Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AVITA TRISTA NINGRUM

NIM : 1900023047

KELAS : 4A

1) Kata ikhlas berasal dari bahasa Arab yang berbunyi akhlasa yang memiliki arti bersih, lurus dan
suci. Sementara itu, ikhlas berarti mengerjakan suatu kebaikan dengan niat, hanya untuk
mendapatkan ridho Allah SWT.

‫ص ٰلوة َ َويُؤْ تُوا ال از ٰكوة َ َو ٰذلِكَ ِديْنُ ْالقَ ِي َم ِة‬


‫الديْنَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُ ِق ْي ُموا ال ا‬
ِ ُ‫صيْنَ لَه‬ َ ‫َو َما ٓ ا ُ ِم ُر ْٓوا ا اَِّل ِليَ ْعبُد ُوا ه‬
ِ ‫ّٰللا ُم ْخ ِل‬
Artinya : "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah SWT dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS Al Bayyinah ayat 5)

Surat Al Bayyinah ayat 5 tersebut menjelaskan perintah untuk berbuat ikhlas dalam melakukan
ajaran dan perintah agama. Diharuskan bagi kita semua untuk melakukan sholat dengan ikhlas,
membayar zakat juga dengan ikhlas.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat
tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar
baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih
bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika
bersifat umum. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat
masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.

Perbedaan antara etika dengan moral dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik
dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk moral dan etika berdasarkan adat istiadat
atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu
perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral
dan etika bersifat lokal dan temporal. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana
disabdakannya :“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat
Ahmad).

2) Q.S. Ar-Rahman Ayat 1-3.

‫الر ِحيم‬
‫الرحْ َم ِن ا‬ ِ ‫ِبس ِْم ا‬
‫ّٰللا ا‬
Bismillahirrahmannirrahiim

Artinya: “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”

ُ‫ٱلرحْ ٰ َمن‬
‫ا‬
ar-rahmān
1. Yang Maha Pengasih

َ‫علا َم ْالقُ ْر ٰان‬


َ 1
'allamal-qur`ān

2. Yang telah mengajarkan Al-Quran

ۙ ‫س‬
َ‫ان‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ ‫اَّل ْن‬
khalaqal-insān
3. Dia menciptakan manusia
3) A. Menerima pemberian orang yang diajar ngaji al-Qur`an hukumnya boleh. Namun perlu
diperhatikan sekali, para Ulama berselisih pendapat tentang mengambil dari mengajarkan al-
Qur`an. Pemberian murid bisa bersifat hadiah dan bisa juga upah dari mengajarnya, baik
dipengaruhi oleh guru atau inisiatif dari murid atau walinya. Oleh karena itu, seorang Muslim
perlu melihat batasan-batasan yang telah digariskan syariat dan kenyataan para Ulama berkenaan
dengan masalah ini, agar pahala dari perbuatan yang tata cara tetap sempurna dan tidak hancur.

Hendaknya seorang Muslim tidak mengambil upah atau gaji dari ibadah yang bertahta; sebab
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ ‫) أُولَئِكَ الاذِينَ لَي‬15( َ‫سون‬


‫ْس لَ ُه ْم ِفي‬ ُ ‫ف ِإلَ ْي ِه ْم أ َ ْع َمالَ ُه ْم ِفي َها َوهُ ْم ِفي َها ََّل يُ ْب َخ‬
ِ ‫َم ْن َكانَ ي ُِريد ُ ْال َح َياة َ الدُّ ْن َيا َو ِزي َنت َ َها نُ َو‬
َ‫اط ٌل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ ِ َ‫صنَعُوا فِي َها َوب‬ َ ‫ط َما‬ َ ‫ار َو َح ِب‬ ُ ‫اآلخ َرةِ ِإَّل النا‬ ِ (16)
Artinya: "Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan." Q.S. Hud Ayat 15-16

Menurut pendapat saya, tidak pantas apabila guru meminta gaji/upah karena dia sudah
mengajarkan al-quran. Seperti ayat yang sudah dijelaskan diatas. Dan Allah SWT saja sudah
memberikan keutamaan kepada orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.

