak ditemukan pada kokoa, sereal, kacang-kacangan, madu, teh
dan beri-berian
6) Kalkon
Merupakan flavonoid yang unik karena dibedakan dengan tidak adanya cincin
aromatik C yang merupakan basis rangka dari flavonoid itu sendiri. Beberapa khalkon
misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman,
terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam
tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea.
Flavonoid dalam bentuk glikosida dapat direaksikan dengan berbagai pereaksi
warna dan fluoresensinya di bawah sinar ultraviolet. Pereaksi yang banyak digunakan
adalah :
1. Amonia dan juga basa lain yang akan mempengaruhi gugus fenol yang bersifat
asam dan memberikan warna kuning.
2. Pereaksi pembentuk kompleks misalnya AlCl 3 dan pereaksi sitroborat yang dapat
memberikan warna kuning (Trease, 1978).
Secara umum golongan senyawa flavonoid biasanya ditentukan dengan uji warna,
penentuan larutan, bilangan Rf dan ciri spectra ultraviolet. Flavonoid dapat
diklasifikasikan berdasar pada perbedaan reaksi warna dan kelarutannya (Markham,
1988)

Spektrofotometri serapan ultraviolet dan serapan tampak barangkali merupakan


cara tunggal yang paling berguna untuk menganalisis struktur flavonoid. Cara tersebut
digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola
oksigenasi. Disamping itu kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid
dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi (pereaksi geser) ke dalam larutan
cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Dengan demikian,
secara tidak langsung cara ini berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metil
yang terikat pada salah satu gugus hidroksil fenol (Markham, 1988).
Sifat berbagai golongan flavonoid (Harborne, 1996)
Golongan flavonoid Penyebaran Ciri khas
Antoniasin Pigmen bunga merah marak, Larut dalam air, O maks 515-545
merah senduduk, dan nm, bergerak dengan BAA pada
biru, juga dalam daun dan kertas
jaringan lain
Proantosianidin Terutama tak berwarna, Menghasilkan antosianidin (warna
dalam galih dan daun dapat diekstraksi dengan amil
tumbuhan berkayu alkohol) bila jaringan
dipanaskan dalam HCI 2 M
selama setengah jam
Flavonol Terutama ko-pigmenSetelah hidrolisis, berupa bercak
takwarna dalam bunga kuning murup pada
sianik dan asianik, kromatogram forestall bila
tersebar luas dalam daun disinari dengan sinar UV,
maksimal spektrum pada 350-
386 nm
Flavon Seperti flavonol Setelah dihidrolisis, berupa bercak
coklat redup pada kromatogram
forestall, maksimal spektrum
pada 330-350 nm
Glikoflavon Seperti flavonol Mengandung gula yang terikat
melalui ikatan C-C bergerak
dengan pengembang air, tidak
seperti flavon biasa
Biflavonil Tak warna, hampir
Pada kromatogram BAA berupa
seluruhnya terbatas pada bercak redup dengan RF tinggi
gimnospermae
Khalkon dan auron Pigmen bunga kuning,
Dengan amonia berwarna merah
kadang terdapat juga (perubahan warna dapat diamati
dalam jaringan lain in situ), maksimal spektrum 370-
410 nm
Flavanon Tak warna; dalam daun dan Berwarna merah kuat dengan
buah (terutama dalam Mg/HCI; kadang-kadang sangat
citrus) pahit
Isoflavon Tak warna; seringkali dalam
Bergerak pada kertas dengan
akar; hanya terdapat pengembang air; tak ada uji
dalam satu suku, warna yang khas.
Leguminosae

Tabel 4. Rentangan serapan spektro UV-tampak flavonoid (Markham, 1988)

Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis flavonoid


250-280 310-350 Flavon
250-280 330-360 Flavonol (3-OH
tersubstitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)

245-275 310-330 bahu kira-kira Isoflavon


320 puncak isoflavon (5-deoksi-6,7-
dioksigenesi)
275-295 300-330 bahu Flavonol dan
dihidroflavonol
230-270 (kekuatan 340-390 Khalkon
rendah)
230-270 (kekuatan 380-430 Auron
rendah)
270-280 465-560 Antosianidin dan
antosianin
III. Metode Kerja
a. Alat
- Spektrofotometer
- Pipet tetes
- Kuvet
- Tabung reaksi
b. Bahan
- Methanol
- Natrium hidroksida 2M
- Alumunium klorida
- HCl
- CH3COONa
- Asam borat

c. Cara Kerja

1. Larutan isolat flavonoid dalam metanol dimasukkan ke dalam kuvet, dengan


menggunakan metanol murni sebagai blanko, kemudian rekam spektrumnya pada
panjang gelombang 200-500 nm..
2. Larutan isolat flavonoid dalam metanol ditambahkan 3 tetes pereaksi NaOH 2M
kemudian direkam spektranya. Untuk mengetahui apakah ada penguraian, spektrum
diperiksa lagi setelah 5 menit, kemudian cuplikan dibuang, kuvet yang telah dipakai
dicuci dengan aquadest.
3. Kuvet diisi kembali dengan isolat flavonoid dalam metanol ditambah 6 tetes pereaksi
AlCl3, dicampur, kemudian direkam spektrumnya.
4. Selanjutnya ditambah 3 tetes HCl dan spektrum direkam lagi. Cuplikan dibuang dan
kuvet dicuci.
5. Pada isolat flavonoid dalam metanol ditambah CH3COONa, kemudian dikocok
sebelum spektrum direkam.

6. Kemudian tambahkan H3BO3 kira-kira banyaknya setengah dari penambahan


CH3COONa, kemudian spektrum dibaca kembali
IV. Gambar spectra senyawa rutin dan quersetin dalam berbagai media

1. Spectra isolate dalam methanol

Gambar spectra awal isolate flavonoid

2. Spectra isolate dalam methanol + NaOH

Gambar spectra setelah penambahan NaOH

3. Spektra isolate dalam methanol + AlCl3

Gambar spectra setelah ditambah AlCl3


4. Spectra isolate dalam methanol + AlCl3 + HCl

Gambar setelah ditambah AlCl3+HCl

5. Spectra isolate dalam methanol + Na Asetat

Gambar setelah ditambah Na asetat

6. Spectra isolate dalam methanol + Na asetat + asam borat

Gambar setelah ditambah Na asetat + asam borat

Anda mungkin juga menyukai