Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

PERCOBAAN MINGGU KE 2

SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

Disusun Oleh:

Nama : Avita Trista Ningrum

NIM : 1900023047

Kelas : 3A

Golongan :2

Kelompok :B

Hari Praktikum :

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Any Guntarti, M.Si., Apt

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2021
PERCOBAAN I

SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK


I. TUJUAN
 Memahami tahapan analisis dengan spektrofotometri sinar tampak.
 Menetapkan kadar sampel dengan cara mereaksikan senyawa agar diperoleh senyawa berwarna.
 Menentukan kadar dengan persamaan regresi dan plot grafik.

II. DASAR TEORI


Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube
atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer. (Cairns, 2009).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan di serap sebanding dengan konsentrasi larutan
di dalam kuvet. (Sastrohamidjojo, 2007)
Prinsip utama analisis spektrofotometri adalah dari suatu molekul obat yang mempunyai
kromofot dan dapat menyerap sinar ultraviolet atau sinar tampak karena adanya elektron dari
molekul obat tersebut yang mudah tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan tenaga
yang diserap.
Spektrofotometri Visible disebut juga spektrofotometer sinar tampak. Sinar tampak adalah
sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh matabmanusia adalah
cahaya dengan panjang gelombang 400-800nm dan memiliki energi sebesar 299-149 kJ/mol.
Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut
keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron
tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju
keadaan tereksitasi.
Pada spektrofootmeter sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten
yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam tabel
periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6
dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada
spektrofotometetri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni
5930°C.
Cahaya / sinar tampak terdiri dari suatu bagian sempit kisaran panjang gelombang dari radiasi
elektromagnetik dimana mata manusia sensitive. Radiasi dari panjang gelombang yang berbeda
ini dirasakan oleh mata kita sebagai warna berbeda, sedangkan campuran dari semua panjang
gelombang tampak seperti sinar putih, memiliki panjang gelombang mencakup 400-700 nm.
Panjang gelombang dari berbagai warna adalah sebagai berikut :

Jenis Sinar Panjang Gelombang


Ultraviolet <400
Violet 400-450
Biru 450-500
Hijau 500-570
Kuning 570-590
Orange 590-620
Merah 620-760
Intra Merah >760

Cahaya atau sinar tampak adalah radiasi elektromagnetik yang terdiri dari gelombang. Seperti
semua gelombang, kecepatan cahaya, panjang gelombang dan frekuensi dapat didefinisikan
sebagai:

C = V. λ
Dimana :
C = Kecepatan cahaya.
V = Frekuensi dalam gellombang per detik (Herts).
λ = Panjang gelombang dalam meter.

(Radiasi Elektromagnetik dengan panjang gelombang λ)

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang
dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λ maks. Hal ini disebabkan jika
pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin
akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil. Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan
berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε
merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan
makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin
rendah.
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada
pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka larutan
tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan
spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen
pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
reagen pembentuk warna:
a. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa
jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus
dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
b. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
c. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
d. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
e. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna
yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
f. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang
dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk
atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak
sempurna.
g. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki
dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus memiliki lima
sifat di bawah ini:

- Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan
teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan
oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis
pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan
yang lebih baik.
- Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna harus
cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang
cukup tinggi.
- Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil
dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
- Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
- Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
III. ALAT DAN BAHAN
 Alat
- Spektrofotometer
- Kuvet
- Tabung Reaksi
- Rak Tabung
- Pipet Ukur
- Labu Takar
- Gelas Ukur
 Bahan
- Larutan Asam Salisilat 0,1mg/mL.
- Fe(NO3)2 1%.
- HNO3 1%.
- Aquadest.

IV. CARA KERJA


1. Penentuan Operating Time.

Pipet larutan asam salisilat 0,1


mg/mL sebanyak 3,0mL ke dalam
labu takar 10,0mL.

Tambahkan Fe(NO3)2 1% dalam Baca serapannya pada panjang


HNO3 1% sebanyak 0,5mL (ad gelombang maksimal teoritis. Atur
tanda dengan aquadest). lama pembacaan selama 15 menit.
(Lihat nilai absorbansinya jika
konsentrasi).