B. Mencintai Rasulullah saw bukanlah sekadar mencintai dengan perasaan saja, namun yang
diinginkan di sini adalah menyesuaikan segala tingkah laku dengan sesuatu yang dicintai
Rasulullah saw serta membenci segala sesuatu yang dibencinya. Termasuk di dalamnya
adalah melaksanakan amalan-amalan yang membuatnya senang kepada kita di hari kiamat,
kemudian menimbulkan kennduan ingin bertemu dengannya sembari senantiasa berharap
semua itu kita lakukan hanya karena Allah semata.
Mencintai Rasullulah meruapakan hal yang penting bagi setiap umat muslim karena semasa
hidup beliau, Rasulullah begitu cintanya kepada ummatnya, termasuk kita semua yang jauh
jarak waktu dari masa hidup beliau. Mencitnai dan mengikuti Rosulullah adalah perintah
yang jelas dan nyata dari Allah SWT. Mencintai Rasulullah adalah bukti dan implementasi
dari kecintaan dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Surat Ali Imran (3) ayat 31:

‫غفُ ْو ٌر ار ِح ْي ٌم‬ ‫ّٰللاُ َويَ ْغ ِف ْر لَكُ ْم ذُنُ ْو َبكُ ْم َو ه‬


َ ُ‫ّٰللا‬ ‫ي يُحْ بِ ْبكُ ُم ه‬ ‫قُ ْل ا ِْن كُ ْنت ُ ْم ت ُ ِحب ُّْونَ ه‬
ْ ِ‫ّٰللاَ فَاتابِعُ ْون‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Tahapan dalam Mencintai Rasullulah:

1. Meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah manusia terbaik di dunia. Seluruh akhlak dan
perilakunya adalah contoh terbaik buat kita, dan tidak ada contoh lain yang sebaik Nabi
Muhammad SAW.
2. Meyakini bahwa semua ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW merupakan
kebenaran mutlah dari Allah SWT. Tidak ada keraguan tentang sebagian dari ajarannya
sehingga boleh diabaikan dan ditinggalkan serta diganti dengan ajaran manusia lainnya.
Semua ajaran Nabi pasti benarnya dan pasti kebaikan bagi kehidupan kita, dulu, sekarang,
hingga akhir zaman.
3. Senantiasa Ridha dan Ikhlash memenuhi seruan Rasulullah dalam keadaan apa pun.
4. Meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah nabi yang sempurna, baik dalam sifat maupun
perilaku kesehariannya. Kasih sayangnya menjadi contoh yang patut kita teladani dalam
keseharian sebagai seorang pemimpin, imam, suami, ayah, dan sahabat di lingkungannya.
5. Sering mengingat beliau dengan membaca shalawat untuk Rasulullah SAW, sebagai tanda
kecintaan, memang wajar selalu menyebut namanya. Begitu pula cinta terhadap Nabi
Muhammad SAW ditandai denga sering mengingatnya dengan membaca shlawat Nabi.
6. Meyakini, mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan ajaran dan perilaku Nabi
Muhammad SAW. Yaitu dengan cara datang ke majelis-majelis ilmu yang mendalami ajaran
Islam yang agung yang dibawa oleh Rasulullah sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits shahih.

4) A. Tamu artinya seseorang atau sekelompok orang yang datang mengunjungi suatu tempat untuk
kepentingan baik pribadi maupun yang berhubungan dengan sebuah urusan.
Kita harus menerimanya terlebih dahulu,karena Dalam islam, tidak diperbolehkan menolak atau
bersikap buruk pada tamu, sebab islam mengajarkan hubungan baik tidak saja dengan Allah,
tetapi juga dengan sesama manusia.
B. Memuliakan tamu adalah hal yang wajib dalam syarat islam dan merupakan salah satu wujud
keimanan seseorang, “Barang siapa beriman kepada Allah maka muliakanlah tamunya”. (HR
Bukhari). Orang yang bertamu adalah pertanda dia berniat baik, dia menyukai orang yang
dikunjungi, dan nyaman berbincang atau bersilaturahmi dengan nya.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Berpakaian yang pantas.
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas
pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan
tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang
berpakain rapi, bersih dan sopan.
- Menerima tamu dengan sikap yang baik.
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya
dengann wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali- kali jangan acuh, apalagi
memalingkan muka dan tidak mau memandangnya secara wajar. Memalingkan muka atau
tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
- Menjamu tamu sesuai kemampuan.
- Lama Waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:
َ ُ‫صدَقَة‬
)‫علَ ْي ِه (متفق عليه‬ َ ‫لضيَافَةُ ثَالَثَةُ اَي ٍاام فَ َما َكانَ َو َرا َء ذَالِكَ فَ ُه َو‬
ِ َ‫ا‬
Artinya: “Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya. ”(HR Muttafaqu Alaihi)

- Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang.


Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena
merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.

5) Dalam agama Islam, sudah sangat jelas dalam pelaranggan pacaran, karena pacaran dapat
mendekatkan kita pada zina yang dilarang oleh agama. Jadi dilarang untuk berpacaran dalam
islam. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 32 :
َ ‫س ۤا َء‬
‫سبِي ًْال‬ َ ‫شةً َو‬ ِ ‫َو ََّل ت َ ْق َربُوا‬
ٓ ‫الز ٰن‬
ِ َ‫ى اِناهٗ َكانَ ف‬
َ ‫اح‬
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu
jalan yang buruk."
Islam melarang laki-laki dan perempuan untuk berdua-duaan, kecuali jika wanita itu disertai
mahram-nya. Rasulullah SAW bersabda:
“ Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali jika wanita itu disertai
mahram-nya.” (HR.Bukhari).
Tetapi berboncengan diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Apabila ada niat atau motif
yang tidak diinginkan atau ada tujuan yang tidak baik, jelas itu haram. "Kecuali kalau kita
memang perlu pergi ke suatu tempat. Harus ke tempat kerja, harus ke sekolah, atau harus ke
rumah sakit, dan kemudian memang itu sarana transportasi yang bisa kita pakai. Kalau ini
misalnya abang ojek, yang tidak ada motif apa-apa, silakan saja berboncengan, tapi tetap dengan
menjaga koridor-koridor syariat:
1. Tidak terjadi persinggungan badan.
2. Tidak terjadi khalwat (berdua-duaan di tempat sepi).
3. Tidak memiliki maksud buruk atau kecenderungan ke arah syahwat.

6) Curang dalam ujian, ibadah atau muamalah hukumnya haram, berdasarkan sabda Nabi
sholallaahu alaihi wasalam:
“Barangsiapa mencurangi kami maka bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim, kitab al-Imam.)
Disamping itu, hal tersebut dapat menimbulkan banyak mudharat baik di dunia maupun di
akhirat. Maka seharusnya menghindari perbuatan tersebut dan saling mengingatkan untuk
meninggalkannya.
Demikian mencontek dalam ujian adalah perbuatan tercela dan termasuk kemaksiatan (perbuatan
dosa. Dengan demikian memberikan contekan atau bocoran jawaban termasuk membantu dalam
kemaksiatan. Dalam Is’ad al-Rofiq ( juz.2, vol.127 ) dijelaskan :

)‫(و) منها (اإلعانة على المعصية‬


“ Termasuk kemaksiatan (perbuatan dosa) adalah membantu dalam kemaksiatan “.

Selain sanksi dari Allah SWT, guru/dosen/pengajar dapat memberikan sanksi, dapat berupa
hukuman seperti memberikan tugas yang lebih berat dari sebelum-sebelumnya atau memberi
peringatan terakhir kepada siswa/mahasiswa yang berbuat curang. Apabila didapatkan melakukan
perbuatan seperti itu lagi tidak akan mendapatkan nilai sedikitpun. Atau nilai ujian akan diberi
nilai 0. Dengan demikian diharapkan siswa/mahasiswa merasa takut dan tidak berani lagi berbuat
curang.

Anda mungkin juga menyukai