2. Penentuan Panjang Gelombang serapan maksimum.

Pipet larutan asam salisilat 0,1


mg/mL sebanyak 3,0mL ke
dalam labu takar 10,0mL.

Tambahkan Fe(NO3)2 1% dalam


HNO3 1% sebanyak 0,5mL (ad
tanda dengan aquadest).
Diamkan sesuai operating Baca spekta panjang gelombang
time yang diperoleh. pada rentang 800-400nm.

3. Penentuan Kurva Baku

Buat larutan seri kadar asam salisilat Tambahkan Fe(NO3)2 1%


dengan cara mengambil 1,0mL, dalam HNO3 1% sebanyak
2,0mL, 3,0mL, 4,0mL, 5,0mL, 6,0mL, 0,5mL (ad tanda dengan
dan 7,0mL sebesar dari larutan induk aquadest).
0,1mg/mL (ad 10,0mL).

Diamkan sesuai operating time yang


diperoleh.
Baca pada Panjang Gelombang
max yang diperoleh (seri larutan
boleh berbeda seri
konsentrasinya yang penting
serapannya masuk dalam range
antara 0,2 sampai 0,8.

4. Menentukan Absorbansi.
Tentukan absorbansi larutan seri kadar dan buat persamaan kurva baku dengan syarat
harga korelasi (r) percobaan lebih besar dari tabel (α = 0,05).
Tetapkan persamaan regresi dengan tabel:

N Kadar/mL larutan Serapan


o asam salisilat
1 1,0 ad 10,0mL .....
2 2,0mL .....
3 3,0mL .....
4 4,0mL .....
5 5,0mL .....
6 6,0mL .....
Penambahan air ad 10,0mL dilakukan setelah larutan berwarna.
5. Preparasi sampel Asam Salisilat.

Timbang seksama 10,0mg Tambahkan Fe(NO3)2 1% dalam


sampel dan&larutkan HNO3 1% sebanyak 0,5mL (ad tanda
dalam 10,0mL aquadest. dengan aquadest).

Diamkan sesuai operating time


yang diperoleh dan baca pada
panjang gelombang maksimal
yang diperoleh.

Lakukan replikasi minimal 3 kali.

Gambarkan persamaan regresi yang


diperoleh pada keras grafik. Hitung
kadar asam salisilat dalam sampel
dengan persamaan regresi linier kurva
baku yang diperoleh.
V. MEKANISME REAKSI
Reaksi yang terjadi adalah Reaksi Kompleks. Dimana gugus Fenol pada Asam Salisilat akan
bereaksi dengan Fe.
VI. RANCANGAN ANALISIS
Larutan Induk = 0,1mg/mL = 100 𝜇g/mL
Seri Kadar :
1. 20𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100𝜇g/mL x V1 = 20 𝜇g/mL x 10mL
V1 = 2mL ad 10mL
2. 30 𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 30𝜇g/mL x 10mL
V1 = 3mL ad 10mL
3. 40𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 40𝜇g/mL x 10mL
V1 = 4mL ad 10mL
4. 50𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 50𝜇g/mL x 10mL
V1 = 5mL ad 10mL
5. 60𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 60𝜇g/mL x 10mL
V1 = 6mL ad 10Ml
6. 70𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 70𝜇g/mL x 10mL
V1 = 7mL ad 10mL
7. 80𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 80𝜇g/mL x 10mL
V1 = 8mL ad 10mL
8. 90𝜇g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
100 𝜇g/mL x V1 = 90𝜇g/mL x 10mL
V1 = 9mL ad 10mL
DAFTAR PUSTAKA

- Anonim. Farmakope Indonesia Edisi III. Dekkes RI. Jakarta, 1979.


- Anonim. Farmakope Indonesia Edisi IV. Dekkes RI. Jakarta, 1975.
- Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik.Bandung: ITB.Dirjen
POM. 1979.
- Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
- Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai